PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENDIDIKAN DEMOKRASI
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh:
TEKNIK SIPIL
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
kasih-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk-Nya
sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah ini.
Di dalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang dapat kami sajikan
dengan topik Pendidikan Demokrasi. Dimana di dalam topik tersebut ada beberapa hal yang
dapat kita pelajari khususnya pengetahuan tentang pengertian demokrasi, serta arti penting
pendidikan demokrasi di indonesia.
Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk
sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang Pendidikan Demokrasi.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bpk. Ir. Shidiq Waluyo M.Pd, M.M
selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Pendidikan Kewarga Negaraan. Atas bimbingan dan
dukungannya kami ucapakan trimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II TEORI PENDIDIKAN INDONESIA
A. Pengertian Demokrasi ......................................................................... 3
B. Pengertian Demokrasi Pendidikan ................................................... 3-4
C. Prinsip-prinsip Demokrasi dalam Pendidikan ..................................... 5
BAB III PEMBAHASAN
A. Demokrasi Pendidikan di Indonesia ................................................... 6
B. Bahan Dasar Rancang Bangun Sederhana ............................................
1. Pembahasan alat dan bahan .............................................................
2. Faktor bahan perekat berupa lem .....................................................
C. Percobaan ..............................................................................................
1. Kekuatan dari sedotan ......................................................................
D. Gaya yang terjadi ..................................................................................
1. Gaya tarik .........................................................................................
2. Gaya tekan .......................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang di paparkan di atas. Maka dapat dirumuskan masalah :
1. Apa pengertian pendidikan demokrasi?
2. Menjelaskan prinsip-prinsip pendidikan demokrasi?
3. Bagaimana dengan pendidikan demokrasi di Indonesia ?
4. Munculnya permasalahan-permasalahan demokrasi pendidikan yang ada di
Indonesia?
5. Bagaiman upaya dalam penyelesaian masalah-masalah pendidikan demokrasi?
6. Bagaimana peran pemimpin yang demokratis dalam pendidikan demokrasi?
1
C. Tujuan Penulisan
Dari perumusan masalah tersebut. Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Mengerti tentang pendidikan demokrasi
2. Memahami prinsip-prinsip demokrasi
3. Memahami hubungan pendidikan demokrasi dengan pendidikan demokrasi di
Indonesia
4. Memahami permasalahan pendidikan demokrasi di Indonesia dan upaya
penyelesaiannya
5. Memahami upaya penyelesaian masalah-masalah pendidikan demokrasi
6. Memahami peran pemimpin yang demokratis dalam pendidikan demokrasi
2
BAB II
TEORI PENDIDIKAN DEMOKRASI
A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis Istilah demokrasi berasal dari bahasa yunani, “demos” berarti
rakyat dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar demikrasi berarti “rakyat
berkuasa”. Definisi singkat utuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan
atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab
dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi negara
dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang diberikan untuk istilah demokrasi
ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati secara operasional implikasinya
diberbagai negara tidak selalu sama.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi ketentuan dalam masalah-
masalah pokok mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara,
karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat (Noer, 1983:207). Jadi,
negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan
kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti pengorganisasian
negara dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan
berada ditangan rakyat.
Dalam hubungannya ini menurut Henry B. Mayo bahwa sistem politik demokratis
adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjaminya kebebasan politik
B. Pengertian Demokrasi Pendidikan
Pendidikan yang demokratik adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai dengan
kemampuannya. Pengertian demokratik di sini mencakup arti baik secara horizontal
maupun vertikal.
Maksud demokrasi secara horizontal adalah bahwa setiap anak, tidak ada kecualinya,
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan sekolah. Hal ini
tercermin pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu: “Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran”. Sementara itu, demokrasi secara vertikal ialah bahwa setiap anak
mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah yang
setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai gagasan atau
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan
yang sama bagi semua warga negara. Dalam pendidikan, demokrasi ditunjukkan dengan
pemusatan perhatian serta usaha pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya
(intelegensi, kesehatan, keadaan sosial, dan sebagainya).
Dengan demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup
yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga dengan
pengelola pendidikan.
3
a) Sedangkan demokrasi pendidikan dalam pengertian yang luas mengandung tiga hal
yaitu :
1) Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia
Demokrasi pada prinsip ini dianggap sebagai pilar pertama untuk menjamin
persaudaraan hak manusia dengan tidak memandang jenis kelamin, umur,
warna kulit, agama dan bangsa. Dalam pendidikan, nilai-nilai inilah yang
ditanamkan dengan memandang perbedaan antara satu dengan yang lainnya
baik hubungan antara sesama peserta didik atau hubungan dengan gurunya yang
saling menghargai dan menghormati.
2) Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat
Dari prinsip inilah timbul pandangan bahwa manusia itu harus dididik, karena
dengan pendidikan itu manusia akan berubah dan berkembang ke arah yang
lebih sehat, baik dan sempurna. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga
pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak didik untuk
berpikir dan memecahkan persoalan-persoalannya sendiri secara teratur,
sistematis dan komprehensif serta kritis sehingga anak didik memiliki wawasan,
kemampuan dan kesempatan yang luas.
3) Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama
Dalam konteks ini, pengertian demokrasi tidaklah dibatasi oleh kepentingan
individu-individu lain. Dengan kata lain, seseorang menjadi bebas karena orang
lain menghormati kepentingannya. Oleh sebab itu, tidak ada seseorang yang
karena kebebasannya berbuat sesuka hatinya sehingga merusak kebebasan
orang lain atau kebebasannya sendiri.
b) Dan apabila dihubungkan dengan pendidikan maka definisi demokrasi pendidikan
menurut beberapa ahli sebagaimana berikut:
1) Dalam kamus New book of Knowledge volum 4 disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan demokrasi pendidikan adalah demokrasi yang memberikan
kesempatan pendidikan yang sama kepada semua orang, tanpa membedakan
suku, kepercayaan, warna dan status social.
2) Vebrianto
Demokrasi pendidikan adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang
lama kepada setiap anak (pesert didik) mencapai tingkat pendidikan sekolah
yang setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya.
3) Sugarda Purbakatwaja
Demokrasi pendidikan adalah pengajaran pendidikan yang semua anggota
masyarakat mendapatkan pengajaran dan pendidikan secara adil.
4) M. Muchyidin Dimjati dan M. Roqib
Demokrasi pendidikan adalah pendidikan yang berprinsip dasar rasa cinta dan
kasih sayang terhadap semua.
c) Dan menurut Fuad Ichsan definisi demokrasi pendidikan secara luas mengandung tiga
hal, yaitu:
A. Rasa hormat terhadap harkat sesame manusia
B. Setiap manusia memililiki perubahan ke arah pikiran yang sehat
C. Rela berbakti pada kepentingan/ kesejahteraan bersama
4
C. Prinsip-prinsip Demokrasi dalam Pendidikan
Dalam setiap pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-masalah antara lain :
1. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan
2. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan
3. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka
Dari prinsip-prinsip di atas dapat dipahami bahwa ide dan nilai demokrasi pendidikan
itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat dan jenis masyarakat dimana
mereka berada, karena dalam realitasnya bahwa pengembangan demokrasi pendidikan itu
akan banyak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Apabila yang dikemukakan tersebut dikaitkan dengan prinsip-prinsip demokrasi
pendidikan yang telah diungkapkan, tampaknya ada beberapa butir penting yang harus
diketahui dan diperhatikan,diantaranya :
1. Keadilan dalam pemerataan kesempata belajar bagi semua warga negara dengan cara
adanya pembuktian kesetiaan dan konsisten pada sistem politik yang ada;
2. Dalam upaya pembentukan karakter bangsa sebagai bangsa yang baik;
3. Memiliki suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional.
Sedangkan pengembangan demokrasi pendidikan yang berorientasi pada cita-cita
dan nilai demokrasi, akan selalu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :
1. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai luhurnya
2. Wajib menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang bermartabat dan berbudi
pekerti luhur
3. Mengusahakan suatu pemenuhan hak setiap warga negara untuk memperoleh
pendidikan dan pengajaran nasional dengan memanfaatkan kemampuan pribadinya,
dalam rangka mengembangkan kreasinya ke arah perkembangan dan kemajuan iptek
tanpa merugikan pihak lain.
5
BAB III
PEMBAHASAN
1. Bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat itu sendiri. Demokrasi adalah pilihan terbaik di antara yg buruk tentang pola
hidup bernegara.
2. Demokrasi adalah sebuah learning process yang lama dan tidak sekedar meniru
masyarakat lain.
3. Kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan mentransformasikan nilai-nilai
demokrasi pada masyarakat.
Terkait dengan pernyataan tersebut, sejak tanggal 8 Juli 2003 pemerintah telah
mengesahkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menggantikan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 yang dianggap sudah tidak memadai lagi.
Pembaharuan Sistem Pendidikan Nasioanal dilakukan untuk memperbarui visi, misi, dan
strategi pembangunan pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tersebut secara tegas memperkuat tentang amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31
tentang pendidikan.
Secara retorik kedua ayat tersebut, telah cukup dapat dipergunakan sebagai jawaban
atas tuntutan reformasi di bidang pendidikan yakni diberinya peluang bahkan dalam batas
tertentu diberikan kebebasan, kepada keluarga dan masyarakat untuk mendapatkan dan
menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat serta sesuai
dengan kondisi dan tuntuan lapangan kerja. Hal ini berarti bahwa intervensi pemerintah yang
berlebihan dalam penyelenggaraan pendidikan perlu ditiadakan, dikurangi atau setidaknya
ditinjau kembali hal-hal yang sudah tidak relevan.
6
Dalam kaitannya dengan masyarakat belajar (learning society) perlu diberikan kebebasan
kepada masyarakat untuk dapat memilih belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang dan falsafah negara. Demikian
pula halnya dengan pelaksanaan prinsip belajar seumur hidup.
Selama ini memang kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan telah menuju
pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga secara konseptual pemerintah telah
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan undang-undang. Namun secara realitas
masih cukup banyak diantara kelompok usia sekolah yang tidak/belum dapat menikmati
pendidikan karena alasan tertentu baik karena ketidakterjangkauan biaya, tempat maupun
kesempatan, sehingga hak mereka seolah “terampas” dengan sendirinya
Sebenarnya bangsa Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas demokrasi dalam
pendidikan sejak diproklamasikannya kemerdekaan hingga sekarang. Hal ini terdapat dalam :
1. UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2.
2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 5, 6, 7 dan pasal 8 ayat 1, 2 dan ayat 3.
3. Garis-garis Besar Haluan Negara di Sektor Pendidikan.
7
D. Usaha Dalam Penyelesaian Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Dalam menyelesaikan permasalah pendidikan di Indonesia terdapat beberapa usaha,
antara lain sebagai berikut :
Urgensi pendidikan demokrasi untuk diajarkan kepada seluruh warganegara dapat dilakukan
dalam berbagai tempat, ruang dan waktu. Salah satu sarana yang potensial untuk
mengembangkan pendidikan demokrasi adalah sekolah, karena sekolah dianggap sebagai gudang
ilmu yang mengajarkan siswa berbagai pengetahuan tidak terkecuali pengetahuan mengenai
demokrasi beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Amerika serikat sebagai negara yang dijadikan kiblat pelaksanaan demokrasi oleh berbagai
negara di seluruh dunia menjadikan sekolah sebagai laboratorium demokrasi, hal tersebut
dilakukan sebagai akibat munculnya berbagai permasalahan dalam pelaksanaan demokrasi. Para
pemangku kebijakan di Amerika Serikat merumuskan kembali hal-hal yang seharusnya ada
dalam pelaksanaan pendidikan di negara demokrasi, dimana sebelumnya hanya memfokuskan
pada aspek seni dan matematika dan cenderung mengesampingkan pendidikan kewarganegaraan,
saat ini justru mengajarkan pendidikan kewarganegaraan di sekolah sebagai penguat dalam
menghadapi tantangan dalam lanskap kebijakan pendidikan kontemporer.
Peran dan fungsi pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi dikemukakan oleh
Wahab & Sapriya (2011:29) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) merupakan
pengembangan dari ilmu kewarganegaraan (civics) yang menekankan pada aspek-aspek dan
praktik-praktik kewarganegaraan. Karena itu, pendidikan kewarganegaraan disebut sebagai
pendidikan orang dewasa (adult education) yang mempersiapkan siswa sebagai calon warga
negara yang memahami perannya sebagai warga negara. Pendapat tersebut diperkuat oleh
pendapat Sumantri (2001: 34) yang menjelaskan civic education/citizenship education dalam
kaitannya dengan kehidupan sekolah dan masyarakat. Di sekolah civic education menekankan
pada teori dan praktik pemerintahan demokrasi, sedangkan di masyarakat dikenal dengan istilah
citizenship education yang lebih menekankan pada keterlibatan dan partisipasi warga negara
dalam permasalahan-permasalahan masyarakat.
Untuk mendukung keberhasilan pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi,
maka guru tidak hanya harus mengetahui bagaimana mengajarkan demokrasi kepada siswa akan
tetapi guru harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi tersebut dalam kehidupan
keseharian di sekolah. Dalam hal ini, efektivitas pendidikan demokrasi amat dipengaruhi oleh
keteladanan guru dalam berperilaku. Belajar pendidikan kewarganegaraan demikian penting
untuk mempromosikan kesetaraan warganegara sebagai suatu cita-cita demokrasi.
Sekolah berdiri sebagai salah satu pilar yang diposisikan untuk memberikan informasi,
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman untuk mempersiapkan warganegara yang
berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi. Selain itu, sekolah juga berfungsi dalam
memediasi siswa mengenai keyakinan sipil, kebiasaan, dan nilai-nilai kewarganegaraan dalam
kehidupan demokrasi. Hubungan antara masyarakat sipil dan sekolah, mengarah pada peran
sekolah dalam ekologi sipil yang lebih besar, yaitu bahwa sekolah merupakan aktor
kewarganegaraan yang diimplementasikan melalui pendidikan kewarganegaraan yang berfungsi
membentuk karakter warganegara yang demokratis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Tanpa adanya pengetahuan, keterampilan, identitas, dan kecenderungan ke arah
keterlibatan warganegara, beberapa siswa pada dasarnya kehilangan haknya sebagai warganegara
demokratis.
Sosialisasi nilai-nilai demokrasi melalui pendidikan demokrasi adalah bagian dari sosialisasi
politik negara terhadap warganya. Namun demikian, pendidikan demokrasi tidaklah identik
dengan sosialisasi politik itu sendiri. Sosialisasi politik mencakup pengertian yang luas
sedangkan pendidikan demokrasi mengenai cakupan yang lebih sempit. Sesuai dengan makna
pendidikan sebagai proses yang sadar dan terencana, sosialisasi nilai-nilai demokrasi dilakukan
secara terencana, terprogram, terorganisasi secara baik khususnya melalui pendidikan formal.
Pendidikan formal dalam hal ini sekolah berperan penting dalam melaksanakan pendidikan
demokrasi kepada generasi muda. Sistem persekolahan memiliki peran penting khususnya untuk
kelangsungan sistem politik demokrasi melalui penanaman pengetahuan, kesadaran nilai-nilai
demokrasi. Sosialisasi nilai-nilai demokrasi melalui pendidikan hendaklah dibedakan dengan
indoktrinasi nilai-nilai poltik negara. Memang sangatlah tipis perbedaan antara sosialisasi dengan
indoktrinasi. Karena itu dalam sosialisasi yang dihasilkan haruslah kesadaran bukan
keterpaksaan. Adapun proses yang dijalani adalah dialog bukan monolog.
Hal yang sangat penting dalam pendidikan demokrasi di sekolah adalah mengenai kurikulum
pendidikan demokrasi. Kurikulum pendidikan demokrasi menyangkut dua hal; penataan dan isi
materi. Penataan menyangkut kemuatan pendidikan demokrasi dalam suatu kegiatan kurikuler
(mata pelajaran/mata kuliah). Isi materi berkenaan dengan kajian atau bahan apa sajakah yang
layak dari pendidikan demokrasi.
Pendidikan demokrasi dapat saja merupakam pendidikan yang diintegrasikan kedalam berbagai
bidang study, misal dalam mata pelajara PPKn dan sejarah atau diintegrasikan kedalam
kelompok ilmu sosial lainnya. Akan tepat bila pendidikan demokrasi masuk kedalam kelompok
studi sosial (social studies). Dilain pihak pendidikan demokrasi dapat pula di jadikan subject
matter tersendiri sehingga merupakan suatu bidang studi atau mata pelajaran. Misalkan
dimunculkan mata pelajaran civics yang masa lalu pernah menjadi mata pelajaran sokolah.
Namun, civics yang sekarang hendaknya dipertegas dan dibatasi sebagai pendidikan demokrasi
di Indonesia. Dapat pula pendidikan demokrasi dikemas dalam wujud pendidikan
kewarganegaraan.
Berdasarkan hal ini, pendidikan kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan peserta didik berkenaan dengan peranan, tugas, hak, kewajiban,
dan tanggung jawab sebagai warga Negara dalam berbagai aspek kehidupan bernegara.
2. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan karakter. Dalam hal ini
Pendidikan Kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan nilai-nilai bangsa yang
dianggap baik sehingga terbentuk warga Negara yang berkarakter baik bagi bangsa
bersangkutan.
3. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan bela Negara. Pendidikan
kewarganegaraan bertugas membentuk peserta didik agar memiliki kesadaran bela negara
sehingga dapat diandalkan untuk menjaga kelangsungan negara dari berbagai ancaman.
4. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi (politik). Pendidikan
kewarganegaraan mengemban tugas menyiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang
demokratis untuk mendukung tegaknya demokrasi Negara. Dengan pendidikan
kewarganegaraan, aka nada sosialisasi, diseminasi, dan penyebarluasan nila-nilai demokrasi pada
masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan menambah
wawasan kita tentang Demokrasi Pendidikan di Indonesia. Dengan mengetahui demokrasi
pendidikan kita akan menjadi manusia yang demokrasi baik dalam pendidikan dan hal-hal yang
lainnya dalam penyelesaian masalah dengan demokratis.
Dari pembahasan materi ini kami mengalami beberapa kendala dalam penyusunan makalah
ini. Maka ada beberapa kesalahan oleh kami atau kekurangan. Oleh karena itu kami juga
membutuhkan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA