Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN SKILLS LAB

PENYAKIT MULUT, DAN BEDAH


KEGAWATDARURATAN

PEMERIKSAAN KLINIS EKSTRA ORAL

Oleh:
TIM ILMU PENYAKIT MULUT

Fakultas Kedokteran Gigi


Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Kediri
2019

Pemeriksaan Klinis Ekstra Oral


SKILL LAB

PEMERIKSAAN KLINIS EKSTRA ORAL

Pemeriksaan Klinis

Dokter gigi mempunyai kesempatan yang baik untuk mengamati pasien pada saat pencatatan
riwayat klinis. Dengan cara ini, kelainan-kelainan dapat dilihat dengan jelas, seperti misalnya
pelumpuhan saraf kranial, pembengkakan wajah atau ruam-ruam kulit. Mengamati frekuensi
kedipan yang melebihi normal juga sangat berguna bagi dokter, karena hal ini dapat
mengindikasikan adanya serophthalmia. Apabila pasien jelas-jelas ketakutan atau menunjukkan
tanda-tanda segera akan menangis, ini mungkin menunjukkan adanya kekacauan psikologis. Tak
ada metode pemeriksaan klinis tertentu yang bisa dianggap lebih benar selama jaringan diperiksa
secara cermat. Pemeriksaan dapat dibagi atas ekstraoral dan intraoral.

Pemeriksaan Fisik meliputi :

a) Inspeksi

b) Palpasi

c) Perkusi dan

d) Auskultasi

Pemeriksaan inspeksi yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat secara rinci
dan sistematis keadaan tubuh pasien. Palpasi yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
meraba terhadap keadaan tubuh yang terlihat tidak normal. Perkusi yaitu suatu pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara mengetuk guna memperoleh suara hasil ketukan tersebut terhadap rongga
tubuh yang perlu diketahui keadaannya. Sedangkan auskultasi yaitu suatu pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara mendengarkan suara-suara dalam rongga tubuh dengan menggunakan
stetoskop.

A. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

1. Pemeriksaan Suhu Tubuh


Prosedur Pemeriksaan suhu tubuh :
a. Oral
Pemeriksaan secara oral dengan memasukkan ujung termometer kaca di bawah bagian
depan lidah lalu mulut ditutup selama 3-5 menit, kemudian baca hasilnya. Letakkan
kembali termometer di bawah lidah beberapa menit, baca hasilnya. Bila suhu masih
bertambah, ulangi prosedur sampai temperatur tetap. Sebelum pemakaian, termometer
dikocok agar kolom air raksa berada di bawah 35,5℃. Pada pemakaian termometer
elektronik, pembacaan suhu setelah 10 detik. Suhu oral rata-rata 37℃ (98,6℉), pada pagi
hari suhu dapat mencapai 35,8℃, siang dan sore hari 37,3℃.
b. Aksila
Cara pengambilan suhu melalui aksila dengan meletakkan ujung termometer pada
ketiak/aksila. Pasien memegang tangan yang lain melalui dada, sehingga posisi termometer
tetap. Bila pasien tidak mampu, pemeriksa yang memegang termometer tersebut.
Temperatur melalui aksila dibaca setelah 5-10 menit. Pengukuran dengan termometer
digital dilakukan selama 30 detik.
c. Rektal
Pemeriksaan secara rektal dengan cara ujung termometer diberi pelumas, masukkan ke
anus sedalam 3-4 cm, baca setelah 3 menit. Pada pemakaian termometer elektronik,
pembacaan suhu setelah 10 menit. Suhu rektal lebih tinggi 0,4-0,5℃ dibandingkan suhu
oral.
d. Membran Timpani
Pastikan kanalis auditorius eksternal tidak ada cerumen. Posisi sinar infra merah
ditujukan ke membrane timpani (jika tidak, pengukuran kurang valid). Tunggu 2-3 detik
sampai suhu digital muncul. Cara tersebut merupakan pengukuran suhu inti tubuh, lebih
tinggi 0,8℃ dibandingkan suhu oral.
2. Pemeriksaan Nadi

