Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH SISTEM PERSEPSI SENSORI

“GLUKOMA”

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Disusun Oleh:

Winda Sri Nurany (03201663)

Anisa Resti Oktaviani (032016064)

Sintia Nursafitri (032016066)

Lany Fauziah (032016067)

Syarah Mujahidah (032016068)

Lusi Desianti (032016069)

Wika Puspika Sari (032016071)

Aprilia Hannum (032016072)

Teni Setiawati (03201657)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Atas karunia Allah SWT akhirnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Glaukoma”

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari keterbatasan kemampuan baik dalam
pengalaman maupun pengetahuan serta waktu yang tersedia sehingga kami yakin dalam
penyajian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Namun demikian kami telah berusaha
secara maksimal dengan melaksanakan kelompok belajar.

Harapan kami semoga hasil yang telah dicapai dalam makalah ini dapat
bermanfaat.Untuk penyempurnaan penulisan, diharapkan saran dan kritik yang membangun
demi perbaikan selanjutnya.

Bandung, Oktober 2018

Penyusun (Kelompok 4)

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 6
C. Tujuan.......................................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................ 7
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 7
A. Anatomi dan Fisiologis ............................................. Error! Bookmark not defined.
B. Definisi Glaukoma ...................................................................................................... 7
C. Etiologi Glaukoma .................................................................................................... 10
D. Patofisiologi .............................................................................................................. 10
E. Faktor Risiko ............................................................................................................. 10
F. Tanda dan Gejala .......................................................................................................... 11
G. Klasifikasi.................................................................................................................. 12
H. Komplikasi ................................................................................................................ 14
I. Pemeriksaan Diagnostik................................................................................................ 14
J. Penatalaksanaan ............................................................................................................ 18
BAB III .................................................................................................................................... 21
PEMBAHASAN KASUS ........................................................................................................ 21
B. Analisa Data .............................................................................................................. 28
D. INTERVENSI ........................................................................................................... 30
BAB IV .................................................................................................................................... 33
PENUTUP................................................................................................................................ 33
A. Kesimpulan................................................................................................................ 33
B. Saran .......................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 34
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Anatomi dan Fisiologis


AQUEOUS HUMOR

Gambar 1. Anatomi aqueous humor

Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan
belakang. Volumenya sekitar 250 uL dan kecepatan pembentukan nya memiliki
variasi diurnal yaitu 2,5 uL/menit. Tekanan osmotiknya lebih tinggi dibandingkan
dengan plasma. Komposisi aqueous humor sama dengan plasma, tetapi cairan ini
memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang lebih tinggi, protein, urea dan
glukosa yang lebih rendah.

Aqueous humor diproduksi di corpus siliaris. Ultrafiltrat plasma yang


dihasilkan di stroma processus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan processus
sekretorius epitel siliaris. Setelah mengisi bilik mata belakang , cairan aqueous hmor
akan mengalir melalui pupil ke bilik mata depan. Cairan ini akan keluar melalui 2
jalur aliran yang berbeda, yaitu melalui jalur konvensional dan jalur uveoscleral.
Aliran melalui jalur konvensional ( jalur trabekulum ) yang merupakan jalur utama,
dimana sekitar 90% aliran aqueous humor melalui jalinan trabekular menuju kanal
Schlemm yang terdiri dari sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous

3
4

menyalurkan ke sistem vena. Jalur uveoscleral dimana sekitar 10% aliran aquoues
humor melalui ruang suprakoroid dan ke dalam sistem sistem vena corpus siliaris,
koroid dan sclera.

B. LENSA

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan


transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa
digantung oleh zonula (zonulaZinnii) yang menghubungkan dengan korpus siliare.
Disebelah anterior lensa terdapat humosaquos dan disebelah posterior terdapat viterus.
Kapsul lensa adalah suatu membran semi permeabel yang dapat dilewati air dan
elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel sub kapsular. Nukleus lensa lebih
keras daripada korteksnya.
Sesuai dengan bertambah nya usia, serat-serat lamelar subepitel terus
diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadikurang elastic. Lensa terdiri dari
enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekalimineral yang biasa ada di
jaringan tubuh lainnya.
Kandungan kalium lebih tinggi di lensa dari pada di kebanyakan jaringan
lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun
tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.
5

Gambar 2. Anatomi lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.


Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter antero posterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel
atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik
kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferisdiiringi oleh peningkatan daya
biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa
untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu
juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk
memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri. 4,5

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (natrium


dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di
bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di
bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke
aqueous humour, dari luar IonNa masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior
untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan
kadar kalsium tetap dipertahankan di dalamoleh Ca-ATPase Metabolisme lensa
6

melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt
menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas
glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim
sorbitol dehidrogenase.

1. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi Fisiologis dari Glaukoma?
2. Apa defisini dari glaukoma?
3. Bagaimana Etiologi dari glaukoma?
4. Bagaimana patofisiologi dari glaukoma?
5. Bagaimana faktor risiko dari glaukoma?
6. Apa saja tanda dan gejala dari glaukoma?
7. Bagaimana Prosedur diagnostik pada penderita glaukoma?
8. Bagaimana terapi pada penderita glaukoma?
9. Bagaimana tatalaksana pada penderita glaukoma?

