Laporan Batch Distillation B-7 FINAL PDF
Laporan Batch Distillation B-7 FINAL PDF
BATCH DISTILLATION
DISUSUN OLEH :
NURANI LEGAHATI 05161057
SENDY RAMADANI 05161068
VIRGINIA SITOMPUL 05161073
WING WIRYAWAN 05161077
WYNNE ROSA 05161078
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR NOTASI ................................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Tujuan Percobaan .............................................................................. 1
1.2 Dasar Teori ........................................................................................ 1
1.2.1 Pengertian dan Metode Distilasi .............................................. 1
1.2.2 Prinsip Kolom Distilasi ............................................................ 2
1.2.3 Hubungan Kesetimbangan Gas-Cair ....................................... 3
1.2.4 Operasi Distilasi Batch ............................................................ 4
1.2.5 Reflux Ratio .............................................................................. 5
1.2.5 Distilasi Packed Bed Column .................................................. 6
BAB 2 METODOLOGI PERCOBAAN ............................................................... 7
2.1 Alat dan Bahan................................................................................... 7
2.2 Prosedur Percobaan............................................................................ 7
2.3 Diagram Alir ...................................................................................... 8
2.4 Variabel Percobaan ............................................................................ 9
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 11
3.1 Hasil Perhitungan ............................................................................. 11
3.2 Pembahasan ..................................................................................... 12
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 16
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 16
4.2 Saran ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17
LAMPIRAN ......................................................................................................... 18
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR NOTASI
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2.2 Prinsip Kolom Distilasi
Pemisahan komponen dari campuran cair (liquid mixture) bergantung pada
perbedaan titik didih dari masing-masing komponen. Selain itu, juga tergantung
dari konsentrasi komponen tersebut. Dengan alasan inilah, maka proses distilasi
dikatakan tergantung pada karakteristik tekanan uap campuran (Henley, 1992).
Tekanan uap cairan pada suatu temperatur tertentu merupakan tekanan
setimbang yang digunakan oleh molekul untuk meninggalkan dan memasuki
permukaan cairan. Berikut beberapa hal penting menyangkut tekanan uap:
1. Input energi meningkatkan tekanan uap.
2. Tekanan uap mempengaruhi titik didih uap.
3. Cairan dikatakan mendidih jika tekanan uap sama dengan tekanan sekitar.
4. Kemudahan cairan untuk mendidih tergantung pada volality nya.
5. Cairan dengan tekanan uap tinggi (cairan ber-volatile) akan mendidih pada
temperatur rendah.
6. Tekanan uap dan titik didih dari campuran cair bergantung dari jumlah
komponen pada campuran tersebut.
7. Distilasi terjadi karena perbedaan volality komponen pada campuran cair.
Diagram titik didih seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.1 menunjukkan
bagaimana komposisi setimbang masing-masing komponen pada campuran cair
yang bervariasi terhadap temperatur dan pada tekanan tertentu. Kurva bagian atas
2
dinamakan dew-point curve sedang yang bawah dinamakan bubble-point curve.
Dew-point adalah temperatur dimana saturated vapour mulai mengembun.
Bubble-point adalah temperatur dimana cairan mulai mendidih. Daerah di atas
kurva dew-point menunujukkan komposisi setimbang dari superheated vapour,
sedangkan daerah di bawah kurva bubble-point menunjukkan komposisi
setimbang dari subcooled liquid (Henley, 1992).
Gambar 1.2 merupakan kurva VLE sistem etanol-air dimana kurva ini
membantu untuk mengetahui titik kesetimbangan suatu larutan biner. Suatu
larutan biner tidak dapat dipisahkan jika kedua larutan berada pada dititik
kesetimbangannya. Dalam keadaan ini jika ingin memisahkan salah satu larutan
3
pada larutan biner maka hal yang perlu dilakukan adalah menaikkan suhu operasi
atau menambahkan komposisi larutan agar fraksi mol yang didapatkan lebih
besar.
Pada komposisi tersebut kurva cair dan kurva uap bertemu pada saat itu.
Sistem etanol-air memiliki bentuk kurva kesetimbangan uap-cair deviasi positif,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.2. Dimana pada komposisi 89% mol
etanol, uap yang dihasilkan akan memiliki komposisi yang sama dengan cairan.
Jika mengembun lagi, masih akan memiliki komposisi yang sama. Pada titik ini
etanol dan air mendidih pada titik didih konstan. Hal ini dikenal sebagai azeotrop
atau campuran azeotropik etanol-air (Mc-Cabe, 1993).
