Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN PAKAN PADA TERNAK POTONG

MAKALAH

Disusun Oleh :
Ester Wilda Saragih
170304133

Dosen Mata Kuliah :


Achmad Sadeli, S.Pt., M.Sc
NIP 198611222015041003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbal’alamiin, segala puji hanya layak untuk Allah atas segala
berkat, rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai. Dalam penyusunan makalah ini, saya mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Sistem Informasi manajemen, yaitu Bapak Achmad Sadeli,
S.Pt., M.S yang sudah memberi dukungan dan kepercayaan kepada saya untuk
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang dibuat dengan


sengaja ataupun tidak sengaja karena keterbatasannya ilmu pengetahuan dan
wawasan serta pengalaman yang dimiliki, saya mohon maaf atas segala
kekurangan tersebut tidak menutup diri terhadap segala saran/kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, 7 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KataPengantar....................................................................................................... i
Daftar isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.......................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................4
1.3.Maksud dan Tujuan Penulisan...............................................................4
BAB II ISI
2.1. Manajemen Pakan sapi Potong.............................................................7
2.2. Manajemen Pakan Ayam Boiler.........................................................13
2.3. Manajemen Pakan Babi Potong..........................................................18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................22
3.2 Saran....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Seiring semakin berkembangnya perusahaan peternakan dan juga


kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi demi kesehatan dan diimbangi
dengan daya beli masyarakat yang meningkat pula, permintaan akan daging sapi
untuk konsumsi sehari-hari pun juga meningkat dari tahun ke tahun. Itu ditandai
dengan makin banyaknya perusahaan peternakan khususnya perusahaan yang
bergerak dalam bidang feedlot (penggemukan). Hal ini disebabkan prospek usaha
penggemukan sapi potong cukup menguntungkan terbukti dari kebutuhan akan
konsumsi daging sapi setiap tahun selalu meningkat. Sementara itu pemenuhan
akan kebutuhan daging selalu kurang, dengan kata lain permintaan daging
sebagai konsumsi terus bertambah.
Tiga hal pokok yang perlu diperhatikan agar dapat menjadi peternak sukses
sehingga kelangsungan usaha ternak tersebut dapat berjalan. Ketiga hal tersebut
yaitu breeding (bibit/bakalan), feeding (pakan), dan management (manajemen),
yang saling terkait satu sama lain dan saling melengkapi.
Usaha untuk meningkatkan pengadaan daging sapi dapat dilakukan dalam
usaha feedlot. Feedlot adalah pemeliharaan sapi di dalam kandang tertentu, tidak
diperkerjakan tetapi hanya diberi pakan dengan nutrien yang optimal untuk
menaikkan berat badan dan kesehatan sapi (Darmono, 1993). Usaha ternak sapi
potong akan berhasil apabila faktor penunjangnya (pakan) memperoleh perhatian
penuh, disamping faktor genetis. Oleh karena itu bibit sapi yang baik harus
diimbangi dengan pemberian pakan yang baik pula dan cukup memenuhi
kebutuhan nutriennya. Adapun fungsi lain dari pakan adalah untuk
mempertahankan daya tahan tubuh dan kesehatan.
Produktivitas ternak sapi potong sangat peka atau sensitif terhadap
perubahan pemberian pakan, oleh karena itu pakan yang diberikan harus sesuai
dengan ketersediaan, kesinambungan mutu maupun jumlahnya. Disamping itu
perlu diketahui bahwa biaya pakan dalam usaha penggemukan memberikan
konstribusi yang cukup besar. Oleh karena itu dalam usaha penggemukan,
peternak harus dapat memberikan pakan yang murah namun bermanfaat bagi

3
peningkatan produksi daging (Siregar, 2003). Pada dasarnya, sumber pakan sapi
dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat, dan yang terpenting
adalah pakan harus memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, dan
vitamin serta mineral. Secara alamiah pakan utama ternak sapi baik potong
maupun perah adalah hijauan, dapat berasal dari rumput alam atau lapang,
rumput unggul, leguminosa dan limbah pertanian serta tanaman hijauan lainnya.
Dalam pemberiannya harus diperhatikan hijauan tersebut disukai ternak dan
tidak mengandung racun atau toxin sehingga dapat membahayakan
perkembangan ternak yang mengkonsumsi. Namun permasalahan yang ada
bahwa hijauan di daerah tropis seperti di wilayah Indonesia mempunyai kualitas
yang kurang baik sehingga untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak tersebut,
perlu ditambah dengan pemberian pakan konsentrat (Siregar, 1996).
Dalam pemberian pakan di kandang atau di palungan, yang perlu
diperhatikan adalah mengetahui berapa jumlah pakan dan bagaimana ransum
yang diberikan pada ternak sapi. Untuk itu, telah dibuat feeding standard. Akan
tetapi, dalam pemberiannya ada yang dilakukan dengan cara ad libitum, yaitu
diberikan dalam jumlah yang selalu tersedia. Ada juga yang diberikan dalam
bentuk restricted atau dibatasi (Santosa, 2002).

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen pakan yang baik dan benar pada sapi potong?
2. Bagaimana manajemen pakan terbak Ayam boiler?
3. Apakah yang dilakukan dalam manajemen paken pada ternak Babi
potong?