A. Lokasi untuk merasakan denyut nadi adalah :


a. Karotid : di bagian medial leher, dibawah angulus mandibularis, hindari pemeriksaan dua
sisi sekaligus pada waktu bersamaan.
b. Brakial : Diatas siku dan medial dari tendo bisep.
c. Radial : Bagian distal dan ventral dari pergelangan tangan.
d. Femoral : Disebelah inferomedial ligamentum inguinalis.
e. Popliteal : Di belakang lutut, sedikit ke lateral dari garis tengah.
f. Tibia posterior: Di belakang dan sedikit ke arah inferior dari maleolus medialis.
g. Pedis dorsalis : Lateral dari tendo m. Extensor hallucis longus.
B. Prosedur Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan nadi/arteri radialis :
 Penderita dapat dalam posisi duduk atau berbaring. Lengan dalam posisi bebas dan rileks.
 Periksalah denyut arteri radialis di pergelangan tangan dengan cara meletakkan jari telunjuk
dan jari tengah atau 3 jari (jari telunjuk, tengah dan manis) di atas arteri radialis dan sedikit
ditekan sampai teraba pulsasi yang kuat.
 Penilaian nadi/arteri meliputi: frekuensi (jumlah) per menit, irama (teratur atau tidaknya),
pengisian, dan dibandingkan antara arteri radialis kanan dan kiri.
 Bila iramanya teratur dan frekuensi nadinya terlihat normal dapat dilakukan hitungan selama
15 detik kemudian dikalikan 4, tetapi bila iramanya tidak teratur atau denyut nadinya terlalu
lemah, terlalu pelan atau terlalu cepat, dihitung sampai 60 detik.
 Apabila iramanya tidak teratur (irregular) harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan auskultasi
jantung (cardiac auscultation) pada apeks jantung.
Pemeriksaan nadi/arteri karotis :
Perabaan nadi dapat memberikan gambaran tentang aktivitas pompa jantung maupun keadaan
pembuluh itu sendiri. Kadang-kadang nadi lebih jelas jika diraba pada pembuluh yang lebih besar,
misalnya arteri karotis.
Catatan : pada pemeriksaan nadi/arteri karotis kanan dan kiri tidak boleh bersamaan.
C. Hasil pemeriksaan nadi/arteri :
 Jumlah frekuensi nadi per menit (Normal pada dewasa : 60-100 kali/menit) Takikardia bila
frekuensi nadi > 100 kali/menit, sedangkan bradikardia bila frekuensi nadi< 60 kali/menit.
 Irama nadi: Normal irama teratur.
 Perbandingan nadi/arteri kanan dan kiri (Normal : nadi kanan dan kiri sama).
 Perbandingan antara frekuensi nadi/arteri dengan frekuensi denyut jantung (Normal : tidak
ada perbedaan).
3. Pemeriksaan Tekanan Darah

Sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah instruksikan kepada pasien :

 Pasien diusahakan dalam kondisi tenang.


 Pasien diminta untuk tidak merokok atau minum yang mengandung kafein minimal 30
menit sebelum pemeriksaan.
 Istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktifitas fisik ringan.
Prosedur Pemeriksaan tekanan darah :
 Lengan yang diperiksa harus bebas dari pakaian.
 Pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk, maupun
berdiri tergantung dari tujuan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh
posisi pasien.
 Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis kurang lebih pada level setinggi
jantung.
 Jika pasien duduk, letakkan lengan pada meja sedikit diatas pinggang dan kedua kaki
menapak di lantai.
 Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer selalu
vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris horisontal dengan
level air raksa.
 Meraba nadi arteri brachialis pastikan bahwa pulsasinya cukup.
 Memasang cuff pada lengan sekitar 3 jari diatas fosaa cubiti.
 Memasang membran stetoskop pada fossa cubiti dan memompa bladder sampai tekanan
sistolik palpatoir ditambah 30 mmHg.
 Melonggarkan kunci pompa perlahan-lahan 2-3 mmHg dan menentukan tekanan sistolik
dan diastolik.
 Melepas manset dan memberitahukan hasil pemeriksaan tekanan darah pada penderita.
 Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah pengukuran pertama.
4. Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan

Persiapan pemeriksaan :
 Pasien dalam keadaan tenang, posisi tidur.
 Operator meminta ijin kepada pasien untuk membuka baju bagian atas.
Prosedur pemeriksaan pernapasan :
 Pemeriksaan inspeksi : perhatikan gerakan pernafasan pasien secara menyeluruh (lakukan
inspeksi ini tanpa mempengaruhi psikis penderita). Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga
ke lateral, pelebaran sudut epigastrium, adanya retraksi dinding dada (supraklavikuler,
suprasternal, interkostal, epigastrium), penggunaan otot-otot pernafasan aksesoria serta
penambahan ukuran anteroposterior rongga dada. Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya
kembali iga, menyempitnya sudut epigastrium dan pengurangan diameter anteroposterior
rongga dada.
 Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk merasakan naik turunnya
gerakan dinding dada.
 Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop diletakkan pada dinding dada di
luar lokasi bunyi jantung.
Interpretasi pemeriksaan pernapasan :
 Frekuensi : Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit dengan inspeksi, palpasi, atau
dengan menggunakan stetoskop. Normalnya frekuensi nafas orang dewasa sekitar 14 – 20
kali per menit dengan pola nafas yang teratur dan tenang.
 Irama pernapasan : reguler atau ireguler.

B. KEADAAN UMUM

Keadaan umum pasien dapat di bagi atas ringan, sedang, dan berat. Keadaan umum pasien
seringkali dapat menilai apakah keadaan pasien dalam keadaan darurat medik atau tidak. Hal-hal
yang harus dipehatikan dalam menentukan keadaan umum pasien adalah :

1. Status keadaan gizi dan habitus.


Pasien dengan berat badan dan bentuk badan ideal disebut memiliki habitus atletikus;
pasien yang harus memiliki habitus astenikus; dan pasien yang memiliki habitus piknikus.
Keadaan gizi pasien juga harus dinilai, apakah kurang, cukup atau berlebih. Demgan
menilai berat badan dan tinggi badan, maka dapat diukur indeks
Index Masa Tubuh (IMT) = Berat badan (kg)
(Tinggi badan (cm))2
<18,5 : menunjukan berat badan kurang
18,5-25 : menunjukan berat badan yang ideal
>25 : menunjukan berat badan lebih
>30 : menunjukan berat badan obesitas
2. Kesadaran.

Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan melihat reaksi pasien yang wajar
terhadap stimulus visual, auditor, maupun taktil. Seorang yang sadar dapat tertidur, tetapi segera
terbangun bila dirangsang. Bila perlu, tingkat kesadaran dapat diperiksa dengan memberikan
rangsang nyeri. Macam-macam tingkat kesadaran pasien :

a. Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun lingkungannya.
Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
b. Apatis, yaitu keadaan dimana pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
c. Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun
yang tergangu. Pasien tampak gaduh, gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta.
d. Somnolence (letargia, optundasi, hypersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang dapat
pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti pasien akan tertidur kembali.
e. Sospor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam, pasien masih dapat dibangunkan
dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi pasien tidak terbangun
sempurna dan dapat memberikan jawaban verbal yang baik.
f. Semikoma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respon
terhadap ranging verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi reflex (kornea
pupil) masih baik. Respon terhadap rangsang nyeri tidak adekuat.
g. Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak
ada respon terhadap rangsang nyeri.
3. Tanda-tanda vital

Karnofsky dan Lansky membagi status keadaan umum pasien menjadi 3 kategori yaitu :

1. skor 0-40 kategori buruk


2. skor 50-70 kategori sedang
3. skor 80-100 kategori baik
Penilaian skor tersebut berupa :
100 = normal, tidak ada keluhan, tidak ada penyakit
90 = mampu aktivitas normal, tanda-tanda minimal penyakit
80 = aktivitas normal dengan sedikit kesukaran, beberapa tanda penyakit
70 = mampu menjalankan keperluan sendiri, tidak mampu menjalankan pekerjaan
60 = mampu menjalankan sebagian besar keperluan sendiri, selalu memerlukan bantuan
50 = memerlukan bantuan cukup banyak, juga pertolongan medis

