Anda di halaman 1dari 22

ANALISA JEMBATAN COMPOSITE

GELAGAR KAYU LANTAI BETON

Disusun Oleh
NAMA : ARI GUSLIANDI
NIM: 41411A0010

FAKULTAS TEKNIK
PARODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMADIAH MATARAM
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir ini
sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik
Universitas muhamadiah mataram.
Adapun judul tugas ini adalah “ANALISA JEMBATAN COMPOSITE GELAGAR
KAYU LANTAI BETON” agar kita dapat mengetahui besarnya beban yang bekerja pada
jembatan dan kuat lentur komposit beton-kayu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Sehubungan dengan hal
tersebut, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca guna perbaikan dari laporan ini.
Laporan ini terwujud

Mataram , januari 2015


Hormat saya,
Penulis

Ari gusliandi
NIM : 41411A0010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………….(1)
1.1 Umum ……………………………………………………….(1)
1.2 Latar Belakang dan Permasalahan …………………………..(2)
1.3 Tujuan ………………………………………………………..(2)
1.4 Pembatasan Masalah ………………………………………....(2)
1.5 Metodologi…………………………………………………....(3)

BAB II. STUDI KEPUSTAKAAN …………………………… (4)


2.1 Sifat Bahan Struktur ……………………………………….....(4)
2.1.1 Sifat Bahan Kayu …………………………………………...(4)
2.1.1.1 Pengenalan Sifat-Sifat Kayu ……………………….. ........(4)
2.1.1.2 Tegangan-tegangan yang diperkenankan…………….........(7)
2.1.2 Sifat Bahan Baja…………………………………………......(9)
2.1.2.1 Baja Tulangan ………………………………….….............(11)
2.1.3 Sifat Bahan Beton …………………………………………....(12)

BAB III. PEMBAHASAN ………………………………..........(16)


3.1 Pendahuluan ………………………………………………....(16)
3.2 Batasan Stabilitas …………………………………………....(16)
3.3 Contoh Analisis Perancangan Jembatan ………………….....(16)

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................(17)


4.1 Kesimpulan.................................................................................(17)
4.2 Saran...........................................................................................(17)
DAFTAR PUSTAKA....................................................................(18)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum

Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat kepentingannya
tidak sama bagi tiap orang, sehingga menjadi suatu bahan studi yang menarik. Jembatan
adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang
berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa).
Jika jembatan itu berada diatas jalan lalu lintas dinamakan viaduct.
Konstruksi jembatan dapat diklasifikasikan berdasarkan aspek yang berbeda, seperti jenis
material dari konstruksi (beton, kayu, baja, komposit, dan lain-lain); bentuk struktur (rangka,
gelagar, dinding penuh, dan lain-lain); tipe perletakan (gelagar sederhana, overhang,
menerus, dan lain-lain); lalu lintas kendaraan (jembatan jalan raya, jembatan kereta api, dan
lain-lain); letak lantai kendaraan (lantai di atas, lantai di bawah, lantai di tengah atau
kombinasi ketiganya); jembatan permanen atau sementara; dapat atau tidak dapat digerakkan
dan sebagainya.
Terlepas dari pengklasifikasian tersebut diatas, adapun bentuk-bentuk dari konstruksi
jembatan
umumnya dapat kita bedakan :
1.Bangunan bawah, ialah bagian-bagian yang menjadi penupang dan dasar dari bangunan
atas, yaitu kepala jembatan, tiang-tiang dan pemikul jembatan. Beban-beban diteruskan oleh
bangunan bawah ke tanah bawah. Bahan-bahannya adalah kayu, batu atau beton, sekali-kali
baja. Kadang-kadang pancang-pancangnya merupakan satu kesatuan dengan konstruksi yang
langsung mendukung lalu lintas, sehingga yang termasuk bangunan bawah tinggal terbatas
pada landasan dari titik tumpu.
2. Bangunan atas yang pada umumnya terdiri atas:
a. Gelagar-gelagar induk, terbentang dari titik tumpu ketitik tumpu
b. Konstruksi tumpuan diatas pangkal jembatan kuk atau pancang
c. Konstruksi dari lantai kendaraan dengan apa yang diperlukan untuk itu pemikul lintang dan
pemikul memanjang yang disambung dengan gelagar-gelagar induk.
Bangunan atas menerima beban dari lalu lintas, kadang-kadang dengan tambahan –banting
dan tekanan angin, dan diteruskan pada bangunan bawah, ditambah dengan berat
konstruksinya. Suatu bagian struktur komposit adalah terdiri dari dua jenis bahan yang
berbeda, yang bekerja secara parallel dengan menumpu sebuah beban. Semua bagian struktur
beton yang diberi penulangan merupakan komposit dari beton dan baja yang bekerja sama
untuk menahan tegangan-tegangan lentur pada balok dan kolom. Di daerah perkotaan
biasanya sering kita jumpai jembatan komposit dengan gelagar baja yang dihubungkan
dengan shear connector untuk memikul beban yang bekerja. Pada kesempatan ini, penulis
ingin menganalisa suatu jembatan komposit gelagar kayu. Ada tiga jenis bahan utama yang
digunakan dalam konstruksi bangunan ini yaitu kayu, baja dan beton. Dari masing-masing
bahanbangunan tersebut mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki oleh
bahan lain. Kelebihan pada kayu yaitu ringan, mudah dikerjakan dan harga relatif murah.
Kelebihan pada baja yaitu mempunyai kuat tarik yang tinggi dan kelebihan pada beton yaitu
mempunyai kuat tekan yang tinggi. Untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan tersebut maka
dibuat perpaduan pada ketiga jenis bahan bangunan yaitu menjadi balok komposit dengan
gelagar kayu. Dengan demikian dapat diperoleh sifat gabungan yang lebih baik dari

