DASAR-DASAR AGRONOMI
“URBAN FARMING”
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019 M / 1441 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang mana telah memberikan rahmat
dan hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Urban Farming”.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun mendapat bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung maka penyusun
mengucapkan terima kasih kepada dosen dan asisten dosen terkait mata kuliah
praktikum dasar-dasar agronomi serta rekan-rekan yang telah ikut membantu
dalam menyelesaikan laporan ini.
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan laporan di masa mendatang.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN 1
1.2. Tujuan 2
3.2. Pembahasan 6
BAB IV PENUTUP 8
4.1. Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA 9
LAMPIRAN - LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari urban farming ini adalah untuk mempelajari budidaya sayuran di lahan
perkotaan.
2
BAB II
METODE BUDIDAYA
2. Bahan
No Bahan
1 Tanah
2 Benih Kangkung
3 Benih Kangkung Merah
4 Benih Caisim
5 Benih Bayam Hijau
6 Benih Bayam Merah
7 Benih Selada
8 Air
3
2.3. Langkah Kerja
Siapkan alat dan bahan
- Potong botol air mineral menjadi dua bagian dengan cutter
- Lubangi semua sisi dengan paku
Rawat tanaman
- Lakukan Penyiraman setiap hari
Amati
4
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5
23 Caisim 4 0,180 cm 3 cm Hijau Muda
24 Selada 3 0,045 cm 2 cm Hijau Muda
Tabel hasil pengamatan berat basah pada hari jum’at, 27 desember 2019 (29 HST)
3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dari beberapa jenis tanaman sayuran urban farming yang di
tanam di dapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada tiap-
tiap tanaman. Hal tersebut dapat dilihat dari tinggi tanaman, jumlah daun, warna daun, dan
diameter batang. Dari empat faktor tersebut dapat menjadi indikator pertumbuhan serta
perkembangan yang terjadi pada tanaman. Menurut Harahap (2012) pertumbuhan menunjukan
suatu pertambahan dalam ukuran sedangakan perkembangan merupakan suatu perwujudan
perubahan-perubahan yang bertahap ataupun yang berjalan cepat. Pada kategori perkembangan,
dapat diukur sebagai pertambahan panjang, lebar atau luas. Adanya perbedaan petumbuhan dan
perkembangan tanaman dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu 1) faktor iklim: cahaya
matahari, suhu, kelembaban, curah hujan dan topografi. 2) faktor tanah: porositas, ketersediaan
unsur hara, aerasi tanah, KTK&KTA tanah, dll. Selain itu terdapat faktor penunjang dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti faktor manusia dalam hal ini berperan dalam
6
pemberian perlakuan dan pemeliharaan pada tanaman, juga terdapat faktor penghambat seperti
adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman.
Dalam pelaksanaannya, pada praktkum kali ini tanaman ditanam dengan metode urban
farming. Urban farming sendiri menurut Hamzers dan Moestopo (2018) merupakan suatu
metode budidaya tanaman di daerah perkotaan dengan memanfaatkan lahan terbuka kecil yang
bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan pangan sehai-hari bagi masyarakat perkotaan. Selain itu,
aktivitas pertanian perkotaan (urban farming) juga dapat membantu dalam penambahan lahan
ruang terbuka hijau kota. Selanjutnya, menurut Setiawan dan Rahmi (2004) keberadaan
pertanian di wilayah masyarakat perkotaan dapat dijadikan sarana untuk mengoptimalkan
pemanfaatan lahan dan sumberdaya alam yang ada di perkotaan dengan menggunakan teknologi
tepat guna. Mengoptimalkan penggunaan lahan serta memanfaatkan waktu luang untuk
beraktivitas dalam pertanian perkotaan (urban farming) akan mendekatkan mereka pada akses
pangan serta menjaga keberlanjutan lingkungan dengan adanya ruang terbuka hijau.
Selanjutnya, terkait dengan perlakuan tanaman dan pemeliharaan tanaman pertama-tama
dilakukan penyemaian benih, menutut Susilo dkk (2014) penyemaian benih merupakan suatu
perlakuan penanaman benih pada media tanam yang terlindungi sebelum penanaman pada lahan
terbuka yang bertujuan untuk penyesuaian tempat penanaman. Kemudian setelah 14 hst tanaman
dipindahkan pada media urban farming, dan perlakuan yang diberikan yaitu pemberian pupuk
organik dan penyiraman secara berkala 2 kali sehari.
Pelaksanaan urban farming dilakukan melalui pemanfaatan lahan tidur dan lahan kritis,
pemanfaatan ruang terbuka hijau (privat dan publik), pengoptimalan kebun sekitar rumah, dan
penggunaan ruang (verticulture). Urban farming memberikan kontribusi penyelamatan
lingkungan dengan pengelolaan sampah berbasis reuse dan recyle (Litbang Kementrian LHK,
2018). Pada dasarnya proses kegiatan pertanian perkotaan terdiri atas: lahan dan akses terhadap
lahan tersebut, produksi, proses dan distribusi, edukasi, dan pemulihan terhadap limbah.
7
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pertanian perkotaan (urban farming) merupakan suatu kegiatan budidaya tanaman di
wilayah perkotaan dengan memanfaatkan lahan minim yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat perkotaan dan sebagai sarana penambahan lahan terbuka hijau di
perkotaan. Selain itu, urban farming meruprupakan sebuah aktivitas pertanian baik sederhana
maupun skala industri yang di dalamnya terdapat suatu pola kegiatan produksi, pemrosesan, dan
pemasaran produk yang melibatkan keterampilan, keahlian, dan inovasi dalam budidaya dan
pengolahan makanan dengan menerapkan metode produksi intensif, memanfaatkan dan mendaur
ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan hewan
ternak.
Dari hasil pengamatan urban farming dari beberapa jenis tanaman sayuran urban yang di
tanam di dapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada tiap-
tiap tanaman yang dapat dilihat dari tinggi tanaman, jumlah daun, warna daun, dan diameter
batang. Hal tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor iklim,
faktor tanah, faktor manusia, dan faktor hama dan penyakit.
8
DAFTAR PUSTAKA
Food and Agriculture Organization (FAO). 2008. Urban Agriculture For Sustainable Poverty
Alleviation and Food Security. 84p.
Jalil, A. 2005. Kota: Dari Perspektif Urbanisasi. Jurnal Industri dan Perkotaan Volume IX
Nomor 15. Hal 833-845.
Mougeot L (ed.). 2005. Agropolis: The Social, Political and Environmental Dimensions of Urban
Agriculture. London: Earthscan.
Noorsya, AO dan I Kustiwan. 2013. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B. SAPPK ITB.
Bandung. Hal 89-99.
Setiawan, B. Dan D.H Rahmi. Ketahanan Pangan, Lapangan Kerja, dan Keberlanjutan Kota :
Studi Pertanian Kota di Enam Kota di Indonesia. 2004. Warta Penelitian Universitas
Gadjah Mada (edisi khusus). Hal 34-42.
Susilo, Djoko eko Hadi., Mohammad Hertos, Dan Fahruddin Arfianto. 2014. Studi Potensi
Penyemaian dan Pembibitan Tanaman Mengkudu Pada Beberapa Komposisi Media
Tanam. Jurnal Anterior. Vol. 14. No. 1 Hal. 1-10
Tornaghi, C. 2014. Critical geography of urban Agriculture. Progress in Human Geography. Vol.
38(4) 551–567.
9
LAMPIRAN-LAMPIRAN
10
Hasil Panen dan Penimbangan
11
12