1.3. Maksud dan Tujuan Penulisan


Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara
mengatur dan memberi pakan hewan ternak potong

4
BAB II
PEMBAHASAN

PAKAN SAPI POTONG


Bahan pakan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak yang
sebagian atau keseluruhannnya dapat dicerna tetapi tidak mengganggu kesehatan
ternak tersebut. Sebagian contoh pakan hijaun (rumput, daun-daunan), limbah
pertanian (jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, pucuk tebu), leguminosa
(daun Lamtoro, Gliricida, Kaliandra, Turi, dan Kacang-kacangan) limbah
industri pertanian (dedak, bekatul, pollard, onggok, bungkil-bungkilan) dan
lain-lain (Anonimus, 2001).
Pada dasarnya, sumber pakan sapi dapat disediakan dalam bentuk hijauan
dan konsentrat, dan yang terpenting adalah pakan yang memenuhi kebutuhan
protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin serta mineral (Sarwono,2002).
Secara alamiah pakan utama ternak sapi adalah hijauan, yang dapat berupa
rumput alam atau lapangan, rumput unggul, leguminosa, limbah pertanian serta
tanaman hijauan lainnya. Dalam pemilihan hijauan pakan ternak harus
diperhatikan disukai ternak atau tidak, mengandung toxin (racun) atau tidak yang
dapat membahayakan perkembangan ternak yang mengkonsumsi. Namun
permasalahan yang ada bahwa hijauan di daerah tropis mempunyai kualitas yang
kurang baik sehingga untuk memenuhi kebutuhan nutrien perlu ditambah dengan
pemberian pakan konsentrat (Siregar, 1996).
. Pemberian pakan yang baik untuk memenuhi beberapa kebutuhan ternak
sebagai berikut:
1. Kebutuhan hidup pokok, yaitu kebutuhan pakan yang mutlak dibutuhkan
dalam jumlah minimal. Pada hakekatnya kebutuhan hidup pokok adalah
kebutuhan sejumlah minimal nutrien untuk menjaga keseimbangan dan
mempertahankan kondisi tubuh ternak. Kebutuhan tersebut digunakan untuk
bernapas, bergerak, dan pencernaan makanan.
2. Kebutuhan untuk pertumbuhan, yaitu kebutuhan pakan yang diperlukan
ternak sapi untuk proses pembentukan jaringan tubuh dan menambah berat
badan.
3. Kebutuhan untuk reproduksi, yaitu kebutuhan pakan yang diperlukan

5
ternak sapi untuk proses reproduksi, misalnya kebuntingan.
Untuk kebutuhan nutrien sapi potong dalam praktek penyusunan diperlukan
pedoman standart berdasarkan berat badan dan pertambahan berat badan
(Murtidjo, 1990).
Mutu, jumlah pakan dan cara-cara pemberiannya sangat mempengaruhi
kemampuan produksi sapi pedaging. Untuk mempercepat penggemukan, selain
dari rumput, perlu juga diberi pakan penguat berupa konsentrat yang merupakan
campuran berbagai bahan pakan umbi-umbian, sisa hasil pertanian, sisa hasil
pabrik dan lain-lain yang mempunyai nilai nutrien cukup dan mudah dicerna
(Setiadi, 2001).
Pemberian pakan dimaksudkan agar sapi dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sekaligus untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pada umumnya, setiap
sapi membutuhkan pakan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang
menyusui dan sedang digunakan sebagai tenaga kerja memerlukan pakan yang
memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya (Djarijah, 1996).
Dalam menyusun ransum harus diusahakan agar kandungan nutrien di dalam
ransum sesuai dengan nutrien yang dibutuhkan ternak untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan bereproduksi (Santoso, 2002).
Ransum adalah satu atau campuran beberapa jenis bahan pakan yang disusun
sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam.
Ransum yang diberikan pada sapi-sapi yang digemukan tergantung pada sistem
penggemukan yang digunakan. Penggemukan sapi dengan sistem pasture hanya
terdiri dari hijauan yang diperoleh dengan melepas sapi-sapi untuk meruput di
padang penggembalaan. Demikian pula dengan sistem kereman yang terdapat
dibeberapa daerah di Indonesia, ada diantaranya yang hanya memberikan hijauan
saja tanpa pakan tambahan berupa konsentrat (Siregar, 2003).
Pakan suplemen merupakan bahan yang mengandung jasad renik
(mikroba) hidup yang sengaja ditambahkan dalam pakan sapi atau ruminansia
lainya. Dengan diberikan sedikit pakan tambahan, kebutuhan pakan persatuan
ternak dapat dikurangi. Apabila setiap hari ternak membutuhkan 10-11 kg bahan
kering (BK) untuk menaikkan 1 kg berat badan maka, penggunaan pakan
tambahan mampu mengurangi jumlah pakan (Sarwono, 2002).

6
MANAJEMEN PAKAN TERNAK POTONG

Tujuan pemberian pakan dalam suatu usaha penggemukan sapi potong


adalah untuk memperoleh pertambahan bobot badan secara maksimal. Dengan
demikian diperlukan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak baik
dari segi kuantítas maupun kualitasnya.
Syarat Pakan Ternak

- Hendaknya cukup mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh yaitu :


protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
- Disukai ternak (palatabilitas tinggi).