C. Pemeriksaan Ekstraoral
Mendahulukan pemeriksaan ekstraoral merupakan pemeriksaan yang logis dan hal ini dapat
dimulai dengan palpasi pada leher untuk pemeriksaan limpadenopati. Tata caranya harus
dijelaskan pada pasien dan dilakukan dari belakang. Semua nodus submental, submandibular,
aurikular posterior dan servikal harus dipalpasi secara bergantian. Vertebra servikalis harus
dipalpasi dan gerak leher harus diperiksa dalam gerakan lateral dan rotasi. Kelenjar saliva parotis
harus dipalpasi dan segala pembesaran atau pelunakan harus diperhatikan. Dalam pembesaran
parotis yang sejati ada defleksi ke arah luar dari bagian bawah lobus telinga bagian bawah;
pendeteksian yang terbaik adalah dengan melihat wajah. Condyle mandibula harus dipalpasi dan
pasien diminta untuk menggerak-gerakkan rahang dalam jangkauan penuh, termasuk membuka
mulut secara maksimal dan melakukan gerakan-gerakan lateral. Setiap pembatasan gerak dan
nyeri harus dicatat. Otot-otot lateralis dan masseter harus dipalpasi dan dengan rahang dalam
keadaan tertutup dan dikeraskan oleh pasien, untuk menentukan bagian paling tebal serta ada atau
tidaknya rasa nyeri. Melakukan tekanan pada daerah-daerah yang dikeluhkan sakit oleh pasien
akan sangat membantu, seperti misalnya pada sinus maksilaris atau pada arteri-arteri temporal.
(Lewis :13)

Pemeriksaan ekstra oral : penampilan umum, tonus kulit, asimetris wajah, pembengkakan,
perubahan warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral atau saluran sinus, kepekaan atau
membesarnya nodus limfe servikal atau fasial adalah indikator bagi status fisik pasien.

C. PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU

1. Integument

a. Inspeksi :

 Adakah lesi, warna, jaringan parut, vaskularisasi.

 Warna kulit :

o Coklat, deposit melanin


o Biru, Hipoxia jaringan perifer
o Merah, peningkatan oxihaemoglobin
o Pucat, Anoxia jaringan kulit
o Kuning, peningkatan bilirubin indirek dalam darah

b. Palpasi :

Suhu kulit, tekstur halus/kasar, torgor/kelenturan keriput/tegang, oedema derajat berapa?

 Derajat 0 : Kembali spontan

 Derajat 1 : Kembali dalam 1 detik

 Derajat 2 : Kembali dalam 2 detik

 Derajat 3 : Kembali dalam waktu lebih dari 2 detik

2. Identifikasi luka pada Kulit dan Mukosa

A. Tipe Primer
a. Makula : Perubahan warna kulit, tidak teraba, batas jelas, bentuk melingkar kurang dari 1
cm.

Patch : bentuk melingkar lebih dari 1 cm

b. Papula : Menonjol, batas jelas, elevasi kulit padat, kurang dari 1 cm, Plaque lebih dari 1
cm

c. Nodule : Tonjolan padat berbatas jelas, lebih dalam dan lebih jelas daripada papula ukuran

1-2 cm

d. Tumor : lebih dari 2 cm

e. Vesikula : Penonjolan pada kulit, bentuk bundar, berisi cairan serosa, diameter kurang dari
1 cm
Bulla : diameter lebih dari 1 cm

f.
g. Pustula : Vesikal / Bulla yang berisi nanah

B. Tipe Sekunder

a. Ulkus : Luka terbuka yang diakibatkan oleh vesikula/bulla yang pecah

b. Crusta : Cairan tubuh yang mengering (serum, darah/nanah)

c. Exsoriasi : Pengelupasan epidermis

d. Scar : Pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah retakan

e. Lichenifikasi : Penebalan kulit karena garukan atau tertekan terus

B. Kelainan-kelainan pada kulit :

a. Naevus Pigmentosus : Hiperpigmentasi pada kulit dengan batas jelas (tahi lalat)

b. Hiperpigmentasi : Daerah kulit yang warnanya lebih gelap dari yang lain (Cloasma
Gravidarum)

c. Vitiligo / Hipopigmentasi : Daerah kulit yang kurang berpigmen

d. Tatto : Hiperpigmentasi buatan

e. Haemangioma : Bercak kemerahan pada pembuluh darah, dapat merupakan tumor jinak
atau tahi lalat

f. Angioma / toh : Pembengkakan yang terbentuk oleh proliferasi yang berlebihan dari
pembuluh darah

g. Spider Nevi : Pelebaran pembuluh darah arteriola dengan bentuk aliran yang khas seperti
sarang laba-laba dan bila ditekan hilang

h. Striae : Garis putih pada kulit yang terjadi akibat pelebaran kulit, dapat ditemui pada ibu
hamil

