Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SGD 5
Aldriansyah Lagoa (31101800004)
Aurellia Vinta Aryanti (31101800019)
Brillian Novianty N (31101800020)
Cindy Arvanti (31101800021)
Dirzka Putri (31101800028)
Fathimah Fitria (31101800034)
Fitradi Riono (31101800038)
Irfan Trinanda (31101800047)
Ishza Vidia Valva (31101800048)
Nadia Brillianti (31101800064)
Noor Aziza (31101800068)
Yulistinawati (31101800098)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Banyaknya kritik sistem pendidikan di perguruan tinggi oleh para cendekiawan.


Mereka berpendapat bahwa system pendidikan yang berlangsung masih berbau
colonial dan merupakan warisan sistem pendidikan pemerintah Belanda. Manusia
sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani. Unsur fisik yaitu
berupa jasmani (raga) dan unsur psikis berupa rohaninya (jiwa). Jika unsur tersebut
sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak dapat di sebut sebagai individu lagi.
Kedua unsure tersebut harus berjalan dengan seimbang dan harus tercukupi
pemenuhannya. Selain itu manusia tidak dapat hidup tanpa kehadiran manusia lain
itulah yang menyebabkan adanya dorongan untuk hubungan (interaksi) dengan
orang lain. Tidak ada manusia yang sama persis di dunia ini walaupun kembar
sekalipun, setiap manusia memiliki keunikan tersendiri. Atas dasar hal tersebut
sering kali terjadi konflik di dalam kehidupan.

Sejak lahir manusia dibekali pemikiran akal pemikiran yang sangat tinggi. Itulah
yang menyebabkan manusia memiliki potensi di berbagai bidang. Sekalipun
banyaknya hambatan dan permasalahan dalam kehidupan, kita dapat
menyelesaikannya secara tenang dan dapat mengantisipasinya kelak.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Komposisi Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk merupakan struktur atau gambaran penggolongan atau


pengelompokkan penduduk berdasarkan kriteria atau atribut tertentu. Komposisi
penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan
pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama (Said Rili,
1983; Mantra, 2000). Karakteristik atau atribut dalam komposisi penduduk, misalnya
komposisi berdasarkan geografis, biologis, dan sosial. Atribut tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1. Komposisi penduduk geografis, biasanya didasarkan atas pemilahan


karakteristik lokasi, seperti penduduk pedesaan dan perkotaan.
2. Komposisi penduduk biologis, misalnya berdasarkan jenis kelamin dan usia.
3. Komposisi penduduk sosial, biasanya berdasarkan identitas sosial, seperti status
perkawinan, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian.

 Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin

Melalui komposisi penduduk akan dapat dilihat susunan penduduk berdasarkan


karakteriatik yang relatif seragam. Contoh yang paling sering ditemukan adalah
komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin. Komposisi penduduk ini
merupakan faktor penting dalam demografi. Karena, hampir semua pembahasan
masalah kependudukan selalu melibatkan komposisi penduduk menurut usia dan jenis
kelamin. Informasi ini sangat diperlukan, misalnya jika pemerintahan ingin
menyukseskan program wajib belajar 9 tahun, maka perlu diketahui terlebih dulu data
penduduk usia sekolah yang datanya dapat diperoleh dari komposisi penduduk
berdasarkan usia.

Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin sering juga digunakan untuk
kegiatan perencanaan pembangunan. Pada masa Pemerintahan Orde Baru Kantor
Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN dalam mempersiapkan alat-alat
kontrasepsi membutuhkan data pasangan usia subur. Kantor Menteri Tenaga Kerja
dalam usaha pengadaan pasaran kerja membutuhkan data jumlah angkatan kerja yang
sedang mencari pekerjaan.

Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin biasanya ditampilkan dalam suatu
tabel. Usia penduduk terlebih dahulu dikelompokkan dahulu dengan jenjang lima
tahunan, misalnya kelompok usia 0-4, 5-9, 10-14,..., 60-64, 65+. Adapun contoh tabel
komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin sebagai berikut,

Struktur usia penduduk antara negara satu dengan yang lain tidak sama. Struktur usia
penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu kelahiran, kematian dan
migrasi. Jika salah satu variabel berubah, kedua variabel yang lain juga ikut berubah.
Faktor sosial-ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi struktur usia penduduk
melalui ketiga variahel demografi di atas.