𝑛𝐴 = 𝑥𝑛 .................................................. (1.1)
Jika jumlah kecil cairan dn menguap, perubahan dalam mol komponen A adalah Y
dn atau dnA dengan persamaan:
4
𝑑𝑛𝐴 = 𝑥 𝑑𝑛 = 𝑦 𝑑𝑛 ........................................ (1.3)
𝑑𝑛 𝑑𝑥
= 𝑦−𝑥 .................................................. (1.4)
𝑛
𝑛1 𝑑𝑛 𝑥1 𝑑𝑥 𝑛1
∫𝑛0 = ∫𝑥0 = 𝑙𝑛 𝑛0 ................................... (1.5)
𝑛 𝑦−𝑥
Vn + 1 = Ln + D ............................... (1.10)
(Geankoplis, 1993; 658)
5
1.2.6 Distilasi Packed Bed Column
Packed column jarang digunakan untuk operasi distilasi ketika pemisahan
relatif mudah dan diameter yang dibutuhkan tidak sangat besar. Packed tower
merupakan sebuah kolom yang dilengkapi dengan packing untuk memperluas
bidang kontak. Packed tower digunakan untuk arus berlawanan dengan
mengontakkan gas dan cair. Zat berfase cair masuk dan terdistribusi melaui
bagian atas dan zat berfase gas akan masuk terdistribusi dari bawah sehingga
terjadi kontak antara keduanya. Umumnya tipe packed ini terbuat dari material
metal, porselen, plastik. Packing yang bagus mempunyai volume rongga besar
sekitar 65-95% untuk mengurangi terjadinya pressure drop. Selanjutnya tipe ini
sering digunakan karena tahan korosi, relatif murah, memiliki struktur yang kuat
untuk menahan beban tumpukan (Geankoplis, 1993; 655-657).
6
BAB 2
METODOLOGI PERCOBAAN
7
Pada percobaan batch distillation alat yang digunakan diantaranya adalah
heating mantle, 2-neck round bottom flask, thermocouple type K, kolom distilasi,
raschig rings, clevenger apparatus, kondensor alihn, statif, clamp holder, clamp
universal, gelas beker, erlenmeyer, gelas ukur, termometer, karet penghisap,
pipiet ukur, pipet tetes, botol pencuci, label, corong kaca, dan piknometer. Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan batch distillation diantaranya ialah etanol
dan air.
Menyiapkan alat
dan bahan
8
A
Selesai
9
2.4 Variabel Percobaan
Adapun variabel percobaan yang digunakan pada praktikum Batch
Distillation yaitu
a. Fraksi ethanol mula – mula = 62% v/v
b. Reflux Ratio = 1,1 opening reflux valve
c. Volume larutan = 250 ml
d. Waktu distilasi = 10, 20, 30, 40, dan 45 menit
10
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Tabel 3.2 Data Hasil Perhitungan Distilat
Waktu Volume Volume Densitas
Suhu (°C)
(menit) (mL) Kumulatif (mL) (gr/cm3)
10 77 25,250 25,250 0,789
20 78 48 73,250 0,789
30 78 60,50 133,750 0,789
40 78 70 203,750 0,790
45 78 75 278,750 0,792
10 0,506
20 0,486
30 0,457
40 0,452
45 0,479
3.2 Pembahasan
12
batch. Dimana sampel yang digunakan adalah campuran etanol-air dengan
volume 250 mL. Variabel yang digunakan adalah waktu distilasi yang berbeda-
beda yaitu 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit dan juga 45 menit. Dari
literatur yang didapatkan diketahui bahwa titik didih dari etanol adalah 78,4 oC
(Aldrich, 2011). Dengan sifat etanol yang mudah menguap (volatil), dan titik
didih air adalah 100oC. Dengan demikian, dari campuran etanol-air yang akan
menguap terlebih dahulu adalah etanol karena titik didihnya lebih rendah
dibandingkan titik didih air (Kartika, 1997).Walaupun terus dilakukan pemanasan
suhunya bertahan lama pada suhu tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
ketika suatu zat mencapai titik didihnya yang tertinggi, suhu zat tersebut akan
tetap atau tidak mengalami kenaikan. Dan jika terjadi peningkatan suhu, maka
kemungkinan bukan sampel yang mendidih, melainkan residu dari sampel
tersebut. Dari hasil data yang diperoleh saat praktikum maka dapat dibuat grafik
korelasi sebagai berikut.
