Analisa Jembatan Composite
Analisa Jembatan Composite
Disusun Oleh
NAMA : ARI GUSLIANDI
NIM: 41411A0010
FAKULTAS TEKNIK
PARODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMADIAH MATARAM
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir ini
sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik
Universitas muhamadiah mataram.
Adapun judul tugas ini adalah “ANALISA JEMBATAN COMPOSITE GELAGAR
KAYU LANTAI BETON” agar kita dapat mengetahui besarnya beban yang bekerja pada
jembatan dan kuat lentur komposit beton-kayu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Sehubungan dengan hal
tersebut, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca guna perbaikan dari laporan ini.
Laporan ini terwujud
Ari gusliandi
NIM : 41411A0010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………….(1)
1.1 Umum ……………………………………………………….(1)
1.2 Latar Belakang dan Permasalahan …………………………..(2)
1.3 Tujuan ………………………………………………………..(2)
1.4 Pembatasan Masalah ………………………………………....(2)
1.5 Metodologi…………………………………………………....(3)
Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat kepentingannya
tidak sama bagi tiap orang, sehingga menjadi suatu bahan studi yang menarik. Jembatan
adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang
berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa).
Jika jembatan itu berada diatas jalan lalu lintas dinamakan viaduct.
Konstruksi jembatan dapat diklasifikasikan berdasarkan aspek yang berbeda, seperti jenis
material dari konstruksi (beton, kayu, baja, komposit, dan lain-lain); bentuk struktur (rangka,
gelagar, dinding penuh, dan lain-lain); tipe perletakan (gelagar sederhana, overhang,
menerus, dan lain-lain); lalu lintas kendaraan (jembatan jalan raya, jembatan kereta api, dan
lain-lain); letak lantai kendaraan (lantai di atas, lantai di bawah, lantai di tengah atau
kombinasi ketiganya); jembatan permanen atau sementara; dapat atau tidak dapat digerakkan
dan sebagainya.
Terlepas dari pengklasifikasian tersebut diatas, adapun bentuk-bentuk dari konstruksi
jembatan
umumnya dapat kita bedakan :
1.Bangunan bawah, ialah bagian-bagian yang menjadi penupang dan dasar dari bangunan
atas, yaitu kepala jembatan, tiang-tiang dan pemikul jembatan. Beban-beban diteruskan oleh
bangunan bawah ke tanah bawah. Bahan-bahannya adalah kayu, batu atau beton, sekali-kali
baja. Kadang-kadang pancang-pancangnya merupakan satu kesatuan dengan konstruksi yang
langsung mendukung lalu lintas, sehingga yang termasuk bangunan bawah tinggal terbatas
pada landasan dari titik tumpu.
2. Bangunan atas yang pada umumnya terdiri atas:
a. Gelagar-gelagar induk, terbentang dari titik tumpu ketitik tumpu
b. Konstruksi tumpuan diatas pangkal jembatan kuk atau pancang
c. Konstruksi dari lantai kendaraan dengan apa yang diperlukan untuk itu pemikul lintang dan
pemikul memanjang yang disambung dengan gelagar-gelagar induk.
Bangunan atas menerima beban dari lalu lintas, kadang-kadang dengan tambahan –banting
dan tekanan angin, dan diteruskan pada bangunan bawah, ditambah dengan berat
konstruksinya. Suatu bagian struktur komposit adalah terdiri dari dua jenis bahan yang
berbeda, yang bekerja secara parallel dengan menumpu sebuah beban. Semua bagian struktur
beton yang diberi penulangan merupakan komposit dari beton dan baja yang bekerja sama
untuk menahan tegangan-tegangan lentur pada balok dan kolom. Di daerah perkotaan
biasanya sering kita jumpai jembatan komposit dengan gelagar baja yang dihubungkan
dengan shear connector untuk memikul beban yang bekerja. Pada kesempatan ini, penulis
ingin menganalisa suatu jembatan komposit gelagar kayu. Ada tiga jenis bahan utama yang
digunakan dalam konstruksi bangunan ini yaitu kayu, baja dan beton. Dari masing-masing
bahanbangunan tersebut mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki oleh
bahan lain. Kelebihan pada kayu yaitu ringan, mudah dikerjakan dan harga relatif murah.
Kelebihan pada baja yaitu mempunyai kuat tarik yang tinggi dan kelebihan pada beton yaitu
mempunyai kuat tekan yang tinggi. Untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan tersebut maka
dibuat perpaduan pada ketiga jenis bahan bangunan yaitu menjadi balok komposit dengan
gelagar kayu. Dengan demikian dapat diperoleh sifat gabungan yang lebih baik dari
(1)
komponen penyusunnya. Berat jenis kayu lebih ringan bila dibanding baja ataupun beton.
Ditinjau dari segi struktur, kayu cukup baik dalam menahan gaya tarik, tekan dan lentur.
Ditinjau dari segi arsitektur, bangunan kayu mempunyai nilai estetika yang tinggi.
Ketersediaan bahan kayu akan sangat terkait erat dengan potensi hutan di suatu wilayah.
Seperti halnya Indonesia yang memiliki cukup luas hutan tropis tentunya akan sangat
menunjang dalam proses konstruksi jembatan dari kayu. Elemen kayu biasanya mempunyai
potongan melintang berbentuk persegi sehingga paling mudah untuk dianalisis. Jembatan dari
kayu hampir tidak pernah digunakan, kecuali sebagai perancah dan sebagai jembatan
sementara. Pada umumnya jembatan dari kayu digunakan untuk lalu lintas biasa pada
bentangan kecil/sederhana. Untuk jembatan berat dengan bentang yang sangat panjang,
tentunya jembatan dari kayu sudah tidak ekonomis lagi karena dibatasi oleh panjang dan
kemampuan bahan.
Sebelum melakukan analisis perhitungan struktur jembatan seorang perencana harus
mencermati beban-beban yang akan bekerja yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku
.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah agar kita mengetahui bagaimana menganalisa
atau mendesain suatu struktur jembatan komposit dengan gelagar kayu lantai beton oleh
karena itu kita harus dapat memastikan suatu tingkat keamanan agar tidak terjadi kegagalan
dalam struktur.
(2)
• Beton bertulang …………………… 2,50 t/m3
• Kayu ……………………………….. 1,00 t/m3
2. Beban hidup
Beban hidup pada jembatan dinyatakan dalam dua macam, yaitu :
- beban “D” atau beban jalur adalah susunan beban pada setiap jalur lalu lintas yang terdiri
dari beban terbagi rata sebesar “q” ton per meter panjang perjalur dan beban garis “P” ton per
jalur lalu lintas tersebut.
- Beban “T” yang merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan.
- Beban pada trotoir, kerb dan sandaran .
Konstruksi trotoir harus diperhitungkan terhadap beban hidup sebesar 500 kg/m2
• Kerb yang terdapat pada tepi-tepi lantai kendaraan harus diperhitungkan untuk dapat
menahan satu beban horizontal ke arah melintang jembatan sebesar 500 kg/m’ yang bekerja
pada puncak kerb yang bersangkutan pada tinggi 25 cm diatas permukaan lantai kendaraan
apabila kerb yang bersangkutan lebih tinggi 25 cm,
• Tiang-tiang sandaran pada tepi trotoir harus diperhitungkan untuk dapat
menahan beban horizontal sebesar 100kg/m’, yang bekerja pada tinggi 90 cm diatas lantai
trotoar.
3. Beban kejut
Untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran-getaran dan pengaruh-pengaruh
dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis “P” harus dikalikan dengan koefisien
kejut yang akan memberikan hasil maksimum, sedangkan beban merata”q”dan beban “T”
tidak dikalikan dengan koefisien kejut.
- Beban Sekunder, terdiri dari : beban angin, gaya akibat perbedaan suhu karena adanya
perubahan bentuk akibat perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan, gaya rem, gaya
akibat gempa.
- Beban khusus, terdiri dari gaya sentrifugal, gaya dan beban selama pelaksanaan.
1.5 Metodologi
Metodologi yang dipergunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah dengan
menggunakan literatur yang berhubungan dengan perencanaan jembatan komposit gelagar
kayu lantai beton dengan cara penghitungan beban-beban yang bekerja dan tegangan-
tegangan yang terjadi sehingga kita dapat membatasi tegangan yang bekerja yang
disebabkan oleh beban aktual sejauh tegangan yang diijinkan.
(3)
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
(6)
7. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan
atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran
tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
8. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan
kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran
(patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah
tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat kekuatan kayu atau sifat mekaniknya
dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis
besar digolongkan menjadi dua kelompok :
Lea Christina Sembiring : Analisa Jembatan Composite Gelagar Kayu Lantai Beton, 2010
a. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat
yang disebabkan oleh jamur atau serangga
perusak kayu.
b. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Menurut Vademecum Kehutanan Indonesia, kelas kekuatan kayu didasarkan kepada berat jenis,
keteguhan lengkung mutlak dan keteguhan tekan mutlak, dan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut
ini:
(7)
Tabel 2.2 Tegangan yang diperkenankan
(8)
kayu sejajar serat dapat diambil dari tabel 2.3 sebagai berikut:
Sebagai bahan konstruksi, kayu juga memiliki keuntungan dan kerugian sebagai berikut:
- Kayu mempunyai kekuatan yang tinggi dan berat yang rendah, mempunyai daya penahan tinggi
terhadap pengaruh kimia dan
listrik, dapat mudah dikerjakan,adalah relatif murah, dapat mudah diganti, dan bisa didapat dalam
waktu singkat.
- Kerugiannya antara lain ialah sifat kurang homogen dengan cacat-cacat alam seperti arah serat
yang berbentuk menampang, spiral dan diagonal, mata kayu, dan sebagainya. Beberapa kayu
bersifat kurang awet dalam keadaan-keadaaan tertentu.
Kayu dapat memuai dan menyusut dengan perubahan-perubahan kelembaban dan meskipun tetap
elastis, pada pembebanan berjangka lama sesuatu balok, akan terdapat lendutan yang relative
besar.
Sifat-sifat karakteristik ini memperlihatkan perbedaan-perbedaan penting antara kayu dan bahan
lain yang untuk analisa matematis dalam Ilmu Kekuatan biasanya diidealisir sebagai bahan yang
sempurna akan homogenitas dan elastisitasnya.
(10)
Tabel 2.4 Harga tegangan leleh
Tegangan leleh
BJ 34 2100 210
BJ 37 2400 240
BJ 41 2500 250
BJ 44 2800 280
BJ 50 2900 290
BJ 52 3600 360
Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam perhitungan
perencanaan beton bertulang ialah tegangan luluh (fy) dan modulus elastisitas (Es).
Baja memiliki beberapa kelebihan sebagai bahan konstruksi, diantaranya:
1. Nilai kesatuan yang tinggi per satuan berat
2. Keseragaman bahan dan komposit bahan yang tidak berubah terhadap waktu
3. Dengan sedikit perawatan akan didapat masa pakai yang tidak terbatas
(11)
Dalam pemasangan tulangan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sesuai dengan peraturan
yang dipergunakan, diantaranya tentang pembengkokan tulangan, pemutusan, jarak antar
tulangan, selimut, panjang penyaluran, dan sebagainya. Pada penyambungan tulangan-tulangan
baja dibedakan atas penyambungan pada tulangan baja dengan profil polos dan baja dengan profil
ulir. Untuk sambungan baja polos, sambungan lewatan harus lebih besar sama dengan 40 kali
diameter baja dengan pembengkokan tulangan sepanjang 5 kali diameter atau 4-5 cm. Untuk
sambungan baja profil ulir, sambungan lewatan harus lebih besar sama dengan 40 kali diameter
baja tulangan tanpa adanya pembengkokan pada ujung-ujung tulangan yang terputus. Baja
tulangan harus dipasang dengan seksama pada tempat yang telah ditentukan, diikat dengan kuat
dan tetap dipertahankan ditempatnya dengan menggunakan kait-kait, sengkang, ganjal atau
penahan, kawat pengikat dan alat-alat lainnya selama dilaksanakan pengecoran beton.
Selimut beton atau penutup adalah jarak minimum antara sisi luar dari tulangan termasuk
sengkang, kawat pengikat dan tulangan spiral dan permukaan permanen terdekat dari beton. Dari
elemen-elemen beton yang teratur, selimut beton tidak boleh kurang dari 40 mm untuk kolom, 25
mm untuk balok dan 20 mm untuk tembok pelat, apabila elemen-elemen beton tersebut terpasang
di tempat-tempat terbuka, dan harus ditambahkan dengan 35 – 40 mm untuk komponen-
komponen utama, atau 45 mm untuk tembok dan pelat lantai jika tanah dipergunakan sebagai
acuannya.
Setiap jenis baja tulangan yang dihasilkan oleh pabrik pada umumnya setiap pabrik mempunyai
standar mutu dan jenis baja, sesuai dengan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Namun
demikian, pada umumnya baja tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dapat dibagi dalam
mutu-mutu yang tercantum dalam daftar berikut:
Yang dimaksud dengan tegangan ulur karakteristik dan tegangan karakteristik yang memberikan
regangan tetap 0.2% adalah tegangan yang bersangkutan, dimana dari sejumlah besar hasil
pemeriksaan, kemungkinan adanyan tegangan yang kurang dari tegangan tersebut terbatas sampai
58% saja.
Tegangan ulur minimum dan tegangan minimum yang memberikan regangan tetap 0.2% yang
dijamin oleh pabrik pembuatannya dengan sertifikat, dapat dianggap sebagai tegangan
karakteristik bersangkutan.
2.1.3 Sifat Bahan Beton
Beton dapat dipakai dengan mencampurkan bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir,
batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat
semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan
(12)
dan perawatan beton berlangsung. Semen berfungsi sebagai pengikat, agregat sebagai bahan
pengisi, serta air sebagai bahan penyatu bahan-bahan tersebut.
Semen Portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak dipakai serta merupakan jenis
semen hidrolik yang penting. Semen Portland dipergunakan dalam semua jenis struktural seperti
tembok, lantai, jembatan, terowongan dan sebagian yang diperkuat dengan tulangan atau tanpa
tulangan.
Menurut SNI 15-2049-1994, (1994), Semen Portland diklasifikasikan dalam lima jenis, yaitu :
Jenis I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus
seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain,
2. Jenis II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat
atau kalori hidrasi sedang,
3. Jenis III : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap
permulaan setelah pengikatan terjadi,
4.Jenis IV: Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalori hidrasi rendah, dan
5. Jenis V : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap
sulfat .
Kekuatan beton tergantung dari banyak faktor, seperti:
- Proporsi campuran
- Kondisi temperatur dan kelembaban dari tempat dimana campuran ditempatkan dan mengeras
- Jumlah air yang relatif terhadap semen serta cara pengolahannya.
Faktor air semen (fas) sangat mempengaruhi kekuatan beton, fas merupakan perbandingan antara
berat air dengan semen dalam adukan beton. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai
fas, semakin rendah mutu kekuatan beton. Namun fas yang semakin rendah tidak selalu berarti
bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai fas yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam
pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya
nilai fas minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65. Rata–rata ketebalan lapisan
yang memisahkan antara partikel dalam beton sangat bergantung pada faktor air semen yang
digunakan dan kehalusan butir semennya.
(13)
Di bawah ini ditunjukkan nilai faktor air semen yang ditetapkan menurut PBBI tahun
1971
Air untuk pembuatan campuran beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-
garam, bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton. Untuk itu apabila ada
keraguan mengenai air, maka harus diadakan pemeriksaan zat-zat yang terkandung air tersebut.
Adapun pH air yang diperkenankan adalah berkisar antara 6.8 -7.2 ,demikian pH air yang harus
bersifat netral agar tidak merusak tulangan pada beton.
Jumlah air yang dipakai dalam campuran beton, harus disesuaikan dengan proporsi campuran
beton tersebut. Akibat air yang terlalu banyak akan menyebabkan beton keenceran dan akan
merembesnya air pada cetakan beton (bleeding) dan setelah mengeras akan timbul retak-retak.
Hal ini disebabkan karena fungsi air untuk memberikan reaksi terhadap semen. Dan apabila
kekurangan air akan menyebabkan beton rapuh karena banyaknya lubang-lubang udara atau
rongga-rongga udara pada campuran beton tersebut karena campuran tidak homogen.
Kekentalan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump untuk mencegah adukan beton
yang terlalu kental atau encer. Pengujian ini menggunakan kerucut terpancung (kerucut Abrams)
dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan dengan tinggi 30 cm. Adukan yang telah
selesai diaduk sebagian sebagai sample dan dimasukkan ke kerucut Abrams dengan mengikuti
kriteria aturan yang ada.
Nilai slump yang didapat harus sesuai dengan perencanaan mutu beton yang diinginkan dimana
nilainya telah ditetapkan dalam daftar seperti pada tabel 2.6 dibawah ini.
(14)
Uraian Nilai slump maksimum Nilai slump minimum
Kekuatan tekan beton ditentukan oleh pengaturan perbandingan semen, agregat kasar dan halus,
air dan berbagai jenis bahan campur. Kekuatan beton cukup tinggi, dengan pengolahan khusus
dapat mencapai 700 kg/cm2. Kuat tekan beton relatif tinggi dibanding dengan kuat tariknya, yaitu
kuat tarik beton antara 9 – 15 % kuat tekannya. Selain itu, beton merupakan bahanyang bersifat
getas .
Berbeda dengan baja, maka modulus elastisitas beton adalah berubah-ubah menurut kekuatan.
Modulus elastisitas juga tergantung kepada umur beton, sifat-sifat dari agregat dan semen,
kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran dari benda uji. Selanjutnya, karena beton
memperlihatkan deformasi yang tetap (permanent) sekalipun dengan bahan yang kecil, maka
dikenal beberapa macam definisi untuk modulus elastisitas. Untuk penetapan modulus elastisitas
beton, penerapannya digunakan rumus – rumus empiris yang menyertakan besaran berat
disamping kuat tekan beton. SK SNI T – 15 – 1991 – 03 memberikan nilai
(15)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pendahuluan
Pada proses desain, beban-beban yang bekerja telah diketahui, dan yang akan ditentukan elemen-
elemen struktur agar mempunyai kekuatan yang cukup. Kadang dalam menentukan ukuran
elemen-elemen struktur tersebut, perencanan dihadapkan pada masalah desain struktur dengan
dimensi besar yang berarti tidak ekonomis dan dengan dimensi kecil yang berarti tidak aman.
Dalam hal ini diinginkan design yang “tepat” memenuhi kekokohan minimum agar tercapai
desain yang optimum. Untuk itu ada beberapa faktor yang mesti ditinjau dalam desain optimum,
dan yang terpenting adalah:
1. Berat material total minimum
2. Dipenuhi batasan stabilitas terhadap tegangan ijin
Desin optimum mengendalikan faktor-faktor tersebut agar diperoleh suatu struktur dengan biaya
total minimum.
3.2 Batasan Stabilitas
Gelagar komposit memanjang dan melintang harus memenuhi syarat stabilitas terhadap tegangan
ijin yaitu:
σ : Tegangan (kg/cm2)
Mbs : Momen akibat berat sendiri (kg cm)
Mbg : Momen akibat muatan bergerak (kg cm)
Mbt : Momen akibat beban tambahan (kg cm)
Wcomp : Tahanan Momen komposit elastis (cm3)
3.3 Contoh Analisis Perancangan Jembatan
Agar bisa lebih memahami analisis perancangan jembatan komposit gelagar kayu lantai beton ini,
berikut ini diberikan contoh analisis dan perancangan jembatan. Perancangan meliputi : balok
lantai, dan gelagar kayu.
Dalam analisis hitungan balok lantai , adapun beban-beban yang mungkin bekerja antara lain:
- beban merata;
- beban terpusat
(16)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis akan menarik kesimpulan dan mencoba mengemukakan saran-saran.
4.1 KESIMPULAN
Dalam tulisan ini dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam perencanaan jembatan komposit gelagar kayu lantai beton ini sangat tergantung
terhadap panjang jembatan, lebar jembatan, tebal lantai kendaraan, jumlah gelagar , jarak as ke as
gelagar dan shear connector/penghubung geser.
2. Dari perhitungan jembatan diperoleh nilai momen maksimum sebesar 284,47 T dan gaya
lintang maksimum sebesar 93.14 T
3. Lendutan jangka panjang dapat menjadi masalah jika aksi penampang komposit menahan
sebagian besar beban hidup atau jika beban hidup terus bekerja dalam waktu yang lama.
4. Beton normal dan kayu dihubungkan menjadi struktur komposit kayu – beton yang kuat dalam
menahan beban lentur,sehingga mampu bereaksi terhadap beban kerja sebagai satu kesatuan.
5. Kekuatan dan kekakuan struktur komposit, banyak dipengaruhi oleh kemampuan penghubung
geser dalam menahan geseran.
4.2 SARAN
Adapun beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan analisis perhitungan struktur jembatan sebaiknya seorang perencana
mencermati beban-beban yang akan bekerja yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
2. Perencanaan jembatan komposit dengan gelagar kayu lebih sesuai untuk konstruksi dengan
bentang pendek , jika digunakan untuk bentang panjang tentunya sudah tidak ekonomis lagi
dimana dibatasi oleh panjang dan kemampuan bahan. Untuk jembatan dengan bentang panjang
biasanya digunakan gelagar baja.
3. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghemat penggunaan bahan bangunan, yaitu
dengan cara menggabungkan kayu dan beton yang merupakan satu kesatuan struktur komposit.
(17)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ir. H.J Struyk, Prof. Ir. K.H.C.W.Van Der Hen, Soemargono, Jembatan, PT. Pradnya
Paramita Jakarta, 1990.
2. Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES.,DEA, Agus Setyo Muntohar, ST, Jembatan, Beta Offset,
2007.
3. K.H Felix Yap, Ir, Konstruksi Kayu, Bandung : Bina Cipta, 1964.
(18)