Suatu negara dikatakan berstruktur usia muda, apabila kelompok penduduk yang
berumur di bawah lima belas tahun jumlahnya lebih dan 40 persen, sedang besarnya
kelompok penduduk usia 65 tahun kurang dan 10 persen. Umumnya negara-negara
yang sedang berkembang seperti Burma, India, dan Indonesia, struktur penduduknya
muda. Sebaliknya negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, Amerika Serikat
mempunyai struktur penduduk tua. Suatu negara dikatakan berstruktur umur tua apabila
kelompok penduduk yang ber usia 15 tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dan 40
persen dan seluruh penduduk) dan persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 10
persen.

Kompisisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin dapat ditampilkan dalam bentuk
Piramida penduduk, yaitu grafik yang dibuat untuk mencerminkan data kependudukan
menurut usia dan jenis kelamin. Penggambaran piramida penduduk dimulai dengan
menggambarkan dua garis yang saling tegak lurus. Garis yang vertikal menggambarkan
umur penduduk mulai dari nol lalu naik. Kenaikan ini dapat tahunan, dapat pula dengan
jenjang lima tahunan. Garis horizontal menggambarkan besarnya jumlah penduduk
baik ditampilkan pada skala jumlah yang sebenarnya maupun dalam bentuk persentase.
II. Piramida Penduduk Menurut Jenis dan Cara Penggambaran
Piramida penduduk merupakan grafik yang dibuat untuk mencerminkan data
kependudukan menurut umur dan jenis kelamin. Penggambaran piramida penduduk
dimulai dengan menggambarkan dua garis yang saling tegak lurus. Garis vertikal
menggambarkan umur penduduk mulai dari nol lalu naik. Kenaikan ini dapat tahunan,
dapat pula dengan jenjang lima tahunan. Garis yang horizontal menggambarkan besarnya
jumlah penduduk baik tampilkan pada skala jumlah penduduk baik ditampilkan pada skala
jumlah yang sebenarnya maupun dalam bentuk presentase.

Gambar Piramida penduduk menurut umur dan jenis kelamin


 Fungsi :

1. Mengetahui suatu data yang sebenarnya jumlah komposisi penduduk disuatu


Wilayah/Negara tertentu.

2. Untuk menentukan arah kebijakan yang dilakukan pemerintah, dalam pembangunan


sebuah Negara bagi kehidupan masyarakat.

3. Untuk memberikan pelajaran & wawasan dalam mengetahui tata cara ilmiah
membaca piramida penduduk.

4. Untuk memberikan sebuah gambaran secara singkat tentang suatu kondisi


kependudukan pada Wilayah/ Negara.

5. Untuk menjelasakan tentang pentingnya data kependudukan dalam pembangunan


suatu Negara.

 Macam Macam Jenis Piramida Penduduk

1. Piramida Ekspansif
Salah satu Jenis Jenis Piramida Penduduk yaitu Piramida Penduduk Muda atau
dikenal sebagai piramida penduduk ekpansif. Piramida Penduduk Muda adalah
piramida yang akan terjadi ketika sebagian besar penduduknya berusia muda.
Negara tersebut memiliki pertumbuhan jumlah penduduk yang lebih cepat.
Pengertian dari piramida penduduk muda yaitu piramida yang terdiri dari grafik
batang sisi kiri dan sisi kanan pada sumbu horizontal. Kedua sisi tersebut
menunjukkan jumlah perkembangan penduduk dan sumbu vertikal menunjukan
usia penduduk dari 0 hingga 65 tahun. Piramida muda tersebut berbentuk segitiga
dalam jangka waktu 1 hingga 5 tahun.
Bentuk Piramida Penduduk Muda (Expansive) yaitu melebar di bagian bawah dan
semakin meruncing diatasnya. Gambar dari piramida muda seperti kerucut yang
memiliki alas cukup lebar dengan puncaknya agak meruncing. Sedangkan ketika
piramida dalam diagram, bentuknya mirip seperti bangun limas.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kelahiran lebih besar dibanding dengan
angka kematian. Negara yang mengalami piramida penduduk muda biasanya
adalah negara berkembang. Misalnya Indonesia, India, Filipina, China, Thailand
dan Malaysia.