- Bersih dan tidak tercemari kotoran atau bibit penyakit.

- Tidak boleh dalam keadaan rusak (busuk, bercendawan).

- Sebaiknya tidak mengandung benda-benda yang bersuhu rendah (misalnya


embun pagi hari yang dapat menyebabkan sakit kembung/kejang perut pada
ternak).

1. Jenis Pakan Ternak

 Pakan Hijauan

Bahan pakan utama ternak sapi penggemukan adalah dalam bentuk hijauan
yaitu berasal dari rumput unggul, rumput lokal dan leguminosa. Beberapa contoh
hijauan pakan unggul berupa rumput yang dapat dibudidayakan adalah rumput
gajah, rumput raja, rumput setaria, rumput mexico dan lain-lain, sedangkan
hijauan pakan unggul berupa daun-daunan adalah leguminosa (kacang-kacangan
seperti centro, siratro, lamtoro/petai cina dan gamal). Hasil sampingan tanaman
pertanian yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi adalah brangkasan
kacang tanah, kacang kedele, pucuk jagung muda dan lain-lain.
Hijauan pakan unggul berupa rumput potong::
- Umumnya berumur panjang, tumbuh membentuk rumpun setinggi 60 – 150
cm bahkan lebih.
- Berdaun lebat dan sistem perakarannya luas sehingga relatif tahan kering.
- Tumbuh baik pada dataran tinggi sampai rendah.

7
- Dapat diperbanyak dengan biji, pols (sobekan rumpun) dan stek batang
dengan jarak 40 – 60 cm, sebaiknya ditanam pada awal musim hujan.
- Panen (pemotongan/defoliasi) pertama dilakukan saat berumur ± 2 bulan.
Pemotongan berikutnya dilakukan setiap 1,5 bulan dengan tinggi
pemotongan 10 – 15 cm dari permukaan tanah
- Pemupukan awal pada saat pengolahan tanah dengan dosis 10 ton pupuk
kandang, 50 kg KCl dan 50 kg TSP per hektar. Pemupukan selanjutnya
dilakukan setelah 3 kali pemotongan dengan takaran yang sama. Sedangkan
urea diberikan pada saat tanaman berumur 2 minggu sebanyak 50 kg/ha.

Selama ini pohon lamtoro dimanfaatkan sebagai tanaman pagar, tanaman


pelindung, kayu bakar, pupuk hijauan dan pencegah erosi serta daunnya dapat
dimanfaatkan sebagai hijauan pakan bagi ternak yang diberikan dalam bentuk
segar. Daun lamtoro dapat diberikan 40 % dari hijauan pakan dan dalam
pemberiannya dicampur dengan hijauan lain. Lamtoro dipanen setelah berumur 6
– 9 bulan dengan cara pemangkasan. Lamtoro dapat ditanam dengan jarak 0,5 – 1
m.
Pada penggemukan sapi secara kereman dimana ternak dikandangkan terus
menerus sangat memerlukan ketersediaan hijauan dalam jumlah cukup dan
memiliki nilai gizi yang baik. Sehingga pemberian rumput lapangan saja sudah
tidak memungkinkan lagi mengingat ketersediaannya sangat dipengaruhi musim
serta semakin terbatasnya padang penggembalaan, disamping itu nilai gizi rumput
lapangan yang sangat rendah.
Sebagai alternatif penyediaan pakan hijauan sepanjang tahun dianjurkan
dengan menanam hijauan pakan ternak dengan sistem 3 (tiga) strata. Sistem tiga
strata merupakan suatu pola tanam hijauan pakan ternak yang ditujukan untuk
menyediakan pakan sepanjang tahun. Susunan 3 strata yang dimaksud adalah:
 Strata - 1 : Terdiri dari tanaman rumput potong (rumput gajah
(Pennisetum purpureum), Panicum maxcimum, Andropogon gayamus,
Setaria Sp dan lain-lain)
 Strata - 2 : Terdiri dari tanaman hortikultura/tanaman pangan

8
 Strata - 3 : Terdiri dari legum pohon (sengon, waru, lamtoro, gamal)
selain untuk pakan pada musim kemarau panjang, tanaman tersebut
juga dapat digunakan sebagai tanaman pelindung dan pagar kebun
maupun kayu bakar.

Gambar: kebun hijauan pakan ternak dengan sistem 3


strata yang terdiri dari : rumput setaria, rumput gajah,
pohon lamtoro dan kacang tanah.

Pemberian pakan hijauan pada ternak dapat dilaksanakan dengan


memberikan rumput jenis unggul seperti rumput raja (King Grass), rumput gajah,
rumput benggala, setaria, rumput mexico dan lain-lain. Atau mencampurkannya
dengan tanaman leguminosa seperti Gamal (Glyricidia), Kaliandra, Turi, Lamtoro,
Siratro yang memiliki nilai gizi tinggi.

 Pakan Penguat (Konsentrat)

Konsentrat adalah campuran dari beberapa bahan pakan untuk melengkapi


kekurangan gizi dari hijauan pakan ternak. Bahan pakan konsentrat yang dapat
diberikan pada ternak sapi antara lain : dedak padi, bungkil kelapa, jagung giling,
bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas kecap, dan lain-lain. Campuran bahan
pakan konsentrat yang diberikan pada ternak sangat tergantung kepada harga dan
ketersediaan bahan pakan di sekitar lokasi usaha penggemukan ternak sapi.

9
Dari berbagai hasil penelitian beberapa formulasi pakan konsentrat yang dapat
diberikan pada penggemukan sapi potong diantaranya adalah :
a) Campuran 70 % dedak padi dan 30 % bungkil kelapa, kemudian
ditambahkan dengan 0,5 % tepung tulang dan 1 % garam dapur.
b) Campuran 2 bagian dedak + 1 bagian bungkil kelapa + 1 bagian
jagung. Selanjutnya ditambahkan tepung tulang dan garam dapur
sebanyak 1 – 2 % kedalam campuran pakan tersebut.
c) Campuran 70 % dedak padi + 25 % bungkil kelapa + 5 % jagung
giling, kemudian ditambahkan 1 % tepung tulang dan garam dapur.

2. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada ternak sapi penggemukan diarahkan untuk
mencapai pertambahan bobot badan yang setinggi-tingginya dalam waktu
relatif singkat. Untuk itu pemberian pakan hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan ternak baik dari segi kuantitas maupun nilai gizinya.
Pakan hijauan diberikan pada sapi sebanyak 10 – 12 % dan pakan
konsentrat 1 – 2 % dari bobot badan ternak. Pemberian hijauan dapat dilakukan
3 kali sehari yakni pada pukul 08.00 pagi, 12.00 siang dan pukul 17.00 sore
hari, sedangkan pakan konsentrat diberikan pagi hari sebelum pemberian
hijauan. Ketersediaan air minum untuk ternak sapi adalah hal yang tidak kalah
penting diperhatikan. Kebutuhan air minum bagi sapi sebanyak 20 – 40
liter/ekor/hari, namun sebaiknya diberikan secara ad libitum (tidak terbatas).
Cara penyajian pakan hijauan pada ternak sebaiknya dicincang pendek-
pendek agar lebih mudah dikonsumsi. Kemudian hasil cincangan rumput dibagi
menjadi 6 bagian (untuk pagi 1 bagian, siang 2 bagian, dan sore sebanyak 3
bagian).

Gambar: Ternak sapi yang diberikan pakan tambahan (konsentrat)


akan memberikan tingkat pertumbuhan yang lebih

10
3. Jumlah Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada sapi potong dapat dilakukan secara ad libitum dan
restricted (dibatasi). Pemberian secara ad libitum sering kali tidak efisien karena
akan menyebabkan bahan pakan banyak terbuang dan pakan yang tersisa menjadi
busuk sehingga ditumbuhi jamur dan sebagainya yang akan membahayakan
ternak bila termakan (Santosa, 2002).
Tingkat konsumsi ternak ruminansia umumnya didasarkan pada konsumsi
bahan kering pakan, baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat, persentase
konsumsi bahan kering memiliki grafik meningkat sejalan dengan pertambahan
berat badan sampai tingkat tertentu, kemudian mengalami penurunan. Rata-rata
kemampuan konsumsi bahan kering bagi ruminansia adalah 2 - 3 % dari berat
badan (Mc.Cullough, 1973). Atau 2,5 – 3,2 % menurut (Sugeng, 2002).

4. Imbangan Jumlah Hijauan dan Konsentrat


Ransum ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan dan
konsentrat. Pemberian ransum berupa kombinasi kedua bahan itu akan memberi
peluang terpenuhinya nutrien dan biayanya relatif murah. Namun bisa juga
ransum terdiri dari hijauan ataupun konsentrat saja. Apabila ransum terdiri dari
hijauan saja maka biayanya relatif murah dan lebih ekonomis, tetapi produksi
yang tinggi sulit tercapai, sedangkan pemberian ransum hanya terdiri dari
konsentrat saja akan memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, tetapi
biaya ransumnya relatif mahal dan kemungkinan bisa terjadi gangguan
pencernaan (Siregar, 1996).
Pakan ternak untuk penggemukan sapi merupakan faktor yang penting
untuk meningkatkan produksinya. Pakan yang baik adalah pakan yang
mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Protein adalah
unsur utama dalam pemeliharaan organ tubuh dan pertumbuhan, sedangkan
karbohidrat berguna sebagai sumber energi yang akan digunakan untuk proses
metabolisme (Darmono, 1993)
Pada usaha penggemukan sapi, pemberiaan pakan konsentrat lebih banyak
daripada hijauan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pertambahan berat badan
yang cepat. Perbandingan jumlah konsentrat dan hijauan dalam ransum

11
penggemukan sapi atas dasar bahan kering adalah 70 % dan 30 %( Anonimus
2001).
5. Frekuensi Pemberian Pakan Ternak

Pemberian konsentrat dapat dilakukan dua atau tiga kali dalam sehari
semalam. Pemberian konsentrat dua kali dalam sehari semalam dapat dilakukan
pada pagi hari sekitar pukul 08.00 dan sekitar pukul 15.00. Lain lagi dengan
pemberian yang dilakukan tiga kali dalam sehari semalam pada saat pukul 08.00,
sekitar pukul 12.00, dan sekitar pukul 16.00. Sedangkan pemberiaan hijauan
dilakukan sekitar 2 jam setelah pemberian konsentrat. Pemberian hijauan ini
dilakukan secara bertahap dan minimal 4 kali dalam sehari semalam. Frekuensi
pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan dapat meningkatkan kemampuan
sapi itu untuk mengonsumsi ransum dan juga meningkatkan kencernaan bahan
kering hijauan (Siregar, 2003).
Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot
badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur
jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan hijauan. Pemberian konsentrat
dapat dilakukan dua atau tiga kali dalam sehari semalam. Hijauan diberikan
sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari dan dilakukan secara
bertahap minimal empat kali dalam sehari semalam (Siregar, 2003)