3.2.1 Perbandingan % Kemurnian Rata – Rata Teori dan Aktual
90
80
70
%Kemurnian Rata-rata
60
50 Teori
40 Aktual
30
20
10
0
Gambar 3.2 Perbandingan % Kemurnian Rata-rata Teori dan Aktual
13
diperoleh yav teori sebesar 0.479 sedangkan yav aktual sebesar 0.847. yav aktual
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan yav teori, karena praktikum ini
menggunakan reflux yang menyebabkan hasil distilat yang diperoleh lebih murni.
86,0
85,5
85,0
%Kemurnian
84,5
84,0
83,5
83,0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Gambar 3.3 Pengaruh Waktu Distilasi Terhadap Kemurnian Distilat
14
3.2.3 Perbandingan Yav Aktual Dengan Reflux dan Tanpa Reflux
87,0
85,0
83,0
%Kemurnian
Yav dengan
81,0 reflux
Yav tanpa
79,0 reflux
77,0
75,0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Gambar 3.4 Perbandingan Yav Aktual Dengan Reflux dan Tanpa Reflux
15
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari observasi, perhitungan, dan pembahasan praktikum
Batch Distillation dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemisahan campuran biner dengan proses distilasi secara batch
dipengaruhi oleh waktu operasi dimana semakin lama waktu operasi maka
kemurnian distilat semakin besar dan volume distilat yang didapatkan
semakin banyak.
2. Neraca massa pada eksperimen distilasi campuran biner (etanol dan air),
diperoleh fraksi mol rata rata yang tersisa pada labu distilat (x2) sebesar
0.683 ketika proses distilasi didapat dengan fraksi mol rata rata pada labu
distilat (x1) sebesar 0.3590
3. Kemurnian etanol rata-rata aktual sebesar 0.846 lebih tinggi dibandingkan
kemurnian etanol rata-rata teori sebesar 0.4761. Hal ini terjadi karena
ppada saat praktikum ini menggunakan reflux dan packing sehingga
menghasilkan distilat yang lebih murni
4. Nilai kemurnian etanol paling tinggi yang didapatkan pada proses distilasi
dengan reflux sebesar 0.847 dan nilai kemurnian etanol terendah yaitu
sebesar 0.846. Sedangkan pada proses distilasi tanpa reflux nilai
kemurnian etanol yang paling tinggi sebesar 0.847 dan nilai kemurnian
etanol terendah yaitu sebesar 0.479. Nilai kemurnian etanol pada proses
distilasi dengan reflux dan tanpa reflux berbanding terbalik terhadap
waktu. Semakin lama waktu distilasi maka semakin rendah nilai
kemurnian etanol yang didapatkan.
4.2 Saran
Disarankan untuk tetap menjaga suhunya supaya konstan pada saat proses
berlangsung, dan dilihat titik didih suhu dari masing masing bahan. Dalam
membuat larutan tetap berhati hati supaya tidak tumpah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J. 1993. “Transport Processes and Unit Operation Third Edition”.
New Jersey : Prentince-Hall
Henley, E.J., Seader, J.D. 1992. “Equilibrium-Stage Separation Operations in
Chemical Engineering”. John Wiley. Chapter 3, 9 : New York.
McCabe, W.L. 1993. “Unit Operations of Chemical Engginering Fifth Edition”.
Singapore : McGraw-Hill
Treybal, R.E. 1981. “Mass Transfer Operations 3rd Edition”. Tokyo : McGraw-
Hill
17
LAMPIRAN
APPENDIX PERHITUNGAN DATA
1. Cara Perhitungan
1.1 Membuat Larutan Feed
Dengan menggunakan etanol 96% v/v untuk membuat larutan 250 mL
dengan konsentrasi etanol 62%, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Konsentrasi etanol yang tersedia, %v/v
M1= 96%
M2 = 62 %
V2 = 250 mL
M1 V1 = M2 V2
0,96 V1 = (0,62)(250)
V1 = 161, 5 ml
m
ρ=
V
18
m
V=
ρ
9.860 gr
V=
0.99568
V = 9.9 mL
M1 V1 = M2 V2
0,96 V1 = (0,90)(30)
V1 = 28,125 ml
w 0.7893 . 10
% = . 100
w 0.7893 . 28.125 + 0.9957. 1.87
19
%w/w = 92.23
m
ρ=
V
8,11 gram
ρ=
9,9 cm3
gram
ρ = 0,8192
cm3
ρpikno1 + ρpikno2
ρrata−rata =
2
0,8192 + 0,8111
ρrata−rata =
2
gram
ρrata−rata = 0,8152
cm3
20
0.97997 . 10
mol etanol = 46
0.97997 . 10 0.9957 (100 − 10)
+
46 18
Dengan cara yang sama diperoleh densitas etanol pada percobaan untuk
setiap %v/v etanol pada tabel berikut :
21
100,00
90,00
80,00
70,00
60,00 y = -1762,9x2 + 2805,8x - 1023
%w/w
50,00 R² = 0,9602
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
0,7500 0,8000 0,8500 0,9000 0,9500 1,0000
Densitas Etanol (g/mL)
Gambar A1 Kurva Kalibrasi Densitas Etanol Air
22
Tabel A2 Persen Berat Etanol Variabel reflux
Waktu Volume Densitas
No. %w/w
(menit) (mL) (g/mL)
1 10 25,25 0,78907 93,336
2 20 48 0,78914 93,337
3 30 60,5 0,78936 93,342
4 40 70 0,79091 93,373
5 45 75 0,79287 93,400
23
1.9 Menghitung Mol
Dengan menggunakan data pada appendiks nomor 3, pada menit ke 45 maka :
Diketahui : %w/w = 74,265
Massa Larutan Total = 115,652 gr
Basis : 100 g larutan
Penyelesaian :
w
% w x Massa Larutan Total
Massa dari Etanol =
100
74,265 x 115,652
=
100
= 85,889 gr Etanol
Massa Air
Mol Air =
MW Air
29,763
=
18
= 1,6535 mol
Dengan menggunakan cara yang sama pada tiap data, maka didapatkan
sebagai berikut :
24
Tabel A4 Mol Etanol dan Mol Air Variabel reflux setiap Waktu
No. Waktu (menit) Mol Etanol Mol Air
1 10 3,434 1,101
2 20 3,005 1,090
3 30 2,529 0,946
4 40 2,136 1,070
5 45 1,867 1,653
Menghitung L1:
L1 merupakan jumlah mol campuran yang berada di dalam feed.
L1 = mol Etanol + mol Air
126,1267 88,1195
= +
46 18
= 2,7419 + 4,8955
= 7,6374
Menghitung L2 :
L2 merupakan jumlah mol sisa yang berada di dalam residu.
25
Dengan menggunakan data pada appendiks nomor 4, pada menit ke 10
maka :
L2 = mol Etanol + mol Air
126,1267 88,3203
= +
46 18
= 3,434 + 1,101
= 4,535
26
Tabel A6 Data Kesetimbangan Etanol-Air (continue)
Temperatur X Y
78,3 0,9 0,912
78,2 0,94 0,942
78,1 0,96 0,959
78,2 0,98 0,978
78,3 1 1
3,5
3
y = 4,5151x + 2,1633
2,5 R² = 0,9992
2
1/(y-x)
1,5
0,5
0
0,150 0,170 0,190 0,210 0,230 0,250
x, etanol
27
X2 = 0,258
Ditanya : y average?
Penyelesaian :
x1 L1 = x2 L2 + yav (L1 − L2 )
(0,3590)(7,6374) = (0,258)(4,535) + 𝑦𝑎𝑣 7,6374 − 4,535)
∴ 𝑦𝑎𝑣 =0,506
Pembagian Tugas
Tugas Penanggung
Jawab
1. Alat dan bahan disiapkan. Semua
2. Preparasi larutan etanol sesuai variabel. Sendy dan
Wing
3. Masukkan larutan etanol ke dalam labu distilasi. Rani
4. Mengalirkan air pendingin ke dalam kondensor. Sendy
5. Menyalakan pemanas dengan skala pemanasan yang Virgin
telah ditentukan.
6. Atur variabel 100% opening valve.
7. Mengatur opening reflux valve sesuai variabel. Wing
8. Menyalakan stopwatch setelah tetesan pertama Wynne
destilat.
9. Setiap 10 menit, penampung distilat diganti dengan Rani
yang baru hingga diperoleh 6 distilat (60 menit).
10. Volume masing-masing distilat dicatat.
11. Mencatat suhu labu dan suhu still head setiap Sendy
variabel waktu distilat.
12. Mematikan dan mendingkan alat. Virgin
13. Mengukur massa residu dalam labu distilasi. Wing
14. Menghitung densitas tiap distilat dan residu. Wynne
15. Alat eksperimen dirapikan dan dibersikan. Semua
28