(1)
komponen penyusunnya. Berat jenis kayu lebih ringan bila dibanding baja ataupun beton.
Ditinjau dari segi struktur, kayu cukup baik dalam menahan gaya tarik, tekan dan lentur.
Ditinjau dari segi arsitektur, bangunan kayu mempunyai nilai estetika yang tinggi.
Ketersediaan bahan kayu akan sangat terkait erat dengan potensi hutan di suatu wilayah.
Seperti halnya Indonesia yang memiliki cukup luas hutan tropis tentunya akan sangat
menunjang dalam proses konstruksi jembatan dari kayu. Elemen kayu biasanya mempunyai
potongan melintang berbentuk persegi sehingga paling mudah untuk dianalisis. Jembatan dari
kayu hampir tidak pernah digunakan, kecuali sebagai perancah dan sebagai jembatan
sementara. Pada umumnya jembatan dari kayu digunakan untuk lalu lintas biasa pada
bentangan kecil/sederhana. Untuk jembatan berat dengan bentang yang sangat panjang,
tentunya jembatan dari kayu sudah tidak ekonomis lagi karena dibatasi oleh panjang dan
kemampuan bahan.
Sebelum melakukan analisis perhitungan struktur jembatan seorang perencana harus
mencermati beban-beban yang akan bekerja yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku
.

1.2 Latar Belakang dan Permasalahan


Menempatkan jembatan, pertama-tama harus diingat tentang keamanan lalu lintas karena
jembatan yang dibikin untuk keperluan lalu lintas dan bukan asal ada jembatan saja. Biasanya
penggunaan jembatan dari kayu ini banyak terdapat didaerah pedesaan karena lalu lintasnya
yang masih sedikit terutama bagi yang memiliki kendaraan, dalam laporan ini penulis ingin
menganalisa jembatan komposit gelagar kayu lantai beton agar kita dapat memprediksi cara
struktur menahan beban dengan membahas gaya-gaya yang alami yang bekerja pada strukur
tersebut.

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah agar kita mengetahui bagaimana menganalisa
atau mendesain suatu struktur jembatan komposit dengan gelagar kayu lantai beton oleh
karena itu kita harus dapat memastikan suatu tingkat keamanan agar tidak terjadi kegagalan
dalam struktur.

1.4 Pembatasan Masalah


Pada bagian pendahuluan secara umum telah disinggung jenis jembatan yang akan dibahas.
Tetapi mengingat parameter-parameter yang harus diperhitungkan sehingga diperlukan
beberapa batasan sebagai berikut:
1. Konstruksi jembatan ditumpu diatas dua perletakan dengan panjang bentang dan gelagar
jembatan berupa bahan kayu yang akan mendukung semua beban yang bekerja.
2. Lantai kendaraan terbuat dari beton.
3. Jenis kayu yang dipakai untuk gelagar adalah kayu damar laut, dimana termasuk dalam
kayu kelas I menurut PKKI 1961 yang memiliki berat jenis 0.96 gr/cm3;σlt =150kg/cm2 ;σtk
//=130 kg/cm2;σtk = 40 kg/cm2;τ//=20 kg/cm2.
4. Penghubung Geser/Shear Connector dengan menggunakan baut/paku.
5. Adapun beban-beban yang bekerja/muatan yang disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku adalah: - Beban Primer:
1. Beban mati
Dalam menentukan besarnya beban mati tersebut, harus digunakan berat isi untuk bahan-
bahan bangunan tersebut,antara lain:

(2)
• Beton bertulang …………………… 2,50 t/m3
• Kayu ……………………………….. 1,00 t/m3
2. Beban hidup
Beban hidup pada jembatan dinyatakan dalam dua macam, yaitu :
- beban “D” atau beban jalur adalah susunan beban pada setiap jalur lalu lintas yang terdiri
dari beban terbagi rata sebesar “q” ton per meter panjang perjalur dan beban garis “P” ton per
jalur lalu lintas tersebut.
- Beban “T” yang merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan.
- Beban pada trotoir, kerb dan sandaran . 
Konstruksi trotoir harus diperhitungkan terhadap beban hidup sebesar 500 kg/m2
• Kerb yang terdapat pada tepi-tepi lantai kendaraan harus diperhitungkan untuk dapat
menahan satu beban horizontal ke arah melintang jembatan sebesar 500 kg/m’ yang bekerja
pada puncak kerb yang bersangkutan pada tinggi 25 cm diatas permukaan lantai kendaraan
apabila kerb yang bersangkutan lebih tinggi 25 cm,
• Tiang-tiang sandaran pada tepi trotoir harus diperhitungkan untuk dapat
menahan beban horizontal sebesar 100kg/m’, yang bekerja pada tinggi 90 cm diatas lantai
trotoar.
3. Beban kejut
Untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran-getaran dan pengaruh-pengaruh
dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis “P” harus dikalikan dengan koefisien
kejut yang akan memberikan hasil maksimum, sedangkan beban merata”q”dan beban “T”
tidak dikalikan dengan koefisien kejut.
- Beban Sekunder, terdiri dari : beban angin, gaya akibat perbedaan suhu karena adanya
perubahan bentuk akibat perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan, gaya rem, gaya
akibat gempa.
- Beban khusus, terdiri dari gaya sentrifugal, gaya dan beban selama pelaksanaan.

