Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Periode neonatal merupakan periode paling kritis dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan bayi karena pada periode ini terjadi transisi dari kehidupan di dalam
kandungan ke kehidupan luar kandungan yang merupakan perubahan drastis. Proses
transisi ini menuntut perubahan fisiologik yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna
memastikan kemampuan bertahan hidup. Proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan di luar kandungan disebut adaptasi
fisiologik. Kemampuan adaptasi fisiologik disebut juga homeostasis, yang mencakup
semua kemampuan dalam mempertahankan fungsi vital.
(Artathi Eka Suryandari,M.Keb, 2014,Catatan Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi, dan
Balita, Tangerang Selatan; BINARUPA AKSARA)

Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan didalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologi ini
disebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi, bayi akan sakit
(Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Saat-saat dan jam pertama kehidupan diluar rahim merupakan salah satu siklus
kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu menuju
kemandirian secara fisiologis. Proses perubahan yang komplek ini dikenal sebagai
periode transisi. Bidan harus selalu berupaya untuk mengetahui periode transisi yang
berlangsung sangat cepat. (Siti Burhasiyah Jamil, dkk, 2017, asuhan kebidanan pada
neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah, Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus ?
2. Bagaimana adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap systempernafasan?
3. Bagaimana adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap suhu tubuh?
4. Bagaimana adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadapmetabolisme?

1
5. Bagaimana adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap peredaran darah?
6. Bagaimana adaptasi fisiologis bayi barulahir terhadap keseimbangan air dan fungsi
ginjal?
7. Bagaimana adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap immunoglobulin?
8. Bagaimana adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap traktus digestivus?
9. Bagaimana adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap hati ?
10. Bagaimana adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadapkeseimbangan asam basa?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar
uterus
2. Untuk mengetahui adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap sistem pernapasan.
3. Untuk mengetahui fisiologis bayi baru lahir terhadap suhu tubuh.
4. Untuk mengetahui adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap metabolism.
5. Untuk mengetahui adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap peredaran darah.
6. Untuk mengetahui adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap keseimbangan air dan
fungsi ginjal.
7. Untuk mengetahui adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap immunoglobulin.
8. Untuk mengetahui adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap traktus digestivus.
9. Untuk mengetahui adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap hati.
10. Untuk mengetahui adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap keseimbangan asam
basa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Adaptasi Fisiologis Neonatus


2.1 Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar Uterus
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan didalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologi ini
disebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi, bayi akan sakit (Arum Dwi
Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Periode neonatal merupakan periode paling kritis dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan bayi karena pada periode ini terjadi transisi dari kehidupan di dalam
kandungan ke kehidupan luar kandungan yang merupakan perubahan drastis. Proses
transisi ini menuntut perubahan fisiologik yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna
memastikan kemampuan bertahan hidup. Proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan di luar kandungan disebut adaptasi
fisiologik. Kemampuan adaptasi fisiologis disebut juga homeostasis, yang mencakup
semua kemampuan dalam mempertahankan fungsi vital (Artathi Eka Suryandari,M.Keb,
2014,Catatan Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita, Tangerang Selatan:
BINARUPA AKSARA)

Tabel Mekanisme hemostatis/adaptasi bayi baru lahir


Sistem Intrauterin Ekstra uterin
Respirasi/sirkulasi
 Pernapasan  Belum berfungsi  Berfungsi
volunteer  Kolaps  Berkembang
 Alveoli  Belum aktif  Aktif
 Vaskularisasi paru  Tinggi  Rendah
 Resistansi paru  Dari plasenta ibu  Dari paru bayi
 Intake oksigen  Di plasenta sendiri
 Pengeluaran CO2  Tidak berkembang  Di paru
 Sirkulasi paru  Resistansi ferifer  Berkembang banyak

3
 Sirkulasi sistemik rendah  Resistansi perifer
 Lebih cepat tinggi
 Denyut jantung  Lebih lambat
Saluran cerna
 Absorbs nutrient  Belum aktif  Aktif
 Kolonisasi kuman  Belum  Segera
 Feses  Mekonium  Lebih dari hari ke-4,
feses biasa
 Enzim pencernaan  Belum aktif  Aktif

Kesimpulan: Proses perubahan yang komplek ini dikenal sebagai periode transisi. Bidan
harus selalu berupaya untuk mengetahui periode transisi ini berlangsung sangat cepat.
Adaftasi fisiologis BBL adalah sangat berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan
hidupnya diluar uterus.