Ciri-ciri piramida ekspansif antara lain :


a. Jumlah penduduk usia muda (0 – 19 tahun) sangat besar, sedangkan usia tua sedikit.
b. Angka kelahiran jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian
c. Pertumbuhan penduduk relatif tinggi.
d. Sebagian besar negara-negara berkembang seperti Indonesia, Malaysia, Thailand,
RRC, Mesir, dan India.
2. Piramida Stasioner

Piramida Penduduk Stasioner atau Granat merupakan bentuk piramida yang terjadi
ketika jumlah setiap kelompoknya relatif seimbang atau sedang. Umur tergolong
menjadi tiga yaitu muda, dewasa dan tua. Dapat dikatakan bahwa angka kelahiran
dan kematiannya sama-sama rendah atau seimbang. Dampak positif dari piramida
granat yaitu jumlah kelahiran dan kematian penduduk pada negara seimabng.
Namun pertumbuhan penduduk yang sangat rendah menjadikan sumber daya
manusia terlalu sedikit atau minim.

Ciri-ciri piramida stasioner antara lain :

a. Perbandingan jumlah penduduk pada kelompok usia muda dan dewasa relatif
seimbang.
b. Tingkat kelahiran tidak begitu tinggi, demikian pula angka kematian relatif
rendah
c. Pertumbuhan penduduk kecil.
d. Beberapa negara maju yang berada pada piramida stasioner seperti Amerika
Serikat, Belanda, dan Inggris.
3. Piramida Konstruktif

Piramida Penduduk Tua atau Constructive yaitu piramida yang akan terbentuk
ketika sebagian besar penduduk pada negara tersebut berusia dewasa. Jenis
piramida yang satu ini bersifat konstruktif yaitu jumlah kelahiran lebih rendah
dibanding dengan jumlah kematian. Negara yang membentuk piramida tua seperti
Belgia, Jerman, Swedia dan lain-lain.
Bentuk Piramida Penduduk Tua (Constructive) yaitu bentuknya mengecil menuju
umur muda, melebar pada kelompok umur dewasa, dan mengecil lagi pada
kelompok umur tua. Jika dalam grafik batang, pada bagian tengah grafik memiliki
jumlah tertinggi sehingga batang membesar pada bagian tengah.. Hal tersebut
terjadi ketika penurunan angka kelahiran dengan cepat dan rendahnya tingkat
kematian penduduk.

Ciri-ciri piramida konstruktif antara lain :


a. Jumlah penduduk usia muda (0 – 19 tahun) dan usia tua (di atas usia 64
tahun)sangat kecil.
b. Jumlah penduduk terbanyak terkonsentrasi pada kelompok usia dewasa.
c. Angka kelahiran sangat rendah, demikian juga angka kematian.
d. Pertumbuhan penduduk sangat rendah mendekati nol, bahkan pertumbuhan
penduduk beberapa sampai negative.
e. Penduduk cenderung berkurang dari tahun ke tahun.
f. Beberapa negara yang berada pada fase ini antara lain Swedia, Jerman, dan
Belgia.
4. Piramida Penduduk Lonceng Bell
Sesuai dengan namanya, piramida penduduk bentuknya mirip dengan Lonceng
Bell. Piramida Penduduk Lonceng Bell sering digunakan untuk menget ahui angka
kelahiran dan kematian yang mengalami penurunan terus menerus dalam waktu 100
tahun terakhir.

Piramida Penduduk ini sering digunakan pada wilayah atau negara yang umur
penduduk menengah cenderung menurun dan angka beban tanggungannya
meningkat. Negara yang menggunakan piramida penduduk jenis ini yaitu Kanada.
5. Piramida Penduduk Sarang Tawon
Dinamakan Piramida Penduduk Sarang Tawon karena bentuk dari piramida mirip
dengan sarang tawon. Piramida jenis ini juga dikenal dengan old fashioned
ceehie. Penggunaan piramida berguna untuk menggambarkan tingkat kelahiran dan
kematian yang sangat rendah.
Selain itu, kelompok penduduk usia tua juga tergolong rendah pada piramida
penduduk sarang tawon juga rendah. Namun penduduk usia muda atau menengah
cukup tinggi. Bentuk piramida ini biasanya dimiliki oleh negara-negara Eropa
Barat.