2. Tujuan
1. Untuk mengetahui Anatomi Fisiologis dari glaukoma
2. Untu mengetahui defisini dari glaukoma
3. Untuk mengetahui Etiologi dari glaukoma
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari glaukoma
5. Untuk mengetahui faktor risiko dari glaukoma
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari glaukoma
7. Untuk mengetahui Prosedur diagnostik pada glaukoma
8. Untuk mengetahui terapi diet pada glaukoma
9. Untuk mengetahui tatalaksana pada penderita glaukoma
7

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Glaukoma
Glukoma berasal dari bahasa yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita.Kelainan mata glukoma
ditandai dengan meningkatnya bola mata, atropi pupil syaraf optic, dan menciutnya
lapang pandang (Sidarta dkk, 2011).
Glukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa, neuropati
syaraf optic, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya diakibatkan
oleh tekanan bola mata yang tidak normal (Ilyas, 2002).
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapang pandang dan biasanya
disertai peningkatan intra okuler.
Sedangkan katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract
dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibathidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.Biasanya kekeruhan mengenai kedua
mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu
yang lama.
B. Klasifikasi
a) GLAUKOMA
Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologi
A. Glaukoma primer
1. Glaukoma sudut terbuka
a. Glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma sudut terbuka kronik, glaukoma
simpleks kronik)
b. Glaukoma tekanan normal
2. Glaukoma sudut tertutup
a. Akut
b. Subakut
c. Kronik
8

d. Iris plateau
b) Glaukoma sekunder
1. Glaukoma pigmentasi
2. Sindrom eksfoliasi
3. Alibat kelainan lensa (fakogenik)
a. Dislokasi
b. Intumesensi
c. Fakolitik
4. Akibat kelainan traktus uvea
a. Uveitis
b. Sinekia posterior
c. Tumor
d. Edema corpus siliaris
5. Sindrom iridokorneoendotelial
6. Trauma
a. Hifema
b. Kontusio
c. Sinekia anterior perifer
7. Pasca operasi
a. Glaukoma maligna
b. Sinekia perifer
c. Pertumbuhan epitel bawah
d. Pasca bedah ablasio retina
8. Glaukoma neovaskular
a. Diabetes mellitus
b. Oklusi vena sentralis perifer
c. Tumor intar okuler
9. Peningkatan tekanan vena episklera
a. Fistula karotis-kavernosa
b. Sindrom Sturge-Weber
10. Steroid
c) Glaukoma kongenital
1. Glaukoma kongenital primer
2. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain
9

a. Sindrom pembelahan bikil mata depan : Sindrom Axenfeld, Sindrom reiger,


Sindro Peter
b. Aniridia
3. Glaukoma yang berkaitan dengan perkembangan ekstraokuler
a. Sindrom Sturge-Weber
b. Sindrom Marfan
c. Neurofibromatosis 1
d. Sindrom Lowe
e. Rubela kongenital
Klasifikasi glaukoma berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intra okuler,
d) Glaukoma sudut terbuka
1. Membran trabekular
a. Glaukoma neovaskular
b. Pertumbuhan epitel bawah
c. Sindrom ICE
2. Kelainan trabekular
a. Glaukoma sudut terbuka primer
b. Glaukoma kongenital
c. Glaukoma pigmentasi
d. Sindrom eksfoliasi
e. Glaukoma akibat steroid
f. Hifema
g. Kontusio atau resesi sudut
h. Iridosiklitis
i. Glaukoma fakolitik
3. Kelainan pasca trabekular
a. Peningkatan tekanan vena episklera
e) Glaukoma sudut tertutup
1. Sumbatan pupil
a. Glaukoma sudut tertutup primer
b. Seklusio pupilae
c. Intumesensi lensa
d. Dislokasi lensa anterior
10

e. Hifema
2. Pergeseran lensa ke anterior
a. Glaukoma sumbatan siliaris
b. Oklusi vena sentralis retina
c. Skleritis posterior
d. Pasca bedah ablasio retina
3. Pendesakan sudut
a. Iris plateau
b. Intumesensi lensa
c. Midriasis
4. Sinekia posterior perifer
a. Penyempitan sudut kronik
b. Akibat bilik mata depan yang datar
c. Iris bombe
d. Kontraksi membran trabekular

C. Etiologi Glaukoma
Glaukoma biasanya disebabkan oleh obstruksi aliran aqueoshumorkeluar dari
ruang mata. Glaukoma penutupan sudut akut disebabkan oleh obstruksi aliran secara
mendadak melalui sudut antara kornea dan iris, yang dapat terjadi infeksi atau cedara
atau bahkan tanpa alasan yang jelas, sebaliknya glaukoma sudut terbuka primer terjadi
lebih bertahap, biasanya akibat fibrosis yang berhubungan dengan usia disudut
tersebut atau obstuksi bertahap saluran lain yang berperan dalam aliran aqueos humor.
Pada kasus tersebut dapat peningkatan progresif tekanan intraocular (Corwin, 2009)

D. Patofisiologi

E. Faktor Risiko
1. Usia lebih dari 45 tahun.
2. Penderita diabetes.
3. Penderita myopia (mata minus) yang parah.
4. Penderita hipertensi.
5. Pekerja las
6. Riwayat keluarga (keluarga yang mempunyai riwayat glaukoma) (Mumpuni,
2016).
11

