Anda di halaman 1dari 4

MATIUS 3:13-17

Latar Belakang
Sebelum kita bersama-sama melihat lebih jauh Matius 3:13-17, saya mau kita
memperhatikan lebih dahulu sedikit latar belakang Matius ini secara umum. Injil Matius
ditulis untuk orang percaya yang berlatar Belakang Yahudi. Bukti bahwa Injil Matius ditulis
untuk orang Yahudi yang percaya tampak dalam banyak hal, namun tidak mungkin saya
jelaskan disini karena kita tidak sedang belajar eksposisi Injil Matius. Dan seperti yang
sudah saya katakan bahwa Injil Matius di tujukan kepada orang-orang dengan latar
belakang Yahudi,bukan berarti injil ini semata-mata untuk orang Yahudi saja, melainkan
sama Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh
gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil. Dan untuk lebih menolong
kita memahami injil matius secara khusus yang akan saya bahas pada pasal 3:13-17 ini
ada baiknya jika kita terlebih dahulu mengetahui tujuan dari penulisan injil matius.
Tujuan Injil Matius
Matius menulis Injil ini
(1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai
kehidupan Yesus,
(2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang
dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
(3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus
Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ya itu sedikit deskripsi tentang injil matius, dan kita kembali lagi pada teks firman Tuhan
yang akan kita renungkan bersama-sama dari matius 3:13-17
Kata- kata di Matius 3:13- 17 ini merangkum intisari dari semangat, kepribadian dan arah
tujuan pelayanan Yesus. Kata- kata tersebut mengandung prinsip rohani yang sangat
penting yang menunjukkan rahasia dari kekuatan Yesus Kristus sebagai manusia dan
Penebus kita.
Jujur ketika mempersiapkan firman Tuhan ini saya mengalami kesulitan karena secara
teologis sangatlah rumit membahas ayat ini. Akan tetapi saya akan berusaha untuk
membahasnya dengan sederhana tapi jelas dan menghindari persoalan teologis yang
bersifat teknis dan ngejlimet. Mungkin saudara akan bertanya.. persoalan teologis apa
sih..?? dan mengapa harus di hindari, Kata- kata di Matius 3:13- 17 ini merangkum intisari
dari semangat, kepribadian dan arah tujuan pelayanan Yesus. Kata- kata tersebut
mengandung prinsip rohani yang sangat penting yang menunjukkan rahasia dari kekuatan
Yesus Kristus sebagai manusia dan Penebus kita.
Oleh karena itu kita akan belajar beberapa pokok kebenaran dari Injil Matius 3:13-17,
agar kita dapat menjadi orang yang taat
1. Memiliki Kerinduan untuk Melakukan kehendak Allah
Mari kita memperhatikan ayat 13, “Yesus datang dari Galilea ke Yordan”. Dalam menempuh
suatu jarak dalam suatu perjalanan, sebenarnya Matius sedang menggambarkan semangat
ketaatan dari Yesus untuk melakukan apa yang di kehendaki oleh Bapa, Yesus
meninggalkan Galilea menuju sungai Yordan untuk dibaptis oleh Yohanes. Hal ini
menunjukkan tekad dan kesungguhan-Nya menuruti kehendak Allah, yaitu menjadi sama
dengan manusia tanpa terkecuali. Sebab ketika Yohanes mengatakan bahwa ia yang
membutuhkan baptisan (karena memang Yohanes-lah yang layak di baptis), Yesus
menjawab bahwa pembaptisan atas diri- Nya bukan masalah kebutuhan sebagai seorang
berdosa (KARENA YESUS BKN ORG B’DOSA) tetapi masalah ketaatan-Nya untuk
menggenapi kehendak Allah
Yesus bisa dengan mudah berkata, “Ini adalah baptisan pertobatan. Kamu mengakui bahwa
aku tidak memiliki dosa, jadi aku tidak butuh baptisan ini.” Tetapi tidak, Yesus menundukkan
diri pada semua ketetapan Allah. Dia akan menundukkan diri jika itu merupakan ketetapan
Allah. Bandingkan semangat yang terkandung di dalam ayat- ayat ini dengan semangat
kebanyakan orang Kristen. Sering kali, orang Kristen akan berkata, “Ya, aku percaya
kepada Yesus. Tapi mengapa aku perlu dibaptis? Aku tidak butuh baptisan.” Kontras yang
sangat menyolok! Yesus, yang benar- benar tidak membutuhkan baptisan dari segi
kewajiban legal, tetapi memberi diri untuk dibaptis. Tetapi orang- orang berdosa malah tidak
merasa perlu untuk dibaptis. Bagi mereka baptisan itu tidak penting. Dapatkah Anda melihat
kontras di antara kedua semangat itu, di antara sikap- sikap tersebut? Perbedaan yang
sungguh luar biasa! Orang yang tidak membutuhkan baptisan ternyata memberi diri untuk
dibaptis. Dan mereka yang benar- benar membutuhkan baptisan justru tidak memandang
bahwa baptisan itu penting bagi mereka. Mereka belum mengerti semangat Kristus.
Dapatkah Anda melihat semangat itu? Inilah penyakit utama gereja zaman sekarang
– penolakan untuk tunduk.
Penolakan untuk tunduk adalah alasan mengapa ada begitu banyak orang Kristen yang
tanpa kuasa. Mereka tidak ada sukacita dan keengganan untuk tunduk. Hal ini merupakan
alasan mengapa Allah tidak menghendaki untuk memakai mereka.
2. MERENDAHKAN DIRI (biarlah hal ini terjadi ayat 15)
Mengapa Yesus harus di baptis oleh Yohanes..??