Homeostasis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat dinamis,


dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa pertumbuhan
dan perkembangan intrauterine (Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI
OFFSET)

Penelitian menunjukan bahwa, 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu
dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat
akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan
kematian. Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya
dapat terjadi kerusakan otak. (Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI
OFFSET)

Saat-saat dan jam pertama kehidupan diluar rahim merupakan salah satu siklus
kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu menuju
kemandirian secara fisiologis. Proses perubahan yang komplek ini dikenal sebagai
periode transisi. Bidan harus selalu berupaya untuk mengetahui periode transisi yang

4
berlangsung sangat cepat. (Siti Burhasiyah Jamil, dkk, 2017, asuhan kebidanan pada
neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah, Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Kesimpulan: Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol


fungsi tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol
oleh sistem saraf dan endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat
penyesuaian dalam frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh,
keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya
ditujukan untuk memberi kontribusi bagi homeostasis.

2.2 Sistem Pernapasan


Paru-paru berasal dari jaringan endoderm yang muncul dari faring yang bercabang
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus
berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan
alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin menghasilkan dan bukti
gerakannya. Alveolus janin berisi cairan amnion, tetapi setelah proses kelahiran maka
akan berganti menjadi berisi udara. Ketidakmatangan paru-paru terutama akan
mengurangi peluang kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu, yang
disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-
paru, dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan (Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed,
dkk, 2018, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah,
Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa embrio, tepatnya pada umur
kehamilan 24 hari. Pada umur kehamilan 24 hari ini bakal paru-paru terbentuk. Pada
umur kehamilan 26-28 hari kedua paru-paru membesar. Pada umur kehamilan 6 minggu
terbentuk segmen bronchus. Pada umur kehamilan 12 minggu terjadi deferesis silobus.
Pada kehamilan 24 minggu terbentuk alveolus. Pada kehamilan 28 minggu terbentuk
surfaktan. Pada umur 34-36 minggu sruktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah
dapat mengembangkan ke sistem alveoli. (Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk,
2018, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV
ANDI OFFSET)

5
Empat faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi yaitu :
a) Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2 merangsang komore septor yang terletak di
sinus koritus.
b) Tekanan terhadap rongga dada (toraks) sewaktu melewati jalan lahir.
c) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan gerakan
pernapasan.
d) Refleks deflasi hering breur (Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018,
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV
ANDI OFFSET)

a) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik).
b) Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di
sinus karotikus (stimulasi kimiawi).
c) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi
sensorik).
d) Refleks deflasi Hering Breur (Ni Wayan Armini, S.S.T., M.Keb, dkk, 2017,
Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah,
Yogyakarta;Penerbit Andi) (halaman: 5)

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 10 detik pertama sesudah
lahir. Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

a. Stimulasimekanik, yaitu karena tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati
jalan lahir. Tekanan inimenyebabkan cairan di dalam paru-paru (pada bayi normal
jumlahnya 80-100 mL) berkurang sebanyak 1/3-nya dan cauran tersebut diganti
dengan udara.
b. Stimulasi kimiawi, yaitu penurunan Pao, (dari 80 ke 15 mmHg) dan kenaikan
PaCo, (dari 40 ke 70 mmHg), serta penurunan pH merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotikus.
c. Stimulasi sensorik, yaitu adanya rangsangan suhu dingin mendadak pada bayi saat
meninggalkan suasana hangat di uterus dan memasuki udara luar yang relatif lebih
dingin. Perubahan suhu yang mendadak ini merangsang impuls sensorik di kulit
yang kemudian disalurkan ke pusat respiras.