F. Tanda dan Gejala


Glaukoma primer yang kronis dan berjalan lambat sering tidak diketahui bila
mulainya, karena keluhan pasien amat sedikit atau samar. Misalnya mata sebelah
terasa berat, kepala pusing sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur dengan
anamnesa tidak khas. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan kacamata
koreksi untuk presbiopia lebih kuat dibanding usianya. Kadang-kadang tajam
penglihatan tetap normal sampai keadaan glaukomanya sudah berat.4
Pada akhirnya akan terjadi penyempitan lapang pandang yang menyebabkan
penderita sulit melihat benda-benda yang terletak di sisi lain ketika penderita melihat
lurus ke depan ( disebut penglihatan terowongan).
Ilyas (2009) menjelaskan mata merah dengan penglihatan turun mendadak
biasanya merupakan glaukoma akut.
Glaukoma fakomorfik menunjukkan gejala sebagai berikut :
1) Nyeri akut
2) Mata hiperemis
3) Pandangan kabur
4) Sensasi halo
5) Mual
6) Muntah
7) Pasien umumnya memiliki penurunan penglihatan sebelum episode akut karena
riwayat katarak.
Tanda glaukoma fakomorfik termasuk di bawah ini:
1) TIO tinggi (> 35 mmHg)
2) Pupil dilatasi sedang, iregular
3) Edema kornea
4) Injeksi konjungtiva dan vena episklera
5) Sudut kamera anterior dangkal
6) Pembesaran lensa dan displasi ke depan
7) Pembentukan katarak tidak sama antara kedua mata
Gejala dan tanda glaukoma fakolitik menurut Chen & Yi (2009), sebagai berikut:14
1) Pasien dengan glaukoma fakolitik secara khas mempunyai riwayat penurunan
penglihatan yang lambat selama beberapa bulan maupun tahun sebelum terjadi
nyeri dengan onset akut, mata merah, dan seringkali terjadi penurunan
penglihatan yang lebih jauh.
12

2) Penglihatan mungkin hanya dapat persepsi cahaya karena densitas katarak


3) Gejalanya sama dengan glaukoma sudut tertutup akut
4) Riwayat penurunan penglihatan yang lambat sebelum onset akut adalah gejala
yang vital untuk diagnosis.
5) TIO meningkat sangat tinggi
6) Pemeriksaan lampu slit menampakkan edema kornea mikrositik, kamera anterior
sembab, makrofag, agregasi material putih.
7) Penemuan genioskopi biasanya normal.
Gejala dan tanda yang didapatkan pada glaukoma sudut tertutup akut primer menurut
Ilyas (2009) :
1) Pasien dengan glaukoma sudut tertutup akut primer menampakkan gejala nyeri
okular dan kepala
2) Penurunan lapang pandang unilateral
3) Adanya halo berupa pelangi di sekitar lampu yang dilihat
4) Seringkali mual dan muntah
5) Ketajaman penglihatan dapat menurun secara signifikan pada mata yang
terpengaruh, seringkali sampai 20/80 atau lebih buruk.
6) Tanda khas yang muncul termasuk peningkatan TIO secara signifikan, pada
evaluasi genioskopi, terdapat injeksi konjungtiva dan episklera yang dalam, dan
pupil yang berdilatasi sedang.
7) Pada pemeriksaan slit lamp juga dapat terlihat edema kornea dan sudut kamera
anterior yang dangkal.
8) Tonometri dapat terlihat TIO rata-rata 30 sampai dengan 60 mmHg, ataupun lebih
tinggi pada beberapa kasus. .
9) Mungkin terdapat bukti episode pentupan sudut sebelumnya dalam bentuk sinekia
anterior perifer pada mata.

G. Klasifikasi
Terdapat dua kategori glukoma :glukoma sudut terbuka dan sudut tertutup.kategori
tersebut lebih lanjut dibagi menjadi :
1. Glaukoma primer : penyebabnya tidak diketahui biasanya bilateral dan diduga
mempunyai komponen hereditas.
a. Glaukoma sudut tertutup (acute congestive glaucoma).
13

Keadaan ini timbul pada mata yang kecil (pada hipermetropia) dengan bilik
mata anterior yang dangkal.pada mata normal titik kontak antara batas pupil
dan lensa memiliki resitensi terhadap masuknya akueous kedalam bilik mata
anterior (blok pupil relatif) pada glukoma sudut tertutup, kadang sebagai
respon terhadap dilatasi pupil,resistensi ini meningkat dan gradien tekanan
menyebabkan iris melelngkung kedepan sehingga menutup sudut drainase.
Akueous tidak dapat lagi mengalir melalui jalinan trebekula dan tekanan
okular meningkat.biasanya mendadak. (james,brucee.dkk.2006)
b. Glaukoma sudut terbuka (kronic simple glaucoma)
Pada glukoma sudut terbuka,struktur jalinan trabekula terlihat normal namun
terjadi peningkatan resitensi aliran keluar akueous yang menyebabkan
peningkatan tekanan okular.penyebab obstruksi aliran keluar antara lain:
1) Penebalan lamella trabekula yang mengurangi ukuran pori
2) Berkurangnya jumlah sel trebekula pembatas
3) Peningkatan bahan ekstraseluler pada jalinan trabekula
Suatu bentuk glukoma juga terjadi dimana terjadi kehilangan lapang
pandang galukomatosa dan cuping lempeng optic meski tekanan
intraocular tidak meningkat.diduga papil saraf optic pada pasien ini secara
tidak biasa rentan terhadap tekanan intraocular dan memiliki aliran darah
intristik yang berkurang.sebaliknya tekanan intraocular dapat meningkat
tanpa bukti adanya kerusakan visual atau cupping lempeng optic
patologis(hipertensi okular). (james,brucee.dkk.2006)
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder tekanan intraocular biasanya meningkat karena tersumbatnya
jalinan trabekula.jalinan trabekula dapat tersumbat oleh:
1) Darah (hifema )karena trauma tumpul.
2) Pigmen dari iris (sindrom dispresi pigmen)
3) Deposisi bahan yang dihasilkan oleh epitel lensa, iris, dan bahan siliar pada
jalinan trabekula(galukoma pseudoeksfoalitif). (james,brucee.dkk.2006)
timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata disebabkan:
a. Kelainan lensa
1) Luksasi
2) Pembengkakan
3) Fakoltik
14