III. Pertambahan Penduduk yang Pesat

Problema pembangunan di Indonesia tidak terlepas dari besarnya jumlah


penduduk Indonesia. Indonesia adalah negara peringkat ke-empat di dunia
dengan jumlah penduduk terbanyak setelah China dengan jumlah penduduk 1,3
miliar, kemudian India dengan jumlah 1,14 miliar dan Amerika dengan jumlah
303 juta. Saat ini Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta
jiwa. Hal tersebut menjadi tantangan yang besar bagi pemerintah untuk
melakukan kontrol dan kendali atas masalah-masalah kependudukan yang
ditimbulkannya.
Secara umum, besarnya jumlah penduduk di Indonesia dapat berampak positif
maupun negatif. Dampak positif pada pertumbuhan ekonomi dapat terjadi
dengan prasyarat sebagian besar dari jumlah penduduk usia produktif mampu
berpartisipasi dalam aktifitas ekonomi. Namun, jumlah penduduk yang besar
juga dapat memicu terjadi hal-hal negatif terutama yang berkaitan dengan
masalah kesejahteraan seperti kemiskinan, pengangguran, serta masalah
kelangkaan pangan dan energi. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan juga dari
banyaknya jumlah penduduk adalah potensi kerusakan lingkungan karena tidak
memadainya daya dukung lingkungan. Maka dari itu perlu sebuah pengaturan
dimana masalah-masalah kependudukan dapat diatasi untuk pelaksanaan
pembangunan yang berkelanjutan.
Melihat kenaikan jumlah penduduk indonesia dari tahun ke tahun memang
menunjukan angka kenaikan yang cukup besar. Berikut akan disajikan data
tentang jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1971 sampai 2010.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa memang terjadi kenaikan jumlah
penduduk yang cukup signifikan dengan rata-rata kenaikan jumlah penduduk
per 10 tahun adalah 29.608.274,25 jiwa.
Namun pada kenyataannya, dengan besaran jumlah kenaikan penduduk itu
justru laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan. Presentase
penurunan laju pertumbuhan penduduk Indonesia disajikan dalam grafik
dibawah ini.
Secara umum, laju pertumbuhan penduduk dari tahun 1971 sampai 2010 terus
mengalami penurunan. Angka laju pertumbuhan penduduk dari tahun 1971
sampai 1980 menunjukan pertumbuhan sebesar 2,31 persen. Lalu dari tahun
1980 sampai 1990 laju pertumbuhan penduduk menurun menjadi 1,98 persen.
Sedangkan tahun 1990 sampai 2010 menunjukan tren pertumbuhan penduduk
yang konstan di angka pertumbuhan 1, 49 persen. Dengan demikian, dari tahun
1971 sampai 2010 Indonesia mengalami penurunan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 0,82 persen. Penyebab turunnyaa laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia diakibatkan oleh faktor-faktor seperti adanya peningkatan
perekonomian penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan kondisi kehidupan
perempuan serta adanya urbanisasi dan industrialisasi.
Untuk melihat kondisi perekonomian suatu negara tidak cukup hanya jika
melihat jumlah penduduk saja tetapi juga harus melihat Rasio Ketergantungan
(Dependency Ratio). Rasio Ketergantungan ini menjadi tolak ukur apakah
sebuah negara dikategorikan sebagai negara yang sejahtera atau tidak. Rasio
Ketergantungan ini juga berarti dapat dijadikan tolak ukur kasar dalam menilai
keberhasilan pembangunan yang dilakukan sebuha negara.
Perhitungan Rasio Ketergantungan ini adalah berdasarkan pada perbandingan
antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun yang ditambah dengan jumlah
penduduk 65 tahun keatas, kemudian dibandingkan dengan jumlah penduduk
usia 15-64 tahun. Semakin tinggi angka Rasio Ketergantungan berarti semakin
tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai
hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Hal tersebut
dapat menunjukan kondisi kesejateraan yang rendah. Sedangkan semakin
rendah angka Rasio Ketergantingan berarti semakin rendahnya beban yang
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi. Dengan demikian, angka Rasio
Ketergantungan yang rendah menunjukan kondisi kesejahteraan yang tinggi.
Berikut ini adalah presentasi Rasio Ketergantungan penduduk Indonesia dari
tahun 1971-2010.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa secara garis besar tingkat Rasio
Ketergantungan penduduk Indonesia mengalami tren penurunan yang berarti
tingkat kesejahteraannya meningkat. Pada tahun 1971, angka Rasio
Ketergantungan menunjukan angka yang tinggi yaitu 81,48 persen yang berarti
penduduk usia produktif menanggung banyak beban dari penduduk usia non
produktif. Di tahun 1980, penurunan terjadi sekitar 2,38 persen menjadi 79,11
persen. Angka tersebut terus turun sampai pada tahun 2010 dengan Rasio
Ketergantungan sebesar 50,5 persen yang menunjukan bahwa Indonesia tingkat
kesejahteraannya meningkat. Menurunnya angka Rasio Ketergantungan di
tahun 2010 ini disebabkan oleh menurunnya beban penduduk usia produktif
untuk membiayai kehidupan penduduk usia non produktif.
Berdasarkan gambar struktur penduduk Indonesia Tahun 2010 diatas dapat
diketahui bahwa memang sudah ada penurunan laju pertumbuhan penduduk
yang bisa dilihat dari komposisi penduduk usia 10 tahun ke bawah yang
semakin menurun. Walaupun tren laju pertumbuhan penduduk menurun tetapi
kenaikan rata-rata penduduk Indonesia per 10 tahun selama 40 tahun terakhir
masih tinggi yaitu 29.608.274,25 jiwa. Hal tersebut terjadi karena angka
kematian bayi yang juga rendah.
Terlepas dari besarnya jumlah penduduk di Indonesia yang memiliki
konsekuensi yang banyak pula, jika dilihat dari laju pertumbuhan penduduk dan
rasio ketergantungan yang cenderung menurun dari waktu ke waktu, tren
pengendalian penduduk sudah menunjukan pada arah yang positif dimana
dengan jumlah penduduk yang semakin banyak tetapi kesejahteraannya cukup
meningkat. Yang harus diwaspadai selanjutnya adalah jika laju pertumbuhan
penduduk terlalu meningkat atau terlalu turun. Kedua hal tersebut dapat
menimbulkan konsekuensi yang berbahaya bagi Indonesia. Jika laju
pertumbuhan penduduk menunjukan kenaikan yang pesat maka dapat
berpengaruh pada angka Rasio Ketergantungan yang semakin besar. Sedangkan
laju pertumbuhan penduduk terus mengalami penurunan yang pesat juga
merupakan sebuah ancaman dimana akan terjadi ledakan jumlah lansia karena
jumlah penduduk muda akan semakin kecil. Kondisi tersebut telah terjadi di
beberapa negara maju, dimana angka laju pertumbuhan penduduk sangat kecil
sehingga tidak ada regenerasi.
IV. Penyebaran Penduduk yang Tidak Merata
Penduduk Indonesia tersebar menurut wilayah administrasi pada tahun 2010
tersebar di 33 provins, 497 kabupaten/kota, 6.651 kecamatan, dan 77.126
desa/kelurahan. Namun dalam tulisan ini yang akan disajikan hanya persebaran
penduduk menurut wilayah provinsi. Selain dibagi menurut wilayah administrasi,
persebaran penduduk juga dapat disajikan menurut wilayah perkotaan dan
perdesaan.

1. Persebaran Penduduk Menurut Pulau


Persebaran penduduk menurut pulau di Indonesia sangat beragam. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia mengelompok di pulau-pulau
tertentu. Pada Tabel 1 disajikan gambaran persebaran penduduk menurut pulau
di Indonesia pada tahun 2000 dan 2010.
Dari Tabel 1 terlihat bahwa 57,5 persen penduduk Indonesia terkonsentrasi di
Pulau Jawa. Situasi demikian sudah terjadi sejak lama, meskipun selalu ada
upaya penyebaran penduduk ke luar Jawa dan Bali melalui program
transmigrasi sejak zaman pemerintahan Belanda maupun zaman setelah RI
merdeka.
Sebenarnya terjadi juga sedikit perubahan konsentrasi penduduk dari waktu ke
waktu, namun sangat lambat. Terjadi penurunan persentase penduduk yang
tinggal di Pulau Jawa dan sebaliknya terjadi peningkatan persentase di pulau-
pulau lainnya. Penduduk di Pulau Jawa menurun secara presentase sebesar 1,6
dijit persen selama sepuluh tahun terakhir, sementara terdapat kenaikan secara
persentase di Sumatera, Kalimantan, dan Papua.

Gambar 1 menyajikan visualisasi persebaran penduduk Indonesia menurut


pulau pada kondisi 2010.
Gambar 2 menyajikan visualisasi perbandingan persentase luas wilayah pulau-
pulau dengan persentase jumlah penduduknya. Pulau Jawa yang luas wilayahnya
hanya mencakup 6,8 persen dari keseluruhan wilayah Indonesia tapi didiami oleh
57,5 persen dari penduduk Indonesia.

