Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN DEMOKRASI

Dosen Pembimbing :

Ir. Shidiq Waluyo M.Pd., MM

Disusun oleh:

Muhammad Rizky (19-22-201-004)

Fajar Ramadhan (19-22-201-022)

Dwi Arfiana Santi (19-22-201-067)

Krisna Tri Ambarwati (19-22-201-021)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG


FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK SIPIL
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
kasih-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk-Nya
sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah ini.

Di dalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang dapat kami sajikan
dengan topik Pendidikan Demokrasi. Dimana di dalam topik tersebut ada beberapa hal yang
dapat kita pelajari khususnya pengetahuan tentang pengertian demokrasi, serta arti penting
pendidikan demokrasi di indonesia.

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang


pengertian serta pendidikan demokrasi, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan
penjabaran yang lebih dalam tentang topik ini, kiranya mohon dimaklumi apabila masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk
sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang Pendidikan Demokrasi.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bpk. Ir. Shidiq Waluyo M.Pd, M.M
selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Pendidikan Kewarga Negaraan. Atas bimbingan dan
dukungannya kami ucapakan trimakasih.

Tangerang, 24 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II TEORI PENDIDIKAN INDONESIA
A. Pengertian Demokrasi ......................................................................... 3
B. Pengertian Demokrasi Pendidikan ................................................... 3-4
C. Prinsip-prinsip Demokrasi dalam Pendidikan ..................................... 5
BAB III PEMBAHASAN
A. Demokrasi Pendidikan di Indonesia ................................................... 6
B. Bahan Dasar Rancang Bangun Sederhana ............................................
1. Pembahasan alat dan bahan .............................................................
2. Faktor bahan perekat berupa lem .....................................................
C. Percobaan ..............................................................................................
1. Kekuatan dari sedotan ......................................................................
D. Gaya yang terjadi ..................................................................................
1. Gaya tarik .........................................................................................
2. Gaya tekan .......................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Demokrasi saat ini merupakan suatu model pemerintahan yang banyak


diperbincangkan dan digunakan oleh negara-negara di seluruh dunia. Banyak negara
menganggap bahwa demokrasi merupakan sistem yang paling baik untuk digunakan
oleh negara dalam konteks kekinian, karena mendasarkan segala aspek berdasarkan
suara rakyat (bottom-up). Selain itu, demokrasi sebagai sebuah sistem amat sarat
nilai seperti (a) kemandirian, (b) toleransi terhadap pendapat, kepentingan dan bentuk
kehidupan yang berbeda, dan (c) mengembangkan kemampuan untuk memahami
budaya berselisih secara demokratis dengan bertindak sebagai pembicara dan
pendengar yang baik. Karena itu, fokus dari sebuah masyarakat demokratis adalah
adanya tanggungjawab terhadap diri sendiri.
Demokrasi sebenarnya tidak hanya dapat dipahami sebagai prinsip
penyelenggaraan pemerintahan saja, akan tetapi lebih daripada itu terdapat sejumlah
nilai positif untuk mendukung terciptanya masyarakat yang aman, tenteram, adil dan
sejahtera. Sebagaimana kita ketahui bahwa secara filosofis demokrasi
mengedepankan suara rakyat dalam menentukan setiap kebijakan negara. Berdasar
pada filsafat demokrasi, maka segala aspek kehidupan amat bergantung dan
disesuaikan dengan kebutuhan dan kehendak rakyat bukan kehendak individu yang
bertindak sebagai penguasa.
Pelaksanaan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tidak selamanya berjalan mulus dan tanpa cela, dalam arti
bahwa selalu ada kelemahan yang melekat pada sebuah sistem yang diciptakan dan
diterapkan. Maka dari itu, perlu adanya suatu pendidikann yang diberikan kepada
masyarakat mengenai apa itu demokrasi agar nilai-nilai demokrasi itu dapat berjalan
dengan baik. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan demokrasi

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang di paparkan di atas. Maka dapat dirumuskan masalah :
1. Apa pengertian pendidikan demokrasi?
2. Menjelaskan prinsip-prinsip pendidikan demokrasi?
3. Bagaimana dengan pendidikan demokrasi di Indonesia ?
4. Munculnya permasalahan-permasalahan demokrasi pendidikan yang ada di
Indonesia?
5. Bagaiman upaya dalam penyelesaian masalah-masalah pendidikan demokrasi?
6. Bagaimana peran pemimpin yang demokratis dalam pendidikan demokrasi?

1
C. Tujuan Penulisan

Dari perumusan masalah tersebut. Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Mengerti tentang pendidikan demokrasi
2. Memahami prinsip-prinsip demokrasi
3. Memahami hubungan pendidikan demokrasi dengan pendidikan demokrasi di
Indonesia
4. Memahami permasalahan pendidikan demokrasi di Indonesia dan upaya
penyelesaiannya
5. Memahami upaya penyelesaian masalah-masalah pendidikan demokrasi
6. Memahami peran pemimpin yang demokratis dalam pendidikan demokrasi

2
BAB II
TEORI PENDIDIKAN DEMOKRASI

A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis Istilah demokrasi berasal dari bahasa yunani, “demos” berarti
rakyat dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar demikrasi berarti “rakyat
berkuasa”. Definisi singkat utuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan
atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab
dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi negara
dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang diberikan untuk istilah demokrasi
ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati secara operasional implikasinya
diberbagai negara tidak selalu sama.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi ketentuan dalam masalah-
masalah pokok mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara,
karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat (Noer, 1983:207). Jadi,
negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan
kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti pengorganisasian
negara dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan
berada ditangan rakyat.
Dalam hubungannya ini menurut Henry B. Mayo bahwa sistem politik demokratis
adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjaminya kebebasan politik
B. Pengertian Demokrasi Pendidikan
Pendidikan yang demokratik adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai dengan
kemampuannya. Pengertian demokratik di sini mencakup arti baik secara horizontal
maupun vertikal.
Maksud demokrasi secara horizontal adalah bahwa setiap anak, tidak ada kecualinya,
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan sekolah. Hal ini
tercermin pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu: “Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran”. Sementara itu, demokrasi secara vertikal ialah bahwa setiap anak
mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah yang
setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai gagasan atau
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan
yang sama bagi semua warga negara. Dalam pendidikan, demokrasi ditunjukkan dengan
pemusatan perhatian serta usaha pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya
(intelegensi, kesehatan, keadaan sosial, dan sebagainya).
Dengan demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup
yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga dengan
pengelola pendidikan.
3
a) Sedangkan demokrasi pendidikan dalam pengertian yang luas mengandung tiga hal
yaitu :
1) Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia
Demokrasi pada prinsip ini dianggap sebagai pilar pertama untuk menjamin
persaudaraan hak manusia dengan tidak memandang jenis kelamin, umur,
warna kulit, agama dan bangsa. Dalam pendidikan, nilai-nilai inilah yang
ditanamkan dengan memandang perbedaan antara satu dengan yang lainnya
baik hubungan antara sesama peserta didik atau hubungan dengan gurunya yang
saling menghargai dan menghormati.
2) Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat
Dari prinsip inilah timbul pandangan bahwa manusia itu harus dididik, karena
dengan pendidikan itu manusia akan berubah dan berkembang ke arah yang
lebih sehat, baik dan sempurna. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga
pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak didik untuk
berpikir dan memecahkan persoalan-persoalannya sendiri secara teratur,
sistematis dan komprehensif serta kritis sehingga anak didik memiliki wawasan,
kemampuan dan kesempatan yang luas.
3) Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama
Dalam konteks ini, pengertian demokrasi tidaklah dibatasi oleh kepentingan
individu-individu lain. Dengan kata lain, seseorang menjadi bebas karena orang
lain menghormati kepentingannya. Oleh sebab itu, tidak ada seseorang yang
karena kebebasannya berbuat sesuka hatinya sehingga merusak kebebasan
orang lain atau kebebasannya sendiri.
b) Dan apabila dihubungkan dengan pendidikan maka definisi demokrasi pendidikan
menurut beberapa ahli sebagaimana berikut:
1) Dalam kamus New book of Knowledge volum 4 disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan demokrasi pendidikan adalah demokrasi yang memberikan
kesempatan pendidikan yang sama kepada semua orang, tanpa membedakan
suku, kepercayaan, warna dan status social.
2) Vebrianto
Demokrasi pendidikan adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang
lama kepada setiap anak (pesert didik) mencapai tingkat pendidikan sekolah
yang setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya.
3) Sugarda Purbakatwaja
Demokrasi pendidikan adalah pengajaran pendidikan yang semua anggota
masyarakat mendapatkan pengajaran dan pendidikan secara adil.
4) M. Muchyidin Dimjati dan M. Roqib
Demokrasi pendidikan adalah pendidikan yang berprinsip dasar rasa cinta dan
kasih sayang terhadap semua.
c) Dan menurut Fuad Ichsan definisi demokrasi pendidikan secara luas mengandung tiga
hal, yaitu:
A. Rasa hormat terhadap harkat sesame manusia
B. Setiap manusia memililiki perubahan ke arah pikiran yang sehat
C. Rela berbakti pada kepentingan/ kesejahteraan bersama

4
C. Prinsip-prinsip Demokrasi dalam Pendidikan
Dalam setiap pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-masalah antara lain :
1. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan
2. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan
3. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka

Dari prinsip-prinsip di atas dapat dipahami bahwa ide dan nilai demokrasi pendidikan
itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat dan jenis masyarakat dimana
mereka berada, karena dalam realitasnya bahwa pengembangan demokrasi pendidikan itu
akan banyak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Apabila yang dikemukakan tersebut dikaitkan dengan prinsip-prinsip demokrasi
pendidikan yang telah diungkapkan, tampaknya ada beberapa butir penting yang harus
diketahui dan diperhatikan,diantaranya :
1. Keadilan dalam pemerataan kesempata belajar bagi semua warga negara dengan cara
adanya pembuktian kesetiaan dan konsisten pada sistem politik yang ada;
2. Dalam upaya pembentukan karakter bangsa sebagai bangsa yang baik;
3. Memiliki suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional.
Sedangkan pengembangan demokrasi pendidikan yang berorientasi pada cita-cita
dan nilai demokrasi, akan selalu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :
1. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai luhurnya
2. Wajib menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang bermartabat dan berbudi
pekerti luhur
3. Mengusahakan suatu pemenuhan hak setiap warga negara untuk memperoleh
pendidikan dan pengajaran nasional dengan memanfaatkan kemampuan pribadinya,
dalam rangka mengembangkan kreasinya ke arah perkembangan dan kemajuan iptek
tanpa merugikan pihak lain.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Demokrasi pendidikan di Indonesia


Pengakuan terhadap hak asasi setiap individu anak bangsa untuk menuntut pendidikan
pada dasarnya telah mendapatkan pengakuan secara legal sebagai-mana yang diamanatkan oleh
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 (1) yang berbunyi bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu seluruh komponen bangsa yang mencakupi orang tua,
masyarakat, dan pemerintah memiliki kewajiban dalam bertanggung jawab untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui pendidikan. Mengenai tanggung jawab pemerintah secara tegas telah
dicantumkan di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (3) yang menyatakan bahwa
pemerintah mengusahakan dan menye-lenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Pendidikan demokrasi pada hakikatnya adalah sosialisasi nilai-nilai demokrasi supaya bisa
diterima dan diterapkan oleh setiap wn. Pendidikan demokrasi mempersiapkan warga
masyarakat berperilaku dan bertindak demokratis. Pendidikan demokrasi melalui aktivitas
menanamkan kepada pengelola negara dan generasi muda terhadap pengetahuan, kesadaran dan
nilai-nilai demokrasi.

Pengetahuan dan kesadaran terhadap nilai demokrasi meliputi tiga hal:

1. Bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat itu sendiri. Demokrasi adalah pilihan terbaik di antara yg buruk tentang pola
hidup bernegara.
2. Demokrasi adalah sebuah learning process yang lama dan tidak sekedar meniru
masyarakat lain.
3. Kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan mentransformasikan nilai-nilai
demokrasi pada masyarakat.

Terkait dengan pernyataan tersebut, sejak tanggal 8 Juli 2003 pemerintah telah
mengesahkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menggantikan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 yang dianggap sudah tidak memadai lagi.
Pembaharuan Sistem Pendidikan Nasioanal dilakukan untuk memperbarui visi, misi, dan
strategi pembangunan pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tersebut secara tegas memperkuat tentang amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31
tentang pendidikan.
Secara retorik kedua ayat tersebut, telah cukup dapat dipergunakan sebagai jawaban
atas tuntutan reformasi di bidang pendidikan yakni diberinya peluang bahkan dalam batas
tertentu diberikan kebebasan, kepada keluarga dan masyarakat untuk mendapatkan dan
menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat serta sesuai
dengan kondisi dan tuntuan lapangan kerja. Hal ini berarti bahwa intervensi pemerintah yang
berlebihan dalam penyelenggaraan pendidikan perlu ditiadakan, dikurangi atau setidaknya
ditinjau kembali hal-hal yang sudah tidak relevan.

6
Dalam kaitannya dengan masyarakat belajar (learning society) perlu diberikan kebebasan
kepada masyarakat untuk dapat memilih belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang dan falsafah negara. Demikian
pula halnya dengan pelaksanaan prinsip belajar seumur hidup.
Selama ini memang kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan telah menuju
pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga secara konseptual pemerintah telah
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan undang-undang. Namun secara realitas
masih cukup banyak diantara kelompok usia sekolah yang tidak/belum dapat menikmati
pendidikan karena alasan tertentu baik karena ketidakterjangkauan biaya, tempat maupun
kesempatan, sehingga hak mereka seolah “terampas” dengan sendirinya
Sebenarnya bangsa Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas demokrasi dalam
pendidikan sejak diproklamasikannya kemerdekaan hingga sekarang. Hal ini terdapat dalam :
1. UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2.
2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 5, 6, 7 dan pasal 8 ayat 1, 2 dan ayat 3.
3. Garis-garis Besar Haluan Negara di Sektor Pendidikan.

B. Permasalahan Pendidikan di Indonesia


Salah satu penghambat dalam pendidikan di Indonesia adalah munculnya beberapa masalah.
padahal pendidikan merupakan cara yang utama dalam peningkatan mutu SDM Indonesia. Kali
ini masalah yang muncul dalam pembahasan makalah demokrasi pendidikan di Indonesia
meliputi :

1. Rendahnya partisipasi masyarakat


UUSPN pasal 54 ayat 2 menyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan
meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan.
Setelah dijelaskan di atas tentang undang-undang yang menerangkan pentingnya
partisipasi masyarakat. Tapi dalam praktiknya peran masyarakat dalam pendidikan
rendah. Misalnya masih rendahnya pemikiran masyarakat tentang pentingnya pendidikan,
ada kalanya dalam hal kegiatan sekolah kadang kala orang tua kurang mendukung dalam
kegiatan sekolah tersebut, dan lain-lain
2. Rendahnya inisiatif kebijakan yang kurang demokratis
Telah dijelaskan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan. Kebijakan
Pemerintah ini kurang demokratis dalam hal kurang meratanya pendidikan. Pemerintah
hanya mempertimbangkan potensi pendidikan secara nasional. Padahal setiap daerah
potensi dalam hal pendidikan berbeda-beda. Masalah ini menimbulkan kurang
demokratisnya kebijakan pemerintah.
3. Tantangan kehidupan global
Lambat laun semua hal mengalami perkembangan. Salah satunya dalam hal pendidikan.
Pendidikan juga mengalami perkembangan secara global. Buktinya pemerintah kita
menyempurnakan kurikulum yang dulunya hanya menyangkut kognitif saja. Sekarang
terdiri aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Lebih khusus dalam hal demokrasi
pendidikan juga mengalami perkembangan.

7
D. Usaha Dalam Penyelesaian Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Dalam menyelesaikan permasalah pendidikan di Indonesia terdapat beberapa usaha,
antara lain sebagai berikut :

1) Upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan dan


standar kompetensi pendidikan misalnya dengan penyempurnaan kurikulum
,pelaksanaan paradigma pendidikan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan dasar Negara Indonesia yaitu pancasila yang
didalamnya mengandung unsur – unsur pendidikan yang
Berketuhanan,Berkemanusiaan,dan Berbudi pekerti luhur dengan diterapkannya
paradigma ini maka demokrasi pendidikan akan dapat diwujudkan.
2) Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan misalnya kebijakan pemerintah
dengan mencananangkan DANA BOS [bantuan operasional sekolah] ini sangat
bermanfaat untuk perbaikan gedung – gedung sekolah , menambah media belajar
siswa ,untuk memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan yang kurang
memadai,menambah referensi buku – buku perpustakaan , membuat laboratorium
praktek sesuai standar selain DANA BOS ada juga beasiswa bagi anak yang
orang tuanya kurang mampu maupun anak yang berprestasi baik ,ini sangat
membantu kelangsungan pendidikan mereka.
3) Peningkatan relevansi pendidikan mengandung arti karena ada ketidakserasian
antara hasil pendidikan [output] dengan kebutuhan dunia kerja .Yang menjadi
masalah utama karena ketrampilan yang di miliki tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan .Sehingga sekarang banyak berdiri sekolah – sekolah kejuruan yang
mencetak siswa untuk dapat mempunyai ketrampilan sesuai profesi yang
diinginkan .Misal STM , SMK, Sekolah ketrampilan.
4) Untuk mengatasi rendahnya kualitas guru pemerintah sekarang mengeluarkan
kebijakan bahwa guru SD minimal harus S1 [strata 1] dan dalam proses belajar
mengajar harus sesuai dengan kode etik guru untuk meminimalisir hal- hal yang
tidak diinginkan,serta guru itu tidak hanya mengajar tetapi harus memberi contoh
yang baik atau teladan bagi siswa – siswanya.
5) Untuk mengatasi rendahnya kesejahteraan guru sekarang pemerintah menaikkan
gaji guru ,berupa gaji pokok,tunjangan yang melekat pada gaji ,tunjangan profesi
dan lain – lain ,sehingga dengan meningkatkan kesejahteraan guru diharapkan
guru itu dapat mencintai profesinya dengan utuh artinya guru itu tidak akan
mencari pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan jadi dapat
berkonsentrasi dalam proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar.

B. Urgensi Pendidikan Demokrasi


Setiap negara dapat dipastikan menghendaki rakyatnya memiliki predikat sebagai
warga negara yang baik (good citizenship), karena warga negara yang baik akan
berimplikasi positif terhadap pencapaian tujuan negara yang diharapkan. Artinya,
keberhasilan tujuan negara ditentukan oleh kualitas warga negaranya. Warga
negara yang baik sebagaimana dikemukakan oleh Branson (1999:8) harus
memiliki tiga komponen utama, yakni pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak
kewarganegaraan (civic disposition).
Dalam tatanan praktis, seseorang dapat dikatakan sebagai seorang warga negara
yang baik apabila ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dalam konteks
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satunya adalah
keterlibatan warga negara dalam menjalankan sistem politik. Sebuah negara akan
berjalan secara efektif dan menuju kearah perubahan apabila didukung oleh
masyarakat yang mengerti dan memahami peran dan fungsinya sebagai
warganegara. Eksistensi sebuah negara tergantung daripada sistem yang
digunakan untuk menjalankan roda pemerintahan.
Demokrasi merupakan suatu konsep penyelenggaraan pemerintahan yang saat ini
disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara, maka tidaklah
heran jika kemudian banyak negara di dunia mengadopsi sistem tersebut untuk
dipergunakan di negaranya. Akan tetapi sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya bahwa keberhasilan sebuah sistem pemerintahan (demokrasi) amat
ditentukan oleh warganegaranya. Ketidakpahaman masyarakat terhadap
demokrasi menjadikan konsep yang dianggap paling baik tersebut tidak akan
berjalan sesuai harapan.
Munculnya gejala political literacy, rendahnya kemelekan politik dikalangan
warganegara terutama mengenai cara kerja demokrasi, munculnya apatisme
politik warganegara serta keterlibatan warganegara dalam aktivitas-aktivitas
politik yang masih kurang menjadi sangat penting untuk digalakkannya
pendidikan demokrasi, karena pendidikan demokrasi berfungsi sebagai sarana
untuk meningkatan pemahaman warganegara terhadap konsep demokrasi.
Pendidikan demokrasi dewasa ini memang menjadi trend yang sering dibicarakan
oleh beberapa kalangan, dari mulai tingkat persekolahan, mahasiswa, Lembaga
Swadaya Masyarakat, politisi dan lain sebagainya. Dimana-mana sering
dilaksanakan seminar, lokakarya serta diskusi ilmiah yang mengambil tema
pendidikan demokrasi, hal itu menyiratkan bahwa begitu pentingnya pendidikan
demokrasi dilaksanakan oleh seluruh warga negara dalam rangka pencapaian misi
menciptakan iklim demokratis. Mengemukanya konsep community civics
semakin membuat kita yakin bahwa pendidikan demokrasi harus segera dilakukan
dalam menumbuhkembangkan budaya kewarganegaraan (civics culture) untuk
keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintah demokratis
(democratic government).

E. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Demokrasi


Sekarang ini banyak kalangan menghendaki bahwa Pendidikan Kewarganega-
raan sebagai mata kuliah pada pendidikan tinggi mengemban misi sebagai
pendidikan demokrasi. Pendidikan kewarganegaraan adalah satu ciri dari
pemerintahan yang demokratis. Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya
pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law menurut Mirriam Budiardjo
adalah:

1. Perlindungan konstitusional Konstitusi selain menjamin hak-hak individu


harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh atas hak-hak yang
dijamin.
2.badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (indipendent and impartial
tribunal)
3. Pemilu yang bebas
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.
6. Pendidikan kewarganegaraan (civic education)

Pendidikan demokrasi dalam penerapannya Menurut UU No. 9 th 1998 ttg


Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum sering disebut uu unjuk
rasa ps 2 bahwa setiap wn secara perorangan atau kelompok, bebas
menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemo-
krasi dlm kehidupan bbb. Asas-asas menyampaikan pendapat di muka umum
menurut ps 3 adalah: a. asas keseimbangan antara hak dan tanggung jawab b. asas
musyawarah dan mufakat c. asas kepastian hukum dan keadilan d. asas
proporsionalitas e. asas manfaat

Urgensi pendidikan demokrasi untuk diajarkan kepada seluruh warganegara dapat dilakukan
dalam berbagai tempat, ruang dan waktu. Salah satu sarana yang potensial untuk
mengembangkan pendidikan demokrasi adalah sekolah, karena sekolah dianggap sebagai gudang
ilmu yang mengajarkan siswa berbagai pengetahuan tidak terkecuali pengetahuan mengenai
demokrasi beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Amerika serikat sebagai negara yang dijadikan kiblat pelaksanaan demokrasi oleh berbagai
negara di seluruh dunia menjadikan sekolah sebagai laboratorium demokrasi, hal tersebut
dilakukan sebagai akibat munculnya berbagai permasalahan dalam pelaksanaan demokrasi. Para
pemangku kebijakan di Amerika Serikat merumuskan kembali hal-hal yang seharusnya ada
dalam pelaksanaan pendidikan di negara demokrasi, dimana sebelumnya hanya memfokuskan
pada aspek seni dan matematika dan cenderung mengesampingkan pendidikan kewarganegaraan,
saat ini justru mengajarkan pendidikan kewarganegaraan di sekolah sebagai penguat dalam
menghadapi tantangan dalam lanskap kebijakan pendidikan kontemporer.
Peran dan fungsi pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi dikemukakan oleh
Wahab & Sapriya (2011:29) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) merupakan
pengembangan dari ilmu kewarganegaraan (civics) yang menekankan pada aspek-aspek dan
praktik-praktik kewarganegaraan. Karena itu, pendidikan kewarganegaraan disebut sebagai
pendidikan orang dewasa (adult education) yang mempersiapkan siswa sebagai calon warga
negara yang memahami perannya sebagai warga negara. Pendapat tersebut diperkuat oleh
pendapat Sumantri (2001: 34) yang menjelaskan civic education/citizenship education dalam
kaitannya dengan kehidupan sekolah dan masyarakat. Di sekolah civic education menekankan
pada teori dan praktik pemerintahan demokrasi, sedangkan di masyarakat dikenal dengan istilah
citizenship education yang lebih menekankan pada keterlibatan dan partisipasi warga negara
dalam permasalahan-permasalahan masyarakat.
Untuk mendukung keberhasilan pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi,
maka guru tidak hanya harus mengetahui bagaimana mengajarkan demokrasi kepada siswa akan
tetapi guru harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi tersebut dalam kehidupan
keseharian di sekolah. Dalam hal ini, efektivitas pendidikan demokrasi amat dipengaruhi oleh
keteladanan guru dalam berperilaku. Belajar pendidikan kewarganegaraan demikian penting
untuk mempromosikan kesetaraan warganegara sebagai suatu cita-cita demokrasi.
Sekolah berdiri sebagai salah satu pilar yang diposisikan untuk memberikan informasi,
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman untuk mempersiapkan warganegara yang
berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi. Selain itu, sekolah juga berfungsi dalam
memediasi siswa mengenai keyakinan sipil, kebiasaan, dan nilai-nilai kewarganegaraan dalam
kehidupan demokrasi. Hubungan antara masyarakat sipil dan sekolah, mengarah pada peran
sekolah dalam ekologi sipil yang lebih besar, yaitu bahwa sekolah merupakan aktor
kewarganegaraan yang diimplementasikan melalui pendidikan kewarganegaraan yang berfungsi
membentuk karakter warganegara yang demokratis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Tanpa adanya pengetahuan, keterampilan, identitas, dan kecenderungan ke arah
keterlibatan warganegara, beberapa siswa pada dasarnya kehilangan haknya sebagai warganegara
demokratis.
Sosialisasi nilai-nilai demokrasi melalui pendidikan demokrasi adalah bagian dari sosialisasi
politik negara terhadap warganya. Namun demikian, pendidikan demokrasi tidaklah identik
dengan sosialisasi politik itu sendiri. Sosialisasi politik mencakup pengertian yang luas
sedangkan pendidikan demokrasi mengenai cakupan yang lebih sempit. Sesuai dengan makna
pendidikan sebagai proses yang sadar dan terencana, sosialisasi nilai-nilai demokrasi dilakukan
secara terencana, terprogram, terorganisasi secara baik khususnya melalui pendidikan formal.
Pendidikan formal dalam hal ini sekolah berperan penting dalam melaksanakan pendidikan
demokrasi kepada generasi muda. Sistem persekolahan memiliki peran penting khususnya untuk
kelangsungan sistem politik demokrasi melalui penanaman pengetahuan, kesadaran nilai-nilai
demokrasi. Sosialisasi nilai-nilai demokrasi melalui pendidikan hendaklah dibedakan dengan
indoktrinasi nilai-nilai poltik negara. Memang sangatlah tipis perbedaan antara sosialisasi dengan
indoktrinasi. Karena itu dalam sosialisasi yang dihasilkan haruslah kesadaran bukan
keterpaksaan. Adapun proses yang dijalani adalah dialog bukan monolog.

Hal yang sangat penting dalam pendidikan demokrasi di sekolah adalah mengenai kurikulum
pendidikan demokrasi. Kurikulum pendidikan demokrasi menyangkut dua hal; penataan dan isi
materi. Penataan menyangkut kemuatan pendidikan demokrasi dalam suatu kegiatan kurikuler
(mata pelajaran/mata kuliah). Isi materi berkenaan dengan kajian atau bahan apa sajakah yang
layak dari pendidikan demokrasi.
Pendidikan demokrasi dapat saja merupakam pendidikan yang diintegrasikan kedalam berbagai
bidang study, misal dalam mata pelajara PPKn dan sejarah atau diintegrasikan kedalam
kelompok ilmu sosial lainnya. Akan tepat bila pendidikan demokrasi masuk kedalam kelompok
studi sosial (social studies). Dilain pihak pendidikan demokrasi dapat pula di jadikan subject
matter tersendiri sehingga merupakan suatu bidang studi atau mata pelajaran. Misalkan
dimunculkan mata pelajaran civics yang masa lalu pernah menjadi mata pelajaran sokolah.
Namun, civics yang sekarang hendaknya dipertegas dan dibatasi sebagai pendidikan demokrasi
di Indonesia. Dapat pula pendidikan demokrasi dikemas dalam wujud pendidikan
kewarganegaraan.
Berdasarkan hal ini, pendidikan kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan peserta didik berkenaan dengan peranan, tugas, hak, kewajiban,
dan tanggung jawab sebagai warga Negara dalam berbagai aspek kehidupan bernegara.
2. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan karakter. Dalam hal ini
Pendidikan Kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan nilai-nilai bangsa yang
dianggap baik sehingga terbentuk warga Negara yang berkarakter baik bagi bangsa
bersangkutan.
3. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan bela Negara. Pendidikan
kewarganegaraan bertugas membentuk peserta didik agar memiliki kesadaran bela negara
sehingga dapat diandalkan untuk menjaga kelangsungan negara dari berbagai ancaman.
4. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi (politik). Pendidikan
kewarganegaraan mengemban tugas menyiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang
demokratis untuk mendukung tegaknya demokrasi Negara. Dengan pendidikan
kewarganegaraan, aka nada sosialisasi, diseminasi, dan penyebarluasan nila-nilai demokrasi pada
masyarakat.

F. Beberapa Dalil Mengenai Pendidikan Demokrasi


Setelah melakukan kajian secara komprehensif mengenai berbagai aspek yang mendukung
terciptanya kehidupan demokratis sebagaimana terdapat dalam buku “making civic count”
, melalui tulisan ini penulis berusaha menyajikan beberapa dalil sebagai berikut:
1. Dalam melaksanakan pendidikan demokrasi, guru tidak hanya harus mengajar demokrasi,
tetapi juga harus punya keinginan untuk melakukannya. Artinya guru tidak hanya harus
mengetahui bagaimana mengajarkan demokrasi kepada siswa, akan tetapi guru harus mampu
mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi tersebut dalam kehidupan keseharian di sekolah,
karena menurut penulis pola pendidikan yang baik untuk dilakukan adalah melalui keteladanan.
Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Brownhill & Smart (1989: 52) bahwa salah satu
metode yang dapat digunakan dan dianggap berhasil dalam pendidikan politik, termasuk
didalamnya mengenai pengajaran demokrasi adalah melalui keteladanan guru.
2. Pada prinsipnya hal yang diajarkan dalam demokrasi adalah "satu orang, satu suara" dan
"semua orang sama di depan hukum". Hal itulah yang harus ditekankan dan diajarkan dalam
pembelajaran demokrasi, baik itu di sekolah maupun di masyarakat. Pengajaran yang dilakukan
pun tidak hanya sebatas penyampaian konsep demokrasi saja, tetapi lebih menekankan pada
internalisasi dan pelembagaan nilai-nilai demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan (not only
transfer of knowledge of democracy, but also implementation about democracy).
3. Sekolah berdiri sebagai salah satu dari beberapa lembaga yang diposisikan untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman untuk mempersiapkan siswa agar mampu
berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi. Karena itu, agar pembelajaran demokrasi di
sekolah berhasil maka harus dimulai dari transformasi informasi mengenai demokrasi dalam
kehidupan sehari-hari. Affandi (2005:7) mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) hal yang perlu
diperhatikan dalam menanamkan pendidikan demokrasi kepada generasi muda, yakni; (a)
demokrasi adalah bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat itu sendiri, (b) demokrasi adalah suatu learning process yang tidak dapat begitu saja
meniru dari masyarakat lain, (c) kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan
mentranformasikan nilai-nilai demokrasi yang meliputi kebebasan, persamaan dan keadilan serta
loyal kepada sistem politik yang bersifat demokrasi.
4. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan aktor pendukung dan memiliki
kontribusi terhadap pengembangan kehidupan demokrasi yang ideal. Peran sekolah sebagai aktor
tersebut diimplementasikan melalui pendidikan kewarganegaraan yang berfungsi membentuk
karakter warganegara yang demokratis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Karena itu, pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi harus
membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis,
membicarakan tugas, peran, serta hak dan kewajiban warga negara, melatih sesorang agar
memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat, menjunjung tinggi toleransi dan sikap
saling menghormati ketika ada orang lain yang mengemukakan pendapat, serta membentuk
seseorang sebagai problem solver yang mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat.
5. We can’t be said to live in a true democracy if individuals or members of group systematically
poses unequal civic and political power, if some votes and voices count more or less than others,
or if some stand either above or below the law. Jika dikaji secara mendalam, postulat ini
menyiratkan bahwa untuk dapat hidup dalam demokrasi yang benar, harus ada persamaan
persepsi mengenai hakikat demokrasi termasuk pelaksanaannya dalam kehidupan yang harus
senantiasa diatur oleh suatu peraturan yang mengikat secara umum kebebasan. Dalam hal ini,
demokrasi bukan bererti bebas sebebas-bebasnya melainkan kebebasan dengan tetap memegang
teguh atura dan norma yang berlaku di masyarakat.
6. Tanpa pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan, identitas, dan kecenderungan ke arah
keterlibatan, beberapa siswa pada dasarnya kehilangan haknya dan tidak berdaya untuk hidup
dalam iklim demokrasi. Artinya, pendidikan demokrasi di sekolah yang dilakukan melalui
pendidikan kewarganegaraan harus mampu mengembangkan apa yang disebut Branson (1999:8)
sebagai civic competence (kompetensi kewarganegaraan), yang meliputi civic knowledge
(pengetahuan kewarganegaraan), civic skill (keterampilan kewarganegaraan), dan civic
disposition (watak kewarganegaraan)
7. Negara yang demokratis harus mendidik warganegaranya untuk belajar dibangku perguruan
tinggi, memperoleh pekerjaan dan membekali berbagai pengetahuan tentang peran dan fungsinya
sebagai warganegara. Artinya, untuk mencapai keberhasilan dalam demokratis suatu negara
harus memiliki kemampuan untuk membekali warganegaranya dengan pendidikan yang tinggi,
memiliki kemampuan untuk menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat sehingga mampu
menciptakan suatu tatanan masyarakat madani.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Demokratisasi pendidikan merupakan suatu kebijakan yang sangat didamba-kan oleh


masyarakat. Melalui kebijakan tersebut diharapkan peluang masyarakat untuk menikmati
pendidikan menjadi semakin lebar sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang dimiliki.
Jurang pemisah antara kelompok terdidik dan belum terdidik menjadi semakin terhapus,
sehingga informasi pembangunantidak lagi menjadi hambatan. Ungkapan pendidikan untuk
semua dan semuanya untuk pendidikan diharapkan bukan sekedar wacana tetapi sudah harus
merupakan komitmen pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkannya.
Dengan demikian isu tentang besarnya putus sekolah, elitisme, ketidakterjangkauan dalam
meraih pendidikan, dan seterusnya dapat terhapus dengan sendirinya.

B. Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan menambah
wawasan kita tentang Demokrasi Pendidikan di Indonesia. Dengan mengetahui demokrasi
pendidikan kita akan menjadi manusia yang demokrasi baik dalam pendidikan dan hal-hal yang
lainnya dalam penyelesaian masalah dengan demokratis.
Dari pembahasan materi ini kami mengalami beberapa kendala dalam penyusunan makalah
ini. Maka ada beberapa kesalahan oleh kami atau kekurangan. Oleh karena itu kami juga
membutuhkan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada


Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Prasetya, Tri. 2000. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia
Prof. Dr. H. Kaelan, M.S. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta. Paradigma
Affandi, Idrus. (2005). Pendidikan Demokrasi dalam Konteks Pembangunan Masyarakat
Madani: Tinjauan Sosial Kultural. Bandung: Nasional Seminar Civics Education.
Branson, M.S. (1999). The Role of Civic Education. Calabasas: CCE.
Brownhill, Robert & Smart, Patricia. (1989). Political Education. London and New York:
Routledge
Campbell, David E dkk. (2012). Making Civic Count: Citizenship Education for New
Generation. Cambridge: Harvard Education Press
Sumantri, Muhammad Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung:
Jurusan PKn FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.
Wahab, Abdul Aziz dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.
Bandung: Alfabeta.
Taniredja Tukiran (2009). Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Muhamadiyah.
Purwokerto: Alfabeta
Winarno,Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan(Jakarta:Bumi Aksara,2006)
Heri Herdiawanto, Jumanta Handayama, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Jakarta:Erlangga,2010)
Prasetya Tri, Drs. 2000. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Winarso. 2010. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dede Rosyada.2009. Paradigma Pendidikan Demokratis. Yogyakarta : Prenada Media Grup
(Kencana)

Anda mungkin juga menyukai