6
d. Refleks deflasi hering breur(Artathi Eka Suryandari,M.Keb, 2014,Catatan
Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita, Tangerang Selatan; BINARUPA
AKSARA)

Sebelum lahir paru-paru janin penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paru-paru
itu sendiri. Ketika dilahirkan, cairan ini meninggalkan paru-paru baik karena dipompa
menuju jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung, maupun karena bergerak melintasi
dinding alveolar menuju pembuluh limfe paru dan menuju duktus torasikus.(Artathi Eka
Suryandari,M.Keb, 2014,Catatan Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita,
Tangerang Selatan; BINARUPA AKSARA)

Pernapasan pada bayi baru lahir biasanya adalah pernapasan diafragmatik dan
abdominal. Sementara itu, frekuensi dan dalamnya pernapasan belum teratur, umumnya
antara 30-60 kali/menit dengan periode singkat apnea (kurang dari 15 detik). Apnea ini
paling sering terjadi ketika tidur dan durasinya berkurang seiring bertambahnya
usia.Periode apnea yang lebih dari 20 detik perlu diwaspadai. (Artathi Eka
Suryandari,M.Keb, 2014,Catatan Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita,
Tangerang Selatan; BINARUPA AKSARA)

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari paring yang bercabang-cabang
membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini berlanjut setelah kelahiran sampai
usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan alveolus dan akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan bukti gerakan nafas sepanjang trimester kedua dan
ketiga. Ketidakmatangan paru-paru akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi
baru lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan
permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kapiler paru-paru dan tidak mencukupinya
jumlah surfaktan. (Siti Burhasiyah Jamil, dkk, 2017, asuhan kebidanan pada neonatus,
bayi, balita, dan anak prasekolah, Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta) (halaman: 43)

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam
paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertaa kali. Produksi surfaktan
dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru
matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan

7
permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak
kolaps pada akhir pernapasan. Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah
akhir setiap pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas. (Siti Burhasiyah Jamil, dkk,
2017, asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah, Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui jalan
lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar paru-paru. Dengan
beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi
baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan diri paru-paru dan diserap
oleh pembuluh limfe dan darah. (Siti Burhasiyah Jamil, dkk, 2017, asuhan kebidanan
pada neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah, Jakarta: Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Oksigensasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika


terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokonstriksi.
Pengherutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka, guna
menerima oksigen yang berbeda dalam alveoli, sehingga penyebab penurunan oksigenasi
jaringan akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru akan
mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan
paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim. (Siti
Burhasiyah Jamil, dkk, 2017, asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita, dan anak
prasekolah, Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta) (halaman: 45)

Kesimpulan: Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini
akan diperas keluar paru-paru. Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara
memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-
paru dikeluarkan diri paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

2.3 Suhu Tubuh


Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress
adanya perubahan lingkungan. Suhu dingin menyebabkan air ketuban menguap lewat

8
kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan dingin, pembentukan suhu
tanpa mekanisme mengggil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya.

Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran, dengan suhu kamar
bersalin 21ºC yang sangat berbeda dengan suhu dalam kandungan, yaitu 37,7ºC. Ini
menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat cairan amnion menguap dari kulit. Setiap
mili liter penguapan tersebut memindahkan 560 kalori panas.

Perbandingan antara area permukaan dan masa tubuh bayi yang luas menyebabkan
kehilangan panas, khususnya dari kepala, yang menyusun 25% masa tubuh. Lapisan
lemak subkutan tipis dan memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat
cepatnya perpindahan panas inti ke kullit, kemudian lingkungan, dan juga mempengaruhi
pendinginan darah. (Siti Burhasiyah Jamil, dkk, 2017, asuhan kebidanan pada neonatus,
bayi, balita, dan anak prasekolah, Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke
lingkungannya.
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui
kontak langsung).
Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi
tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir,
menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir). (Arum
Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi,Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan


permukaan yang dingin. Bayi diletakkan di atas meja, timbangan atau tempat
tidur. (Siti Burhasiyah Jamil, dkk, 2017, asuhan kebidanan pada neonatus,
bayi, balita, dan anak prasekolah, Jakarta: Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta) (halaman: 47)