Hal yang berbeda terlihat di Pulau Papua yang luas wilayahnya meliputi 21,8
persen dari wilayah Indonesia tapi hanya ditempati oleh 1,5 persen penduduk
Indonesia. Demikian juga di Pulau Kalimantan yang luasnya mencakup 28,5
persen wilayah Indonesia tapi hanya dihuni oleh 5,8 persen penduduk Indonesia.

Perbandingan luas dengan penduduk di pulau yang lain kelihatan relative


mendekati seimbang. Pulau Sumatera yang luasnya mencakup 25,2 persen
berpenduduk 21,3 persen. Pulau Nusa Tenggara yang luasnya mencakup 3,8
persen berpenduduk 5,5 persen. Pulau Sulawesi yang luasnya mencakup 9,9
persen berpenduduk 7,3 persen. Pulau Maluku yang luasnya mencakup 4,1 persen
berpenduduk 1,1 persen.
2. Persebaran Penduduk Menurut Provinsi
Persebaran penduduk menurut provinsi dapat dilihat dari persentase jumlah
penduduk provinsi terhadap jumlah penduduk Indonesia atau sering disebut
dengan distribusi penduduk menurut provinsi.
Pada Tabel 2 disajikan lima provinsi dengan persentase penduduk terbesar di
Indonesia berdasarkan hasil SP2010 dan SP2000.

Provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat. Pada
tahun 2000 jumlah penduduknya mencakup 17,4 persen dan pada tahun 2010
menjadi 18,1 persen dari seluruh penduduk Indonesia.
Provinsi dengan penduduk terbanyak kedua adalah Jawa Timur (15,8 persen).
Terbanyak ketiga adalah Provinsi Jawa Tengah (13,6 persen). Terbanyak
keempat adalah Provinsi Sumatera Utara. Terbanyak kelima adalah Provinsi
Banten.

Provinsi DKI Jakarta sebagai ibu kota negara, pada tahun 2000 termasuk urutan
kelima provinsi berpenduduk terbesar (4,1 persen). Namun pada tahun 2010
posisi kelima ditempati oleh Provinsi Banten.

Provinsi dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Provinsi Papua Barat
dengan jumlah penduduk 760 ribu jiwa atau 0,3 persen dari seluruh penduduk
Indonesia.

V. Kualitas Penduduk yang Rendah


Kualitas penduduk atau mutu sumber daya manusia yaitu tingkat kemampuan
penduduk dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia
untuk meningkatkan kesejahteraannya. Mutu sumber daya manusia pada suatu
negara dapat dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan tingkat
kesehatannya.

Tingkat Kepadatan Penduduk


Untuk melihat tingkat pendapatan biasanya diukur dari besarnya pendapatan
per kapita. Pendapatan per kapita yaitu pendapatan yang diperoleh rata-rata
tiap penduduk selama satu tahun. Pendapatan itu dihitung dari pendapatan
nasional secara keseluruhan dibagi dengan jumlah penduduk.

Rumus untuk menghitungnya:

Tinggi rendahnya pendapatan per kapita penduduk tergantung kepada jumlah


penduduk. Beberapa kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan pendapatan
per kapita yaitu:
 Jika GNP dari jumlah penduduk tetap naik maka pendapatan per kapita akan
turun.
 Jika GNP tetap, maka pendapatan perkapita akan berkurang.
 Jika GNP bertambah, maka pendapatan per kapita akan berubah sesuai
dengan perubahan jumlah penduduk.

Tingkat Pendidikan Penduduk

Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan kemampuan untuk menguasai ilmu


pengetahuan dan teknologi. Bidang pendidikan merupakan kunci utama
kemajuan sebab melalui jalur pendidikan dapat mempercepat proses alih
teknologi dari negara maju dan juga mendorong penemuan teknologi baru.

Tingkat pendidikan penduduk yang tinggi memungkinkan penduduk dapat


mengolah sumber daya alam dengan baik sehingga kesejahteraan penduduk
dapat segera diwujudkn.

Tingkat Kesehatan Penduduk


Produktivitas seseorang sangat ditentukan oleh tingkat kesehatannya. Tingkat
kesehatan suatu negara dapat dilihat dari besarnya angka kematian, terutama
kematian bayi dan ibu saat melahirkan. Kesehatan berkaitan erat dengan
pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan papan. Apabila salah satu
kebutuhan tidak terpenuhi maka dapat terganggulah kesehatannya.

Rendahnya kualitas kesehatan penduduk umumnya disebabkan oleh:

 Lingkungan tidak sehat.


 Gizi makanan yang rendah.
 Adanya penyakit-penyakit menular.
Kualias penduduk tercermin dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan
tingkat kesehatan, bahwa secara umum tingkat pendapatan, pendidikan dan
kesehatan penduduk Indonesia masih rendah.
Tingkat Pendapatan Rendah

Berkat hasil-hasil pembangunan pendapatan perkapita penduduk Indonesia


mengalami kenaikan. Tahun 1981 pendapatan perkapita sebesar 530 dollar AS,
tahun 1990 sebesar 540 dollar AS, tahun 1996 sebesar 1.041 dollar AS dan
tahun 1999 menjadi 1.110 dollar AS. Walaupun mengalami kenaikan ternyata
pendatapan perkapita penduduk Indonesia masih tergolong rendah
dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.

Pendapatan Perkapita beberapa Negara Tahun 1990 – 1999

Dengan pendapatan perkapita yang masih rendah berakibat penduduk tidak


mampu memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga sulit mencapai
manusia yang sejahtera.

Pendapatan per kapita rendah juga berakibat kemampuan membeli (daya beli)
masyarakat rendah, sehingga hasil-hasil industri harus disesuaikan jenis dan
harganya. Bila industri terlalu mahal tidak akan terbeli oleh masyarakat. Hal ini
akan mengakibatkan industri sulit berkembang dan mutu hasil industri sulit
ditingkatkan.

Penduduk yang mempunyai pendapatan perkapita rendah juga mengakibatkan


kemampuan menabung menjadi rendah. Bila kemampuan menabung rendah,
pembentukan modal menjadi lambat, sehingga jalannya pembangunan menjadi
tidak lancar. Untuk itu perlu dicari pinjaman modal dari negara lain untuk
membiayai pembangunan.
Masih rendahnya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, terutama
disebabkan oleh:

 Pendapatan/penghasilan negara masih rendah, walaupun Indonesia kaya


sumber daya alam tetapi belum mampu diolah semua untuk peningkatan
kesejahteraan penduduk.
 Jumlah penduduk yang besar dan pertambahan yang cukup tinggi setiap
tahunnya.
 Tingkat teknologi penduduk masih rendah sehingga belum mampu
mengolah semua sumber daya alam yang tersedia.

Oleh karena itu upaya menaikan pendapatan perkapita, pemerintah melakukan


usaha:

1. Meningkatkan pengolahan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.


2. Meningkatkan kemampuan bidang teknologi agar mampu mengolah sendiri
sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia.
3. Memperkecil pertambahan penduduk diantaranya dengan penggalakan
program KB dan peningkatan pendidikan.
4. Memperbanyak hasil produksi baik produksi pertanian, pertambangan,
perindustrian, perdagangan maupun fasilitas jasa (pelayanan)
5. Memperluas lapangan kerja agar jumlah pengangguran tiap tahun selalu
berkurang.

Tingkat Pendidikan Rendah

Walaupun bangsa Indonesia telah berusaha keras untuk meningkatkan tingkat


pendidikan, namun karena banyaknya hambatan yang dialami maka hingga saat
ini tingkat pendidikan bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Sebagian besar
penduduk hanya mampu menamatkan SD.
Persentase penduduk yang menamatkan sekolah

Beberapa faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia


adalah :

- pendapatan perkapita penduduk rendah, sehingga orang tua/penduduk tidak


mampu sekolah atau berhenti sekolah sebelum tamat

- ketidakseimbangan antara jumlah murid dengan sarana pendidikan yang ada


seperti jumlah kelas, guru, dan buku-buku pelajaran.

- masih rendahnya kesadaran penduduk terhadap pentingnya pendidikan

Berbagai upaya ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi masalah pendidikan.


Usaha pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia yaitu :

1. Menambah jumlah sekolah dari tingkat SD sampai dengan perguruan tinggi


2. Menambah jumlah guru atau tenaga kependidikan disemua jenjang pendidikan
3. Pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang telah
dimulai tahun ajaran 1994/1995
4. Pemberian beasiswa kepada pelajar dari keluarga tidak mampu tetapi
berprestasi di sekolah.
5. Membangun perpustakaan dan labolatorium di sekolah-sekolah
6. Penyempurnaan kurikulum sekolah dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan.

Tingkat Kesehatan Rendah

Faktor-faktor yang dapat menggambarkan masih rendahnya tingkat kesehatan di


Indonesia adalah :

1. Banyaknya lingkungan yang kurang sehat


2. Penyakit menular sering berjangkit
3. Gejala kekurangan gizi sering dialami penduduk
4. Angka kematian bayi tahun 1980 sebesar 108 per 1000 bayi dan tahun 1990
sebesar 71 per 1000 kelahiran bayi.

Masalah gizi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah

- kekurangan vitamin A

- kekurangan kalori protein

- kekurangan zat besi

Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan penduduk


Indonesia yaitu :

1. Melaksanakan program perbaikan gizi


2. Perbaikan lingkungan hidup dengan cara mengubah perilaku sehat penduduk,
serta melengkapi sarana dan prasarana kesehatan
3. Penambahan jumlah tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat
4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
5. Pembangunan puskesmas dan rumah sakit
6. Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
7. Penyediaan air bersih
8. Pembentukan posyandu seperti penimbangan bayi secara berkala, imunisasi
bayi/balita, pemberian makanan tambahan, penggunaan garam oralit, keluarga
berencana, dan peningkatan pendapatan wanita.

KESIMPULAN
Komposisi penduduk merupakan gambaran penggolongan penduduk
berdasarkan kriteria tertentu seperti komposisi berdasarkan geografis, biologis, dan
sosial. Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin merupakan faktor penting
dalam demografis untuk kegiatan perencanaan pembangunan dan program pemerintah.
Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin dapat ditampilkan dalam bentuk
piramida penduduk.

Piramida penduduk merupakan grafik yang dibuat untuk mencerminkan data


kependudukan menurut umur dan jenis kelamin. macam-macam jenis piramida
penduduk yaitu piramida ekspansif, piramida stasioner, piramida konstruktif, piramida
penduduk lonceng bel, piramida penduduk sarang tawon.

Indonesia merupakan negara dengan pertambahan penduduk yang pesat.


Besarnya jumlah penduduk di Indonesia dapat bedampak positif maupun negatif.
Dampak positif dari pertumbuhan penduduk yang pesat adalah pertumbuhan ekonomi
yang semakin meningkat, dan dampak negatif dari pertumbuhan penduduk adalah
adanya masalah kesejahteraan seperti kemiskinan, angka pengangguran yang tinggi,
serta masalah kelangkaan pangan dan energi. untuk mengukur tingkat kesejahteraan
dan keberhasilan pembangunan suatu negara dapat menggunakan rasio ketergantungan
(dependency ratio).

penyebaran penduduk yang tidak merata seperti jumlah penduduk yang


mendiami pulau-pulau dengan angka atau persentase tertinggi terjadi di pulau Jawa.
sedangkan penyebaran penduduk menurut provinsi, jawa barat menjadi provinsi dengan
jumlah penduduk terbesar di Indonesia kemudian diikuti jawa timur dan Jawa tengah.

Kualitas penduduk merupakan kemampuan penduduk dalam mengolah dan


memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk meningkatkan kesejahteraan.
Kualitas penduduk pada suatu negara dapat dilihat dari tingkat pendapatan penduduk,
tingkat pendidikan penduduk, dan tingkat kesehatan penduduk.

DAFTAR PUSTAKA
Mantra, I.B. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Yasin, M, dkk. 1981 Dasar-Dasar Demografi. Lembaga Demografi Fakultas


Ekonomi. Universitas Indonesia.

Rahayu. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010: Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk
Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Kasto. 1995. Karakteristik Demografi, Sosial, dan Ekonomi Sumber Daya Pemuda
Indonesia. ISSN : 0853-0262

Mathur, dkk. 2015. Demographic Transition and Population Ageing in India :


Impication on the Elderly of the Future. Vol 4 No 6

Alfandi, Widoyo. 2001. Epistemologi Geografi. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press

Anonim. 1998. Geografi Penduduk dan Demografi. Yogyakarta: Badan Penerbit


Fakultas Geografi UGM

Anda mungkin juga menyukai