Anda di halaman 1dari 16

BAB.

I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Otonomi berasal dari kata Yunani yaitu outos dan nomos, outos berarti
“sendiri” dan nomos berarti “perintah”. Sehingga otonomi bermakna “memerintah
sendiri”, yang dalam wacana administrasi publik otonomi sering disebut sebagai
local self government. Otonomi merupakan manifestasi dari proses pemberdayaan
rakyat dalam kerangka demokrasi dimana daerah kabupaten/kota yang merupakan
unit pemerintahan terdekat dengan rakyat diberikan keleluasaan untuk
berekspresi. Pemberian otonomi yang luas kepada daerah juga untuk
memperlancar, mengembangkan dan memacu pembangunan di daerah,
memperluas peran serta masyarakat serta lebih meningkatkan pemerataan
pembangunan dengan mengembangkan dan memanfaatkan potensi daerah.
Sehingga kesenjangan antar daerah dapat dikurangi karena masing-masing daerah
akan membuka wawasan untuk membangun dan bekerja sama dengan pihak lain,
baik swasta maupun luar negeri.
Selanjutnya, Pembentukan daerah merupakan pemberian status pada
wilayah tertentu sebagai daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota. Sedangkan
pemekaran daerah merupakan pemecahan daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota
menjadi lebih dari satu daerah. Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang

Pemerintahan Daerah, pembentukan suatu daerah otonom baru


dimungkinkan dengan memekarkan daerah setelah memenuhi syarat-syarat
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah
penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan
terselenggaranya otonomi daerah. Dengan demikian, luas daerah adalah salah satu
syarat pembentukan dan pemekaran daerah.
Dalam pelaksanaannya, Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan Otonomi Khusus adalah kewenangan khusus
yang diakui dan diberikan kepada daerah khusus, untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
dan hak-hak dasar masyarakat. Adapun daerah-daerah yang diberikan otonomi
khusus ini adalah :
1. Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Provinsi Aceh.
4. Provinsi Papua

2. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dijelaskan dalam latang belakang tersebut, adapun
rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Otonomi Daerah dan Otonomi Khusus?
2. Dasar hukum Otonomi Daerah.
3. Bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah di Jawa Barat dan Aceh .
4. Tujuan Otonomi Daerah.
5. Kriteria pemberian otonomi khusus.
6. Apa perbedaan Otonomi Daerah dengan Otonomi Khusus?

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan dalam makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa pengertian Otonomi, Otonomi Daerah, dan Otonomi
Khusus.
2. Untuk mengetahui dasar hukum tentang otonomi dalam karangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Untuk mengetahui seperti apa pelaksanaan Otonomi di Negara Indonesia.
4. Untuk mengetahui tujuan otonomi daerah
BAB. II
PEMBAHASAN
I. OTONOMI DAERAH
1. Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Secara bahasa, otonom adalah berdiri sendiri atau dengan pemerintahan
sendiri. Sedangkan daerah adalah suatu wilayah atau lingkungan pemerintah.
Dengan demikian pengertian secara istilah otonomi daerah adalah
wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola
untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri. Pengertian yang lebih
luas lagi adalah wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur
dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai
dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk
pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat
daerah lingkungannya.
Pengertian lain tentang otonomi daerah yaitu adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi
kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan
bahan, dan kemampuan dalam berorganisasi. selain berlandaskan pada acuan
hukum, pelaksanaan otonomi daerah juga sebagai implementasi tuntutan
globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan
yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur,
memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-
masing.
Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu, seperti politik
luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. Bidang-
bidang tersebut tetap menjadi urusan pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi
daerah berdasar pada prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan, dan
keanekaragaman.

2. Dasar Hukum Otonomi Daerah


Otonomi Daerah berpijak pada dasar Perundang-undangan yang kuat, yaitu
sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan
Otonomi Daerah, Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya
Nasional yg Berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah
dalam Kerangka NKRI.
3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan
dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
4. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
3. Tujuan Otonomi Daerah
Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
b. Pengembangan kehidupan demokrasi.
c. Keadilan nasional.
d. Pemerataan wilayah daerah.
e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar
daerah dalam rangka keutuhan NKRI.
f. Mendorong pemberdayaaan masyarakat.
g. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta
masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang
meliputi: tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang ingin
diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah
upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan administratif yang ingin dicapai
melalui pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya pembagian urusan
pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan, serta
pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan
ekonomi yang ingin dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia
adalah terwujudnya peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai indikator
peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

4. Pelaksanaan Otonomi Daerah Provinsi Jawa Barat


Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam
rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat
disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-
masing.
Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2004, Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak
sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan
penyelenggaraan otonomi daerah sehingga digantikan dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk
membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi
hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan
dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah
bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja
dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan.
Untuk mencapai tujuan maka di tahun 2018 Provinsi Jawa Barat
mengeluarkan 11 program dalam pelaksanaan otonomi daerahnya.
Kesebelas program prioritas tersebut, diantaranya:
1. Akses dan kualitas pendidikan serta keagamaan;
2. Akses dan kualitas pelayanan kesehatan;
3. Penyediaan infrastruktur layanan dasar permukiman dan infrastruktur
strategis di perkotaan dan perdesaan;
4. Peningkatan iklim investasi, daya saing usaha, dan pariwisata;
5. Peningkatan ketahanan pangan, energi, dan sumber daya air;
6. Peningkatan kapasitas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) dan
Daya Saing Industri;
7. Politik Hukum dan Tata Kelola Pemerintahan;
8. Pengelolaan sumber daya alam, lingkungan hidup, dan penanggulangan
bencana;
9. Penanggulangan kemiskinan;
10. Peningkatan penataan ruang daerah; dan
11. Peningkatan kualitas kependudukan.

Untuk memenuhu tujuan prioritas pembangunan daerah tersebut anggarannya


berdasarkan kebijakan belanja daerah tahun 2018. Upaya kebijakan belanja daerah
tersebut dilakukan secara akuntabel, proporsional, efisien, dan efektif. Adapun
kebijakan belanja daerah untuk tahun 2018 sebagai berikut:

1) Pelaksanaan RPJMD Tahun 2013-2018, 11 Prioritas Pembangunan Jawa


Barat Tahun 2018, Pemenuhan Sustainable Development Goals (SDGs),
penanggulangan kemiskinan, serta penuntasan janji Gubernur;
2) Dukungan kepada RPJMN Tahun 2015–2019 dan Rencana Kerja Pemerintah
Tahun 2018;
3) Penggunaan dana fungsi pendidikan 20% dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah;
4) Penggunaan dana fungsi kesehatan 10% dalam rangka peningkatan fungsi
kesehatan;
5) Penggunaan dana fungsi infrastruktur 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota,
dialokasikan untuk mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta
peningkatan moda dan sarana transportasi umum sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009;
6) Bantuan keuangan kabupaten/kota, bantuan desa, hibah, bansos, dan subsidi;
7) Penggunaan Dana DAK, DBHCHT, BOS Pusat, Pajak Rokok;
8) Pendukungan untuk optimalisasi penggunaan aset milik daerah;
9) Pendukungan penyelenggaraan Asian Games Tahun 2018; dan
10) Pembangunan dan pengembangan pusat pelayanan publik dan sosial.

A. Otonomi Kota Bandung


Pada hakekatnya desentralisasi adalah otonomisasi suatu
masyarakat yang berada dalam teritoir tertentu. Sebagai pancaran paham
kedaulatan rakyat, tentu otonomi diberikan oleh Pemerintah kepada
masyarakat dan sama sekali bukan kepada daerah ataupun Pemerintah
Daerah. Ketegasan pernyataan otonomi milik masyarakat dan masyarakat
sebagai subjek dan bukan objek otonomi perlu dicanangkan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah.
Di Kota Bandung sendiri telah hadir berbagai kebijakan untuk
membangun dan mengatur daerahnya demi kemajuan Kota Bandung
sendiri. Terlebih ketika pada tahun 2004 terjadi revisi terhadap UU N0.
22/1999 yaitu dengan terbitnya Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Dalam UU Pemerintahan Daerah yang baru (UU
No. 32/2004) kewenangan pemerintahan di bidang pertanahan tetap
diserahkan kepada Daerah Otonom. UU No. 32/2004 mewajibkan
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan urusan di bidang
pelayanan pertanahan sebagai bagian dari pelaksanaan otonomi daerah dan
merupakan urusan yang bersifat wajib karena sangat mendasar yang
berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara. Oleh karena itu
Pemerintah Daerah wajib memberikan pelayanan kepada masyarakat
berkaitan dengan pengurusan di bidang pertanahan. Namun di sisi lain
Pemerintah belum menuntaskan regulasi penyerahan kewenangan di
bidang pelayanan pertanahan melalui peraturan pelaksana
Urusan di bidang pelayanan pertanahan merupakan urusan yang
wajib dilaksakan oleh Pemerintah Daerah, baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota sesuai skala masing-masing daerah. Dalam Pasal 14 (1)
UU No. 32 Tahun 2004 diatur 16 urusan pemerintahan yang wajib
dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota yaitu meliputi :
1. perencanaan dan pengendalian pembangunan
2. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
3. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
4. penyediaan sarana dan prasarana umum
5. penanganan bidang kesehatan
6. penyelenggaraan pendidikan
7. penanggulangan masalah sosial
8. pelayanan bidang ketenagakerjaan
9. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah
10. pengendalian lingkungan hidup
11. pelayanan pertanahan
12. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
13. pelayanan administrasi umum pemerintahan
14. pelayanan administrasi penanaman modal
15. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya
16. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-
undangan.
B. Otonomi Daerah Kabupaten Cianjur
Masalah Yang Dihadapi Oleh Kabupaten Cianjur Dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam artikel http://www.pelita.or.id/
dikemukakan bahwa terdapat masalah yang dihadapi Kabupaten Cianjur,
Jabar,yakni sepanjang musim tanam antara tahun 1997 - 2000, telah
disalurkan dana sebesar Rp354 miliar dana KUT kepada 194 koperasi,
yayasan dan lembaga swadaya. Dalam perjalanannya pelaksanaan
pengucuran KUT, ternyata banyak menimbulkan masalah. Dana Kredit
Usaha Tani yang semula bertujuan untuk kelangsungan usaha-usaha
tani,malah dimanfaatkan oleh oknum-oknum dari lembaga-lembaga
koperasi, yayasan dan lembaga swadaya masyarakat untuk mencari
keuntungan sendiri. Dalam kegiatannya,banyak di temukan adanya kasus
penyelewengan dana tersebut masuk ke kantong pejabat negeri dan pejabat
penting yang tidak bertanggung jawab.
Dalam artikel tersebut disebutkan pula pada tahun 2002 KUT di
daerah tersebut mengalami kemacetan. Hal tersebut di karenakan pada saat
jatuh tempo,sejumlah koperasi tidak sanggup untuk membayar
kreditannya. Hal itu berdampak pada dana KUT yang belum dibayar di
Kabupaten Cianjur mencapai Rp206 miliar Dengan melihat kenyataan
tersebut,jelas sekali bahwa adanya kegagalan dalam pengucuran dana
KUT dalam upaya membangun perekonomian masyarakat, karena dana
yang dikucurkan tidak mencapai sasaran.

Masalah kedua yang dihadapi Kabupaten Cianjur yaitu kurangnya


lapangan kerja untuk penduduk sekitar sehingga mengakibatkan banyak
warga yang memilih untuk menjadi TKI/TKW di Arab Saudi. Besarnya
jumlah TKI asal Cianjur khususnya TKW yang menjadi PRT,hampir
setiap setahun sekali terjadi sejumlah kasus penyiksaan tau juga sampai
kehilangan nyawa. Hal itu, sangatlah memprihatinkan dan menjadi
masalah dan beban yang cukup besar bagi pemerintah daerah
- Solusi Untuk Masalah Yang Dihadapi Oleh Kabupaten Cianjur Dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah.
1. Solusi masalah pertama.
Yakni masalah penyelewengan dana Kredit Usaha Tani. Pemerintah
daerah harus cermat dalam menangani masalah yang sedang dihadapi oleh
rumah tangganya sendiri. Setiap masalah seharusnya segera untuk
dipecahkan agar masalah tersebut tidak berlaru-larut sehingga menjadi
masalah yang besar dan sulit untuk mencari jalan keluarnya. Dan dalam
masalah penyelewengan dana KUT,Pemerintah daerah bekerjasama
dengan pihak berwenang dalam mengatasi masalah penyelewengan
tersebut. Misalnya melalui penegakan hukum seperti yang dilakukan
Kantor Kejaksaan Negeri Cianjur dan Bawasda (Badan Pengawas Daerah)
Kabupaten Cianjur.
2. Solusi kedua yakni, memberikan arahan maupun melakukan pola
pendekatan penyadaran kepada para penunggak KUT, sehingga mereka
mau mencicil,sehingga kredit tersebut bisa dilunasi.

Serta kebijakan-kebijakan lainya


TAHUN TENTANG
RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN NIEMPEKERJAKAN
2017
TENAGA KERJA ASING
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN
2017 CIANJUR NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI
RuMAH POTONG HEWAN
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN
2017 CIANJUR NOMOR 14 TAHUN 2O12 TENTANG RETRIBUSI
IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN
2017 PENDAPATAN DAN BRLANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN
2016
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HUMAN
2016 IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED
IMMUNO DEFICIENCY SYINDROME (AIDS)
2016 PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH
2016 URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN
PENATAAN PASAR RAKYAT, PUSAT PERBELANJAAN DAN
2016
TOKO SWALAYAN
TAHUN TENTANG
PENCABUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR
2016 NOMOR 12 TAHUN 2OIO TENTANG PROGRAM LEGISLASI
DAERAH
PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
2016
DAERAH KABUPATEN CIANJUR TAHUN ANGGARAN 2016

II. OTONOMI KHUSUS


1. Pengertian Otonomi Khusus
Otonomi Khusus adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan
kepada daerah khusus, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar
masyarakat. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.
Yang dimaksud satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus adalah
daerah yang diberikan otonomi khusus.

Daerah-daerah yang diberikan otonomi khusus ini adalah :


a. Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta.
b. Daerah Istimewa Yogyakarta
c. Provinsi Aceh.
d. Provinsi Papua dan Papua Barat.

2. Otonomi Daerah Provinsi Aceh


Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum
yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur.
Pengakuan Negara atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh
terakhir diberikan melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh (LN 2006 No 62, TLN 4633). Undang-Undang Pemerintahan
Aceh ini tidak terlepas dari Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding)
antara Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka yang ditandatangani pada tanggal
15 Agustus 2005 dan merupakan suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat
menuju pembangunan sosial, ekonomi, serta politik di Aceh secara berkelanjutan.
Hal-hal mendasar yang menjadi isi Undang-Undang Pemerintahan Aceh ini antara
lain:
1. Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah provinsi dalam sistem NKRI
berdasarkan UUD Tahun 1945 yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.
2. Tatanan otonomi seluas-luasnya yang diterapkan di Aceh berdasarkan Undang-
Undang Pemerintahan Aceh ini merupakan subsistem dalam sistem pemerintahan
secara nasional.
3. Pengaturan dalam Qanun Aceh maupun Kabupaten/Kota yang banyak
diamanatkan dalam Undang-undang Pemerintahan Aceh merupakan wujud
konkret bagi terselenggaranya kewajiban konstitusional dalam pelaksanaan
pemerintahan tersebut.
4. Pengaturan perimbangan keuangan pusat dan daerah tercermin melalui pemberian
kewenangan untuk pemanfaatan sumber pendanaan yang ada.
5. Implementasi formal penegakan syari’at Islam dengan asas personalitas ke-
Islaman terhadap setiap orang yang berada di Aceh tanpa membedakan
kewarganegaraan, kedudukan, dan status dalam wilayah sesuai dengan batas-batas
daerah Provinsi Aceh.

3. Kriteria Pemberian Otonomi Khusus di Indonesia


Pemberian otonomi yang berbeda atas satu daerah atau wilayah dari
beberapa daerah merupakan praktek penyelenggaraan pemerintahan yang cukup
umum ditemui dalam pengalaman pengaturan politik di banyak negara.
Pengalaman ini berlangsung baik di dalam bentuk negara kesatuan yang
didesentralisasikan, maupun dalam format pengaturan federatif. Pemberian
otonomi khusus dikelompokan dalam beberapa bagian diantaranya:
1. Dalam hal historis, yakni mendapatkan pengakuan khusus dari negara karena
asal usul kesejarahan suatu daerah.
2. Dalam hal politik diantaranya:
a. Mendapatkan pengakuan khusus dari negara karena untuk mengurangi
konflik berkepanjangan yang terjadi didalam daerah, baik Suku, Ras, Agama
dan lainnya.
b. Mendapatkan pengakuan khusus dari negara agar daerah tidak memisahkan
diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia atau dengan kata lain menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Dalam hal sosial-cultural diantaranya:
a. Mendapatkan pengakuan khusus dari negara karena untuk menghargai
budaya kental dari suatu daerah, seperti Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
yang sangat kental kebudayaan islam dipergunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Mendapatkan pengakuan khusus dari negara karena adanya kekhususan
dibidang tertentu pada daerah tersebut seperti pariwisata dan letak geografis
suatu daerah.
4. Dalam hal ekonomi yakni :
a. Mendapatkan pengakuan khusus dari negara untuk membantu ketertinggalan
suatu daerah dengan daerah lainnya, seperti Papua adalah daerah yang kaya,
namun tertinggal dalam banyak bidang seperti ekonomi, kesejahteraan
masyarakat, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
5. Dalam hal fungsional yakni:
Daerah DKI Jakarta mendapatkan pengakuan khusus dikarenakan DKI
Jakarta ini dalam kedudukannya sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan sebagai daerah otonom yang memiliki fungsi dan peran yang
penting dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun1945.
Adapun menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, kriteria dalam menetapkan kawasan khusus suatu
daerah diantaranya:

1. Kawasan Cagar Budaya


2. Kawasan Taman Nasional
3. Kawasan Pengembangan Industri Strategis
4. Kawasan Pengembangan Teknologi Tinggi (seperti pengembangan nuklir)
5. Kawasan Peluncuran Peluru Kendali
6. Kawasan Pengembangan Prasarana Komunikasi
7. Kawasan Telekomunikasi
8. Kawasan Transportasi
9. Kawasan Pelabuhan dan Daerah Perdagangan Bebas
10. Kawasan Pangkalan Militer
11. Kawasan Wilayah Eksploitasi
12. Kawasan Konservasi Bahan Galian Strategis
13. Kawasan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Nasional
14. Kawasan Laboratorium Sosial
15. Kawasan Lembaga Pemasyarakatan Spesifi

III. Perbedaan Otonomi Daerah dan Otonomi Ksusus


Perbedaan antara Otonomi Daerah dan Otonomi Khusus dapat dilihat dari dua
segi, yaitu :
1. Dari segi berlakunya otonomi,
Secara umum otonomi daerah dalam penerapannya berlaku pada semua
daerah disuatu negara, sedangkan otonomi khusus kewenangannya tidak semua
daerah yang memperolehnya melainkan karena adanya faktor-faktor tertentu yang
menyebabkan daerah tersebut memperoleh otonomi khusus.
2. Dari segi dasar hukum,
Otonomi daerah dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, diatur apa saja kewenangan, hak dan kewajiban daerah.
Sedangkan otonomi khusus dilaksanakan berdasarkan Undang-undang otonomi
khusus yang sesuai dengan daerah tersebut.

BAB. III
PENUTUP

Kesimpulan

Otonomi merupakan manifestasi dari proses pemberdayaan rakyat dalam


kerangka demokrasi dimana daerah kabupaten/kota yang merupakan unit
pemerintahan terdekat dengan rakyat diberikan keleluasaan untuk berekspresi.
Pemberian otonomi yang luas kepada daerah juga untuk memperlancar,
mengembangkan dan memacu pembangunan di daerah, memperluas peran serta
masyarakat serta lebih meningkatkan pemerataan pembangunan dengan
mengembangkan dan memanfaatkan potensi daerah.
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan Otonomi Khusus adalah kewenangan khusus yang diakui dan
diberikan kepada daerah khusus, untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak
dasar masyarakat.
Dalam pemberian otonomi khusus dikelompokkan menjadi beberapa
bagian diantaranya dalam hal historis atau kesejarahan suatu daerah, politik, sosial
cultural, ekonomi dan dalam hal fungsional yang semua itu menjadi dasar
pemberian otonomi khusus bagi suatu daerah. Daerah-daerah yang diberikan
otonomi khusus yaitu DKI. Jakarta, D.I. Yogyakarta, Aceh dan Papua

Anda mungkin juga menyukai