Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR AGRONOMI
“URBAN FARMING”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah praktikum dasar-dasar


agronomi

Dosen pengampu : Dina Gustiana, SP.

Disusun Oleh Kelompok 3 :


AGROTEKNOLOGI III/ A
Agni Nur Rosyidatus Syadiah 1187060002
Audrey Hermalia Azzahra 1187060010
Fikri Ali Fadli 1187060019
Hilman Hendriawan 1167060024
Muhammad Akmal 1167060034

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019 M / 1441 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang mana telah memberikan rahmat
dan hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Urban Farming”.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun mendapat bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung maka penyusun
mengucapkan terima kasih kepada dosen dan asisten dosen terkait mata kuliah
praktikum dasar-dasar agronomi serta rekan-rekan yang telah ikut membantu
dalam menyelesaikan laporan ini.
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan laporan di masa mendatang.

Bandung, 30 Desember 2019

Penyusun,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 2

BAB II METODE BUDIDAYA 3

2.1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan 3

2.2. Alat Dan Bahan 3

2.3. Langkah Kerja 4

BAB III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHSAN 5

3.1. Hasil Pengamatan 5

3.2. Pembahasan 6

BAB IV PENUTUP 8

4.1. Kesimpulan 8

DAFTAR PUSTAKA 9

LAMPIRAN - LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya laju pertumbuhan populasi di perkotaan akan menimbulkan masalah
lingkungan, mulai dari konversi lahan sampai degradasi kualitas lingkungan akibat polusi dan
sampah. Apabila kondisi pertumbuhan populasi penduduk lebih besar dibandingkan laju
produksi bahan pangan, maka akan terjadi bencana krisis pangan. Jumlah bahan pangan yang
tidak cukup secara paralel akan berdampak pada ketergantungan antara suatu kawasan/wilayah
terhadap kawasan lain. Hal ini terjadi terutama untuk wilayah perkotaan negara-negara
berkembang, dimana wilayah tersebut semakin menjadi pusat penduduk serta permukiman dan
kumpulan orang-orang dengan keragaman etnik (Jalil, 2005). FAO (2008) memprediksi bahwa
pada tahun 2020, sekitar 75% penduduk di negara-negara berkembang di Afrika, Asia, dan
Amerika Latin akan tinggal di kawasan perkotaan. Kondisi ini mendorong pemerintah maupun
masyarakat untuk di kawasan perkotaan harus mulai mencoba untuk memenuhi kebutuhan
pangan secara mandiri (Noorsya dan Kustiwan, 2013) serta memperbaiki kondisi lingkungan
agar tercipta lingkungan yang sehat dan berkualitas. Salah satu solusinya adalah dengan
menerapkan pertanian perkotaan.
Pertanian perkotaan merupakan kegiatan pertumbuhan, pengolahan, dan distribusi pangan
serta produk lainnya melalui budidaya tanaman dan peternakan yang intensif di perkotaan dan
daerah sekitarnya, dan menggunakan (kembali) sumber daya alam dan limbah perkotaan, untuk
memperoleh keragaman hasil panen dan hewan ternak (FAO, 2008; Urban Agriculture
Committee of the CFSC, 2003). Bentuknya meliputi pertanian dan peternakan kecil-intensif,
produksi pangan di perumahan, land sharing, taman-taman atap (rooftop gardens), rumah kaca di
sekolah-sekolah, restoran yang terintegrasi dengan kebun, produksi pangan pada ruang publik,
serta produksi sayuran dalam ruang vertikal (Hou et al., 2009; Mougeot, 2005; Nordahl, 2009;
Redwood, 2008). Pertanian perkotaan sudah menjadi praktik umum di banyak kota dengan
melibatkan masyarakat dengan cara yang bervariasi antar negara dan antar kota (Tornaghi,
2014).

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari urban farming ini adalah untuk mempelajari budidaya sayuran di lahan
perkotaan.

2
BAB II
METODE BUDIDAYA

2.1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan urban farming dilakukan pada tanggal 21 november – 27 Desember 2019 di
belakang Laboratorium Solahudin Sanusi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

2.2. Alat Dan Bahan


1. Alat
No Alat
1 Botol
2 Penggaris
3 Palu
4 Paku
5 Gunting
5 Cutter

2. Bahan
No Bahan
1 Tanah
2 Benih Kangkung
3 Benih Kangkung Merah
4 Benih Caisim
5 Benih Bayam Hijau
6 Benih Bayam Merah
7 Benih Selada
8 Air

3
2.3. Langkah Kerja
Siapkan alat dan bahan
- Potong botol air mineral menjadi dua bagian dengan cutter
- Lubangi semua sisi dengan paku

Botol siap digunakan


- Siapkan tanah
- Masukkan tanah ke dalam botol sebanyak ¾ bagian
- tanam bibit ke dalam botol
- gantung pada tembok menggunakan paku

Rawat tanaman
- Lakukan Penyiraman setiap hari
Amati

4
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan


Tabel hasil pengamatan pada hari kamis, 5 desember 2019 (7 HST)
Jumlah
No Tanaman Daun Diameter Tinggi Warna
1 Bayam Hijau 4 0,120 cm 4,5 cm Hijau Muda
2 Bayam Hijau 5 0,120 cm 6 cm Hijau Muda
3 Bayam Hijau 4 0,120 cm 6 cm Hijau Muda
4 Bayam Hijau 3 0,1 cm 7 cm Hijau Muda
5 Bayam Merah 3 0,075 cm 3 cm Merah Kehijauan
6 Bayam Merah 3 0,025 cm 2,7 cm Merah Kehijauan
7 Bayam Merah 3 0,075 cm 5,5 cm Merah Kehijauan
8 Bayam Merah 2 0,045 cm 4 cm Merah Kehijauan
9 Bayam Merah 3 0,075 cm 4,5 cm Merah Kehijauan
10 Bayam Merah 3 0,1 cm 6,5 cm Merah Kehijauan
11 Bayam Merah 3 0,080 cm 6 cm Merah Kehijauan
12 Caisim 4 0,2 cm 6 cm Hijau Muda
13 Caisim 4 0,145 cm 6 cm Hijau Muda
14 Caisim 4 0,140 cm 4 cm Hijau Muda
15 Caisim 4 0,185 cm 4 cm Hijau Muda
16 Caisim 3 0,135 cm 3,5 cm Hijau Muda
17 Caisim 4 0.170 cm 3 cm Hijau Muda
18 Caisim 3 0,1 cm 2,7 cm Hijau Muda
19 Caisim 4 0,125 cm 4,5 cm Hijau Muda
20 Caisim 3 0,145 cm 3,7 cm Hijau Muda
21 Caisim 3 0,130 cm 5 cm Hijau Muda
22 Caisim 3 0,140 cm 2,5 cm Hijau Muda

5
23 Caisim 4 0,180 cm 3 cm Hijau Muda
24 Selada 3 0,045 cm 2 cm Hijau Muda

Tabel hasil pengamatan berat basah pada hari jum’at, 27 desember 2019 (29 HST)

No Tanaman Berat Basah


1 Kangkung 74,9 gram
2 Caisim 171,5 gram
3 Sawi 13,5 gram
4 Bayam Merah 119,4 gram
5 Bayam Hijau 31,7 gram

3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dari beberapa jenis tanaman sayuran urban farming yang di
tanam di dapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada tiap-
tiap tanaman. Hal tersebut dapat dilihat dari tinggi tanaman, jumlah daun, warna daun, dan
diameter batang. Dari empat faktor tersebut dapat menjadi indikator pertumbuhan serta
perkembangan yang terjadi pada tanaman. Menurut Harahap (2012) pertumbuhan menunjukan
suatu pertambahan dalam ukuran sedangakan perkembangan merupakan suatu perwujudan
perubahan-perubahan yang bertahap ataupun yang berjalan cepat. Pada kategori perkembangan,
dapat diukur sebagai pertambahan panjang, lebar atau luas. Adanya perbedaan petumbuhan dan
perkembangan tanaman dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu 1) faktor iklim: cahaya
matahari, suhu, kelembaban, curah hujan dan topografi. 2) faktor tanah: porositas, ketersediaan
unsur hara, aerasi tanah, KTK&KTA tanah, dll. Selain itu terdapat faktor penunjang dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti faktor manusia dalam hal ini berperan dalam

6
pemberian perlakuan dan pemeliharaan pada tanaman, juga terdapat faktor penghambat seperti
adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman.
Dalam pelaksanaannya, pada praktkum kali ini tanaman ditanam dengan metode urban
farming. Urban farming sendiri menurut Hamzers dan Moestopo (2018) merupakan suatu
metode budidaya tanaman di daerah perkotaan dengan memanfaatkan lahan terbuka kecil yang
bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan pangan sehai-hari bagi masyarakat perkotaan. Selain itu,
aktivitas pertanian perkotaan (urban farming) juga dapat membantu dalam penambahan lahan
ruang terbuka hijau kota. Selanjutnya, menurut Setiawan dan Rahmi (2004) keberadaan
pertanian di wilayah masyarakat perkotaan dapat dijadikan sarana untuk mengoptimalkan
pemanfaatan lahan dan sumberdaya alam yang ada di perkotaan dengan menggunakan teknologi
tepat guna. Mengoptimalkan penggunaan lahan serta memanfaatkan waktu luang untuk
beraktivitas dalam pertanian perkotaan (urban farming) akan mendekatkan mereka pada akses
pangan serta menjaga keberlanjutan lingkungan dengan adanya ruang terbuka hijau.
Selanjutnya, terkait dengan perlakuan tanaman dan pemeliharaan tanaman pertama-tama
dilakukan penyemaian benih, menutut Susilo dkk (2014) penyemaian benih merupakan suatu
perlakuan penanaman benih pada media tanam yang terlindungi sebelum penanaman pada lahan
terbuka yang bertujuan untuk penyesuaian tempat penanaman. Kemudian setelah 14 hst tanaman
dipindahkan pada media urban farming, dan perlakuan yang diberikan yaitu pemberian pupuk
organik dan penyiraman secara berkala 2 kali sehari.
Pelaksanaan urban farming dilakukan melalui pemanfaatan lahan tidur dan lahan kritis,
pemanfaatan ruang terbuka hijau (privat dan publik), pengoptimalan kebun sekitar rumah, dan
penggunaan ruang (verticulture). Urban farming memberikan kontribusi penyelamatan
lingkungan dengan pengelolaan sampah berbasis reuse dan recyle (Litbang Kementrian LHK,
2018). Pada dasarnya proses kegiatan pertanian perkotaan terdiri atas: lahan dan akses terhadap
lahan tersebut, produksi, proses dan distribusi, edukasi, dan pemulihan terhadap limbah.

7
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pertanian perkotaan (urban farming) merupakan suatu kegiatan budidaya tanaman di
wilayah perkotaan dengan memanfaatkan lahan minim yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat perkotaan dan sebagai sarana penambahan lahan terbuka hijau di
perkotaan. Selain itu, urban farming meruprupakan sebuah aktivitas pertanian baik sederhana
maupun skala industri yang di dalamnya terdapat suatu pola kegiatan produksi, pemrosesan, dan
pemasaran produk yang melibatkan keterampilan, keahlian, dan inovasi dalam budidaya dan
pengolahan makanan dengan menerapkan metode produksi intensif, memanfaatkan dan mendaur
ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan hewan
ternak.

Dari hasil pengamatan urban farming dari beberapa jenis tanaman sayuran urban yang di
tanam di dapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada tiap-
tiap tanaman yang dapat dilihat dari tinggi tanaman, jumlah daun, warna daun, dan diameter
batang. Hal tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor iklim,
faktor tanah, faktor manusia, dan faktor hama dan penyakit.

8
DAFTAR PUSTAKA
Food and Agriculture Organization (FAO). 2008. Urban Agriculture For Sustainable Poverty
Alleviation and Food Security. 84p.

Hamzers, Wildani. P. S., Miedy Widayanto Moestopo. Pengembangan Potensi Pertanian


Perkotaan di kawasan Sungai Palu. Jurnal Pengembangan Kota. Vol. 6. No. 1.
Universitas Tadulako

Harahap, Fauziyah. 2012. Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Perdana Mulya Sarana

Jalil, A. 2005. Kota: Dari Perspektif Urbanisasi. Jurnal Industri dan Perkotaan Volume IX
Nomor 15. Hal 833-845.

Litbang. 2018. Pedoman Pelaksanaan Pertanian Perkotaan (Urban Farming). Kementerian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Edisi Januari.

Mougeot L (ed.). 2005. Agropolis: The Social, Political and Environmental Dimensions of Urban
Agriculture. London: Earthscan.

Noorsya, AO dan I Kustiwan. 2013. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B. SAPPK ITB.
Bandung. Hal 89-99.

Setiawan, B. Dan D.H Rahmi. Ketahanan Pangan, Lapangan Kerja, dan Keberlanjutan Kota :
Studi Pertanian Kota di Enam Kota di Indonesia. 2004. Warta Penelitian Universitas
Gadjah Mada (edisi khusus). Hal 34-42.

Susilo, Djoko eko Hadi., Mohammad Hertos, Dan Fahruddin Arfianto. 2014. Studi Potensi
Penyemaian dan Pembibitan Tanaman Mengkudu Pada Beberapa Komposisi Media
Tanam. Jurnal Anterior. Vol. 14. No. 1 Hal. 1-10

Tornaghi, C. 2014. Critical geography of urban Agriculture. Progress in Human Geography. Vol.
38(4) 551–567.

9
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Bentuk Urban Farming

Penanaman Urban farming

10
Hasil Panen dan Penimbangan

11
12

Anda mungkin juga menyukai