b. Kelainan uvea
1) Uveitis,dapat meyebabkan iris menempel ke jalinan trabekula
2) Tumor
c. Trauma :
1) Pendarahan dalam bilik mata depan
2) Perporasi kornea dalam prolapse iris, yang menyebabkan leukoma adheren
d. Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.
Katarak dapat membengkak dan mendorong iris kedepan sehingga menutup
sudut drainase.
3. Glaukoma congenital
Penyebab glukoma congenital masih belum jelas. Sudut iridokornea dapat
berkembang secara abnormal dan tertutup membrane.Glaukoma kongenital primer
atau glaukoma infantile (buftalmos, hidroftalmos). Glaikoma yang bertalian
dengan kelainan kongenital lain.
4. Glaukoma absplut
Keadaan terakhir suatu glaukoma yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri.
(ilyas, 2002).

H. Komplikasi
Glaucoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh, bilik
mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata
keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan
penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan
kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk
menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola
mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

I. emeriksaan Diagnostik
Penilaian dugaan gluokama memerlukan pemeriksaan slimpt lamp lengkap yaitu:
1. Pemeriksaan lapang pandang
15

Penting, baik untuk menegakkan diagnosa maupun untuk meneliti perjalanan


penyakitnya, juga bagi menetukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu diteliti
keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral.
Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan perifer belum menunjukkan
kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukkan adanya bermacam-
macam skotoma.
Jika glaukoma sudah lanjut, lapang pandangan perifer juga memberikan kelainan
berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan bersatu
dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel vision, seolah-
olah melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi buta
2. Pemeriksaan tekanan bola mata
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer.
Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tanometer pada bola mata dinamakan
tonometri. Tindaktan ini dapat dilakukan oleh dokter umum dan dokter spesialis
lainnya.
Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada setiap orang berusia i atas
20 tahun pada saat pemeriksaan fisik medik secara umum. Dikenal beberapa alat
tonometer seperti alat tonometer Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman.
a. Tonometri Schiotz
Tonometer Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran
tekanan bola mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat
daya tekan alat pada kornea karena itu dinamakan juga tonometri indentasi
Schiotz. Dengan tonometer Schiotz dilakukan indentasi penekanan terhadap
kornea.
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi horizontal dan mata
ditetesi dengan obat anestesi topikal atau pantokain 0,5%. Penderita diminta melihat
lurus ke suatu titik di langit-langit, atau penderita diminta melihat lurus ke salah satu
jarinya, yang diacungkan, di depan hidungnya. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan
penderita. Dengan ibu jari tangan kiri kelopak mata digeser ke atas tanpa menekan
bola mata; jari kelingking tangan kanan yang memegang tonometer, menyuai kelopak
inferior. Dengan demikian celah mata terbuka lebar. Perlahan-lahan tonometer
diletakkan di atas kornea.
16

Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan kornea, sedang


mata yang lainnya berfiksasi pada satu titik di langit-langit kamar penderita. Jarum
tonometer akan menunjuk pada suatu angka di atas skala.
Tiap angka pada skala disediakan pada tiap tonometer. Apabila dengan beban
5,5 gram (beban standar) terbaca angka 3 atau kurang, perlu diambil beban 7,5 atau
10 gram. Untuk tiap beban, table menyediakan kolom tersendiri.
b. Tonometer aplanasi
Cara mengukur tekanan intraokular yang lebih canggih dan lebih dapat
dipercaya dan cermat bias dikerjakan dengan Goldman atau dengan tonometer
tentengan Draeger.
Pasien duduk di depan lampu celah. Pemeriksaan hanya memerlukan waktu
beberapa detik setelah diberi anestesi. Yang diukur adalah gaya yang diperlukan
untuk mamapakan daerah kornea yang sempit.
Setelah mata ditetesi dengan anestesi dan flouresein, prisma tonometer
aplanasi di taruh pada kornea. Mikrometer disetel untuk menaikkan tekanan pada
mata sehingga gambar sepasang setengah lingkaran yang simetris berpendar karena
flouresein tersebut. Ini menunjukkan bahwa di semua bagian kornea yang
bersinggungan dengan alat ini sudah papak ( teraplanasi). Dengan melihat melalui
mikroskop lampu celah dan dengan memutar tombol, ujung dalam kedua setengah
lingkaran yang berpendar tersebut diatur agar bertemu yang menunjukkan besarnya
tekanan intraokular. Dengan ini selesailah pemeriksaan tonometer aplanasi dan hasil
pemeriksaan dapat dibaca langsung dari skala mikrometer dalam mmHg.
c. Tonometri Digital
Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tekanan bola mata dengan cepat
yaitu dengan memakai ujung jari pemeriksa tanpa memakai alat khusus
(tonometer). Dengan menekan bola mata dengan jari pemeriksa diperkirakan besarnya
tekanan di dalam bola mata. Pemeriksaan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Penderita disuruh melihat ke bawah
2) Kedua telunjuk pemeriksa diletakkan pada kulit kelopak tarsus atas penderita
3) Satu telunjuk mengimbangi tekanan sedang telunjuk lain menekan bola mata.
Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat menyatakan
tekanan mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan lebih
tinggi atau lebih rendah daripada normal.
17

Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai
atau dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea irregular dan infeksi kornea.
3. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak mata khusus dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
4. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi, pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang dinamakan
oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik di dalam mata dan
akan dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik.
Saraf optik dapat dilihat secara langsung. Warna serta bentuk dari mangok saraf
optik pun dapat menggambarkan ada atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma
yang sedang diderita.

Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat dilihat :


1) Kelainan papil saraf optik
2) saraf optik pucat atau atrofi
3) saraf optik tergaung
4) Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna hijau
5) Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar.
5. Tes Provokasi
Untuk glaukoma sudut terbuka
1. Tes minum air : pasien diminta berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam.
Kemudian diminta minum air 1L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraokuler
diukur setiap 15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih,
dianggap glaukoma.
2. Pressure congestion test : Pasang tensimeter dengan tekanan 50-60 mmHg selama
1 menit. Kemudian diukur tekanan intraokulernya. Kenaikan 9 mmHg,
mencurigakan, sedangkan bila lebih 11 mmHg pasti glaukoma.
3. Kombinasi tes air minum dan pressure congestion test : Setengah jam setelah tes
minum dilakukan pressure congestion test.
4. Tes steroid : Diteteskan larutan dexamethasone 3-4x/ hari selama 2 minggu.
Kenaikan tekanan intra okuler 8 mmHg menunjukkan glaukoma.
Untuk glaukoma sudut tertutup
18

1. Tes kamar gelap : Pasien di tempatkan di tempat gelap selama 1 jam dan dalam
keadaan tidak tidur. Diukur tekanan intra okuler, apabila lebih dari 8 mmHg
mencurigakan, sedangkan bila lebih dari 10 mmHg pasti keadaan patologis.
2. Tes membaca : Pasien diminta membaca huruf kecil pada jarak dekat selama 45
menit. Kenaikan tekanan 10-15 merupakan keadaan patologis.
3. Tes midriasis : Tes dilakukan dengan meneteskan cairan midriatika seperti kokain
2%, homatropin 1% atau neosynephrine 10%. Tekanan diuukur setiap 15 menit
selama 1 jam. Kenaikan 5 mmHg mencurigakan sedangkan lebih dari 7 mmHg
pasti keadaan patologis.
Tes bersujud ( prone position test ) : Pasien diminta bersujud selama 1 jam.
Kenaikan 8-10 mmhg menandakan keadaan patologis.

J. Penatalaksanaan
Pengobatan terhadap glaukoma adalah dengan cara medikamentosa dan operasi. Obat-
obat anti glaukoma meliputi:
Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
1. Obat-obat miotik
a) Golongan kolinergik (pilokarpin 1 – 4 % 5 kali / hari), karbakol (0,75–3 %)
b) Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal 0,25 %)
2. Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
a) Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
b) Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
3. Carbonucan hidrase intibitor
a) Asetazolamid (diamol 125 – 250 mg 4 x / hari)
b) Diklorfenamid (metazolamid)

Tindakan operasi untuk glaukoma:


1) Laser trabekuloplasti.
Dimana suatu laser zat organ disorotkan langsung kejaringan trabekuler untuk
merubah susunan jaringan dan membuka aliran dari humor Aguos dan
iridektom

2) Trabekulektomi.
Pada kondisi sangat gawat diperlukan tindakan operasi trabekulektomi, yaitu
dengan membuat saluran kecil dari bola mata bagian depan ke konjungtiva
19

Pada glaukoma masalahnya adalah terdapatnya hambatan filtrasi


(pengeluaran) cairan mata keluar bola mata yang tertimbun dalam mata
sehingga tekanan bola mata naik. Bedah trabekulektomi merupakan teknik
bedah untuk mengalirkan cairan melalui saluran yang ada. Pada
trabekulektomi ini cairan mata tetap terbentuk normal akan tetapi pengaliran
keluarnya dipercepat atau salurannya diperluas.
Bedah trabekulektomi membuat katup sklera sehingga cairan mata keluar dan
masuk di bawah konjungtiva. Untuk mencegah jaringan parut yang terbentuk
diberikan 5 fluoruracil atau mitomisin. Dapat dibuat lubang filtrasi yang besar
sehingga tekanan bola mata sangat menurun.
Pembedahan ini memakan waktu tidak lebih dari 30 menit. Setelah
pembedahan perlu diamati 4-6 minggu pertama. Untuk melihat keadaan
tekanan mata setelah pembedahan.
3) Full-thickness Sclerectomy.
a. Untuk glaukoma sudut tertutup
1) Laser iridektomi.
2) Laser gonioplasti atau iridoplasti perifer.
b. Prosedur lain untuk menurunkan tekanan intraokuli
1) Pemasangan shunt.
2) Ablasi badan siliar.
3) Siklodialisis.
4) Viskokanalostomi.
c. Untuk glaukoma kongenital
1) Goniotomi dan trabekulotomi
d. Bedah filtrasi dengan implan
Pada saat ini dikenal juga operasi dengan menanam bahan penolong pengaliran
(implant urgary). 8Pada keadaan tertentu adalah tidak mungkin untuk membuat
filtrasi secara umum sehingga perlu dibuatkan saluran buatan (artificial) yang
ditanamkan ke dalam mata untuk drainase cairan keluar. 8
Beberapa ahli berusaha membuat alat yang dapat mempercepat keluarnya
cairan dari bilik mata depan. Upaya di dalam membuat ini yaitu : 8
1) Dapat mengeluarkan cairan mata yang berlebihan.
2) Keluarnya tidak hanya dalam jumlah dan persentase.
3) Mengatur tekanan maksimum, minimum optimal, seperti hidrostat.
20

4) Tahan terhadap kemungkinan penutupan


5) Minimal terjadinya hipotensi
6) Desain yang menghindarkan migrasi dan infeksi.
7) Bersifat atraumatik.
BAB III

PEMBAHASAN KASUS
Kasus Glukoma
Ny.W berusia 59 tahun, mengeluhkan Nyeri pada bola matakanan. Mata kanan terasa
sakit sudah 5 hari SMRS.Dialami sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu dan memberat dalam 1
minggu terakhir disertai dengan penglihatan yang bertambah kabur secara perlahan-lahan.
Mata merah(+), sakit kepala(+), mual(-), muntah(-), air mata berlebih(-), kotoran mata
berlebih (-).Pasien juga merasa mata kanan sakit, merah, dan pandangan agak kabur. Pasien
telah berobat keklinik dan diberi obat sakit kepala, tapi sakit kepala kambuh lagi. 1 hari
SMRS, pasien merasakan sakit pada mata kanan yang bertambah berat (mata seperti mau
copot) dan penglihatan semakin kabur. Pasien juga merasa mual, namun tidak muntah.
Riwaya tmenggunakan kacamata(-). Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-). Pasien
mengaku pernah operasi katarak 5 tahun yang lalu.
Tekanan darah 145/80 mmHg Nadi 79 kali / menit RR 21 kali / menitSuhu 37˚ C.
Pemeriksaan oftalmologi= pupil kanan: tidak bulat - middilatasi; pupil kiri bula middilatasi;
lensa kanan keruh, kiri jernih; visus 1/60 6/20.
TerapiIVFD RL + cernevit /12 jam + novalgin, Glaucon 3 x I, Timol 2 x I OD, Tobroson 3 x
I OD, C. Vital 2 x I, C. Lyters 6 x I OD,Aspar K 3 x I
PERTANYAAN :
1. Jelaskan konsep penyakit yang dialami pasien diatas meliputi definisi, klasifikasi, etiologi,
tanda dan gejala, komplikasi penyakit glukoma?
2. Pengkajian apalagi yang harus dilakukan pada pasien diatas?
3. Apa factor risiko glukoma pada kasus di atas?
4. Rumuskan diagnose keperawatan yang muncul pada pasien diata sdengan membuat bagan
analisa data ?
5. Susunlah rencan aasuhan keperawatan ?

21
22

A. Pengkajian
Pengumpulan data
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. W
Umur : 59 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku bangsa : Sunda
Status Martital : Menikah
Alamat : Jl. Anggrek No.01A
Tanggal masuk RS : 10 Oktober 2018
Tanggal pengkajian : 11 Oktober 2018
Nomor Medrec : 012016015
Diagnosa Medis : Glaukoma

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. M
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Hubungan Dengan Pasien : Suami
Alamat : Jl. Anggrek No. 01A

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan Nyeri pada bola mata kanan
23

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien mengeluh nyeri pada bola mata kanan dialami sejak kurang lebih 1 bulan
yang lalu dan memberat dalam 1 minggu terakhir disertai dengan penglihatan
yang bertambah kabur secara perlahan-lahan. Mata merah(+), sakit kepala(+),
mual(-), muntah(-), air mata berlebih(-), kotoran mata berlebih(-). Pasien juga
merasa mata kanan sakit, merah, dan pandangan agak kabur. Pasien telah berobat
ke klinik dan diberi obat sakit kepala, tapi sakit kepala kambuh lagi. 1 hari SMRS,
pasien merasakan sakit pada mata kanan yang bertambah berat (mata seperti mau
copot) dan penglihatan semakin kabur. Pasien juga merasa mual, namun tidak
muntah.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat menggunakan kacamata(-). Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-).
Pasien mengaku pernah operasi katarak 5 tahun yang lalu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji, namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Menggunakan genogram atau menyusun riwayat kesehatan anggota keluarga.
Menanyakan adakah di keluarganya memiliki riwayat penyakit DM, kanker, TBC,
jantung, hipertensi dll di keluarga.Setidaknya ada 3 generasi yang digambar di
genogram.
e. Data Sosial
Tidak terkaji, namun harus ada yang dikaji yaitu: Pasien dapat berinteraksi dengan
keluarga, dokter, perawat, dan tim kesehatan lainnya.
f. Data Spiritual
Tidak terkaji, namun harus ada yang dikaji yaitu: Hubungan klien dengan Allah
SWT, spirit dari siapa saja, melaksanakan sholat sehat-sakit,sakit menurut agama
klien seperti apa
g. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah : 145/80 mmhg
Nadi : 79 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : 370C
24

2) Pemeriksaan Fisik Persistem


a) Sistem Persyarafan
(1) Kesadaran dan Orientasi :
Klien sadar dan Composmentis
(2) GCS : 15
(3) Memori :
(4) Nervus I (Olfaktorius):tidak terkaji yang harus dikaji:indra penciuman
klien,apakah dapat membedakan bau.
 Nervus II ( Optikus):pengkajian lapang pandang,,pupil mengecil
atau tidak pada saat diberi cahaya.mata bisa mengedip atau tidak.
 Nervus III, IV dan VI (Okulomotorius, Troclearis, dan
Abdusen):kaji mulut klien,dapat mengunyah atau tidak, lidah bisa
digerakan atau tidak,
 Nervus V (Trigeminus):kaji klien apakah bisa merasakan sensasi
sentuhan,,mampu mengerutkan dahi,klien mampu tersenyum
 Nervus VII (Fasialis) : tidak terkaji. Kaji adanya tremor atau
kelumpuhan dimuka, kejang.
 Nervus VIII (vestibulochoclearis): kaji apakah klien dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan perawat.
 Nervus IX dan X (Glossofaringeus dan Vagus): kaji apakah klien
dapat membedakan asin,manis,dan pahit.dan apakah terdapat
gangguan menelan.
 Nervus XI (Aksesorius): kaji kemampuan klien menggerakan
bahu,dan bisa menahan sakit jika diberi tahanan.
 Nervus XII (Hipoglosus): kaji kemampuan klien untuk menoleh
kea rah kanan dan kiri terhadap lawanan yang diberikan.

b) Sistem Sensori Persepsi


Klien mengeluh nyeri pada bola mata kanan (mata seperti mau copot),
pandangan agak kabur, dan klien mengeluh sakit kepala.
c) Sistem pernapasan
25

Saat dilakukan pengkajian TTV: RR 21x/menit. Tambahan data yang


harus dikaji: apakah terdapat pernafasan cuping hidung, kebersihan hidung
klien, apakah terpasang alat bantu pernafasan , bentuk dada simetris/tidak,
apakah ada bunyi suara nafastambahan.
d) Sistem kardiovaskular
Saat dilakukan pengkajian TD 145/80 mmhg. Tambahan data yang harus
dikaji: kaji konjungtiva anemis/tidak, kelembaban mukosa bibir, adakah
cyanosis, kaji peningkatan JPV, CRT kembali < 3 detik, akral teraba
hangat/tidak, adakah kardiomegali, dan kaji bunyi dan irama jantung.
e) Sistem Pencernaan
Klien merasa mual, namun tidak muntah. Data tambahan yang harus
dikaji: Kaji kondisi mulut yaitu kelembaban, kebersihan lidah, jumlah gigi,
caries gigi, stomatitis, nyeri telan, Kesimetrisan abdomen, warna abdomen,
asites atau tidak, luka di abdomen, ada spider navy/tidak, auskultasibising
usus, palpasi 4 kuadran abdomen apakah ada nyeri tekan/tidak, perkusi
abdomen dan hepar, ada masa/tidak, pada saat BAB kaji fesesnya yaitu
warna, konsistensi, bau, frekuensi.
f) Sistem perkemihan
Tidak terkaji, namun data yang harus dikaji yaitu:
Inspeksi : pakai kateter/diapers, lihat area genital, warna urin, jumlah urin,
karakteristik urin.
Palpasi : apakah ada nyeri tekan, teraba distensi kandung kemih/tidak,
palpasi ginjal ada masa/tidak.
g) Sistem musculoskeletal
Tidak terkaji, namun data yang harus dikaji yaitu:
Inspeksi : deformitas ada/tidak, ada amputasi/tidak, penggunaan alat bantu
jalan, ada edema karena fraktur/tidak, ROMnya bagaimana, nilai kekuatan
ototnya.
h) Sistem integument
Tidak terkaji, namun data yang harus dikaji yaitu: warna kulit, apakah
terdapat luka (ukuran luka = panjang x lebar x dalam), pembesaran masa
terlihat/tidak.

h. Riwayat ADL (Activity Daily Living)


26

No Aktivitas Di rumah Di rumah sakit


1. Nutrisi
a. Makan
Frekuensi
Jenis
Keluhan
Tidak Terkaji Klien mengeluh mual

b. Minum
Frekuensi
Jenis
Keluhan
2. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
Bau Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna
Keluhan
b. BAK
Frekuensi
Warna
Bau Tidak terkaji Tidak terkaji
Keluhan

3. Istirahat tidur
a. Siang
Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Malam
4. Personal hygiene
a. Mandi
Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Keramas
c. Gosok gigi
27

No Aktivitas Di rumah Di rumah sakit


5. Olahraga Tidak terkaji Tidak terkaji

i. Data penunjang :
1) Pemeriksaan oftalmologi:
Pupil kanan: tidak bulat-middilatasi; pupil kiri bulat middilatasi; lensa kanan
keruh, kiri jernih; visus 1/60 6/20.

2) Terapi
Nama Obat Route Indikasi
Glaucon 3x1 Oral Hipertensi, glaukoma sudut terbuka, kesulitan
bernafas pada dataran tinggi, mengurangi
jumlah cairan di mata
Timol 2x1 Tetes Mata Pengobatan saraf mata, menangani glaucoma
Tobroson 3x1 Tetes Mata Pengobatan infeksi mata yang diakibatkan
karena bakteri yang membutuhkan
kortikosteroid
C. Vital 2x1 Oral Suplemen untuk membantu menjaga kesehatan
mata dan juga membantu memenuhi kebutuhan
vitamin untuk mata, sehingga membuat mata
terasa sehat dan nyaman.
C. Lyters 6x1 Tetes Mata Obat untuk membantu melumasi dan
menyejukan mata kering akibat kekurangan
cairan mata, iritasi, penggunaan lensa kontak,
gangguan penglihatan serta membantu
melindungi mata terhadap iritasi lebih lanjut.
Aspar K 3x1 Oral Secara umum obat ini digunakan untuk
membantu meningkatkan kadar ion kalium
dalam darah pada orang yang kekurangan
kalium/hipokalemia.
28

B. Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Peningkatan TIO Nyeri akut b.d
- Klien mengeluh nyeri peningkatan tekanan
pada bola mata kanan, GLAUKOMA intra okuler
nyeri terasa 5 SMRS
- Klien merasakan sakit
pada mata kanan yang Pelepasan bradikinin dan
bertambah berat
(seperti mau copot)
- Pasien mnegeluh Nosiseptor
Nyeri kepala
- Pasien mengeluh mual
tidak disertai muntah Saraf eferen
DO :
- TTV : TD : 145/80
mmHg Presepsi nyeri
Nadi : 79x/ menit
Respirasi : 21x/ menit
Suhu : 37oC Nyeri Akut
2 DS : Resiko cedera b.d
Klien mengatakan 1 Peningkatan TIO penurunan lapang
minggu terakhir pandang
penglihatan bertambah
kabur secara perlahan GLAUKOMA
lahan
DO :
Mata merah (+) Tekanan pada saraf optik
Visus : 1/60 (normal dan retina
3/60)
6/20 (normal
20/20) Kerusakan saraf optik dan
Pemeriksaan oftalmolgi : retina
Lensa kanan keruh, pupil
kanan tidak bulat mid-
dilatasi, pupil kiri butal Saluran bola mata terhambat
29

mid-dilatasi
TTV :
TD : 145/80 mmHf Bola mata meningkat
N : 79x/menit
RR : 21x/menit
Suhu : 37oC Kurang akson di saraf optik

Atrofi optik

Penurunan lapang pandang

Hilangnya pandangan
perifer

Resiko Tinggi Cedera

C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas


1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intra okuler
2. Resiko cedera b.d penurunan lapang pandang
30

D. INTERVENSI
Nama : Ny. W
Usia : 59 Th
Jenis kelamin : Perempuan
Dianosa medik : Glaukoma
No medrec : Tidak Terkaji

Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tipe, intensitas, dan lokasi 1. Mengetahui tingkat nyeri untuk
peningkatan keperawatan selama 3x24 nyeri. memudahkan intervensi selanjutnya
tekanan intra jam diharapkan nyeri 2. Gunakan tingkat skala nyeri 2. Untuk menentukan dosis analgetik
okuler dapat berkurang, dengan 3. Pertahankan istirahat di tempat 3. tekanan pada mata meningkat bila
kriteria hasil : tidur dengan posisi semifowler. tubuh datar
a.klien tidak mengeluh 4. Istirahatkan klien dalam ruangan 4. stress dan sinar menimbulkan TIO yang
nyeri yang tidak menyilaukan mata mencetuskan nyeri
b. skala nyeri berkurang, 5. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. untuk mengontrol nyeri, nyeri berat
skalal (0-10) pemberian analgetik yang disebabkan oleh peningkatan TIO
c. nyeri tidak menyebar
d. klien merasa nyaman
31

2 Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan 1. kaji ketajaman penglihatan, catat 1. untuk mengetahui tingkat ketajaman
b.d penurunan keperawatan selama 3x24 apakah satu atau dua mata yang penglihatan klien.
lapang jam diharapkan tidak terlibat 2. Untuk mengurangi fotophobia yang
pandang mengalami resiko cedera, 2. anjurkan klien menggunakan dapat mengganggu penglihatan klien
dengan kriteria hasil : kacamata gelap 3. Mencegah cedera, meningkatkan
a.klien tidak melakukan 3. Atur lingkungan sekitar klien, kemandirian.
aktifitas yang jauhkan benda-benda yang dapat 4. Mengontrol kegiatan klien dan
meningkatkan cedera menimbulkan kecelakaan menurunkan bahaya keamanan.
b. klien mengatakan 4. Dorong klien untuk melakukan 5. Meminimalkan resiko cedera,
mengetahui faktor yang aktivitas sederhana memberikan perasaan aman bagi klien.
menyebabkan cedera 5. Awasi / temani klien saat
melakukan aktivitas.
c. membantu
meminimalisir resiko
cedera
32
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Menurut kelompok, hendaknya jika mengalami tanda dan gejala glaucoma,
secara cepat melakukan pemeriksaan dini agar glaucoma dapat ditangani. Dan kami
kelompok mengharapkan dari pembaca kritik dan sarannya yang bersifat membangun,
sehingga asuhan keperawatan pada glaucoma ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
para pembaca.

33
DAFTAR PUSTAKA
James,bruce.dkk.2006.Lecture Notes: Oftamologi. Jakarta:erlangga.

Mumpuni,yekti&priehati.2016.45 Penyakit Mata.yogyakarta:raphapublishing.

Ilyas,Sidarta.dkk.2002.Ilmu Penyakit Mata Untuk Kedokteran Dan Mahasiswa Kedokteran


Edisi Ke 2.Jakarta:Cv Agung Seto

Elizabeth,Corwin.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta :EGC.

(Ilyas, S., 2009. Ilmu Penyakit Mata (3rd ed). Jakarta: FKUI)

James, B., Chew, C., Bron, A., 2006. Oftalmologi: Lecture Notes (9th ed). Jakarta: Erlangga
Yi, K., Chen, C.T., 2009. Phacophilic Glaucoma.
http://emedicine.medscape.com/article/1204814-overview. Dipublikasikan tahun 2010.
Johnson, S., 2009. Cataract Surgery in Glaucoma Patient. New York: Springer Science &
Business Media

34
Pathway glaukoma

Penyebab

Primer Sekunder

Diabetes Katarak,
melitus,hiper perubahan
tensi, lensa, kelainan
arterioseklore uvea,
sis pembedahan

Katarak
Pembedahan

Perlukaan k. matur k. hipermatur


pada mata

Kapsul lensa Zonula zini rapuh


Bilik mata bocor
depan
belum
tertutup 36 Menyumbat Dislokasi lensa
sempurna saluran HA
Kapsul Menutup saluran
lensa bocor ekskresi HA

Menyumbat
saluran COA Peningkatan
TIO

GLAUKOMA

Pelepasan bradikinin dan histamin Tekanan pada saraf optik dan retina

Nosisseptor Kerusakan saraf optik dan retina

Saraf efferent
Saluran bola mata
terhambat

Persepsi nyeri
Bola mata

Kurang akson di saraf optik


MK: Nyeri
Akut

Atrofi optik

MK: Resiko Tinggi Cedera Hilangnya Penurunan


pandangan perifer lapang pandang

Anda mungkin juga menyukai