3. Pemeriksaan Bibir

Inspeksi dan palpasi :


Amati bibir, untuk mengetahui kelainan kongenital (labioseisis, palatoseisis, atau
labiopalatoseisis), warna bibir pucat, atau merah, adakah lesi dan massa.

4. Pemeriksaan Wajah

Inspeksi : perhatikan ekspresi wajah pasien, warna dan kondisi wajah pasien, struktur wajah,
sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.

5. Pemeriksaan Leher

Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :

a. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf/kurus ditemukan pada orang dengan gizi jelek,
atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada pasien obesitas, adakah peradangan,
jaringan parut, perubahan warna dan massa.

b. Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada suprasternal pada saat
pasien menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada orang kurus.

c. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan penekanan pada
supraklavikula kemudian tekan pada ujung proksimal vena jugularis sambil melepaskan
tekanan pada supraclavikula, ukurlah jarak vertikal permukaan atas kolom darah terhadap
bidang horizontal, katakanlah jaraknya a Cm di atas atau di bawah bidang horizontal.
Maka nilai tekanan vena jugularisnya adalah : JVP = 5 - a Cm, (bila di bawah bidang
horizontal). JVP = 5 - a CmHg (bila di atas bidang horizontal), normalnya JVP = 5 - 2
CmHg.

Pengukuran langsung tekanan vena melalui pemasangan CVP dengan memasukkan


kateter pada vena, tekanan normal CVP = 5 - 15 CmHg.

Palpasi pada leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan posisi
trakhea.

Pembesaran kelenjar limfe leher (Adenopati limfe) menandakan adanya peradangan pada
daerah kepala, orofaring, infeksi TBC, atau syphillis.

Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi yodium.

Perhatikan posisi trakhea, bila bergeser atau tidak simetris dapat terjadi karena proses
desak ruang atau fibrosis pada paru atau mediastinum.
TUTOR GUIDE
SKILL LAB

PEMERIKSAAN KLINIS EKSTRA ORAL

Tujuan : Mampu melakukan pemeriksaan klinis ekstra oral

Domain/Area Kompetensi :
1. Professionalism
2. General physical examination and stomatognatic system
Keterampilan Klinik :
1. Physical Examination
2. Interpretation skills
3. Procedural skills
Tinjauan : Penyakit infeksi dan imunologi
Daftar Alat dan Bahan :
1. Lembar checklist
2. ATK
3. Kaca mulut no.3 dan 4
4. Sonde lurus
5. Sonde bengkok
6. Ekskavator
7. Neirbeken
8. Dappen glass
9. Cotton pellet
10. Cotton roll
11. Kasa
12. Masker
13. Gloves
14. Stetoskop

Kasus/Pemicu :
Seorang laki-laki usia 32 tahun datang ke RSGM dengan keluhan utama pembengkakan yang
sangat sakit pada pipi kanan yang timbul sejak 2 hari yang lalu sehingga kesulitan untuk makan
dan menelan. Hasil anamnesis diketahui bahwa pasien merasa badannya panas, lemah dan lesu
sejak 4 hari yang lalu.
Tugas
Lakukan dan verbalkan pemeriksaan klinis EO dan kondisi umum yang diperlukan pada kasus
diatas !
Instruksi :
a. Tutor mengamati dan menilai penampilan peserta berdasarkan lembar penilaian.
b. Tutor memberikan informasi terhadap data yang dibutuhkan setelah peserta melakukan
pemeriksaan fisik sesuai dengan apa yang diperiksa oleh peserta.
c. Tutor menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai