Pemeriksaan EO PDF
Pemeriksaan EO PDF
Oleh:
TIM ILMU PENYAKIT MULUT
Pemeriksaan Klinis
Dokter gigi mempunyai kesempatan yang baik untuk mengamati pasien pada saat pencatatan
riwayat klinis. Dengan cara ini, kelainan-kelainan dapat dilihat dengan jelas, seperti misalnya
pelumpuhan saraf kranial, pembengkakan wajah atau ruam-ruam kulit. Mengamati frekuensi
kedipan yang melebihi normal juga sangat berguna bagi dokter, karena hal ini dapat
mengindikasikan adanya serophthalmia. Apabila pasien jelas-jelas ketakutan atau menunjukkan
tanda-tanda segera akan menangis, ini mungkin menunjukkan adanya kekacauan psikologis. Tak
ada metode pemeriksaan klinis tertentu yang bisa dianggap lebih benar selama jaringan diperiksa
secara cermat. Pemeriksaan dapat dibagi atas ekstraoral dan intraoral.
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi dan
d) Auskultasi
Pemeriksaan inspeksi yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat secara rinci
dan sistematis keadaan tubuh pasien. Palpasi yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
meraba terhadap keadaan tubuh yang terlihat tidak normal. Perkusi yaitu suatu pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara mengetuk guna memperoleh suara hasil ketukan tersebut terhadap rongga
tubuh yang perlu diketahui keadaannya. Sedangkan auskultasi yaitu suatu pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara mendengarkan suara-suara dalam rongga tubuh dengan menggunakan
stetoskop.
Persiapan pemeriksaan :
Pasien dalam keadaan tenang, posisi tidur.
Operator meminta ijin kepada pasien untuk membuka baju bagian atas.
Prosedur pemeriksaan pernapasan :
Pemeriksaan inspeksi : perhatikan gerakan pernafasan pasien secara menyeluruh (lakukan
inspeksi ini tanpa mempengaruhi psikis penderita). Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga
ke lateral, pelebaran sudut epigastrium, adanya retraksi dinding dada (supraklavikuler,
suprasternal, interkostal, epigastrium), penggunaan otot-otot pernafasan aksesoria serta
penambahan ukuran anteroposterior rongga dada. Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya
kembali iga, menyempitnya sudut epigastrium dan pengurangan diameter anteroposterior
rongga dada.
Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk merasakan naik turunnya
gerakan dinding dada.
Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop diletakkan pada dinding dada di
luar lokasi bunyi jantung.
Interpretasi pemeriksaan pernapasan :
Frekuensi : Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit dengan inspeksi, palpasi, atau
dengan menggunakan stetoskop. Normalnya frekuensi nafas orang dewasa sekitar 14 – 20
kali per menit dengan pola nafas yang teratur dan tenang.
Irama pernapasan : reguler atau ireguler.
B. KEADAAN UMUM
Keadaan umum pasien dapat di bagi atas ringan, sedang, dan berat. Keadaan umum pasien
seringkali dapat menilai apakah keadaan pasien dalam keadaan darurat medik atau tidak. Hal-hal
yang harus dipehatikan dalam menentukan keadaan umum pasien adalah :
Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan melihat reaksi pasien yang wajar
terhadap stimulus visual, auditor, maupun taktil. Seorang yang sadar dapat tertidur, tetapi segera
terbangun bila dirangsang. Bila perlu, tingkat kesadaran dapat diperiksa dengan memberikan
rangsang nyeri. Macam-macam tingkat kesadaran pasien :
a. Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun lingkungannya.
Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
b. Apatis, yaitu keadaan dimana pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
c. Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun
yang tergangu. Pasien tampak gaduh, gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta.
d. Somnolence (letargia, optundasi, hypersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang dapat
pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti pasien akan tertidur kembali.
e. Sospor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam, pasien masih dapat dibangunkan
dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi pasien tidak terbangun
sempurna dan dapat memberikan jawaban verbal yang baik.
f. Semikoma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respon
terhadap ranging verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi reflex (kornea
pupil) masih baik. Respon terhadap rangsang nyeri tidak adekuat.
g. Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak
ada respon terhadap rangsang nyeri.
3. Tanda-tanda vital
Karnofsky dan Lansky membagi status keadaan umum pasien menjadi 3 kategori yaitu :
C. Pemeriksaan Ekstraoral
Mendahulukan pemeriksaan ekstraoral merupakan pemeriksaan yang logis dan hal ini dapat
dimulai dengan palpasi pada leher untuk pemeriksaan limpadenopati. Tata caranya harus
dijelaskan pada pasien dan dilakukan dari belakang. Semua nodus submental, submandibular,
aurikular posterior dan servikal harus dipalpasi secara bergantian. Vertebra servikalis harus
dipalpasi dan gerak leher harus diperiksa dalam gerakan lateral dan rotasi. Kelenjar saliva parotis
harus dipalpasi dan segala pembesaran atau pelunakan harus diperhatikan. Dalam pembesaran
parotis yang sejati ada defleksi ke arah luar dari bagian bawah lobus telinga bagian bawah;
pendeteksian yang terbaik adalah dengan melihat wajah. Condyle mandibula harus dipalpasi dan
pasien diminta untuk menggerak-gerakkan rahang dalam jangkauan penuh, termasuk membuka
mulut secara maksimal dan melakukan gerakan-gerakan lateral. Setiap pembatasan gerak dan
nyeri harus dicatat. Otot-otot lateralis dan masseter harus dipalpasi dan dengan rahang dalam
keadaan tertutup dan dikeraskan oleh pasien, untuk menentukan bagian paling tebal serta ada atau
tidaknya rasa nyeri. Melakukan tekanan pada daerah-daerah yang dikeluhkan sakit oleh pasien
akan sangat membantu, seperti misalnya pada sinus maksilaris atau pada arteri-arteri temporal.
(Lewis :13)
Pemeriksaan ekstra oral : penampilan umum, tonus kulit, asimetris wajah, pembengkakan,
perubahan warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral atau saluran sinus, kepekaan atau
membesarnya nodus limfe servikal atau fasial adalah indikator bagi status fisik pasien.
1. Integument
a. Inspeksi :
Warna kulit :
b. Palpasi :
A. Tipe Primer
a. Makula : Perubahan warna kulit, tidak teraba, batas jelas, bentuk melingkar kurang dari 1
cm.
b. Papula : Menonjol, batas jelas, elevasi kulit padat, kurang dari 1 cm, Plaque lebih dari 1
cm
c. Nodule : Tonjolan padat berbatas jelas, lebih dalam dan lebih jelas daripada papula ukuran
1-2 cm
e. Vesikula : Penonjolan pada kulit, bentuk bundar, berisi cairan serosa, diameter kurang dari
1 cm
Bulla : diameter lebih dari 1 cm
f.
g. Pustula : Vesikal / Bulla yang berisi nanah
B. Tipe Sekunder
a. Naevus Pigmentosus : Hiperpigmentasi pada kulit dengan batas jelas (tahi lalat)
b. Hiperpigmentasi : Daerah kulit yang warnanya lebih gelap dari yang lain (Cloasma
Gravidarum)
e. Haemangioma : Bercak kemerahan pada pembuluh darah, dapat merupakan tumor jinak
atau tahi lalat
f. Angioma / toh : Pembengkakan yang terbentuk oleh proliferasi yang berlebihan dari
pembuluh darah
g. Spider Nevi : Pelebaran pembuluh darah arteriola dengan bentuk aliran yang khas seperti
sarang laba-laba dan bila ditekan hilang
h. Striae : Garis putih pada kulit yang terjadi akibat pelebaran kulit, dapat ditemui pada ibu
hamil
3. Pemeriksaan Bibir
4. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : perhatikan ekspresi wajah pasien, warna dan kondisi wajah pasien, struktur wajah,
sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.
5. Pemeriksaan Leher
a. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf/kurus ditemukan pada orang dengan gizi jelek,
atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada pasien obesitas, adakah peradangan,
jaringan parut, perubahan warna dan massa.
b. Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada suprasternal pada saat
pasien menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada orang kurus.
c. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan penekanan pada
supraklavikula kemudian tekan pada ujung proksimal vena jugularis sambil melepaskan
tekanan pada supraclavikula, ukurlah jarak vertikal permukaan atas kolom darah terhadap
bidang horizontal, katakanlah jaraknya a Cm di atas atau di bawah bidang horizontal.
Maka nilai tekanan vena jugularisnya adalah : JVP = 5 - a Cm, (bila di bawah bidang
horizontal). JVP = 5 - a CmHg (bila di atas bidang horizontal), normalnya JVP = 5 - 2
CmHg.
Palpasi pada leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan posisi
trakhea.
Pembesaran kelenjar limfe leher (Adenopati limfe) menandakan adanya peradangan pada
daerah kepala, orofaring, infeksi TBC, atau syphillis.
Perhatikan posisi trakhea, bila bergeser atau tidak simetris dapat terjadi karena proses
desak ruang atau fibrosis pada paru atau mediastinum.
TUTOR GUIDE
SKILL LAB
Domain/Area Kompetensi :
1. Professionalism
2. General physical examination and stomatognatic system
Keterampilan Klinik :
1. Physical Examination
2. Interpretation skills
3. Procedural skills
Tinjauan : Penyakit infeksi dan imunologi
Daftar Alat dan Bahan :
1. Lembar checklist
2. ATK
3. Kaca mulut no.3 dan 4
4. Sonde lurus
5. Sonde bengkok
6. Ekskavator
7. Neirbeken
8. Dappen glass
9. Cotton pellet
10. Cotton roll
11. Kasa
12. Masker
13. Gloves
14. Stetoskop
Kasus/Pemicu :
Seorang laki-laki usia 32 tahun datang ke RSGM dengan keluhan utama pembengkakan yang
sangat sakit pada pipi kanan yang timbul sejak 2 hari yang lalu sehingga kesulitan untuk makan
dan menelan. Hasil anamnesis diketahui bahwa pasien merasa badannya panas, lemah dan lesu
sejak 4 hari yang lalu.
Tugas
Lakukan dan verbalkan pemeriksaan klinis EO dan kondisi umum yang diperlukan pada kasus
diatas !
Instruksi :
a. Tutor mengamati dan menilai penampilan peserta berdasarkan lembar penilaian.
b. Tutor memberikan informasi terhadap data yang dibutuhkan setelah peserta melakukan
pemeriksaan fisik sesuai dengan apa yang diperiksa oleh peserta.
c. Tutor menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.