BAB II Revisi Baru
BAB II Revisi Baru
HIPOTESISI PENELITIAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata daya adalah kemampuan
melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak, sedangkan kata terima memiliki arti
barang hasil produksi atau pemakai jasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa daya terima
Daya terima konsumen yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup aspek
warna, rasa, tekstur, dan aroma pada pembuatan kue lapis beras dengan penambahan
puree daun cincau. Untuk mengetahui itu maka dilakukan uji organoleptik.
dan pendengaran untuk mengukur karakteristik sensori dan penerimaan dari produk-
produk makanan, dan produk dari bahan lainnya (Alsuhendra dan Ridawati, 2008).
6
7
a. Warna
Warna memiliki peranan dalam suatu produk makanan, karena penilaian pertama
pada warna suatu makanan merupakan daya tarik utama sebelum konsumen
mengenal atau menyukai sifat-sifat lainnya. Warna alami hijau pada penelitian ini
didapatkan dari penggunaan puree daun cincau sebagai pemberian warna lapis pada
b. Tekstur
Tekstur adalah sifat suatu produk yang dapat dirasakan bila produk tersebut
disentuh atau dipegang dan juga dapat dilihat dengan cara dipotong ataupun diiris.
Tekstur dari kue lapis beras yang diinginkan adalah lembut dan kenyal.
c. Rasa
Untuk mengetahui rasa dari suatu produk maka dilakukan pengujian organoleptik
yang diujikan menggunakan indera pengecap di dalam mulut yang mengenai cita rasa
asin, masam, pahit, gurih dan manis. Rasa kue lapis beras yang diinginkan adalah
d. Aroma
indera pengecap dan juga ketika dihirup memggunakan indera penciuman. Aroma
pada suatu produk dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada
produk. Aroma dari kue lapis beras yang diinginkan adalah beraroma santan.
Dalam penilaian organoleptik dikenal dengan tujuh macam panel, yaitu panel
perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel konsumen, dan
8
panel anak-anak. Perbedaan dari ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian
Tanaman cincau hijau berasal dari Asia Tenggara dan tersebar dari dataran
rendah sampai ketinggian 800 m dari atas permukaan laut dan dapat dipanen.
Tanaman cincau termasuk tanaman asli Indonesia. Tanaman cincau juga sudah
dikenal oleh masyarakat sebagai pangan penurun panas, mual, obat radang lambung,
batuk, dan penurun tekanan darah tinggi (Ruhnayat, 2002). Tanaman cincau memiliki
nama lain di setiap daerahnya seperti Camcao, Juju, Kepleng (Jawa), Camcauh,
Tahulu, (Sunda). Tanaman cincau banyak tersebar di daerah Jawa Barat (sekitar
Gunung Salak Batujajar, Ciampea, dan Ciomas), Jawa Tengah (Gunung Ungaran,
Menurut Pitojo dan Zumiyati (2005) di Indonesia terdapat beberapa jenis dari
Tanaman daun cincau hijau rambat di beberapa daerah dikenal dengan nama
tarawulu, trewulu, camcauh, juju, kepleng, trotok, camcau telor, dan terong kemau.
Tanaman daun cincau hijau rambat dapat tumbuh di daerah dataran rendah hingga
dataran tinggi. Secara liar, tanaman ini tumbuh di tepi hutan. Tanaman daun cincau
hijau rambat juga banyak dibudidayakan di pekarangan. Tanaman daun cincau hijau
rambat menyukai tempat yang agak ternaungi. Tanaman ini tumbuh merambat atau
melilit pada batang tanaman di pekarangan. Tanaman daun cincau hijau rambat dapat
diperbanyak dengan biji, setek batang, perundukan batang, dan umbi akar. Tanaman
ini mirip dengan tanaman merica. Tanaman daun cincau hijau rambat berbatang kecil,
tumbuh merambat keatas, dan membelit kearah kiri. Berdaun tunggal, tipis, lunak,
berwarna hijau rambat, berbentuk perisai, bagian pangkal berlekuk, dan permukaan
Daun cincau hijau rambat mtermasuk daun tunggal yang berbentuk perisai.
Bagian pangkal berlekuk dan ujungnya meruncing, tipis, lemas, dan berbulu. Panjang
daun sekitar 15 cm dan bertangkai 1 cm. Daun melekat pada batang atau cabang dan
ranting tanaman. Daun muda dan tua berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua.
Setelah mengering, warna daun menjadi kuning, kemudian kering, dan gugur.
10
Tanaman cincau minyak dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi.
Secara liar, tanaman ini tumbuh di tepi hutan. Namun, ada juga yang
Daun cincau minyak termasuk daun tunggal yang berbentuk lonjong. Bagian
pangkal dan ujungnya lancip, tipis, dan kaku sehingga getas atau mudah dipatahkan.
Panjang daun sekitar 10 cm dan bertangkai sekitar 1 cm. Daunnya melekat pada
batang atau cabang ranting tanaman, daun muda dan tua berwarna hijau hingga hijau
tua. Setelah mengering warna daun cincau minyak menjadi kuning, kemudian kering
dan gugur.
adalah daun dari tanaman yang sudah tua, ukurannya maksimal, berwarna hijau tua,
dan licin mengeliat. Daun muda dan daun tua yang berwarna kuning kurang
Tanaman daun cincau hitam dikenal dengan nama janggelan. Tanaman ini
tumbuh dengan baik di dataran menengah hingga dataran tinggi. Tanaman dapat
diperbanyak dengan biji, setek batang, bonggol batang, dan anakan. Tanaman
berbentuk perdu, merumpun, batang beruas, berkayu, persegi, kecil, berbulu, dan
berwarna kemerahan. Tinggi tanaman sekitar 50 cm. Daun cincau hitam termasuk
daun tunggal yang berbentuk lonjong. Bagian pangkal tumpul, tepi bergerigi,
secara berhadapan dan menyilang daun di bawahnya pada batang atau cabang dan
ranting tanaman. Daun muda dan daun tua berwarna hijau hingga hijau tua. Setelah
Tanaman daun cincau perdu tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah
hingga dataran tinggi. Tanaman daun cincau perdu dapat diperbanyak dengan setek
batang, cangkok, dan merunduk. Habitat tanaman ini mirip dengan cempaka piring.
Tanaman daun cincau ini berbentuk perdu, batang berkayu, dan tumbuh tegak dengan
percabangan memanjang ke arah samping. Kulit batang yang masih muda berwarna
hijau. Setelah tua kulit batang berwarna kelabu kusam dan terdapat bercak besar di
Daun cincau perdu termasuk daun tunggal yang berbentuk bulat panjang.
Bagian pangkal dan ujungnya lancip, tipis, dan tampak kaku. Panjang daun sekitar 10
atau cabang dan ranting tanaman, daun muda dan tua berwarna hijau hingga hijau tua.
Setelah mengering, warna daun menjadi kuning, kemudian kering dan gugur.
Pada penelitian ini daun cincau yang digunakan adalah daun cincau hijau
menjualnya. Pada daun cincau juga terdapat kandungan klorofil yang cukup tinggi
13
sekitar 1708,8 mg/kg (Nurdin dkk, 2008). Klorofil yang terkandung pada daun cincau
hijau rambat, daun cincau hijau pohon, daun cincau minyak tidak sama dengan daun
cincau hitam. Karena pada daun cincau hitam kandungan klorofilnya sudah rusak
akibat adanya tambahan zat pewarna dari proses pemanasan. Adapun kandungan gizi
Komponen Komposisi
Berikut ini beberapa manfaat daun cincau hijau yaitu, (Pitojo 2005) :
Sudah sejak lama cincau dimanfaatkan menjadi bahan pangan, terutama bahan
cincau berpeluang untuk dikembangkan, tidak hanya sebagai bahan pangan saja.
Cincau merupakan bahan makanan yang mengandung serat alami dan mudah
dicerna tubuh manusia. Masyarakat kini telah menyadari peran penting serat
14
alami bagi kesehatan tubuh, berperan dalam proses pencernaan makanan dan
serat alami juga berperan untuk mencegah timbulnya penyakit kanker usus.
3. Tanaman konservasi
karena mampu bertahan hidup pada kondisi lingkungan kering yang relative
kurang menguntungkan.
dilembutkan. Dalam pembuatan puree daun cincau hijau bagian daunnya saja yang
digunakan. Pure daun cincau pada penelitian ini merupakan hasil olahan daun cincau
yang diproses dengan cara daun cincau di rebus selama 3 menit lalu kemudian
untuk daun cincau 200gr dan airnya 100ml. Daun cincau yang sudah dihaluskan
kemudan disaring untuk memisahkan ampasnya. Jenis daun cincau yang digunakan
Kue lapis adalah kue khas Indonesia yang dibuat dengan dua warna atau lebih
yang ditumpuk berlapis-lapis, biasanya kue lapis terbuat dari tepung beras, tepung
sagu atau tepung tapioka, gula pasir, garam, santan, daun pandan, dan pewarna
makanan. Jenis kue ini mudah ditemukan hampir disetiap daerah Indonesia, dengan
Kue lapis merupakan kue khas Indonesia khususnya di pulau Jawa. Kue lapis
beras hampir mirip seperti kue lapis legit, kue lapis sagu (pepe), dan kue belapis. Kue
lapis beras memiliki tekstur dan bentuk seperti kue belapis. Kue lapis juga termasuk
kue basah. Kue lapis seringkali disajikan dalam upacara-upacara tradisional di Jawa
Kue lapis beras biasanya banyak dijual dipasar-pasar tradisional. Kue lapis
beras yang masih tradisional biasanya hanya memiliki dua warna (merah-putih, pink-
putih, hijau-putih, dan lain-lain). Sedangkan kue lapis modern biasanya mempunyai
mengukus. Digunakan api sedang untuk mendapatkan yang baik, karena jika
menggunakan api yang besar dikhawatirkan pada setiap lapisan tidak matang
Dalam pembuatan kue lapis beras diharapkan memiliki rasa yang manis,
warna yang seragam, aroma khas dari kue lapis beras, dan tekstur yang kenyal dan
16
juga lengket dalam setiap lapisannya. Dalam memperoleh lapisan yang baik dan juga
Bahan-bahan dalam membuat kue lapis beras adalah tepung beras, tepung
tapioka, gula pasir, santan, garam, daun suji dan daun pandan. Berikut ini adalah
1) Tepung beras
Tepung beras merupakan tepung yang terbuat dari beras yang digiling atau
ditumbuk hingga halus. Tepung beras biasanya terdiri dari dua macam yaitu beras
putih dan beras merah. Pada pembuatan tepung beras dapat digunakan keduanya.
Namun dipasaran lebih banyak ditemukan tepung beras putih (Djab, 2012). Tepung
beras sering digunakan sebagai bahan utama pada kue tradisional yang kental atau
sebagai makanan penutup yang dipanggang dan dikukus, seperti kue nagasari, kue
Pada pembuatan kue lapis beras, tepung beras yang digunakan adalah tepung
beras berwarna putih, karena tepung beras putih bila diraba terasa lebih lembut dan
halus (Yasa boga, 2015).Komposisi zat gizi dari tepung beras per 100 g bahan dapat
Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi Tepung Beras Per 100 g Bahan
Komponen Komposisi
Kalori (kal) 364,00
Protein (g) 7,00
Lemak (g) 0,50
Karbohidrat (g) 80,00
Kalsium (mg) 5,00
Fosfor (mg) 140,00
Besi (mg) 0,80
Vitamin B1 (mg) 0,12
Air (g) 12,00
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI, (2017)
2) Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah tepung yang berasal dari ekstarak pati singkong atau ubi
terakhir pengeringan. Dipasaran tepung tapioka juga dikenal dengan tepung kanji
atau tepung singkong. Kandungan gizi tepung tapioka sebagian besar merupakan
karbohidrat, lemak jenuh, kolesterol dan natrium. Kegunaan tepung tapioka dalam
industri pangan sebagai bahan pengikat atau bahan pengental sehingga memberikan
tekstur kenyal pada olahan makanan basah (Murdijati dan Gardjito, 2013).
Tepung tapioka memiliki kadar amilopektin yang cukup tinggi dan kadar amilosa
sebesar 17%-23%. Dengan adanya amilosa pada tepung tapioka, sifat adonan tepung
tapioka tidak mudah menggumpal, tidak lengket, dan tidak mudah pecah. Tepung
tapioka yang baik memiliki kenampakan warna putih cerah dan tekstur licin
(Astawan, 2008). Adapun komposisi kimia zat gizi dalam 100 g tepung tapioka
Tabel 2.3 Komposisi Kimia Zat Gizi dalam 100 g Tepung Tapioka
Komponen Komposisi
Kadar air (%) 11,5
Karbohidrat (%) 83,8
Lemak (%) 0,9
Protein (%) 1,0
Serat kasar (%) 2,1
Abu (%) 0,7
Kadar HCN (ppm) 29,0
Sumber : Pangan Nusantara, Gardjito (2013).
3) Gula Pasir
Menurut Darwin (2013), gula merupakan salah suatu jenis karbohidrat sederhana,
dimana dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi
energi. Gula pasir berasal dari air pada batang tebu. Batang ini padat akan sari tebu
yang mengandung sukrosa yang terbentuk dari glukosa dan fruktosa. Semakin ke
bawah atau dekat dengan permukaan tanah, batangnya semakin banyak mengandung
air dan rasanya semakin manis. Batang tebu dihancurkan, diperas, lalu disaring
sarinya. Sari dari batang tebu ini yang dikristalkan membentuk serbuk-serbuk seperti
pasir. Gula pasir memiliki rasa yang manis dan mudah larut dalam air terutama air
panas. Gula pasir umumnya berwarna putih kekuningan atau sedikit coklat. Gula
pasir tidak mempunyai aroma tetapi berbau harum ketika diolah menjad karamel.
Gula memiliki berbagai macam jenis seperti gula pasir, gula caster (gula pasir
berbutir halus), gula bubuk, gula palem, gula jawa, tetapi yang banyak dipakai yaitu
Pada proses pembuatan kue lapis beras, gula yang digunakan yaitu gula pasir,
berbentuk butiran kristal yang agak kasar. Fungsi gula pada pembuatan kue lapis
4) Santan
Santan adalah cairan putih kental yang dihasilkan dari kelapa yang diparut
dan kemudian diperas. Santan mempunyai rasa yang gurih sehingga sering digunakan
1. Santan kental
Santan kental merupakan santan yang didapatkan pada perasan pertama dari
kelapa parut, sehingga menghasilkan santan yang kental. Dari satu butir kelapa tua
yang diparut halus, diremas-remas dengan 75-100 ml air dan disaring. Biasanya akan
2. Santan cair
Santan cair merupakan santan yang dihasilkan dari perasan ketiga kelapa
parut, sehingga santan yang dihasilkan lebih cair dari santan kental karena
Santan siap pakai mempunyai tekstur sangat kental daripada santan biasa.
Jika ingin menggunakan perlu di larutkan dengan air sesuai dengan kebutuhan
yang kita inginkan. Santan ini biasanya dijual dalam kemasan tetra maupun
4. Santan Bubuk
Santan ini termasuk jenis santan instan hanya saja bentuknya bubuk.
Santan ini terbuat dari santan yang sudah dikeringkan dengan suhu tinggi dengan
alat spray dryer, sehingga tercipta santan bubuk yang mudah dilarutkan dengan
air.
Pada pembuatan kue lapis beras santan yang digunakan adalah santan kental
yang didapatkan pada perasan pertama kelapa parut, sehingga menghasilkan santan
kental. Fungsi santan pada pembuatan kue lapis beras adalah untuk melarutkan
5) Garam
Garam merupakan salah satu bumbu yang fungsinya sebagai penambah rasa.
Garam merupakan sumber utama dari natrium (Na) dan klorida (Cl) bagi tubuh.
Keduanya berfungsi untuk menyeimbangkan asam-basa tubuh serta aktifitas otot dan
saraf. Didalam pengolahan pada makanan garam memberikan rasa asin, gurih, dan
Pada pembuatan kue lapis beras garam yang digunakan adalah garam meja yang
berbutir halus agar mudah hancur dan menyatu dengan adonan. Garam dipilih yang
bersih, kering, dan tidak lembab atau basah. Garam memiliki fungsi untuk
membangkitkan rasa serta aroma, dan juga menambahkan rasa gurih pada kue. Ciri-
ciri garam yang digunakan tidak memiliki rasa yang tajam dan pahit, sepenuhnya
Daun suji dalam pembuatan kue lapis beras adalah sebagai bahan tambahan
hijau dan juga menambahkan aroma wangi. Daun suji merupakan pewarna alami
pada makanan. Bentuk dan warna dari daun suji mirip dengan pandan, namun daun
suji tidak berkayu. Biasanya diblender bersama dengan daun pandan untuk
menghasilkan air daun suji yang berbau harum . karena daun suji sendiri tidak
Pada dasarnya proses pembuatan kue lapis beras dibagi menjadi beberapa
bahan kering, pemisahan warna, dan pengukusan pada setiap lapisannya. Salah satu
tahapan yang paling penting dalam pembuatan kue lapis beras yaitu pada saat
pelapisan dari setiap warnanya, satu persatu warna diberikan waktu 5 menit untuk
habis.
a. Pemilihan Bahan
Proses pertama dari pembuatan kue lapis beras harus memilih bahan yang
berkualitas baik, perhatikan kemasan bahan yang akan digunakan, dan gunakan
b. Penimbangan Bahan
Proses selanjutnya menimbang seluruh bahan sesuai resep yang digunakan, dan
c. Pengolahan
1) Pencampuran Bahan
tepung beras, tepung tapioka, dan gula pasir dalam satu wadah. Kemudian
masukan santan kelapa kedalam panci yang sudah disediakan, masak santan
bersama dengan daun pandan dan garam. Kemudian campur semua bahan dan
2) Pembagian Adonan
Pada kue lapis beras terdiri dari dua warna atau lebih. Sehingga adonan dibagi
menjadi dua bagian, satu berwarna putih dan berwarna hijau dengan menggunakan
pewarna alami yaitu daun suji yang telah dihaluskan atau dengan menambahkan
3) Pengukusan
bergantian dan berlapis. Pada lapisan pertama, adonan dikukus selama 5 menit
hingga setengah matang kemudian dimasukkan adonan kedua dengan warna yang
berbeda secara berulang hingga adonan habis. Setelah lapisan terakhir, kukus kue
23
lapis beras selama 30 menit untuk mendapatkan kue yang matang dan baik.
d. Pengemasan
Setelah kue lapis beras dingin, potong kotak menjadi beberapa bagian, kemudian
2.1.5 Kue Lapis Beras dengan Penambahan Puree Daun Cincau Hijau
Kue lapis beras merupakan kue yang terdiri dari dua warna atau lebih yang
ditumpuk berlapis-lapis, yang bahan utamanya terbuat dari tepung beras dicampur
dengan tepung tapioka, gula, garam, dan santan. Kue lapis beras dengan penambahan
puree daun cincau hijau pada penelitian ini prosesnya sama dengan kue lapis beras
biasa, yang membedakan yaitu penggunaan puree daun cincau hijau sebagai pewarna
alami pada pembuatannya. Puree daun cincau hijau sendiri dibuat oleh peneliti
dengan menggunakan daun cincau hijau pohon. Dalam penelitian ini dilakukan uji
coba dengan menggunakan puree daun cincau hijau hingga didapatkan kue lapis beras
memperbaiki warna pada makanan agar terlihat lebih menarik. Pewarna makanan
terdiri dari dua jenis, yaitu pewarna sintetis dan pewarna alami. Pewarna alami dapat
diperoleh dari alam, seperti warna hijau yang diperoleh dari daun cincau.
Daun cincau merupakan salah satu tanaman yang cukup banyak tumbuh di
Indonesia. Didalam daun cincau juga terdapat klorofil yang cukup tinggi, sehingga
24
bisa dijadikan sebagai pewarna alami pada makanan. Dalam penelitian ini daun
cincau dibuat menajdi puree. Puree dari daun cincau ini yang nanti dapat digunakan
Kue lapis beras merupakan kue tradisional Indonesia yang terdiri dari dua
warna atau lebih, yang disusun secara berlapis-lapis dengan warna yang menarik dan
seragam. Penggunaan pewarna pada kue lapis beras biasanya menggunakan pewarna
dari daun suji dan pewarna makanan. Pada penelitian ini kue lapis beras yang akan
dibuat ditambahkan dengan menggunakan puree daun cincau hijau sebagai pewarna
alami. Penggunaan puree daun cincau hijau pada kue lapis beras bertujuan untuk
pembuatan kue lapis beras terhadap daya terima konsumen, meliputi warna, rasa,
dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh penambahan puree daun cincau hijau