1. “menggenapkan seluruh kehendak Allah” (ayat Mat 3:15; bd. Im 16:4; Gal 4:4-5). Melalui
baptisan, di depan umum Kristus menyerahkan diri kepada Allah dan kerajaan-Nya sehingga
dengan demikian menggenapi tuntutan Allah yang benar.
2. Menempatkan diri-Nya setara dengan orang berdosa sekalipun Ia sendiri tidak perlu bertobat
dari dosa (2Kor 5:21; 1Pet 2:24).
3. Menghubungkan diri-Nya dengan gerakan baru dari Allah yang memanggil setiap orang
kepada pertobatan; perhatikan pesan Yohanes Pembaptis sebagai pendahulu Mesias (Yoh
1:23,32-33).

Kita harus belajar dari semangat Yesus Kristus. Ia tidak berkata kepada Yohanes
Pembaptis,
“Aku lebih besar darimu. Mengapa Aku harus tunduk pada baptisan- mu?” Justru
sebaliknya, ketika Yohanes Pembaptis sendiri menolak, Yesus berkata,
“Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak
Allah.”. membiarkan diri-Nya untuk di baptis oleh seorang yang tidak setara dengan DIA
adalah tindakan merendahkan diri (penundukan diri) dan merupakan prinsip dari sebuah
ketaatan. Semua itu terjadi dalam rangka penggenapan nubuat. Kata yang menarik disini
ialah kata MENGGENAPI. Kata ini berasal dari istilah Yunani Plerosai (to make full=
menggenapi; to complete= apa yang telah direncanakan harus diselesaikan) yang
merupakan verb aorist infinitive dari plero, yang menyatakan “suatu perbuatan yang hanya
satu kali saja di lakukan dan inilah waktu atau kesempatan untuk menggenapinya.
Pentingnya penggenapan inilah yang membuat Yohanes mengambil langkah untuk
menuruti permintaan Yesus yang sebenarnya bagi Yohanes hal itu merupakan suatu
tindakan yang tidak selayaknya atau sepatutnya ia lakukan. Perlu untuk kita pahami,
bahwa penggenapan merupakan inti dari ketaatan Yesus dan Yohanes, karena itulah
tujuan Allah mengutus Yohanes sebagai pembuka jalan bagi kedatangan Sang Raja untuk
memulai drama penebusan-Nya di dunia yang berdosa. Otoritas Allah terkandung dalam
istilah (penggenapan) ini, sehingga mau tidak mau harus ditaati. Oleh karena itulah, maka
Sekalipun saat itu Yohanes tidak menyetujui ide penundukan Yesus, ia dapat menerima hal
itu tersebut dan mengambil peran di dalamnya.
Secara sederhana dapat saya simpulkan, bahwa” Yang lebih besar tunduk dan
memohon pada yang lebih kecil untuk menerimanya di dalam pelayanannya yang
lebih kecil itu. Kalau kita bisa belajar dari semangat itu, maka kita akan bisa memahami
semangat dari Filipi pasal 2 yang merupakan intisari dari seluruh Kristologi (doktrin
mengenai Pribadi Kristus di dalam Perjanjian Baru).
Mari kita melihat pada Filipi 2:5- 11. Paulus membuka uraian tentang Kristus dengan
penekanan pada penerapan praktis, bukan teologis, “Hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama, memiliki pikiran dan perasaan yang ada dalam Kristus Yesus, yang walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri- Nya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba (seorang ‘budak’ yang tidak memiliki hak apa- apa sama sekali. Dia
melepaskan semua haknya), dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan
sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri- Nya dan taat sampai mati (seolah- olah
menjadi hamba masih belum cukup, dia menjadi taat sampai mati. Dan mati saja masih
belum cukup), bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan
Dia dan mengaruniakan kepada- Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama
Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di
bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan(Lord),” bagi
kemuliaan Allah, Bapa!Yesus tidak takut disalah- pahamiDalam menjalankan hal yang
satu ini, Yesus membiarkan dirinya terbuka terhadap kesalahpahaman. Kesalahpahaman
yang sangat serius sehingga mungkin bisa melumpuhkan pelayanannya. Apa yang saya
maksudkan? Dia bisa saja disalahpahami sebagai orang berdosa sama seperti orang lain
yang datang untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Dia menempatkan diri-Nya di antara
para pendosa! Orang mungkin akan berkata, “Yah, jika engkau menerima baptisan
Yohanes, mungkin lebih baik kalau kami belajar dibawah kaki Yohanes karena engkau
mengakui kebesaran Yohanes dengan menerima baptisannya.” Murid- muridnya, jika Yesus
pada saat itu sudah mempunyai murid, bisa dengan mudah berpaling dan berkata, “Nah,
kami akan mengikut Yohanes.” Atau bisa saja orang banyak tidak mau mendengar
pemberitaannya karena kesalahpahaman ini. Tindakannya memang terlihat seperti
mengakui bahwa dia adalah orang berdosa karena dia menerima baptisan pertobatan.
Tetapi Yesus tidak takut disalahpahami.
Begitu juga ketika kita melayani Yesus, mungkin kita juga juga akan menghadapi kesalah
pahaman. Sekalipun motivasi kita murni, kita tetap akan disalah- pahami. Khotbah saya atau
kitapun bisa disalah- pahami sekalipun niat kita baik.
Namun bagi Yesus, itu bukan masalah. “Aku akan menerima baptisan ini karena aku
mau menggenapi semua kebenaran.” Yesus sangat peduli pada kebenaran.
Sudahkah kita memiliki kerendahan hati yang tunduk seperti ini? jika belum,
janganlah masuk ke dalam pekerjaan Tuhan karena tidak akan ada masa depan
buat saudara.
Marilah kita belajar sikap hati yang menundukkan diri yang tidak berpikir, “Aku lebih besar
daripada kamu.” Yesus Kristus mungkin boleh berpikir seperti itu, tetapi Ia tidak
melakukannya, maka kita pun tidak boleh berpikir seperti itu. Marilah kita selalu berdoa dan
memperlakukan orang lain sebagai orang yang lebih baik daripada kita. Inilah sikap hati
yang menundukkan diri. Perhatikanlah kerendahan hati Yesus saat dia datang kepada
Yohanes Pembaptis. Dia rela datang kepada Yohanes Pembaptis dan minta untuk dibaptis.
Sungguh luar biasa sekali! Semakin saya renungkan – Anak Allah menerima baptisan dari
seorang yang berdosa – semakin saya merendahkan diri!
Lalu bagaimana dengan resiko disalahpahami? Jika kita melangkah bersama dengan
Allah, percayakanlah pada- Nya untuk mengatasi segala kesalahpahaman. Percayalah
bahwa Dia akan menanganinya dan Dia pasti akan mengerjakan serta menggenapinya
dalam kehidupan kita.
3. DIMULIAKAN OLEH TUHAN ayat 16-17 (Akibat dari kerinduan untuk melakukan
kehendak Allah Bapa dan merendahkan diri)
Ayat 16 dan 17 merupakan bagian yang menjelaskan tentang kemuliaan yang Yesus terima
dari Allah Bapa sebelum Ia memulai pelayanan-Nya. Dimulai dengan turunnya Pribadi
Ketiga (Roh Kudus) dari Allah Tritunggal untuk memberikan kuasa kepada Yesus. Turunnya
Roh Kudus merupakan suatu penglihatan yang luar biasa, karena penglihatan tersebut
membawa Yohanes sampai pada inti dari suatu pengenalan yang benar tentang Yesus
sesuai dengan yang difirmankan sebelumnya oleh Allah (Yoh. 1:32-33). Lebih luas lagi,
tujuan Roh Kudus turun ke atas Yesus untuk memperlengkapi-Nya dengan kuasa untuk
melaksanakan karya penebusan-Nya bagi dunia yang berdosa.
Kemudian Allah menyatakan perkenan-Nya atas Yesus dengan suara yang terdengar dari
sorga (ayat 17). Pernyataan Bapa mengenai identitas Yesus menegaskan bahwa Dia bukan
manusia biasa yang menerima baptisan dengan makna yang sama seperti yang lain. Dialah
inti berita yang disampaikan para nabi. Penegasan bahwa Yesus adalah Anak Allah
menyatakan betapa pentingnya Yesus bagi Allah. Itu berarti orang yang menerima Yesus
diperkenan Allah, sebaliknya orang yang menolak Yesus tidak menyenangkan hati Allah.
Kiranya melalui pernyataan Bapa tersebut keyakinan kita akan ke-Ilahi-an Yesus makin
kokoh sehingga tiap aspek hidup kita hanya berpusat kepada Dia.
KESIMPULAN
Dari apa yang telah diuraikan, saya menyimpulkan khotbah saya dalam beberapa poin,
yaitu:

1. Ketaatan menuntut adanya semangat untuk melakukan kehendak Allah. Siapa pun kita dan
apapun status kita, ketaatan harus menjadi bagian dari hidup kita. kita harus memiliki hasrat
untuk taat melakukan kehendak Tuhan. sebab untuk tujuan itulah kita di panggil menjadi
hamba Tuhan.
2. Ketaatan menuntut kita untuk merendahkan diri. Kehendak kita harus tunduk di bawah
kehendak Allah.
3. Akhirnya, tujuan dari semua itu agar melalui semua itu, kita dimuliakan dan melalui kita
kemuliaan Tuhan terpancar bagi orang-orang di sekitar kita (dalam studi dan pelayanan kita).

Yesus telah melakukan semua itu dan Ia telah mendapat bagian yang penting dalam
rencana Allah. Marilah kita meneladani apa yang telah Yesus lakukan

Anda mungkin juga menyukai