1.5 Metodologi
Metodologi yang dipergunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah dengan
menggunakan literatur yang berhubungan dengan perencanaan jembatan komposit gelagar
kayu lantai beton dengan cara penghitungan beban-beban yang bekerja dan tegangan-
tegangan yang terjadi sehingga kita dapat membatasi tegangan yang bekerja yang
disebabkan oleh beban aktual sejauh tegangan yang diijinkan.

(3)
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Sifat Bahan Struktur


Ada tiga jenis bahan utama yang digunakan dalam konstruksi bangunan yaitu kayu, baja dan
beton. Dari masing-masing bahan bangunan tersebut mempunyai kelebihan-kelebihan
tersendiri yang tidak dimiliki oleh bahan lain. Kelebihan pada kayu yaitu ringan, mudah
dikerjakan dan harga relatif murah. Kelebihan pada baja yaitu mempunyai kuat tarik yang
tinggi dan kelebihan pada beton yaitu mempunyai kuat tekan yang tinggi.
Untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan tesebut maka dibuat perpaduan ketiga jenis bahan
bangunan yaitu menjadi balok komposit baja beton dengan gelagar kayu. Dengan demikian
kita perlu mengetahui sifat-sifat yang umum dari bahan struktur yang dimaksud.

2.1.1 Sifat bahan kayu


Kayu mempunyai kuat tarik dan kuat tekan relatif tinggi dan berat yang relatif rendah,
mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik, dapat dengan mudah
dikerjakan, relatif murah, dapat mudah diganti dan bisa didapat dalam waktu singkat
(Felix,1965). sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang
berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan
jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.
Berikut ini diuraikan sifat-sifat kayu (fisik dan mekanik) serta macam penggunaannya.

2.1.1.1 Pengenalan Sifat-Sifat Kayu


Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan
kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan
lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan
pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan
kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta
macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan
penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara
kontinu atau terlalu mahal.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Bahkan
dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat
kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis
kayu yaitu:
1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam - macam dan susunan dinding
selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin
(non karbohidrat)
2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji
menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).
3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan
kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara
disekelilingnya.
4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan
kering.
(4)
A. Sifat Fisik Kayu
1. Berat dan Berat Jenis
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif
didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat
jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu
nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula.
2. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar
seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif
didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut
terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu
teras lebih awet dari kayu gubal.
3. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang
berbeda-beda.
4. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan
kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati,
sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).
5. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat
dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal
(serat miring).
6. Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus,
licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur
kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.
7. Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis
kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering
digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat
penyamak (jati), baukamper (kapur) dsb.
8 .Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemunculan
riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu
mempunyai nilai dekoratif.
9. Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab udara
disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan
lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara
disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture
Content).
10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
a. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan elastisitas
kayu.
b. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara. Kualitas nada
yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan
alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
(5)
11. Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat barang-
barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.
12. Daya Hantar Listrik
Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya hantar
listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan
sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu
basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.
B. Sifat Mekanik Kayu
1. Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik
kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :
a. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan
b. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.
Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat. Kekuatan tarik
tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.
2. Keteguhan tekan / Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. Terdapat 2
(dua) macam keteguhan tekan yaitu :
a. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
b. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi
sejajar arah serat
3. Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu
bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam
keteguhan yaitu :
a. Keteguhan geser sejajar arah serat
b. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
c. Keteguhan geser miring
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah
serat.
4. Keteguhan lengkung (lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan.
Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :
a. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara
perlahan-lahan.
b. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara
mendadak.
5. Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan.
Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas
6. Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau
tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui
batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan
sebagian.

(6)
7. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan
atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran
tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
8. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan
kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran
(patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah
tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat kekuatan kayu atau sifat mekaniknya
dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis
besar digolongkan menjadi dua kelompok :
Lea Christina Sembiring : Analisa Jembatan Composite Gelagar Kayu Lantai Beton, 2010
a. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat
yang disebabkan oleh jamur atau serangga
perusak kayu.
b. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Menurut Vademecum Kehutanan Indonesia, kelas kekuatan kayu didasarkan kepada berat jenis,
keteguhan lengkung mutlak dan keteguhan tekan mutlak, dan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut
ini:

TABEL 2.1 KELAS KEKUATAN KAYU

Keteguhan lengkun Keteguhan akan


Kelas Kayu Berat Jenis mutlak (kg/cm2) mutlak (kg/cm2)

I. 0,90 1100 650


II. 0,60-<0,90 725-<1100 425-<650
III. 0,40-<0,60 500-<725 300-<425
IV. 0,30-<0,40 300-<500 215-<300
V. <0,30 <300 <215

Kelas keawetan kayu didasarkan atas penyelidikan ketahanan terhadap:


1. Pengaruh kelembaban/kayu ditempatkan di tanah yang lembab.
2. Pengaruh iklim dan terik matahari tetapi terlindung terhadap pengaruh air.
3. Pengaruh iklim tetapi terlindung terhadap matahari.
4. Terlindung dan terpelihara.
5. Pengaruh rayap dan serangga-serangga lain.

2.1.1.2 Tegangan –tegangan yang diperkenankan


Untuk mengetahui suatu konstruksi kayu perlu diketahui tegangan-tegangan yang diizinkan
untuk jenis kayu yang akan dipergunakan dalam konstruksi tersebut.
Adapun besarnya tegangan tersebut menurut PKKI adalah sebagai berikut:
a. Tegangan yang diperkenankan untuk kayu mutu A

(7)
Tabel 2.2 Tegangan yang diperkenankan

Kelas kuat kayu Jati (Jati


I. II. III. IV. V. tectona gradis)
σlt (kg/cm2)
σ tk// = σ tr// (kg/cm2) 150 100 75 50 - 130
σ tk┴ (kg/cm2) 130 85 60 45 - 110
τ// (kg/cm2) 40 25 45 10 - 30
20 12 8 5 - 15
Berlaku untuk konstruksi yang terlindung dan menahan beban tetap.
Untuk kayu yang bermutu B harga tersebut di atas di kurangi 25%.
b. Korelasi tegangan yang diperkenankan untuk mutu A.
σlt = 170g (kg/cm2)
σ tk// = σ tr// = 150g (kg/cm2)
σ tk┴ = 40g (kg/cm2)
τ// = 20g (kg/cm2)
Disini g = berat jenis kering udara
σlt = tegangan izin untuk lentur
σ tk// = tegangan izin sejajar serat untuk tekan
σ tr// = tegangan izin sejajar serat untuk tarik
σ tk┴ = tegangan izin tegak lurus serat untuk tekan
τ// = tegangan izin sejajar serat untuk geser
Angka-angka diatas tetap berlaku untuk konstruksi yang terlindung dan yang menahan muatan
tetap.
- Yang disebut dengan konstruksi terlindung, ialah konstruksi yang dilindungi dari perubahan
udara yang besar, dari hujan dan matahari, sehingga tidak akan menjadi basah dan kadar
lengasnya tidak akan berubah–ubah banyak.
- Yang dimaksudkan muatan tetap ialah: muatan yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan beban
bergerak yang bersifat tetap atau terus-menerus seperti berat sendiri, tekanan tanh, tekanan air,
barang-barang gudang, kendaraan diatas jembatan, dan sebagainya.
- Yang dimaksudkan dengan muatan tidak tetap ialah: muatan yang berlangsung kurang dari 3
bulan dan muatan bergerak yang bersifat tidak tetap atau tidak terus-menerus, seperti berat orang
yang berkumpul , tekanan angin, dan sebagainya.
- Tegangan akibat perubahan suhu boleh diabaikan.
Untuk kayu bermutu B, angka-angka di atas di gandakan dengan faktor 0.75.
Pengaruh keadaan konstruksi dan sifat muatan terhadap tegangan yang diperkenankan
diperhitungkan sebagai berikut:
a. Tegangan-tegangan diatas harus digandakan dengan:
- Faktor 2/3 untuk konstruksi yang selalu terendam air dan untuk konstruksi yang tidak terlindung
dan kemungkinan besar kadar lengas kayu akan selalu tinggi.
- Faktor 5/6 untuk konstruksi yang tidak terlindung tetapi kayu itu dapat mongering dengan cepat.
b. Tegangan-tegangan diatas boleh digandakan dengan 5/4 untuk:
- Bagian-bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan muatan angin.
- Bagian-bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan tidak tetap.
Dalam perhitungan perubahan bentuk elastis, maka modulus kekenyalan

(8)
kayu sejajar serat dapat diambil dari tabel 2.3 sebagai berikut:

Kelas kuat kayu E sejajar serat (kg/mc2)


I. 125.000
II. 100.000
III. 80.000
IV. 60.000

Sebagai bahan konstruksi, kayu juga memiliki keuntungan dan kerugian sebagai berikut:
- Kayu mempunyai kekuatan yang tinggi dan berat yang rendah, mempunyai daya penahan tinggi
terhadap pengaruh kimia dan
listrik, dapat mudah dikerjakan,adalah relatif murah, dapat mudah diganti, dan bisa didapat dalam
waktu singkat.

- Kerugiannya antara lain ialah sifat kurang homogen dengan cacat-cacat alam seperti arah serat
yang berbentuk menampang, spiral dan diagonal, mata kayu, dan sebagainya. Beberapa kayu
bersifat kurang awet dalam keadaan-keadaaan tertentu.

Kayu dapat memuai dan menyusut dengan perubahan-perubahan kelembaban dan meskipun tetap
elastis, pada pembebanan berjangka lama sesuatu balok, akan terdapat lendutan yang relative
besar.
Sifat-sifat karakteristik ini memperlihatkan perbedaan-perbedaan penting antara kayu dan bahan
lain yang untuk analisa matematis dalam Ilmu Kekuatan biasanya diidealisir sebagai bahan yang
sempurna akan homogenitas dan elastisitasnya.

2.1.2 Sifat Bahan Baja


Sifat baja yang terpenting dalam penggunaannya sebagai bahan konstruksi adalah kekuatannya
yang tinggi, dibandingkan dengan bahan lain seperti kayu, dan sifat keliatannya, yaitu
kemampuan untuk berdeformasi secara nyata baik dalam tegangan baik dalam regangan maupun
dalam kompresi sebelum kegagalan, serta sifat homogenitas yaitu keseragaman yang tinggi.
Baja merupakan bahan campuran besi (Fe), 1,7 % zat arang atau karbon (C), 1,65 % mangan
(Mn), 0,6% tembaga (Cu), 0,6 % Silikon (Si). Baja dihasilkan dengan menghaluskan bijih besi
dan logam besi tua bersama-sama dengan bahan tambahan pencampur yang sesuai, dalam tungku
temperature tinggi untuk menghasilkan massa-massa besi yang besar, selanjutnya dibersihkan
untuk menghilangkan kelebihan zat arang dan kotoran-kotoran lain.
Berdasarkan persentase zat arang yang dikandung, baja dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Baja dengan persentase zat arang rendah (low carbon steel) yakni lebih kecil dari 0.15%
2. Baja dengan persentase zat arang ringan (mild carbon steel) yakni 0.15 – 0.29%
3. Baja dengan persentase zat arang sedang (medium carbon steel) yakni 0.30 – 0.59%
4. Baja dengan persentase zat arang tinggi (high carbon steel) yakni 0.60 – 1.7%
Baja untuk bahan struktur termasuk ke dalam baja yang persentase zat arang ringan (mild carbon
steel),semakin tinggi kadar zat arang yang terkandung di dalamnya, maka semakin tinggi nilai
tegangan lelehnya. Sifat-sifat bahan struktur yang paling penting dari baja adalah sebagai berikut:
1. Modulus Elastisitas (E) berkisaran antara 193000 Mpa sampai 207000Mpa. Nilai untuk design
lazimnya diambil 210000 Mpa.
2. Modulus geser (G) dihitung berdasarkan persamaan;
G = E/2(1+μ) Dimana: μ = angka perbandingan poisson
Dengan mengambil μ = 0.30 dan E = 210000 Mpa, akan memberikan G = 810000 MpaLea
3. Koefisien ekspansi (α ), diperhitungkan sebesar:
α = 11.25 x 10-6 per 0C (9)
4. Berat jenis baja (γ), berat jenis baja diambil 7.85 t/m3
Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan pada baja dapat dilakukan dengan uji
tarik di laboratorium. Sebagian besar percobaan atas baja akan menghasilkan bentuk hubungan
tegangan dan regangan
σ = tegangan baja
ε = regangan baja
A = titik proporsional
A’= titik batas elastis
B = titik batas plastis
M = titik runtuh
C = titik putus
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sampai titik A hubungan tegangan dengan regangan
masih linier atau keadaan masih mengikuti hukum Hooke. Kemiringan garis OA menyatakan
besarnya modulus elastisitas E. Diagram regangan untuk baja lunak umumnya memiliki titik leleh
atas (upper yield point), σyu dan daerah leleh datar. Secara praktis, letak ttik leleh atas ini, A’
tidaklah terlalu berarti sehingga pengaruhnya sering diabaikan. Titik A’ sering juga disebut titik
batas elastis. Sampai batas ini bila gaya tarik dikerjakan pada batang maka batang tersebut akan
berdeformasi. Selanjutnya bila gaya itu dihilangkan maka batang akan kembali kebentuk semula.
Dalam hal ini batang tidak mengalami deformasi permanen.
Bila beban yang bekerja bertambah, maka akan terjadi pertambahan regangan tanpa adanya
pertambahan tegangan. Sifat pada daerah AB inilah yang disebut sebagai keadaan plastis. Lokasi
titik B, yaitu titik batas plastis tidaklah tetapi sebagai perkiraan dapat ditentukan yakni terletak
pada regangan 0.014.
Daerah BC merupakan daerah strain hardening, dimana pertambahan regangan akan diikuti
dengan sedikit pertambahan tegangan. Di samping itu, hubungan tegangan dengan regangannya
tidak lagi bersifat linier.Kemiringan garis setelah titik B ini didefenisikan sebagai Ez. Di titik M,
yaitu regangan berkisar antara 20% dari panjang batang, tegangannya mencapai nilai maksimum
yang disebut sebagai tegangan tarik batas (ultimate tensile strength). Akhirnmya bila beban
semakin bertambah besar lagi maka titik C batang akan putus.
Tegangan leleh adalah tegangan yang terjadi pada saat baja mulai meleleh. Dalam kenyataannya,
sulit untuk menentukan besarnya tegangan leleh, sebab perubahan dari elastisitas menjadi plastis
serSebagai standar menentukan besarnya tegangan leleh dihitung dengan menarik garis sejajar
dengan sudut kemiringan elastisitasnya, dari regangan sebesar 0.2 % ingkali besarnya tidak tetap.
Dari titik regangannya 0.2% ditarik garis sejajar dengan garis OB sehingga memotong grafik
tegangan regangan sehingga memotong sumbu tegangan. Tegangan yang diperoleh ini disebut
dengan tegangan leleh. Tegangan-tegangan leleh dari bermacam-macam baja bangunan
diperlihatkan pada tabel di bawah ini:

(10)
Tabel 2.4 Harga tegangan leleh

Tegangan leleh

Macam baja Kg/cm2 Mpa

BJ 34 2100 210
BJ 37 2400 240
BJ 41 2500 250
BJ 44 2800 280
BJ 50 2900 290
BJ 52 3600 360

Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam perhitungan
perencanaan beton bertulang ialah tegangan luluh (fy) dan modulus elastisitas (Es).
Baja memiliki beberapa kelebihan sebagai bahan konstruksi, diantaranya:
1. Nilai kesatuan yang tinggi per satuan berat

2. Keseragaman bahan dan komposit bahan yang tidak berubah terhadap waktu

3. Dengan sedikit perawatan akan didapat masa pakai yang tidak terbatas

4. Daktilitas yang tinggi

5. Mudah untuk diadakan pengembangan strukur

Disamping itu baja juga mempunyai kekurangan dalam hal:


1. Biaya perawatan yang besar
2. Dibandingkan dengan kekuatannya kemampuan baja melawan tekuk kecil
3. Nilai kekuatannya akan berkurang, jika dibebani secara berulang/periodik, hal ini biasa disebut
dengan lelah/fatigue.
Dengan kemajuan teknologi, perlindungan terhadap karat dan kebakaran pada baja sudah
ditemukan, hingga akibat buruk yang mungkin terjadi bisa dikurangi/dihindari.

2.1.2.1 Baja Tulangan


Besi tulangan berfungsi sebagai penahan gaya tarik dan lentur akibat momen yang berkerja pada
konstruksi beton. Agar dapat menjadi baja tulangan dalam konstruksi, maka besi tersebut tidak
boleh menunjukkan retak-retak,bergelombang, lipatan dan lain-lain dalam jangka waktu
mengerjakan pengangkutan, pembengkokan maupun pemotongan. Beton kuat terhadap tekan,
tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu, perlu tulangan untuk menahan gaya tarik untuk
memikul beban-beban yang bekerja pada beton. Tulangan baja tersebut perlu untuk beban-beban
berat dalam hal untuk mengurangi lendutan jangka panjang. Dalam hal ini beton bertulang
komposit yang mampu menahan tarik maupun gaya tekan. Untuk mengikat tulangan besi di
lapangan, dipakai kawat beton yang elastis yang terbuat dari baja lunak dengan diameter minimal
1 mm. Baja tulangan di dalam berkas tidak boleh mempunyai diameter minimal selisihnya satu
sama lain 3 mm pada setiap penampang dan harus diikat erat dengan kawat beton dengan jarak
pengikatan tidak lebih dari 24 kali diameter pengenal batang terkecil.

(11)
Dalam pemasangan tulangan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sesuai dengan peraturan
yang dipergunakan, diantaranya tentang pembengkokan tulangan, pemutusan, jarak antar
tulangan, selimut, panjang penyaluran, dan sebagainya. Pada penyambungan tulangan-tulangan
baja dibedakan atas penyambungan pada tulangan baja dengan profil polos dan baja dengan profil
ulir. Untuk sambungan baja polos, sambungan lewatan harus lebih besar sama dengan 40 kali
diameter baja dengan pembengkokan tulangan sepanjang 5 kali diameter atau 4-5 cm. Untuk
sambungan baja profil ulir, sambungan lewatan harus lebih besar sama dengan 40 kali diameter
baja tulangan tanpa adanya pembengkokan pada ujung-ujung tulangan yang terputus. Baja
tulangan harus dipasang dengan seksama pada tempat yang telah ditentukan, diikat dengan kuat
dan tetap dipertahankan ditempatnya dengan menggunakan kait-kait, sengkang, ganjal atau
penahan, kawat pengikat dan alat-alat lainnya selama dilaksanakan pengecoran beton.
Selimut beton atau penutup adalah jarak minimum antara sisi luar dari tulangan termasuk
sengkang, kawat pengikat dan tulangan spiral dan permukaan permanen terdekat dari beton. Dari
elemen-elemen beton yang teratur, selimut beton tidak boleh kurang dari 40 mm untuk kolom, 25
mm untuk balok dan 20 mm untuk tembok pelat, apabila elemen-elemen beton tersebut terpasang
di tempat-tempat terbuka, dan harus ditambahkan dengan 35 – 40 mm untuk komponen-
komponen utama, atau 45 mm untuk tembok dan pelat lantai jika tanah dipergunakan sebagai
acuannya.
Setiap jenis baja tulangan yang dihasilkan oleh pabrik pada umumnya setiap pabrik mempunyai
standar mutu dan jenis baja, sesuai dengan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Namun
demikian, pada umumnya baja tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dapat dibagi dalam
mutu-mutu yang tercantum dalam daftar berikut:

Tegangan ulur karakterstik (σau) atau


tegangan karakteristik yang memberikan
Mutu Sebutan regangan tetap 0.2 % (σ0.2) dalam kg/cm2

U – 22 Baja Lunak 2.200


U – 24 Baja Lunak 2.400
U – 32 Baja Sedang 3.200
U – 39 Baja Keras 3.900
U – 48 Baja Keras 4.800

Yang dimaksud dengan tegangan ulur karakteristik dan tegangan karakteristik yang memberikan
regangan tetap 0.2% adalah tegangan yang bersangkutan, dimana dari sejumlah besar hasil
pemeriksaan, kemungkinan adanyan tegangan yang kurang dari tegangan tersebut terbatas sampai
58% saja.
Tegangan ulur minimum dan tegangan minimum yang memberikan regangan tetap 0.2% yang
dijamin oleh pabrik pembuatannya dengan sertifikat, dapat dianggap sebagai tegangan
karakteristik bersangkutan.
2.1.3 Sifat Bahan Beton
Beton dapat dipakai dengan mencampurkan bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir,
batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat
semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan

(12)
dan perawatan beton berlangsung. Semen berfungsi sebagai pengikat, agregat sebagai bahan
pengisi, serta air sebagai bahan penyatu bahan-bahan tersebut.
Semen Portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak dipakai serta merupakan jenis
semen hidrolik yang penting. Semen Portland dipergunakan dalam semua jenis struktural seperti
tembok, lantai, jembatan, terowongan dan sebagian yang diperkuat dengan tulangan atau tanpa
tulangan.
Menurut SNI 15-2049-1994, (1994), Semen Portland diklasifikasikan dalam lima jenis, yaitu :
Jenis I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus
seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain,
2. Jenis II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat
atau kalori hidrasi sedang,
3. Jenis III : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap
permulaan setelah pengikatan terjadi,
4.Jenis IV: Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalori hidrasi rendah, dan
5. Jenis V : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap
sulfat .
Kekuatan beton tergantung dari banyak faktor, seperti:
- Proporsi campuran
- Kondisi temperatur dan kelembaban dari tempat dimana campuran ditempatkan dan mengeras
- Jumlah air yang relatif terhadap semen serta cara pengolahannya.
Faktor air semen (fas) sangat mempengaruhi kekuatan beton, fas merupakan perbandingan antara
berat air dengan semen dalam adukan beton. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai
fas, semakin rendah mutu kekuatan beton. Namun fas yang semakin rendah tidak selalu berarti
bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai fas yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam
pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya
nilai fas minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65. Rata–rata ketebalan lapisan
yang memisahkan antara partikel dalam beton sangat bergantung pada faktor air semen yang
digunakan dan kehalusan butir semennya.

Gambar 2.3 Grafik Faktor Air Semen

(13)
Di bawah ini ditunjukkan nilai faktor air semen yang ditetapkan menurut PBBI tahun
1971

Jumlah semen Nilai Faktor Air


Minimum per Semen Maksimun
mBeton (kg) 3

Beton di dalam ruang bangunan:


a) Keadaan keliling korosif 275 0.60
325 0.52
b) Keadaan keliling korosif disebabkan
oleh kondensasi atau uap-uap korosif
Beton di luar ruang bangunan:
a) Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari 325 0.6
langsung
b) Terlindung dari hujan dan terik matahari 275 0.6
langsung
Beton yang masuk ke dalam tanah:
a) Mengalami keadaan basah kering berganti- 325 0.55
ganti
b) Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau 375 0.52
air tanah
Beton yang kontinu berhubungan dengan air: 275 0.57
a) Air tawar 375 0.52
b) Air laut

Air untuk pembuatan campuran beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-
garam, bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton. Untuk itu apabila ada
keraguan mengenai air, maka harus diadakan pemeriksaan zat-zat yang terkandung air tersebut.
Adapun pH air yang diperkenankan adalah berkisar antara 6.8 -7.2 ,demikian pH air yang harus
bersifat netral agar tidak merusak tulangan pada beton.
Jumlah air yang dipakai dalam campuran beton, harus disesuaikan dengan proporsi campuran
beton tersebut. Akibat air yang terlalu banyak akan menyebabkan beton keenceran dan akan
merembesnya air pada cetakan beton (bleeding) dan setelah mengeras akan timbul retak-retak.
Hal ini disebabkan karena fungsi air untuk memberikan reaksi terhadap semen. Dan apabila
kekurangan air akan menyebabkan beton rapuh karena banyaknya lubang-lubang udara atau
rongga-rongga udara pada campuran beton tersebut karena campuran tidak homogen.
Kekentalan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump untuk mencegah adukan beton
yang terlalu kental atau encer. Pengujian ini menggunakan kerucut terpancung (kerucut Abrams)
dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan dengan tinggi 30 cm. Adukan yang telah
selesai diaduk sebagian sebagai sample dan dimasukkan ke kerucut Abrams dengan mengikuti
kriteria aturan yang ada.
Nilai slump yang didapat harus sesuai dengan perencanaan mutu beton yang diinginkan dimana
nilainya telah ditetapkan dalam daftar seperti pada tabel 2.6 dibawah ini.

(14)
Uraian Nilai slump maksimum Nilai slump minimum

- dinding, plat pondasi dan 12.5 5.0


pondasi telapak bertulang
- pondasi telapak tidak bertulang, 9.0 2.5
konstruksi di bawah tanah, kaison
- plat, balok, kolom, dinding 15.0 7.5
- pengerasan jalan 7.5 5.0
- pembetonan masal 7.5 2.5

Kekuatan tekan beton ditentukan oleh pengaturan perbandingan semen, agregat kasar dan halus,
air dan berbagai jenis bahan campur. Kekuatan beton cukup tinggi, dengan pengolahan khusus
dapat mencapai 700 kg/cm2. Kuat tekan beton relatif tinggi dibanding dengan kuat tariknya, yaitu
kuat tarik beton antara 9 – 15 % kuat tekannya. Selain itu, beton merupakan bahanyang bersifat
getas .
Berbeda dengan baja, maka modulus elastisitas beton adalah berubah-ubah menurut kekuatan.
Modulus elastisitas juga tergantung kepada umur beton, sifat-sifat dari agregat dan semen,
kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran dari benda uji. Selanjutnya, karena beton
memperlihatkan deformasi yang tetap (permanent) sekalipun dengan bahan yang kecil, maka
dikenal beberapa macam definisi untuk modulus elastisitas. Untuk penetapan modulus elastisitas
beton, penerapannya digunakan rumus – rumus empiris yang menyertakan besaran berat
disamping kuat tekan beton. SK SNI T – 15 – 1991 – 03 memberikan nilai

(15)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pendahuluan
Pada proses desain, beban-beban yang bekerja telah diketahui, dan yang akan ditentukan elemen-
elemen struktur agar mempunyai kekuatan yang cukup. Kadang dalam menentukan ukuran
elemen-elemen struktur tersebut, perencanan dihadapkan pada masalah desain struktur dengan
dimensi besar yang berarti tidak ekonomis dan dengan dimensi kecil yang berarti tidak aman.
Dalam hal ini diinginkan design yang “tepat” memenuhi kekokohan minimum agar tercapai
desain yang optimum. Untuk itu ada beberapa faktor yang mesti ditinjau dalam desain optimum,
dan yang terpenting adalah:
1. Berat material total minimum
2. Dipenuhi batasan stabilitas terhadap tegangan ijin

Desin optimum mengendalikan faktor-faktor tersebut agar diperoleh suatu struktur dengan biaya
total minimum.
3.2 Batasan Stabilitas
Gelagar komposit memanjang dan melintang harus memenuhi syarat stabilitas terhadap tegangan
ijin yaitu:
σ : Tegangan (kg/cm2)
Mbs : Momen akibat berat sendiri (kg cm)
Mbg : Momen akibat muatan bergerak (kg cm)
Mbt : Momen akibat beban tambahan (kg cm)
Wcomp : Tahanan Momen komposit elastis (cm3)
3.3 Contoh Analisis Perancangan Jembatan
Agar bisa lebih memahami analisis perancangan jembatan komposit gelagar kayu lantai beton ini,
berikut ini diberikan contoh analisis dan perancangan jembatan. Perancangan meliputi : balok
lantai, dan gelagar kayu.
Dalam analisis hitungan balok lantai , adapun beban-beban yang mungkin bekerja antara lain:
- beban merata;

- lapis aus aspal (qaspl)

- berat sendiri balok lantai (qbs)

- beban terpusat

- tekanan roda (P)

Diketahui data-data perencanaan jembatan sebagai berikut:


Suatu jembatan komposit kayu - beton terletak diatas sendi –rol dengan panjang 12 m dan lebar
lantai kendaraan 6 m, tebal lantai beton 20 cm trotoar as 1 m kiri dan kanan.

(16)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan menarik kesimpulan dan mencoba mengemukakan saran-saran.
4.1 KESIMPULAN
Dalam tulisan ini dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam perencanaan jembatan komposit gelagar kayu lantai beton ini sangat tergantung
terhadap panjang jembatan, lebar jembatan, tebal lantai kendaraan, jumlah gelagar , jarak as ke as
gelagar dan shear connector/penghubung geser.

2. Dari perhitungan jembatan diperoleh nilai momen maksimum sebesar 284,47 T dan gaya
lintang maksimum sebesar 93.14 T

3. Lendutan jangka panjang dapat menjadi masalah jika aksi penampang komposit menahan
sebagian besar beban hidup atau jika beban hidup terus bekerja dalam waktu yang lama.

4. Beton normal dan kayu dihubungkan menjadi struktur komposit kayu – beton yang kuat dalam
menahan beban lentur,sehingga mampu bereaksi terhadap beban kerja sebagai satu kesatuan.

5. Kekuatan dan kekakuan struktur komposit, banyak dipengaruhi oleh kemampuan penghubung
geser dalam menahan geseran.
4.2 SARAN
Adapun beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan analisis perhitungan struktur jembatan sebaiknya seorang perencana
mencermati beban-beban yang akan bekerja yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

2. Perencanaan jembatan komposit dengan gelagar kayu lebih sesuai untuk konstruksi dengan
bentang pendek , jika digunakan untuk bentang panjang tentunya sudah tidak ekonomis lagi
dimana dibatasi oleh panjang dan kemampuan bahan. Untuk jembatan dengan bentang panjang
biasanya digunakan gelagar baja.

3. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghemat penggunaan bahan bangunan, yaitu
dengan cara menggabungkan kayu dan beton yang merupakan satu kesatuan struktur komposit.

(17)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ir. H.J Struyk, Prof. Ir. K.H.C.W.Van Der Hen, Soemargono, Jembatan, PT. Pradnya
Paramita Jakarta, 1990.

2. Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES.,DEA, Agus Setyo Muntohar, ST, Jembatan, Beta Offset,
2007.

3. K.H Felix Yap, Ir, Konstruksi Kayu, Bandung : Bina Cipta, 1964.

4. Ir. Agus Iqbal Manu.Dipl.H.Eng.MIHT, Dasar-Dasar Jembatan Beton Bertulang, PT.


Mediatama Saptakarya,1995.

5. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI-2.

6. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961

7. R SNI T-02-2005, Standar Pembebanan Untuk Jembatan, Bandung : BSN

(18)

Anda mungkin juga menyukai