6. Sistem Pemberian Pakan


Dalam pemberian konsentrat sebaiknya dalam bentuk kering (tidak
dicampur air), namun pemberian bentuk basah juga bisa dilakukan. Yang perlu
diperhatikan bila pemberian bentuk basah adalah konsentrat tersebut harus habis
dalam sekali pemberian sehingga tidak terbuang. Perubahan jenis pakan, yang
secara mendadak dapat berakibat ternak stress, sehingga tidak mau makan. Oleh
karena itu cara pemberiannya dilakukan sedikit demi sedikit agar ternak
beradaptasi dahulu, selanjutnya pemberian ditambah sampai jumlah pakan yang
sesuai kebutuhannya, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum
(Anonimus, 2001).
Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot
badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur

12
jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan hijauan. Hijauan diberikan
sekitar dua jam setelah pemberian
konsentrat pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat kali
dalam sehari semalam. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan
dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi ransum dan juga
meningkatkan kecernaan bahan kering hijauan itu sendiri(Cullough, 1973).

AYAM BOILER
Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam
hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya.
Karekteristik ekonomi dari ayam broiler adalah pertumbuhan cepat serta penghasil
daging dengan konversi pakan efisien. Bobot badan ayam broiler ini tergolong
tinggi. Ayam broiler merupakan tipe ayam pedaging dan umumnya digunakan
untuk konsumsi sehari-hari sebagai pemenuhi kebutuhan protein hewani.
Berdasarkan aspek pemuliaannya terdapat tiga jenis ayam penghasil daging, yaitu
ayam Kampung, ayam petelur afkir dan ayam broiler. Ayam broiler umumnya
dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor
yang bertujuan sebagai sumber pedaging (Kartasudjana, 2005) dan ayam tersebut
masih muda dan dagingnya lunak (North dan Bell, 1990). Ayam broiler
mempunyai beberapa keunggulan seperti daging relatif lebih besar, harga
terjangkau, dapat dikonsumsi segala lapisan masyarakat, dan cukup tersedia di
pasaran.

MANAJEMEN PAKAN AYAM BOILER


Frekuensi Pemberian Pakan
Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang
diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang
diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi (Suprijatna et al.,
2005). Pemberian pakan pada periode starter pada minggu pertama dilakukan
secara adlibitum yaitu pemberian pakan secara terus-menerus. Pemberian pakan
ini dilakukan sesering mungkin dengan jumlah sedikit demi sedikit. Anak ayam
pada periode ini masih dalam tahap belajar dan adaptasi dengan lingkungan

13
sehingga pemberian pakan dalam jumlah sedikit demi sedikit dimaksudkan agar
tidak banyak terbuang dan tidak tercampur dengan kotoran ayam(Fadilah et al.,
2007).
Berbagai tingkat pembatasan pemberian pakan akan memberi pengaruh
yang berbeda terhadap penampilan ayam dan penghematan pakan (Fuller et al.,
1993). Frekuensi atau waktu pemberian pakan pada anak ayam biasanya lebih
sering sampai 5 kali sehari. Semakin tua ayam,frekuensi pemberian pakan
semakin berkurang sampai dua atau tiga kali sehari (Suci et al., 2005). Hal yang
perlu mendapat perhatian dari segi waktu pemberian pakan adalah ketepatan
waktu setiap harinya. Ketepatan waktu pemberian pakan perlu dipertahankan,
karena pemberian pakan pada waktu yang tidak tepat setiap hari dapat
menurunkan produksi. Pakan juga dapat diberikan dengan cara terbatas pada
waktu tertentu dan disesuaikan dengan kebutuhan ayam, misalnya pagi dan sore.
Waktu pemberian pakan dipilih pada saat yang tepat dan nyaman sehingga ayam
dapat makan dengan baik dan tidak banyak pakan yang terbuang(Sudaro dan
Siriwa, 2007).

Konsumsi Pakan
Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa pakan starter diberikan pada
ayam berumur 0-3 minggu, sedangkan ransum finisher diberikan pada waktu
ayam berumur empat minggu sampai panen. Konsumsi pakan merupakan jumlah
pakan yang dimakan dalam jangka waktu tertentu. Pakan yang dikonsumsi ternak
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrisi lain. Konsumsi
pakan tiap ekor ternak berbeda-beda. Konsumsi diperhitungkan sebagai jumah
makanan yang dimakan oleh ternak (Tillman et al., 1991) dan bila diberikan ad
libitum (Parakkasi, 1999). Zat makanan yang dikandungnya akan digunakan
untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan. Wahju
(2004) menyatakan bahwa besar dan bangsa ayam, temperatur lingkungan, tahap
produksi dan energi dalam pakan dapat mempengaruhi konsumsi. National
Research Council (1994) menyatakan bahwa bobot badan ayam, jenis kelamin,
aktivitas, suhu lingkungan dan kualitas pakan dapat mempengaruhi konsumsi.

14
Saat cuaca panas, ayam berusaha mendinginkan tubuhnya dengan cara
bernafas secara cepat (panting). Tingkah laku ini dapat menyebabkan peredaran
darah banyak menuju ke organ pernafasan, sedangkan peredaran darah pada organ
pencernaan mengalami penurunan sehingga bisa mengganggu pencernaan dan
metabolisme. Pakan yang dikonsumsi tidak bisa dicerna dengan baik dan nutrien
dalam pakan banyak yang dibuang dalam bentuk feses (Bell dan Weaver,
2002).Penelitian Santoso (2002) menunjukan bahwa ayam broiler pada kandang
litter yang diberikan pakan komersial menghabiskan pakan mulai minggu ke-tiga
sampai minggu ke-lima sebesar 2525 g/ekor, sedangkan pada kandang cage
menghabiskan pakan mulai minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima sebesar 2459
g/ekor.Penelitian Kusnadi (2006) menunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam
broiler berumur 5 minggu pada suhu 24 0C sebesar 1918 g/ekor, sementara pada
suhu 32 0C konsumsi pakan sebesar 1667 g/ekor. Konsumsi pakan ayam broiler
strain CP 707 yang dipelihara pada suhu nyaman pada umur lima minggu adalah
2967 g/ekor.
Tingkat energi menentukan jumlah ransum yang dikonsumsi. Ayam
cenderung meningkatkan konsumsinya jika kandungan energi ransum rendah dan
sebaliknya konsumsi akan menurun jika kandungan energi ransum meningkat
(Scott et al., 1982).

Konversi Pakan
Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik,
tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan,
manajemen pemeliharaan, dan suhu lingkungan (James, 2004). Jumlah pakan
yang digunakan mempengaruhi perhitungan konversi ransum atau Feed
Converstion Ratio (FCR). FCR merupakan perbandingan antara jumlah ransum
yang dikonsumsi dengan pertumbuhan berat badan. Angka konversi ransum yang
kecil berarti jumlah ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram
daging semakin sedikit (Edjeng dan Kartasudjana, 2006). Semakin tinggi konversi
ransum berarti semakin boros ransum yang digunakan (Fadilah et al., 2007).
Lacy dan Vest (2000) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi
konversi pakan adalah genetik, ventilasi, sanitasi, kulitas pakan, jenis pakan,

15
penggunaan zat aditif, kualitas air, penyakit dan pengobatan serta manajemen
pemeliharaan, selain itu meliputi faktor penerangan, pemberian pakan, dan faktor
sosial.
Konversi pakan ayam broiler strain CP 707 yang dipelihara pada suhu
nyaman pada umur lima minggu adalah 1,62. Penelitian Santoso (2002)
menunjukan bahwa konversi pakan pada ayam broiler selama lima minggu pada
kandang litter sebesar 1,6. Menurut Lesson (2000), semakin dewasa ayam maka
nilai konversi pakan akan semakin besar.
Ayam yang semakin besar akan makan lebih banyak untuk menjaga ukuran
berat badan. Sebesar 80% protein digunakan untuk menjaga berat badan dan 20%
untuk pertumbuhan sehingga efisiensi pakan menjadi berkurang. Bila nilai
konversi pakan sudah jauh di atas angka dua, maka pemeliharaannya sudah
kurang menguntungkan lagi. Oleh karena itu, ayam broiler biasanya dipasarkan
maksimal pada umur enam minggu.

PAKAN BABI POTONG

Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak babi. Sebab
60% dari keseluruhan biaya dihabiskan untuk keperluan babi-babi induk (bibit),
dan 80% untuk keperluan babi fattening. Oleh karena itu suatu hal yang perlu
diperhatikan disini ialah bahwa walaupun babi itu secara alamiah tergolong
hewan yang makannya sangat rakus, dan suka makan apapun, namun mereka
perlu diberi makanan dengan perhitungan yang betul. Sebab, di samping ternak
babi itu banyak makan dan rakus, konversi terhadap makanan pun sangant bagus,
sehingga apabila pemeliharaannya baik, laju pertumbuhannya pun akan baik
pula. Perlu diingat bahwa babi termasuk hewan yang memiliki alat pencernaan
sederhana, yang tak mampu mencerna bahan makanan yang kadar serat kasarnya
tinggi. Pakan untuk ternak babi umumnya merupakan campuran dari berbagai
macam bahan makanan yang diberikan dalam kurun waktu tertentu (ransum).
Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan peternak dalam pemberian
pakan/ransum pada ternak babi adalah sebagai berikut:
a) Kandungan Zat Makanan
Semua bahan makanan yang diperlukan oleh babi terutama terdiri dari enam

16
unsur pokok : karbohidrat, serat kasar, lemak, protein, vitamin-vitamin, mineral
dan air.
b) Penyusunan Ransum

Apabila jumlah babi yang dipiara itu hanya bebarapa ekor saja, maka
kepada babi tersebut bisa diberikan sisa-sisa bahan makanan dari dapur, seperti
kulit pisang, pepaya, sayuran, nasi dan lain sebagainya. Akan tetapi betapapun
banyak sisa makanan yang bisa diberikan, namun praktek pemberian makanan
semacam itu kurang bisa dipertanggung jawabkan. Sebab bahan makanan
tersebut bukanlah merupakan rasum yang mempunyai susunan zat makanan
dalam imbangan yang tepat seperti yang diperlukan tubuh babi untuk keperluan
pertumbuhan dan berproduksi.
Kandungan zat makanan dalam ransum diperhitungkan berdasarkan
beberapa faktor diantaranya:
1. Tujuan peternakan itu sendiri, misalnya sebagai babi fattening, bibit
2. Fase hidup babi, starter, grower, finisher atau berat babi
3. Pedoman yang telah ada seperti zat-zat makanan yang
diperlukan dan pertimbangan ekonomis, serta bahan yang
tersedia pada sepanjang tahun.

c) Pemberian Ransum
1. Untuk anak babi berumur kurang lebih 8 minggu 0,25 kg/ ekor/hari
2. Untuk anak babi berumur 1 tahun sebanyak 2 kg/ekor/hari.
3. Untuk induk yang tidak menyusui/ tidak bunting kurang lebih 2
kg/ekor/hari.
4. Untuk induk babi yang bunting sebanyak kurang lebih 2,5 kg/ekor/hari.
5. Untuk induk menyusui 2 kg/ekor/hari ditambah dengan jumlah
anak dikalikan 0,25 kg/ekor/hari.
6. Untuk pejantan sebanyak 3 – 4 kg/ekor/hari.
Makanan diberikan 2-3 kali sehari dan tidak mutlak harus dimasak karena
zat-zat vitamin dalam campuran makanan yang dimasak akan rusak atau hilang,
namun ada pula yang perlu dimasak seperti ubi kayu, daun keladi dan kacang
kedelai sebab mengandung racun, dapat menimbulkan gatal gatal, mengandung

17
zat anti metabolik. Ternak babi disamping membutuhkan makanan juga
membutuhkan air minum yang bersih setiap hari dan disediakan secara tak
terbatas dalam kandang sehingga babi dapat minum sesuai dengan
kebutuhannya.

MANAJEMEN PAKAN BABI POTONG


Pemberian makanan yang semestinya merupakan hal yang sangat penting
sebab biaya makanan menduduki tempat tertinggi dari ongkos produksi total
yang kadang–kadang meliputi 80%, ini disebabkan babi tumbuh sangat cepat dan
konsekuensinya keperluan akan makanan sangat tinggi. Anak babi yang beratnya
1,4 kg pada waktu lahir mencapai 163 kg setelah 18 bulan kemudian. Bila babi
diberi makan berlebihan maka cenderung menjadi gemuk dengan cepat dan sifat
ini adalah menurun, hal ini juga tidak ekonomis (Williamson dan Payne, 1993).
Begitu umur 1 minggu anak babi diberi creep feeds. Creep feeding adalah cara
pemberian makanan pada anak babi terpisah dari makanan induknya. Creep
feeds hendaknya diberikan dalam bentuk kering dan anak babi lebih suka dalam
bentuk pellet atau butir– butiran (Williamson dan Payne, 1993).
Pemberian pakan pada babi memperhatikan penggolongan menurut tujuan
dan umurnya. Tiap golongan atau kelas memiliki kebutuhan gizi yang khusus
dan cara pemberiannya juga berbeda. Dalam beberapa hal, ransum digolongkan
menjadi 3 kategori yaitu ransum starter, ransum grower dan finishing, yang juga
merupakan ransum induk yang menyusui dan ransum babi bunting yang
sekaligus juga merupakan ransum untuk pejantan.
Tabel Ransum untuk berbagai kelas babi

Konsumsi
Kelas Ransum Periode/Berat %Protein
Harian
Lahir- Starter Lahir - 17,5 kg 18 Bebas
sapih
Sapih-jual Grower 17,5 - 55kg 16 Penuh
Sapih-jual Finisher 55 – 90kg 14 Penuh
Bibit Bunting Saph - 12-14 2 kg
melahirkan
Bibit Laktasi Melahirkan – 16 5 atau penuh
sapih
Bibit Pejantan 14 2,5 kg

18
Pemberian Pakan Ternak Babi
a. Pakan untuk babi muda
Babi muda diberi pakan dengan caracreep feeding didalam kandang
kelahiran dari umur 7 sampai 10 hair. Jumlah pakan yang diberikan sedikit
saja dengan pemberian 2 atau 3 kali sehari agar pakan yang diberikan itu
senantiasa baru dan segar. Pada waktu babi muda itu mulai bisa makan (yaitu
pada umur sekitar 2 minggu) pakan disediakan lebih banyak. Air minum yang
bersih dan segar disajikan tidak bersama-sama dengan air minum untuk induknya.
Bahan yang digunakan untuk ransum starter haruslah bahan yang bener-bener
berkualitas bagus dan yang sifatnya palatable (disukai) supermentasi zat besi
sulfat.Disamping itu antibiotik juga diberikan di dalam ransum starter untuk
pencegahan penyakit serta merangsang laju pertumbuhan.
b. Babi grower dan finisher
Tahapan pemeliharaan grower dan finisher biasa diikuti dengan pemberian
pakan penuh dengan ransum grower – finisher yang berkualitas tinggi.
Ransumnya berbeda untuk yang tahapan grower (berat badan 17,5 sampai 55 kg)
dengan yang tahapan finisher (berat 55 kg samapi dipasarkan). Ransum grower
kadar proteinnya lebih tinggi guna pembentukan protein serta pertumbuhan
jaringan tubuh dan tulang, sedangkan ransum finisher kadar energinya yang lebih
tinggi untuk penggemukan dan finishing, sehingga siap dipasarkan.
c. Penggemukan
Karena babi termasuk hewan berlambung tunggal dan tidak memiliki
rumen, maka babi tidak memperoleh keuntungan dari pencernaan mikro
organisme yang meliputi pembentukan protein berkualitas tinggi, pembentukan
vitamin B, serta pemanfaatan pakan tersebut. Oleh karena itu, jumlah bahan pakan
berserat di dalam ransum babi haruslah tidak lebih dari 5% dan kualitasnya pun
harus bagus misalnya tepung daun alfalfa, legum atau tanaman biji sereal. Hijauan
di dalam ransum berperan sebagai sumber vitamin, sebagai bahan pengisi
lambung (bulk) dan dapat pula bersifat laktasi.Protein dalam ransum babi haruslah
berkualitas tinggi untuk memenuhi tuntutan kebutuhan asam amino (unsur
penyusun protein) dalam jumlah dan proporsi yang memadai agar pembentukan
protein pada tubuh babi itu berjalan baik. Oleh karena itu kadar asam amino di
dalam pakan adalah hal yang penting. Perlunya penambahan vitamin B ke dalam

19
ransum adalah karena saluran pencernaan babi tidak mampu mensintesis vitamin
tersebut sejumlah yang dibutuhkan.Penggemukan dapat dilakukan dengan pakan
yang bermutu dan bernutrisi, sesuai dengan ternak berdasarkan fase pertumbuhan
(starter, grower), fattening, laktasi dan bibit. Bahan pakan yang diberikan
sebaiknya yang mengandung sumber protein, misalnya : tepung ikan, bungkil
kacang tanah susu bubuk dll. Mengandung karbohidrat seperti : jagung, gandum,
molase dsb. Mengandung vitamin dan mineral dapat berupa hijauan, tepung
lamtoro.

20
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
1. Jenis pakan pada ternak ada 2 yaitu pakan hijau berasal dari rumput unggul
dan pakan konsentrat berupa campuran dari beberapa bahan pakan
2. Pemberian pakan hijauan dapat dilakukan 3 kali sehari, pakan konsentrat
diberikan pagi hari sebelum pemberian hijauan
3. Perbandingan jumlah konsentrat dan hijauan dalam ransum penggemukan
sapi atas dasar bahan kering adalah 70 % dan 30 %
4. Pakan harus memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin
serta mineral
5. Frekuensi atau waktu pemberian pakan pada anak ayam biasanya lebih
sering sampai 5 kali sehari. Semakin tua ayam,frekuensi pemberian pakan
semakin berkurang
6. Ayam yang semakin besar akan makan lebih banyak untuk menjaga ukuran
berat badan. Sebesar 80% protein digunakan untuk menjaga berat badan
dan 20% untuk pertumbuhan sehingga efisiensi pakan menjadi berkurang
7. Semua bahan makanan yang diperlukan oleh babi terutama terdiri dari
enam unsur pokok : karbohidrat, serat kasar, lemak, protein, vitamin-
vitamin, mineral dan air.

3.2. Saran
Manajemen pemberian pakan pada ternak penting untuk dilakukan untuk
memperoleh pertambahan bobot badan secara maksimal. Dengan demikian
diperlukan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak baik dari
segi kuantítas maupun kualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bell, D. D &W.D. Weaver, Jr. 2002. Comercial Chicken Meat and Egg
Production.
5th Edition. Springer Science and Business Medial Inc, New York.
Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius Yogyakarta.
Djarijah, A.S. 1996. Usaha Ternak Sapi. Yogyakarta: Sanisius.
Edjeng S . &. Kartasudjana, R. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Fadillah, R., A. Polana., S. Alam., & E. Parwanto. 2007. Sukses Beternak Ayam
Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Fuller, H. L., W.M. Kirland, & L.W. Chaney. 1993. Methode of delaying seksual
maturity of pullets restricted energy consumption. Poult.Sci. 53:229-236
Kusnadi, E. 2006. Suplementasi vitamin C sebagai penangkal cekaman panas
pada ayam broiler. JITV 11 (4): 249-253
Lacy, M. & L. R. Vest. 2000. Improving Feed Convertion in Broiler : A Guide for
Growers. Springer Science and Business Media Inc,
New York.

Lesson, S. 2000. Feed efficiency still a usefull measure of broilers performance.

Department Animal and Poultry Science. University of Guelph, Ontario.

Murtidjo, B. A. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.


Setiadi, B. 2001. Beternak Sapi Pedaging dan Masalahnya. Semarang: Aneka
Ilmu.
Siregar. 2003. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Santosa, U. 2002. . Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sarwono, B. 2002. Penggemukan Sapi Secara Cepat. Penebar Swadaya. Jakarta
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo & S.
Lehdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah
Mada Press, Yogyakarta.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Ke-4. Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai