Anda di halaman 1dari 14

Resume Fungsi Penglihatan Pada Lanjut Usia

1. Perubahan yang terjadi pada penglihatan lansia

Nama Fungsi Perubahan yang Proses Perubahan Contoh


Organ Terjadi

kornea Pembiasan sinar - Menjadi buram Kornea memiliki sel- Arcus senilis 
cahaya serta dan kuning sel endotel yang Cincin berwarna
memfokuskan - Akumulasi berfungsi untuk abu-abu-putih di
lemak pada
mata terhadap mempertahankan tepi kornea 
kornea
cahaya (Miller, - Berubahnya kejelasan fungsi kornea pengendapan
2012). bentuk  bertambahnya usia dari kalsium dan
kelengkungan  kepadatan sel-sel garam kolesterol
kornea endotel ini menurun (Miller, 2012)
sehingga akan
mempengaruhi
kejelasan fungsi
kornea.

Lensa - Memfokuskan - Lensa akan Lapisan pada lensa Katarak  hasil


cahaya pada nampak terdiri atas lapisan pembentukkan
retina menguning dan protein kristal (Miller, sel-sel lensa
- Memungkin menjadi buram
2012)  bertambah yang telah
mata untuk - Lensa akan
melihat objek lebih menebal usia  lapisan protein menua selama
jauh ataupun dan mengeras. kristal mengalami bertahun-tahun
dekat penurunan kemudian (Houde, Susan,
protein-protein tersebut dan Huff, 2003).
akan berakumulasi
(Ah-Chan dan Downes,
2006).

Iris - Mengontrol -Otot spingter pada Di usia lanjut  otot kebutuhan


ukuran pupil iris akan spingter pada iris akan cahaya pada
- Mengatur menjadi kaku mengalami
jumlah cahaya dan ukurannya lansia lebih
pemendekan yang akan
yang masuk ke akan lebih
menyebabkan kontriksi banyak dari pada
retina (Miller, mengecil
2012). (Miller, 2012). dan relaksasi otot kebutuhan pada
menjadi lebih lama 
orang usia lebih
adaptasi cahaya dari
terang ke gelap akan muda (Stuen,
menjadi lambat (Ah- 2003).
Chan dan Downes,
2006).

Badan - Badan ciliary Menjadi lebih kecil Pada lansia  badan


ciliary merupakan dan kaku (Miller, ciliary perubahan
massa otot, 2012) dengan bergantinya sel-
jaringan ikat,
sel otot menjadi
serta pembuluh
darah yang jaringan ikat.
berada di sekitar
Pada bertambahnya
lensa.
- Sebagai usia sekresi aqueous
pengatur cahaya humor, berfungsi
yang melalui sebagai cairan pada
lensa dan badan ciliary, akan
bertanggung mengalami penurunan
jawab  mengganggu nutrisi
melakukan
serta pembersihan lensa
akomodasi
sebagai usaha dan kornea (Miller,
untuk 2012).
memfokuskan
pada objek
dengan jarak
dekat (Miller,
2012).
Gel Merupakan massa Perubahan bentuk Penglihatan
vitreous agar-agar dan jelas menjadi lebih lansia menjadi
sebagai substansi mengecil serta kabur serta
dalam dari bola akan berubah gambar yang
mata serta menjadi lebih cair terdistorsi.
berfungsi untuk (Miller, 2012)
mempertahankan
bentuk bola mata
(Miller, 2012).

Retina Kedua impuls - Perubahan Perubahan retina


saraf tersebut terjadi pada tidak
berfungsi untuk pigmen yang memberikan
memproduksi
mengenali serta dampak secara
sel fotoreseptor
membedakan di retina, impuls signifiikan
benda-benda saraf di batang dalam
secara detail. dan kerucut. penglihatan pada
- Retina akan lansia.
menjadi
menguning

Bentuk perubahan yang terjadi akan menyebabkan lansia mengalami kondisi seperti
(Miller, 2012)

1. Enophthalmos merupakan kondisi mata cekung.

2. Blepharochalasis kondisi kehilangan elastisitas lemak dan otot dari kelopak mata
sehingga kelopak mata menghalangi penglihatan.

3. Ectropin ialah sebuah kondisi kelopak mata bagian bawah jatuh melebihi dari
konjungtiva.

4. Entropin kondisi kelopak mata bagian bawah berbalik sehingga bulu mata menyentuh
kornea.

5. Arcus senilis akumulasi lemak di bagian luar kornea. Arcus senilis ini terdapat di antara
iris dan sclera.
6. Menurut Ah-Chan dan Downes (2006), bentuk perubahan penampilan mata lainnya ialah
ptosis. Ptosis merupakan kondisi atrofi retraktor kelopak mata atas sehingga kelopak
mata dapat menutupi sumbu visual

2. Efek dan perubahan fisiologis penglihatan pada lansia


Terdapat tiga efek dari perubahan fisiologis penglihatan pada lansia, yakni berefek
pada kondisi fisik, psikologi, dan sosial lansia. Menurut Miller (2008), terdapat beberapa
efek fisik dari perubahan fisiologis penglihatan lansia.

1) Pertama adalah hilangnya akomodasi, maksudnya adalah kehilangan


kemampuan untuk fokus pada objek dari berbagai macam jarak secara
cepat dan jelas atau presbiopi.

2) Kedua adalah ketajaman yang berkurang. Hal ini dapat mempengaruhi


kemampuan mengemudi lansia di malam hari, oleh karena itu lansia
membutuhkan penerangan yang lebih untuk melihat objek secara jelas.

3) Ketiga adalah keterlambatan adaptasi lansia terhadap adanya cahaya dan


kegelapan. Oleh karena itu, lansia membutuhkan lebih banyak waktu
untuk beradaptasi dengan cahaya yang redup ketika berpindah dari tempat
yang terang ke tempat yang lebih gelap, misalnya saat di bioskop, dan lain
sebagainya.

4) Keempat, bertambahnya sensitivitas terhadap silau. Pada bangunan


modern dan mal, sering ditemui cahaya lampu yang sangat terang, jendela
yang besar serta lantai yang daya pantul cahayanya tinggi yang bisa
memicu kecelakaan dan salah persepsi akan suatu objek oleh lansia.
5) Kelima, berkurangnya bidang visual, yakni area yang berbentuk oval yang
meliputi total pandangan yang seseorang lihat ketika memandang suatu
objek lurus ke depan. Lansia yang akan mengalami penyempitan bidang
visual akan sulit melakukan aktivitas seperti berjalan di keramaian dan
mengendarai kendaraan.

6) Keenam, berkurangnya persepsi terhadap jarak. Persepsi terhadap jarak


adalah kemampuan penglihatan untuk mengidentifikasi objek tiga
dimensi. Kurangnya persepsi jarak pada lansia membuatnya menggunakan
suatu benda secara efektif serta mengidentifikasi serta mengendalikan
lingkungan sekitarnya secara aman.

7) Ketujuh, berubahnya penglihatan akan warna. Hal ini juga akan


mengganggu aktivitas lansia, salah satu contohnya adalah saat lansia sulit
membedakan antara obat-obatan yang dikonsumsi karena mempunyai
warna yang sama.

8) Kedelapan, terjadinya perubahan persepsi lansia dari sumber cahaya yang


sebenarnya hanya berkedip dan tidak menyala secara berkelanjutan
menjadi sebuah cahaya yang berkelanjutan. Tentunya perbedaan persepsi
ini akan mengganggu ketajaman lansia terhadap melihat tanda-tanda
seperti, kendaraan emergensi misalnya cahaya berkedip dari ambulans dan
mobil pemadam kebakaran karena lansia mengira cahaya tersebut
bukanlah cahaya berkedip, namun merupakan cahaya yang sudah ada
secara berkelanjutan.

9) Kesembilan adalah proses informasi visual yang lebih lambat. Oleh karena
itu, lansia pun membutuhkan waktu lebih untuk melakukan proses
informasi visual, namun efek ini bisa diminimalkan jika tugas atau objek
yang dilihat lansia adalah sesuatu yang sudah familiar serta sering
dilakukan sehari-hari.

10) Kemudian, menurut Moschos (2014), efek psikologis dari perubahan


fisiologis yang terjadi pada lansia adalah adanya depresi akibat dari
penurunan penglihatan yang diterimanya. Selain depresi, sebagian lansia
juga mengalami ansietas akibat dari efek kemampuan melihatnya yang
mengalami penurunan, sehingga lansia pun mencemaskan kualitas
hidupnya pun semakin berkurang. Selanjutnya, menurut Houde (2007),
terdapat efek sosial dari perubahan fisiologis penglihatan yang terjadi pada
lansia. Kemampuan penglihatan yang menurun membuat kebebasan lansia
menjadi terbatas. Lansia pun mesti membatasi hobi, ketertarikan dan
rekreasi yang selama ini bisa dilakukannya sendiri. Misalkan saja saat
mengemudi mobil. Lansia yang sudah menurun kemampuan
penglihatannya pun membuatnya tidak bisa mengendarai mobil lagi secara
mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain atau anggota keluarganya
untuk menjadi pengemudinya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan pada lansia


a. Lingkungan
 Cahaya UV dalam jangka waktu yang lama (sinar matahari) dapat meningkatkan
perkembangan katarak dan juga kehilangan sel fotoreseptor. Penambahan usia (lanjut
usia) dapat mengubah respon melindungi terhadap sinar UV menjadi semakin berkurang.
 Penyakit lain yang ditimbulkan akibat sinar UV antara lain degenerasi makular,
pterygium atau pertumbuhan pada lapisan luar (bagian putih mata) yang pada
akhirnya menutupi bagian tengah kornea, dan corneal sunburn (photokeratitis) yang
terjadi akibat paparan sinar UV-B berlebih.
 Suhu lingkungan hangat/tinggi berhubungan dengan awal mulanya presbiopia
(kehilangan penglihatan jarak dekat) (Miller, 2012). Tingginya rata-rata suhu
lingkungan dapat mempercepat penuaan lensa mata. Suhu dalam interior mata
dipengaruhi suhu dari kornea dan suhu tubuh melalui darah(Nirmalan, Krishnaiah,
Shamanna, & Thomas, 2006).
 Kemudian mata yang kering dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti angin,
cahaya matahari, rendahnya kelembapan, dan asap rokok.
b. Nutrisi
 Nutrisi yang buruk meningkatkan risiko penyakit age-related mascular degeneration
(AMD). Selain itu kekurangan vitamin A juga berhubungan dengan mata kering dari
pengurangan produksi air mata.
c. Gaya hidup
 Merokok dapat meningkatkan risiko katarak dan degenerasi mascular(Miller, 2012).
Penelitian menemukan merokok memiliki risiko 4 kali lebih besar mengalami gangguan
visual. Hasil dari merokok, asap rokok tar, dapat memicu deposit di retina(drusen)
yang menandai awal dari degenerasi makula(ASH, 2014). Selain itu merokok juga
dapat menyebabkan hipertensi dan merusak pembuluh darah mata (Houde, 2007).
Kerusakan di retina dan pembuluh darah mata menyebabkan mata lansia menjadi
semakin memburuk dan memicu degenerasi makula.
d. Penyakit
 Gangguan penglihatan biasanya terjadi pada orang yang mengalami alzheimer atau
penyakit parkinson, pada tahap awal(Miller, 2012).
 Demensia dengan tubuh Lewy biasanya mempunyai ciri dengan halusinasi penglihatan
dan gangguan kemampuan visuospatial. Visuopatial merupakan kemampuan untuk
mengintepretasikan informasi visual dimana objek tersebut dalam suatu ruangan.
 Orang mengalami diabetes mellitus memilki risiko dalam perkembangan katarak,
glaucoma, dan diabetes retinopati. Orang yang mengalami hipertensi atau
hiperkolesterolemia lebih tinggi meningkat risiko AMD.
 Anemia juga faktor resiko untuk diabetes retinopati(Houde, 2007).
e. Pengobatan
 Kering pada mata akibat kinerja obat seperti estrogen, diuretik, antihistamin,
antikolinergik, phenothiazid, beta blocker, dan agen antiparkinson.

4. Gangguan patologis yang paling sering terjadi pada penglihatan lansia


Gangguan penglihatan pada lansia yang paling sering terjadi ialah katarak, glaucoma dan
degenerasi makula (Miller, 2012).
Gambar penglihatan pada gangguan penglihatan

Sumber : Miller, C.A (2012)

a. Katarak

Katarak merupakan gangguan penglihatan yang disebabkan oleh perubahan warna


(kekeruh) pada lensa mata. Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasinya seperti katarak
kortikal yang terjadi pada korteks, katarak nuklear terjadi pada inti, katarak subkapsular anterior
atau posterior terjadi pada depan atau belakang membrane yang mengelilingi lensa mata.

Sumber : James, B., Chew, C., & Bron, A. (2003)

Pada pasien dengan katarak akan mengalami perubahan seperti penglihatan yang kabur
atau redup, penglihatan yang kabur atau berawan, penglihatan menjadi ganda, peningkatan
kepekaan terhadap cahaya, sulit melihat dimalam hari dan kesulitan penginderaan warna kontras
karena adanya perubahan pada warna atau memudarnya warna. Penyebab utama dari katarak
ialah penuaan, akan tetapi banyak pula hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti
diabetes, paparan sinar matahari, trauma, penggunaan kortikosteroid dan perokok berat. Katarak
dapat menyebabkan kebutaan jika tidak segera dilakukan pembedahan. Pembedahan pada
katarak bertujuan untuk memperbaiki lensa yang keruh dan mencegah terjadinya glukoma.
Pembedahan katarak dapat dilakukan dengan rawat jalan dan membutuhkan sedikit obat
sistemik. Komplikasi pembedahan katarak dapat berupa infeksi, perdarahan, nyeri, dan
peningkatan tekanan intraocular (Glaukoma).

b. Glaukoma

Glaukoma merupakan gangguan penglihatan pada lansia yang disebabkan oleh kerusakan
saraf optik yang terjadi karena peningkatan tekanan intraokular dan dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan (Miller, 2012). Tingginya tingkat tekanan intraocular bergantung pada
keseimbangan produksi dan eksresi cairan aqueous humor. Aqueous humor atau cairan dalam
mata berfungsi untuk sumber makanan untuk jaringan disekitarnya. Cairan ini berfungsi untuk
mempertahankan rata-rata atau normal tekanan intraokular yaitu 15 mmHg (normal adalah 10
sampai 20 mmHg). Jika aliran terhambat, cairan aqueous humor akan terakumulasi dan tekanan
didalam mata akan meningkat dan merusak saraf optik. Ketika tekanan intraocular lebih besar
dari normal, saraf optik akan mengalami atrofi dan akan menyebabkan kehilangan penglihatan.

Glaukoma dapat terjadi karena adanya peningkatan tekanan intraocular, usia diatas 60
tahun dan riwayat keluarga glaucoma. Penanganan glaukoma bertujuan untuk menurunkan
tekanan intraokular dan mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Terapi yang diberikan
pada glukoma dapat berupa terapi medis dan terapi bedah. Terapi medis dapat berupa pemberian
obat berupa obat-obatan topical dan terapi pembedahan (trabekulektomi) dilakukan dengan
membuat fistula diantara bilik posterior dengan ruang subkonjungtiva (menciptakan jalan
drainase baru).

c. ARMD (Age Related Macular Degeneration)

Age-Related Macular Degeneration (ARMD) merupakan gangguan penglihatan


degeneratif macula yang mempengaruhi rusaknya penglihatan sentral akibat kerusakan macula
(bagian tengah retina). American Journal of Ophthalmology, (2004) menjelaskan bahwa Age-
Related Macular Degeneration (ARMD) ditandai dengan degenerasi makula sentral didaerah
retina. Degenerasi makular terbagi menjadi dua jenis yaitu degenerasi makular kering dan
degenerasi makular basah. Degenerasi makular kering merupakan bentuk degenerasi makula
yang paling sering terjadi, dimana sel-sel sensitif cahaya pada makula rusak sehingga
penglihatan ketengah yang tajam menjadi kabur. Sedangkan, degenerasi makular basah
merupakan gangguan dimana pertumbuhan abnormal dari pembuluh darah mata yang
menyebabkan terjadinya resapan darah dan zat protein kedalam sel peka cahaya (photoreceptor)
yang terdapat pada makula sehingga menyebabkan kerusakan macula dan berakibat pada
kehilangan penglihatan.

American Journal of Ophthalmology, (2004) menjelaskan bahwa penyebab degenerasi


makular dapat berupa usia (lansia), riwayat penyakit keluarga degenerasi makular, paparan sinar
matahari, hipertensi, obesitas, merokok serta gangguan kardiovaskular. Pengobatan degenerasi
makula bertujuan untuk mengurangi resiko kehilangan penglihatan lebih jauh. Pengobatan
tersebut dapat berupa foto koagulasi laser yang merupakan prosedur bedah menggunakan laser,
terapi foto dinamik yang merupakan metode pengobatan menggunakan laser dan obat intravena
untuk memperlambat perburukan kondisi, serta obat-obatan seperti macugen dan lcentis
merupakan obat yang disuntikan ke mata.

5. Pengkajian untuk mengetahui fungsi penglihatan lansia


 Pengkajian:
 perawat perlu melihat penampilan dari lansia itu sendiri.
 Perawat perlu mengetahui dan memperhatikan bagian mata klien dengan
ketidakabnormalan yang terjadi.
 Miller (2012) menyebutkan bahwa tujuan pengkajian keperawatan yaitu :
 mengidentifikasi mengenai faktor-faktor yang mengganggu kesehatan penglihatan
 masalah visual
 dampak dari perubahan visual pada keselamatan
 kemandirian, atau kualitas hidup, peluang untuk memperbaiki kesehatan penglihatan
 hambatan untuk melakukan implementasi keperawatan.
 Menurut Susan C. Houde (2007), pengkajian fungsi penglihatan individu
dimulai dengan pemberlakuan mengenai riwayat kesehatan penglihatan yang
diikuti oleh beberapa hal lain yang menyempurnakannya seperti berikut:
a) Riwayat kesehatan penglihatan
Pengkajian penglihatan dimulai dengan riwayat kesehatan secara komprehensif guna
mengumpulkan informasi mengenai riwayat kesehatan. Perawat dapat mencari tahu
informasi melalui orang terdekat klien atau anggota keluarga jika memang lansia tersebut
telah mengalami penurunan kesadaran visual. Beberapa instrumen telah dikembangan
untuk mengetahui penurunan fungsi penglihatan lansia diantaranya yaitu The Visual
Function Index, digunakan untuk lansia yang tinggal di komunitas guna mengetahui dan
menilai gangguan penglihatan akibat katarak. Selain itu, instrument yang disebut dengan
Activities of Daily Vision Scale, instrument ini berguna untuk menilai atau mengukur
fungsi visual lansia. Namun, instrument tersebut hanya dapat digunakan pada beberapa
penyakit tertentu dan belum dapat digunakan oeh semua lansia terutama, pada lansia
dengan perawatan jangka panjang.

Gambar 1: Pertanyaan untuk mengkaji riwayat kesehatan penglihatan Lansia


(Susan C. Houde, 2007)
b) Pengkajian mengenai ketajaman visual
Ketajaman visual adalah hal yang umum digunakan untuk mengukur perubahan fungsi
penglihatan dari waktu ke waktu. Definisi ketajaman visual diibaratkan sebagai
pengukuran kemampuan mata untuk melihat bentuk objek dalam garis langsung dari
mata dan untuk membedakan secara rinci (Susan C. Houde, 2007). Pengkajian ini
dilakukan dengan mencari symbol paling kecil pada chart eye yang dapat dikenali dengan
diberi jarak tertentu (Prevent Blindness America [PBA] & National Eye Institute [NEI],
2002). Morse & Rosenthal (1997) meyebutkan bahwa penuaan yang terjadi pada lansia
akan menyulitkan dirinya untuk akomodasi visual ketika target visual bergerak dari dekat
ke jauh, hal tersebut membutuhkan penilaian ketajaman visual dan jarak. Seseorang
dikatakan tunanetra ketika gangguan penglihatannya berada pasa vision antara 20/40 dan
20/200. Kemudian, jika vision kurang dari atau sama dengan 20/200 dapat dikatakan
individu tersebut mengalami kebutaan (PBA & NEI, 2002). Salah satu metode untuk
menilai ketajaman visual seseorang, yaitu dengan menggunakan Snellen chart yaitu
dengan meminta lansia membaca garis 20/30 pada tabel namun tidak garis 20/40 pada
tabel. Tes ketajaman mata ini dilakukan dalam cahaya yang rendah karena jika pada
kondisi cahaya yang ideal, beberapa lansia mungkin tampak tidak mengalami defisit
penglihatan (Tabolski, 2014). Kemudian, dilanjutkan dengan menguji ulang dengan
menggunakan uji lubang jarum. Klien diminta untuk membaca grafik dengan melihatnya
menggunakan lubang jarum di selembar karton. Kejataman visual dievaluasi apakah
pupil berdilatasi dengan dilakukan pemeriksaan retina dan tekanan intraocular jelas terasa
(Reuben et al., 2011)
Gambar 2: Snellen chart (Tabolski, 2014)
c) Pengkajian mengenai Contrast sensitivity
Pengkajian ini dilakukan untuk mengukur kemampuan untuk membedakan dua warna
yang memiliki kesamaan warna misalnya saja warna putih dan krem. Selain itu,
sensitivitas kontras diperlukan untuk mengukur kekuatan mata untuk membedakan objek
dari latar belakang (Morse & Rosenthal, 1997). Penilaiamm sensitivitas kontras dapat
diselesaikan dengan menggunakan Pelli Robson Contrast Sensitivity Chart yaitu
pengkajian dengan memunculkan grafik huruf yang di design dengan tingkat kontras
yang semakin rendah (Pelli, Robson, & Wilkins, 1988), sensitivitas diuji pada 1-3 meter.
Grafik ini dibuat sebagai langkah subjektif untuk mendeteksi rangsangan kontras rendah.
d) Pengkajian mengenai Fields of vision
Fields of vision digambarkan sebagai daerah mata yang terlihat penuh dan terpaku lurus
ke depan (Cassin, 2001). Penurunan field of vision dapat terjadi dengan kecelakaan
cerebral vascular, glaucoma (bidang perifer), degenerasi macula (bidang tengah), atau
cedera akut. Pengujian bidang visual digunakan untuk mendeteksi titik buta atau adanya
kehilangan penglihatan tepi. Pengkajian dilakukan dengan cara perawat dan klien lansia
duduk berhadapan yang berjarak sekitar 18 inchi, klien menutup satu mata dan perawat
menutup mata klien yang berlawanan kemudian minta pasien untuk mengikuti gerakan
jari-jari perawat yang bergerak dari titik ke titik tanpa mengubah posisi kepala untuk
memeriksa gerakan ekstraokular (Tabolski, 2014).

Anda mungkin juga menyukai