9
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui
kontak langsung).
Contoh :
- Menimbang bayi tanpa alas timbangan.
- Tangan penolong yang dingin memegang BBL.
- Menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL (Ni Wayan
Armini, S.S.T., M.Keb, dkk, 2017, Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi,
Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;Penerbit Andi). (halaman: 7)

b. Konveksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak lansung
dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui
kontak langsung). Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konduksi ialah
menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang ingin
memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan
bayi baru lahir. (Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV
ANDI OFFSET)

Kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang
lebih dingin. Adanya tiupan kipas angin, penyejuk ruangan tempat bersalin.
(Siti Burhasiyah Jamil, dkk, 2017, asuhan kebidanan pada neonatus, bayi,
balita, dan anak prasekolah, Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta) (halaman: 48)

Kehilangan panas melalui konduksi adalahkehilangan panas tubuh melalui


kontak langsung antara tubuh bayi dan objek lain yang lebih dingin, misalnya
meja, tempat tidur, atau timbangan yang suhunya lebih rendah dari tubuh bayi.
Benda-benda tersebut akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila bayi diletakkan di atasnya (Artathi Eka Suryandari,M.Keb,
2014,Catatan Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita, Tangerang Selatan;
BINARUPA AKSARA)

10
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak
(jumlah panas yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu udara).
Contoh :
- Membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela.
- Membiarkan BBL di ruang yang terpasang kipas angin (Ni Wayan Armini,
S.S.T., M.Keb, dkk, 2017, Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah, Yogyakarta;Penerbit Andi).

c. Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir. Panas itu keluar dari tubuhnya ke
lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang
mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh
secara radiasi ialah bavi baru lahir dibiarkan dalam ruangan dengan Air
Conditioner (AC) tanpa diberikan pemanas atau radiantwarmer, bayi baru
lahir dibiarkan dalam keadaan telanjang, bayi baru lahir ditidurkan berdekatan
dengan ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok (Arum Dwi Anjani,
SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang
mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubu bayi. Bayi
ditempatkan dekat jendela yang terbuka. (Siti Burhasiyah Jamil, dkk, 2017,
asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah, Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta)
(halaman: 48)

Kehilangan panas melalui radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena
bayi ditempatkan di dekat benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah
dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda
tersebut menyerap radiasi panasi tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara lang sung). Contohnya adalah jika bayi baru lahir ditidurkan berdekatan
dengan tembok yang berbatasan dengan udara terbuka (Artathi Eka
Suryandari,M.Keb, 2014,Catatan Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita,
Tangerang Selatan; BINARUPA AKSARA)

11
Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih
dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda)
Contoh :
- BBL dibiarkan dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant
warmer).
- BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang.
- BBL ditidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin, misalnya dekat
tembok (Ni Wayan Armini, S.S.T., M.Keb, dkk, 2017, Asuhan Kebidanan
Neonatus Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;Penerbit Andi).

d. Evaporasi
Apabila bayi baru lahir dibiarkan dalam suhu kamar 25 maka bayi akan
kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi 200 per kilogram
berat badan (per kg BB), sedangkan yang dibentuk hanya satu per sepuluhnya.
Cara mencegah hilangnya panas pada bayi baru lahir antara lain dengan
mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau
kain bersih, kering, dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan
ibu untuk memeluk dan mmenyusui bayinya, jangan segera menimbang atau
memandikan bayi baru lahir, dan menempatkan bayi di lingkungan yang
hangat (Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI
OFFSET)

Kehilangan panas melalui evaporasi merupakan jalan utama bayi kehilangan


panas. Kehilangan panas dengan cara ini dapat terjadi karena penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri, karena setelah
lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada
bayi baru lahir yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti (Artathi Eka Suryandari,M.Keb, 2014,Catatan
Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita, Tangerang Selatan; BINARUPA
AKSARA)

12
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan
kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi
uap).
Evaporasi dipengaruhioleh :
- Jumlah panas yang dipakai.
- Tingkat kelembapan udara.
- Aliran udara yang melewati.
Mencegah kehilangan panas :
- Keringkan bayi secara seksama.
- Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
- Tutup bagian kepala bayi.
- Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.
- Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
- Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
Dalam proses adaptasi kehilangan panas, bayi mengalami :
1. Stress pada BBL menyebabkan hypotermi.
2. BBL mudah kehilangan panas.
3. Bayi menggunakan timbunan lemak cokelat untuk meningkatkan suhu
tubuhnya.
4. Lemak cokelat terbatas, sehingga apabila habis akan menyebabkan
adanya stress dingin (Ni Wayan Armini, S.S.T., M.Keb, dkk, 2017,
Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah,
Yogyakarta;Penerbit Andi).

Kesimpulan: Tidak semua neonatus memiliki ketahanan suhu tubuh yang sama, karena
hal ini sangat dipengaruhi oleh: suhu bayi, umur ke hamilan dan berat badan bayi. Untuk
mengurangi kehilangan panas tersebut di atas dapat ditanggulangi dengan mengatur suhu
lingkungan.Kehilangan panas melalui evaporasi merupakan jalan utama bayi kehilangan
panas. Kehilangan panas dengan cara ini dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban
pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri, karena setelah lahir tubuh bayi
tidak segera dikeringkan.

13
2.4 Metabolisme
Metabolisme adalah suatu proses kimiawi yang terjadinya berada di dalam tubuh
makhluk hidup. proses tersebut adalah berupa penyusunan atau penguraian dalam suatu
zat tertentu agar dapat mudah terserap oleh tubuh. Kata metabolisme berasal dari
“metabole” yang berarti perubahan. Perubahan yang di maksud adalah mengolah zat
tertentu dalam proses kimiawi untuk dpat bertahan hidup. (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia).

Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa sehingga
metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru. Tenaga diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua,
energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu kurang lebih pada hari
keenam pemenuhan kebutuhan energi bayi 60% didapatkan dari lemak dan 40% dari
karbohidrat (Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Kesimpulan: Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang
cukup akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenolisis), hal ini hanya terjadi jika
bayi mempunyai persedian glikogen yang cukup.

2.5 Peredaraan Darah


Fetus (janin) menerima oksigen dan makanan dari plasenta, maka seluruh darah fetus
harus melalui plasenta. Semua darah tercampur, antara darah yang direoksigenisasi dari
plasenta dan darah yang telah dideoksigenisasi ketika meninggalkan fetus untukmasuk
kedalam plasenta. (Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Fungsi paru-paru dijalankan oleh plasenta. Fetus tidak mempunyai sirkulasi pulmoner
seperti sirkuasi pada orang dewasa. Pemberian darah secara terbatas mencapai paru-paru
itu sendiri. Saluran pencernaan pada fetus juga tidak berfungsi, karena plasenta
menyediakan makanan dan menyingkirkan bahan buangan keluar dari fetus.(Arum Dwi
Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

14
Darah yang sudah direoksigenisasikan meninggalkan plasenta melalui satu-satunya vena
umbilika. Vena umbilika berjalan di dalam tali pusat ke umbilikus dan dari sana ada vena
kecil yang berjalan ke porta hepatis. Hampir tidak ada darah masuk ke dalam hati sebab
vena umbilika langsung bersambung dengan vena kava inferior melalui sebuah
pembuluh besar, yang disebut duktus venosus, sebuah struktur yang hanya ada pada
masa fetus. Setelah berada di dalam vena kava inferior, darah berjalan ke atas dan
mencapai atrium kanan. Sebagian besar darah bukan masuk ke dalam ventrikal kanan
(sebagaimana sirkulasi pada orang dewasa), bukan masuk atrium kiri,
tetapimelaluilubang fetal yang hanya untuk sementara ada di dalam septum interatrial,
yang disebut foramen ovale.
(Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Setelah mencapai atrium kiri, darah masuk melalui katup mitral ke dalam ventrikel kiri.
Kontraksi ventrikel kiri mendorong darah masuk kedalam aorta asendens. Dari sini
sebagian besar darah didistribusikan ke jantung, otak dan anggota atas. Darah berjalan
terus ke bawah ke dalam atrium kanan, kemudian melalui lubang trikuspid darah masuk
ke dalam ventrikel kanan. Dari sini darah dipompa masuk ke dalam arteri pulmonalis.
(Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Setalah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru
menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih besar
dari pada tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara
fungsional. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran oleh karena tekanan
dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik serta disebabkan oleh
rangsangan biokimia (Pa O2 yang naik) dan duktus aeteriosus berobliterasi. Kejadian-
kejadian ini terjadi pada hari pertama kehidupan bayi baru lahir.(Arum Dwi Anjani,
SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,Balita,dan Anak
Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Aliran darah pada hari pertama ialah 4-5 liter/menit/m' (glessner, 1965). Aliran darah
sitolik pada hari pertama rendah, yaitu 1,96 liter/menit m2 dan bertambah pada hari

15
kedua dan ketiga (3,45 liter/m') karena penutupan ductusarteriosus. Tekanan darah pada
waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfuse plasenta dan pada jam-
jam pertama sedikit menurun untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira
85/40 mmHg (Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, AsuhanKebidanan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Kesimpulan: Setalah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol
dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri
lebih besar dari pada tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen
ovale secara fungsional.

2.6 Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal


Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih
besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas.
Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang
dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal,
serta renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.(Arum Dwi
Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, AsuhanKebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET

Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir hingga masukan cairan meningkat, mungkin air
kemih akan tampak keruh termasuk berwarna merah muda. Hal ini disebabkan oleh
kadar ureum yang tidak banyak. Sistem imunitas bayi belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Oleh karena itu,
pencegahan terhadap mikroba dan deteksi dini infeksi menjadi sangat penting.
Kekebalan alami dari struktur kekebalan tubuh yang mencegah infeksi. Jika bayi di susui
ASI terutama kolostrum memberi bayi kekebalan pasif dalam bentuk laktobaksilus
bifidus, lisozim dan sekresi Ig A. (Siti Burhasiyah Jamil, dkk, 2017, asuhan kebidanan
pada neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah, Jakarta: Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta)

2.7 Imunoglobulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang, lamina propia ilium serta
apendiks. Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stres

16
imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat gema globulin G, sehingga imunologi
dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molukulnya kecil. Tetap bila ada infeksi
yang dapat melalui plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks dan lain-lain), reaksi
imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antibodi gamma A, G dan
M.(Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Anti bodi yang di dapat pada bayi baru lahir


1. Immunoglobulin C( lg C )
lg C didapat bayi sejak dalam kandungan melalui plasenta dari ibunya. Bayi
kurang bulan mendapatkan lg C lebih sedikit dibandingkan dengan bayi yang
cukup bulan, sehingga bayi kurang bulan lebih rentan terhadap infeksi. Bayi
mendapatkan imunitas dari ibunya (imunitas pasif ) dalam jumlah yang bervariasi
dan akan hilang sampai usia 4 bulan sesuai dengan banyaknya kuantitas lg C
yang diterimanya. Komponen fungsional yang terkandung dalam lg C ialah zat
anti yang terutama terbentuk pada respon umum sekunder, dan merupakan anti
bakteri, anti virus dan anti jamur. Setelah lahir, bayi akan membentuk sendiri
immunoglobulin C.
2. Immunoglobulin G (IgG)
Antibodi IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak dalam darah dan cairan
tubuh lainnya. Antibodi ini melindungi bayi dari infeksi dengan kuman yang
telah ada sebelumnya. Jika kuman tersebut kembali, maka sistem kekebalan
tubuh Anda akan menyerang mereka.
3. Immunoglobulin M ( lg M )
(lg M) tidak mampu melewati plasenta karena memiliki berat molekul yang lebih
besar di bandingkan lg C. Bayi akan membentuk sendiri (lg M) segera setela lahir
(imunitas aktif) Komponen fungsionalnya terbentuk pada respon imun
primer,biasanya berhubungan dengan reaksi aglutinasi dan fiksasi komplemen.

Namun(lg M)dapat di temukan pada tali pusat bila ibu mengalami infeksi selama
kehamilannya, lg M kemudian di bentuk oleh sistem imun janin, sehingga bila
pada tali pusat terdapat lg M menandakan bahwa janin mendapatkan infeksi
selama kehamilan, seperti TORCH yaitu: Toxoplasmosisi, others (Sipilis),
rubella, Cytomegalic, dan herpes.

17
4. Immunoglobulin A ( lg A )
Dalam beberapa minggu setelah bayi lahir, bayi akan memproduksi lg A
(imunitas aktif ). lg A tidak dapat di transferkan dari ibu ke janin. Terbentuknya
lg A pada rangsangan terhadap selaput lendir dan berperan dalam kekebalan
terhadap infeksi dalam aliran darah, sekresi saluran pernafasan dan pencernaan
akibat melawan beberapa virus yang menyerang daerah tersebut seperti
Poliomeilitis dan E. Coli.

Kesimpulan: Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun
yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi
mencegah atau meminimalkan infeksi.

2.8 Traktus Digestivus


Traktur Digestivus adalah saluran pencernaan makanan, mulai dari mulut sampai ke
anus.
Traktuss digestivus relatif berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa.
Pada neonatus, traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang
terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya
dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah terbentuk dan bewarna
biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali
amilase pankreas.(Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

Kesimpulan: Traktus Digestus pada neonatus mengandung zat berwarna hitam kehijauan
yang disebut mekonium.

2.9 Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan
kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai
berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada
waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna,
contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg/kg BB/ hari
dapat menimbulkan grey baby syndrome.(Siti Burhasiyah Jamil, dkk, 2017, asuhan

18
kebidanan pada neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah, Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Kesimpulan: Hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, hati pada neonatus
mempunyai enzim yang belum aktif pada bayi baru lahir, karena detoksifikasi hati belum
sempurna.

2.10 Keseimbangan Asam Basa


Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah, karena glikolisis anaerobik.
Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensasi asidosis ini.
PH normal untuk cairan vagina ini adalah antara 4,5-5,5 dan PH normal untu air ketuban
sendirinya biasanya 7,0-7,5 semakin tinggi hasil tes PH maka cairan tersebut akan
cenderung basa.(Arum Dwi Anjani,SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta;CV ANDI OFFSET)

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat diambil kesimpulan, adaptasi neonatal (bayi baru
lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke
kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis.
Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit.
Homeostasis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat dinamis,
dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa pertumbuhan
dan perkembangan intrauterin. Masa neonatus lebih tepat jika dipandang sebagai masa
adaptasi dari kehidupan intrauterin menuju kehidupan ekstrauterin dari berbagai sistem.
Pada bayi kurang bulan, terdapat berbagai gangguan mekanisme adaptasi. Adaptasi
segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital (sirkulasi, respirasi, susunan
saraf pusat, pencernaaan dan metabolisme). Homeostasis neonatus ditentukan oleh
keseimbangan antara maturitas dan status gizi. Kemampuan homeostatis pada neonatus
cukup bulan akan memadai. Kemampuan hemeostatis pada neonatus kurang bulan
tergantung masa gestasi.

3.2 Saran
Dari makalah yang penulis buat, penulis dapat menyarankan kepada pembaca apabila
ingin mengetahui Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar Uterus
pembaca dapat mencari referensi yang lebih banyak lagi untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik atau pembaca dapat melanjutkan makalah lain yang berhubungan dengan
Neonatus, Bayi, Balita dan anak Prasekolah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arum Dwi Anjani, SST., M.Biomed, dkk, 2018, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita, dan Anak Prasekolah, Yogyakarta: CV Andi offset

Artathi Eka Suryandari,M.Keb, 2014,Catatan Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi, dan


Balita, Tangerang Selatan: Binarupa Askara

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,depkes.co.id

Ni Wayan Armini, S.S.T., M.Keb, dkk, 2017, Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita,
dan Anak Prasekolah, Yogyakarta: Penerbit Andi

Siti Burhasiyah Jamil, dkk, 2017, asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita, dan
anak prasekolah, Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai