SINDROM NEFROTIK
OLEH:
PEMBIMBING:
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) merupakan kumpulan manifestasi klinis yang ditandai dengan
(hipoalbuminemia) dan akhirnya mengakibatkan edema. Dan hal ini berkaitan dengan
Sindrom Nefrotik pada anak dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih banyak terjadi
pada usia 1-2 tahun dan 8 tahun.(2). Pada anak-anak yang onsetnya dibawah usia 8 tahun, ratio
antara anak laki-laki dan perempuan bervariasi dari 2 : 1 hingga 3 : 2. Pada anak yang lebih
tua, remaja dan dewasa, prevalensi antara laki-laki dan perempuan kira-kira sama. Data dari
International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) menunjukkan bahwa 66% pasien
dengan minimal change nephrotic syndrome (MCNS) dan focal segmental glomerulosclerosis
Di Amerika Serikat, Sindrom Nefrotik merupakan suatu kondisi yang jarang terjadi.
Dari seluruh pengalaman praktek, ahli pediatri hanya menemukan 1-3 pasien dengan kondisi
seperti ini. Dilaporkan angka kejadian tahunan rata-rata 2-5 per 100.000 anak dibawah usia 16
tahun. Prevalensi kumulatif rata-rata adalah kira-kira 15,5 per 100.000 individu.(1)
Sindrom Nefrotik bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi merupakan
suatu petunjuk awal adanya kerusakan pada unit filtrasi darah terkecil (glomerulus) pada
ginjal, dimana urine dibentuk.(2). Sekitar 20% anak dengan Sindrom Nefrotik dari hasil biopsi
ginjalnya menunjukkan adanya skar atau deposit pada glomerulus. Dua macam penyakit yang
paling sering mengakibatkan kerusakan pada unit filtrasi adalah Glomerulosklerosis Fokal
2
Segmental (GSFS) dan Glomerulonefritis Membranoproliferatif (GNMP). Seorang anak yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sindrom nefrotik (SN) adalah suatu gambaran klinik glomerular yang ditandai dengan
edema anasarka (seluruh tubuh), proteinuria massif ≥ 3,5 gr/hari, hipoalbuminemian 3,5 gr/dL,
glomeroluos.
Batasan:
a. Remisi: proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2 LPB/jam) 3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu
3
b. Relaps: proteinuria ≥ 2+ (proteinuria >40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam
1 minggu
c. Relaps jarang: relaps kurang dari 2 x dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau
kurang dari 4 x per tahun pengamatan
d. Relaps sering (frequent relaps): relaps ≥ 2 x dalam 6 bulan pertama setelah respons
awal atau ≥ 4 x dalam periode 1 tahun
Penyebab Sindrom Nefrotik secara pasti belum diketahui, namun akhir-akhir ini
Sindroma nefrotik infantil adalah sindrom nefrotik yang terjadi pada usia tiga bulan
sampai satu tahun, sedangkan jika terjadi sebelum usia tiga bulan disebut sebagai sindrom
nefrotik kongenital.
Sangat jarang ditemukan, sindrom ini dapat disebabkan nail patella syndrome,
sindrom hemolitik uremik, dan infeksi seperti sifilis, virus sitomegalo, hepatitis, rubella,
malaria, dan toksoplasmosis. Prognosis sindrom nefrotik infantil umumnya buruk tetapi
ini dapat timbul dalam beberapa hari atau minggu setelah lahir. Prognosisnya jelek
4
1. Sindroma Nefrotik Primer/Idiopatik
berhubungan dengan kelainan primer glomerulus dengan sebab yang tidak diketahui.
Beberapa jenis glomerulonefritis primer merupakan penyebab dari 78% sindrom nefrotik
pada orang dewasa dan 93% pada anak-anak. Pada 22% orang dewasa keadaan ini
disebabkan oleh gangguan sistemik (terutama diabetes, amiloidosis dan thrombosis vena
renalis) dimana ginjal terlibat secara sekunder atau karena mengalami respon abnormal
terhadap obat atau allergen lain. Penyebab SN yang paling sering semua tipe adalah
ditemukan deposit immunoglobulin kecuali pada tipe lesi minimal yang masih
kontroversi. Berdasarkan kelainan histopatologi yang tampak pada biopsy ginjal, maka
Merupakan penyebab utama SN pada anak-anak, pada dewasa hanya 20%. Dengan
mikroskop biasa tidak tampak kelainan yang jelas pada glomerulus sedangkan ada
mikroskop elektron dapat dilihat sel epitel kapiler glomerulus yang membengkak dan
bervakuol. Fungsi ginjal biasanya tidak banyak terganggu dan tidak ada hipertensi.
Penampakan yang tidak biasa yaitu hipertensi (30% pada anak-anak dan 50% pada
dewasa), hematuri (20% pada anak-anak dan 30% pada dewasa) dan penurunan fungsi
5
c. Glomerulonefritis proliferative mesangial
Biasa ditemukan pada anak besar dan orang dewasa muda. Perjalanan penyakit
progresif lambat, tanpa remisi dan berakhir dengan payah ginjal. Ciri khasnya adalah
Jarang menjadi penyebab SN pada anak tetapi sering pada dewasa. Hampir
semua pada orang dewasa. Pada mikroskop biasa terlihat gambaran penebalan dinding
kapiler, pada mikroskop electron terlihat kelainan membrane basalis. Kelainan ini
jarang memberikan respon terhadap steroid dan prognosis mortalitas lebih kurang
50%.4
2.3 Patofisiologi
a. Proteinuria1,3
Perubahan patologis yang mendasari pada sindrom nefrotik adalah proteinuria, yang
proteinuria belum diketahui benar. Salah satu teori yang dapat menjelaskan adalah hilangnya
muatan negatif yang biasanya terdapat di sepanjang endotel kapiler glomerulus dan membran
basal. Hilangnya muatan negatif tersebut menyebabkan albumin yang bermuatan negatif
6
Beberapa faktor yang turut menentukan derajat proteinuria yaitu :
b. Hipoalbuminemia 1,3
Hipoalbuminemia merupakan salah satu gejala dalam menegakkan diagnosis SN, yaitu
kadar albumin plasma kurang dari 3,5 gr/dL. Adapun akibat utama dari proteinuria yang hebat.
Sembab muncul akibat rendahnya kadar albumin serum yang menyebabkan turunnya tekanan
onkotik plasma dengan konsekuensi terjadi ekstravasasi cairan plasma ke ruang interstitial.
Keadaan ini menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan menembus dinding kapiler dari ruang
c. Edema 1,3,6
timbulnya retensi air dan natrium di renal. Retensi natrium dan air ini timbul sebagai usaha
kompensasi tubuh untuk menjaga agar volume dantekanan intravaskuler tetap normal. Retensi
tekanan onkotik plasma yang pada akhirnya mempercepat ekstravasasi cairan ke ruang
7
interstitial. Berkurangnya volume intravaskuler merangsang sekresi renin yang memicu
diuretik hormon) dengan akibat retensi natrium dan air, sehingga produksi urine menjadi
berkurang, pekat dan kadar natrium rendah. Hipotesis ini dikenal dengan teori underfill.1
Dalam teori ini dijelaskan bahwa peningkatan kadar renin plasma dan aldosteron
adalah sekunder karena hipovolemia.Tetapi ternyata tidak semua penderita sindrom nefrotik
peningkatan volume plasma dan penurunan aktivitas renin plasma dan kadar aldosteron,
Menurut teori ini retensi renal natrium dan air terjadi karena mekanisme intrarenal
primer dan tidak tergantung pada stimulasi sistemik perifer. Retensi natrium renal primer
sebagai akibat overfilling cairan ke dalam kompartemen interstitial. Teori overfill ini dapat
menerangkan volume plasma yang meningkat dengan kadar renin plasma dan aldosteron
8
Gambar 1. Mekanisme edema pada sindrom nefrotik1
d. Hiperlipidemia1,3
hiperlipidemia pada SN dihubungkan dengan peningkatan sintesis lipid dan lipoprotein hati,
dan menurunnya katabolisme. Tingginya kadar LDL pada SN disebabkan peningkatan sintesis
hati tanpa gangguan katabolisme. Peningkatan sintesis hati dan gangguan konversi VLDL dan
IDL menjadi LDL menyebabkan kadar VLDL tinggi pada SN. Menurunnyaaktivitas enzim
LPL ( lipoprotein lipase ) diduga merupakan penyebab berkurangnya katabolisme VLDL pada
SN. Peningkatan sintesis lipoprotein hati terjadi akibat tekanan onkotik plasma atau viskositas
yang menurun. Sedangkan kadar HDL turun diduga akibat berkurangnya aktivitas enzim
9
LCAT ( lecithin cholesterol acyltransferase ) yang berfungsi sebagai katalisasi pembentukan
HDL. Enzim ini juga berperan mengangkut kolesterol dari sirkulasi menuju hati untuk
katabolisme. Penurunan aktivitas LCAT diduga terkait dengan hipoalbuminemia yang terjadi
pada SN.
e. Lipiduria6
Lipiduria sering ditemukan pada SN dan ditandai dengan akumulasi lipid pada debris
sel dan cast seperti badan lemak berbentuk oval dan fatty cast. Lipiduria dikaitkan dengan
proteinuria daripada dengan hiperlipidemia. Sumber lemak ini berasal dari filtrate lipoprotein
Edema merupakan gejala utama dan tidak jarang merupakan keluhan satu-satunya dari
SN. Timbul terutama pagi hari dan hilang pada siang hari. Edema menetap setelah beberapa
minggu atau bulan. Lokasi edema biasanya mengenai kelopak mata, tungkai, perut, thorak dan
genitalia. Pada SN dengan hipoalbuminemia berat edema akan mengenai seluruh tubuh yang
Gangguan gastrointestinal sering ditemukan dalam perjalan penyakit SN. Diare sering
dialami pasien dalam keadaan edema yang masif dan keadaan ini rupanya tidak berkaitan
dengan infeksi namun diduga penyebabnya adalah edema dimukosa usus. Hepatomegali dapat
ditemukan dipemeriksaan fisik, hal ini dimungkinkan terjadi dikarenakan sintesis albumin
2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
10
Keluhan utama berupa bengkak yang tampak di sekitar mata dan ekstremitas bawah dengan
jenis pitting edema. Seiring berjalannya waktu edema menjadi umum dan terjadi peningkatan
berat badan
b. Pemeriksaan fisis
Perkusi : dapat timbul asites pada abdomen (shifting dullness), efusi pleura
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan faal ginjal, ureum meningkat jika terjadi keseimbangan nitrogen negatif
2) Pemeriksaan urin
11
2.6 .Penatalaksanaan Sindrom Nefrotik
A .Non Farmakologis1
1. Diet
Tinggi protein dan rendah garam (pada stadium edema dan selama pemberian
kortikosteroid
Untuk mengatasi penyulit, pada stadium edema, ada hipertensi, ada bahaya trombosis,
apabila relaps
B. Farmakologis1,3
1. Diuretika
2. Prednison
induksi: 2 mg/kgBB/24 jam dibagi 3 dosis selama 4 minggu (maksimal 80 mg/24 jam). Bila
terjadi remisi : 2 mg/kgBB/24 jam dosis tunggal tiap pagi, tiap 48 jam sekali selama 4
minggu. Tapering off dosis dikurangi 0,5 mg/kgBB setiap 2 minggu, selama 2-4 bulan
3. Sitostatika
Alkylating agent : siklofosfamid 2 mg/kgBB/24 jam dibagi 3 dosis selama 6-8 minggu
4. Golongan statin yang bekerja untuk menurunkan kolesterol darah, contohnya lovastatin dan
simvastatin.
12
2.7 Komplikasi8
1. Kelainan koagulasi dan timbulnya trombosis. Dua mekanisme kelainan hemostasis pada
sindrom nefrotik:
hilangnya protein didalam urin seperti AT III, protein S bebas, plasminogen dan
antiplasmin.
sintesis protein prokoagulan karena hiporikia dan tertekannya fibrinolisis. Aktivasi sistem
hemostatik didalam ginjal dirangsang oleh faktor jaringan monosit danoleh paparan
bronkopneumonia,TBC. Erupsi erisipelas pada kulit perut atau paha sering ditemukan.
Pinggiran kelainan kulit ini biasanya batasnya tegas, tapi kurang menonjol seperti
erisipelas dan biasanya tidak ditemukan organisme apabila kelainan kulit dibiakkan.
3. Gangguan tubulus renalis : gangguan klirens air bebas pada pasien sindrom nefrotik
hantaran natrium dan air ke ansa henle tebal.Gangguan pengasaman urin ditandai dengan
4. Gagal ginjal akut. Terjadi bukan karena nekrosis tubulus atau fraksi filtrasi berkurang, tapi
karena edema interstisial dengan akibatnya meningkatnya tekanan tubulus proksimalis yang
13
5. Anemia hipokrom mikrositik, karena defisiensi Fe yang tipikal, namun resisten terhadap
pengobatan preparat Fe.Hal ini disebabkan protein pengangkut Fe yaitu transferin serum
6. Peritonitis. Adanya edema di mukosa usus membentuk media yang baik untuk
pneumonia, E.coli.
7. Gangguan keseimbangan hormon dan mineral karena protein pengikat hormon hilang dalam
urin. Hilangnya globulin pengikat tiroid (TBG) dalam urin pada beberapa pasien sindrom
nefrotik dan laju ekskresi globulin umumnya berkaitan dengan beratnya proteinuria.
2.8 Prognosis8
Prognosis makin baik jika dapat di diagnosis segera. Pengobatan segera dapat
mengurangi kerusakan glomerolus lebih lanjut akibat mekanisme kompensasi ginjal maupun
proses autoimun. Prognosis juga baik bila penyakit memberikan respons yang baik terhadap
kortikosteroid dan jarang terjadi relaps. Terapi antibakteri dapat mengurangi kematian akibat
infeksi, tetapi tidak berdaya terhadap kelainan ginjal sehingga akhirnya dapat terjadi gagal
dengan kortikosteroid.
14
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
1. Identitas penderita :
Nama : Riko Junaidi
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 158 cm
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tabiang pauh, Kamang Mudiak, Agam
Kebangsaan : Indonesia
MRS : 5 Januari 2015
2. Identitas orang tua/wali :
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Usia : 55 Tahun
Pendidikan : SD
Usia : 50 Tahun
15
II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : bertambah sembab sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Pasien merasakan sembab pada kedua kelopak mata, dan wajah sejak 1 minggu
yang lalu. Sembab seluruh tubuh sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
kejang
Batuk sejak 2 hari SMRS, batuk kering, tidak berdahak, tidak berdarah
Mual dan muntah sejak 1 hari SMRS, frequensi ± 3 kali, volume ± ¾ gelas berisi
apa yang dimakan dan diminum, tidak berdarah, dan tidak menyemprot.
Riwayat buang air kecil seperti air cucian daging tidak ada
16
2. Riwayat penyakit dahulu :
Anak telah menderita penyakit ini sejak tahun 2010, yaitu sejak 5 tahun yang lalu.
- Tahun 2010 sakit yang pertama dirawat di RSUD Dr. Achmad Mochtar
- Tahun 2013 sakit yang kedua dirawat di RSUD Dr. Achmad Mochtar selama
15 hari.
- Tahun 2014 sakit yang ketiga dirawat di RSUD Dr. Achmad Mochtar selama
20 hari
Lingkar kepala : 35 cm
Penolong : Bidan
Riwayat Neonatal :
4. Saudara Kandung
17
- Robi Arrianto, Laki-laki, 19 tahun, sehat
6. Riwayat imunisasi
7. Riwayat perkembangan :
Tengkurap : 6 bulan
Duduk : 8 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 1 tahun
8. Makanan :
Anak mendapatkan ASI sejak lahir sampai usia 2 tahun. Saat usia 1 tahun anak mulai
makan bubur SUN sampai usia 1,5 tahun. Pada usia 1,5-2 tahun anak makan nasi tim.
Usia 2 tahun sampai sekarang anak makan nasi biasa, dengan frekuensi 3 kali sehari.
18
9. Riwayat keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
Ibu tamatan SD, pekerjaan ibu rumah tangga, ayah tamatan SD, pekerjaan petani
WC dalam rumah
Sampah dibakar
Pekarangan luas
1. Pemeriksaan Umum
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36.7o C
Pernafasan : 24 x/menit
Berat badan : 52 kg
19
Edema : tidak ada
2. Kulit :
4. Kepala :
5. Rambut :
6. Mata :
Konjungitva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, diameter pupil
7. Telinga
8. Hidung :
Bentuk simetris, pernafasan cuping hidung tidak ada, epistaksis tidak ada, sekret
tidak ada
9. Tenggorokan :
10. Mulut :
11. Leher :
JVP 5-2cmH2O
20
12. Thorak :
a. Dinding dada/paru :
Pernafasan : abdominal-torakalis
Perkusi : Sonor
b. Jantung :
c. Abdomen
13. Punggung :
21
15. Anus :
Akral hangat, perfusi baik, refleks fisiologi (+/+), refleks patologis (-/-)
Mikroskopik :
Leukosit : 0-1/ lpb
Eritrosit : 0-1 / lpb
Epitel : (+) pH : 6.5
Kristal : (-) Protein : +4
Silinder : (-) Urobilinogen : (-)
22
Granular : (-) Bilirubin : (-)
Glukosa : (-)
V. DIAGNOSA
VI. PENATALAKSANAAN
Bedrest
Diet: kebutuhan kalori 1600 kalori
Garam 1g//hari
Protein 60 g
IVFD Albumin 3 kolf
Furosemid 2x 1 tab
Captopril 2x 18.75 mg
Prednison 3x 5 tab
KCl 1x 500 mg
Ceftriaxon 1x 1g
VII. PROGNOSIS
VIII. PENCEGAHAN
2. Pada orangtua diberikan penerangan yang cukup mengenai semua risiko yang
mungkin terjadi dan mengenai diet anak, yakni menghindari makanan yang banyak
23
IX. FOLLOW UP
Lingkar perut 84 cm 74 cm 74 cm
BAB IV
Diskusi
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 15 tahun datang ke rumah sakit
didapatkan :
Pasien merasakan sembab pada kedua kelopak mata, dan wajah sejak 1 minggu
yang lalu. Sembab seluruh tubuh sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
kejang
Batuk sejak 2 hari SMRS, batuk kering, tidak berdahak, tidak berdarah
24
Mual dan muntah sejak 1 hari SMRS, frequensi ± 3 kali, volume ± ¾ gelas berisi
apa yang dimakan dan diminum, tidak berdarah, dan tidak menyemprot.
Berdasarkan hal diatas diagnosa sementara yang dapat ditegakkan adalah sindrom
nefrotik (SN). Untuk lebih memastikannya maka dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
diperoleh hasil :
nefrotik. Hal ini sesuai dengan definisi dari SN yaitu keadaan klinis yang terdiri dari edema
proteinuria. Untuk lebih memastikan tipe dari SN ini adalah dengan melakukan biopsi ginjal.
Namun pemeriksaan ini tidak dilakukan dan tidak dijumpai hematuria makroskopik.
SN pada kasus ini didiagnosa banding dengan GNA karena gejala klinis yang
ditimbulkan sama yakni berupa edema. Pada anak ini ditemukan . Sesuai dengan teori di atas
hipertensi lebih sering terjadi pada GNA. Namun pada literatur lain dinyatakan bahwa
hipertensi ringan sedang sering ditemukan pada SN dan menjadi normotensi bersamaan
dengan peningkatan diuresis. Hal ini berbeda dengan hipertensi pada GNA, dimana sering
Penatalaksanaan pada kasus ini secara non medikamentosa dengan bedrest total, diet
TKTPRG (tinggi kalori tinggi protein dan rendah garam). Sedangkan secara medikamentosa
IVFD Albumin 3 kolf karena pada pasien tampak edema anasarka, Furosemid 2x 15 g sebagai
diuretik untuk mengurangi edema, Captopril 2x 12.5 mg untuk mengatasi hipertensi,
Prednison 3x 5 tab, KCl 1x 500 mg, Ceftriaxon 1x 1g
25
Pada orang tua pasien disarankan pada anak tetap dianjurkan untuk tidak memberikan
makanan yang banyak mengandung garam serta makanan yang berlemak kepada anaknya,
serta lebih banyak memberikan makanan yang mengandung protein seperti putih telur, tahu
DAFTAR PUSTAKA
1. Prodjosudjadi W.2006. Sindrom Nefrotik dalam Aru, Bambang S; Idrus A; Marcellius S.K;Siti
S. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam
2. Wirya I.W. Sindroma nefrotik Dalam : Alatas H dkk, editor. Nefrologi Anak: Jakarta: IDAI,
2002.381-426.
3. Braunwald E. 2008. Syndrome Nefrotic dalam Anthony S.F;Eugene B ; Dennis L; Kasper S.L.
26
4. Orth S.R & Berhard E.1998. The Nephrotic Syndrome. NEJM. Volume 338. No.17. Hal 1202-
11
5. Sukandar E, Sindroma Nefrotik. Nefrologi Klinik edisi II. Bandung: ITB, 1997
DuniaKedokteran No. 150, 2006 53. Website: kalbe farma. [cited 2010, Nov 28].
available:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/18_150_SindromaNefrotikPatogenesis.pdf/18_1
50_SindromaNefrotikPatogenesis.html
8. Hull PR. Goldsmith DJ. Nephrotic syndrome in Adult [clinical review]. 2008:vol.336.Website:
27