Anda di halaman 1dari 28

KONSELING KB

1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah, mempersilahkan duduk, perkenalkan diri, dan
menanyakan identitas.
Anamnesis
2. Menanyakan tujuan kedatangan  mau pasang KB.
3. Riwayat KB  pernah pakai KB? Jenis? Berapa lama? Keluhan selama menggunakan KB?
4. Riwayat persalinan  jumlah anak?
5. Riwaya reproduksi  siklus haid (teratur? Lamanya? Banyaknya? Berapa kali ganti
pembalut? Perdarahan duluar siklus haid?)
6. Riwayat penyakit dahulu  IMS? Radang panggul, tumor/keganasan? Penyakit kronis
(DM,HT)?
7. Riwayat kebiasaan dan pengobatan  merokok? Mengonsumsi obat?
8. Tujuan menggunakan KB? Menunda/menjarakkan/tidak ingin hamil lagi.
Pemeriksaan Fisik
9. Inform concent.
10. Mempersilahkan klien BAK sebelum diperiksa sambil memeriksa kelengkapan alat.
11. Cuci tangan.
12. Cek TTV.
13. Mempersilahkan membuka celana dan pakaian dalam dan berbaring posisi litotomi.
14. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi  bentuk (datar/cembung), massa atau tumor, scar operasi, strie
 Palpasi  lemas/tegang, nyeri tekan, benjolan/massa.
 Perkusi  cairan bebas?
 Auskultasi
15. Pemeriksaan Ginekologi  pakai handscoon.
 Inspeksi dan palpasi  bentuk, warna, pembengkakan, nyeri
Inspekulo  vulva hygiene, masukkan speculum  nilai portio, OUE, flour, fluxus,
E/L/P
Lepaskan speculum  rendam dalam klorin 0,5%  lepas handscoon
Konseling
16. Jelaskan jenis kontrasepsi, keuntungan, dan kerugian.
 Alamiah
o Jenis:
a. Metode kalender
b. Senggama terputus
c. Amenorrhea laktasi (harus menyusui secara penuh, belum haid setelah
melahirkan, usia bayi <6 bulan)
o Keuntungan:
a. Tersedia kapan saja
b. Tidak memerlukan kunjungan
c. Tidak perlu tambahan biaya
o Kerugian:
a. Efektivitas tergantung pada pengguna
 Hormonal
o Jenis:
a. Progestin  pil, suntik, implant
b. Kombinasi (progestin + estrogen)  pil, suntik
o Keuntungan:
a. Dapat dihentikan kapan saja
b. Tidak mengganggu hubungan
o Kerugian:
a. Mengganggu pola haid
b. Perubahan BB
c. Mual, pusing
d. Jika mengandung estrogen dapat mengganggu produksi ASI
e. Tidak bisa pada ibu dengan obesitas, HT, dyslipidemia karena mengandung
estrogen
 Non hormonal
o Jenis:
a. Penghalang/barrier  kondom untuk laki-laki dan diafragma untuk perempuan
b. AKDR
c. Kontrasepsi mantap  tubektomi pada perempuan dan vasektomi pada laki-
laki
o Keuntungan:
a. Tidak mengganggu siklus haid
b. Efek samping minimal
c. Tidak meningkatkan BB
d. Tidak mengganggu hubungan
o Kerugian:
a. Kondom: alergi kulit, berisiko bocor  tingkat kegagalan tinggi
b. AKDR: ekspulsi dan perforasi
17. Memberikan kesempatan klien bertanya.
18. Membantu klien menentukan pilihan.
19. Menyarankan berdiskusi dengan suami untuk menentukan alat kontrasepsi.
20. Kontrol ulang jika sudah berdiskusi dengan suami.
21. Jelaskan lagi keuntungan, efek samping, dan prosedur pemasangan alat kontrasepsi yang
dipilih.
IMPLAN
Pemasangan Implan
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah, mempersilahkan duduk, perkenalkan diri, dan
menanyakan identitas.
2. Tanyakan tujuan kedatangan klien.
3. Riwayat persalinan: jumlah anak?
4. Tujuan KB?
5. Riwayat alergi?
6. Riwayat penyakit kronis? (HT, DM)
7. Apakah sekarang sedang menstruasi?
8. Penjelasan singkat mengenai implant
a. Implan merupakan alat kontrasepsi yang diletakkan di bawah kulit, mengandung
hormone progesterone, dengan lama kerja 3 tahun. Dipasang pada saat haid.
b. Cara kerja
 Mengentalkan lender servix
 Menipiskan diding rahim
 Menekan ovulasi
c. Keuntungan
 Merupakan alat kontrasepsi jangka panjang
 Dapat dilepas kapan saja dan kesuburan kembali dengan cepat setelah alat dilepas
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu senggama
d. Kerugian
 Perubahan pola haid
 Nyeri kepala, perubahan berat badan, mual, timbul jerawat
9. Inform Consent  Apakah ibu setuju untuk dipasang implan?

LANGKAH-LANGKAH
1. Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air mengalir?
2. Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan dan diletakkan
pada lengan penyangga.
3. Tentukan tempat pemasangan: 8 cm diatas fossa cubiti.
4. Cuci tangan.
5. Persiapkan alat:
a. Implan h. Lidocain 1% (Pasang handsoon
b. Scalpel no 11 steril di tangan kanan, masukkan
c. Klem lengkung lidocain ke dalam spuit)
d. Trokar i. Handsapast
e. Doek steril j. Kassa gulung
f. Handscoon steril k. Kassa steril
g. Spuit 5 cc dan 3 cc l. Povidone iodine
m. Pinset

6. Pasang handscoon satunya lagi.


7. Tindakan aseptic antiseptik  usap dengan kassa betadin pada tempat insisi ke arah luar
dengan gerakan melingkar seluas 8-13 cm.
8. Pasang doek steril.
9. Lakukan anestesi local
10. Cek obat anestesi sudah bekerja atau belum dengan menyentuh punggung scalpel atau
menggunakan pinset.
11. Pegang scalpel dengan sudut 45 derajat dan buat insisi dangkal dengan lebar ±2 mm.
12. Trokar dipegang dengan dengan ujung yang tajam menghadap ke atas.
13. Masukkan trocar dengan sudut 20 derajat, setelah masuk, angkat trocar sehingga posisinya
tepat di bawah kulit. Masukkan sampai tanda pertama.
14. Saat trocar masuk sampai tanda pertama, cabut pendorong trocar, masukkan kapsul implant
menggunakan klem ke dalam trocar.
15. Letakkan satu tangan di bawah kapsul untuk menangkap bila kapsul tersebut jatuh.
16. Setelah seluruh bagian kapsul masuk, masukkan pendorong.
17. Dorong kapsul sampai ada tahanan.
18. Pegang pendorong dengan satu tangan untuk menstabilkan.
19. Tarik tabung trocar deibu jari dan telunjuk sampai tanda kedua muncul di tepi luka insisi
dan pangkal tabung menyentuh pegangan pendorong.
20. Raba kapsul dengan jari, pastikan kapsul telah keluar seluruhnya dengan trocar. Lakukan
fiksasi dengan jari telunjuk.
21. Tanpa mengeluarkan seluruh trocar, putar ujung trocar kearah kanan, masukkan sampai
tanda pertama, masukkan kapsul dengan klem.
22. Lakukan dengan cara yang sama seperti memasukkan kapsul sebelumnya.
23. Setelah semua kapsul terpasang, raba untuk memeriksa posisi kapsul dan cabut trocar dari
bawah kulit secara perlahan.
24. Tekan luka insisi dengan kassa untuk menghentikan perdarahan sambil meminta ibu
merapa kapsul yang sudah di pasang di lengannya.
25. Tutup luka insisi dengan plester/handsaplast.
26. Balut dengan kassa gulung.
27. Masukkan semua peralatan ke dalam larutan klorin 0,5%.
28. Buang alat sekali pakai pada tempatnya.
29. Lepas handscoon.
30. Cuci tangan.
31. Observasi perdarahan ±10-15 menit.

EDUKASI
1. Balutan kassa dilepas pada hari ketiga.
2. Daerah luka dipertahankan kering dan bersih dalam 2 hari.
3. Nanti akan sedikit sakit dan bengkak pada luka insisi, hal itu wajar. Namun jika menetap
kontrol ke dokter.
4. Ibu dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
5. Kontrol ulang 3 minggu lagi, kemudian 1 tahun lagi.
6. Jelaskan kembali efek samping
7. Efektivitas implant sampai 3 tahun, namun dapat di lepas kapan saja sebelum 3 tahun.
8. Meminta klien mengulangi penjelasan yang telah diberikan.
9. Apakah ada yang ingin ditanyakan?
Pencabutan Implan
1. Sapa klien dengan ramah dan hangat, perkenalkan diri, menanyakan identitas.
2. Tanyakan tujuan kedatangan  ingin mencabut implant.
3. Tanyakan pada klien alasannya ingin mencabut implant.
4. Jelaskan proses pencabutan implant.
5. Tanyakan apakah klien alergi terhadap cairan antiseptik atau obat anestesi local.
6. Inform Concent.

LANGKAH-LANGKAH
1. Meminta klien mencuci dan membilas lengannya.
2. Atur posisi lengan klien dengan benar dan raba batang implan untuk menentukan lokasi
insisi.
3. Cuci tangan.
4. Persiapkan alat:
a. Scalpel no 11 g. Handsapast/plester
b. Klem lengkung h. Kassa gulung
c. Doek steril i. Kassa steril
d. Handscoon steril j. Povidone iodine
e. Spuit 5 cc dan 3 cc k. Pinset
f. Lidocain 1% (Pasang handsoon
steril di tangan kanan, masukkan
lidocain ke dalam spuit)

5. Pakai sarung tangan steril.


6. Usap tempat pencabutan dengan larutan antiseptic.
7. Pasang kain penutup (doek) steril.
8. Suntikkan sedikit obat anastesi lokal pada tempat insisi di bawah setiap ujung batang
implant.
9. Periksa efek obat anastesinya sebelum melakukan insisi.
10. Buat insisi kecil (4 mm) dengan arah memanjang diantara kedua batang implan sekitar 5
mm di atas ujung batang implan yang dekat dengan siku.
11. Jepit batang implan dengan sudut yang sesuai dan tarik keluar sampai mencapai tempat
insisi. (Bila perlu jatuhkan pegangan klem "U"180º ke arah bahu).
12. Bersihkan batang implan dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggunakan kas
steril (bila perlu dengan scalpel).
13. Jepit ujung batang implan yang sudah terlihat tersebut dengan klem lengkung (Mosquito)
dan tarik keluar.
14. Kemudian letakkan pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5 %.
15. Cabut batang implan lainnya dengan teknik yang sama.
16. Periksa apakah kedua batang implan sudah dicabut dan tunjukkan pada klien.
17. Tekan tempat inisiasi dengan kasa untuk menghentikan perdarahan.
18. Tutup luka insisi dengan plester/handsaplast.
19. Balut dengan kassa gulung.
20. Masukkan semua peralatan ke dalam larutan klorin 0,5%.
21. Buang alat sekali pakai pada tempatnya.
22. Cuci tangan.
23. Observasi perdarahan ±10-15 menit.
24. Lengkapi rekam medik.

EDUKASI
1. Balutan kassa dilepas pada hari ketiga.
2. Daerah luka dipertahankan kering dan bersih dalam 2 hari.
3. Nanti akan sedikit sakit dan bengkak pada luka insisi, hal itu wajar. Namun jika menetap
control ke dokter.
4. Ibu dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
5. Lakukan konseling alat kontrasepsi yang baru, bila klien menginginkan.
6. Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yang baru atau berikan alat kontrasepsi
sementara sampai klien dapat memutuskan alat kontrasepsi sementara sampai klien dapat
memutuskan alat kontrasepsi baru yang akan dipakai.
7. Apakah ada yang ingin ditanyakan?
AKDR
Pemasangan IUD
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah, mempersilahkan duduk. Perkenalkan diri dan
menyanyakan identitas.
2. Tanyakan tujuan kedatangan klien.
3. Bila belum dilakukan konseling, lakukan konseling pra pemasangan AKDR:
a. AKDR merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim.
b. Cara kerjanya menghalangi sperma dan sel telur bertemu (menghalangi pembuahan).
c. Keuntungan:
 Efektivitas sangat tinggi yaitu 99% (angka kehamilan 0,6-0,8% dari 100 wanita
dalam setiap tahunnya).
 Langsung berefek mencegah kehamilan segera setelah pemasangan.
 Tidak menimbulkan efek samping seperti pada KB hormonal, seperti mual, nyeri
kepala, nyeri payudara.
 Tidak mengganggu produksi ASI.
 Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
 Tidak mengganggu senggama.
 Merupakan alat kontrasepsi jangka panjang (5-10 tahun).
 Jika ingin memiliki anak, dapat ke faskes untuk dilepas dan kesuburan kembali
dengan cepat.
d. Kerugian/Efek samping:
 Perubahan siklus haid.
 Haid lebih lama dan banyak.
 Perdarahan diantara siklus haid.
 Timbul flek stelah pemasangan IUD.
 Nyeri saat menstruasi.
 Tidak bisa digunakan pada ibu yang memiliki penyakit IMS atau sering berganti-
ganti pasangandapat menimbulkan infeksi panggul.
4. Tanyakan riwayat kesehatan reproduksi:
a. Siklus menstruasi
b. Paritas
c. Riwayat IMS?
d. Riwayat radang panggul?
e. Riwayat keganasan servix?
5. Jelaskan prosedur pemasangan AKDR.
6. Inform Concent.

Teknik Pemasangan
1. Persilahkan klien mengosongkan kandung kemih, kemudian berbaring di meja
pemeriksaan tanpa menggunakan celana (posisi litotomi).
2. Cuci tangan.
3. Persiapkan alat:
a. IUD Copper T380A g. Gunting benang
b. Spekulum h. Bengkok
c. Tenakulum i. Povidone iodine
d. Sonde uterus j. Larutan klorin 0,5%
e. Kassa k. Lampu periksa
f. Handscoon
4. Masukkan lengan IUD CuT 380 didalam kemasan sterilnya:
a. Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat ke belakang
b. Masukkan pendorong kedalam tabung inserter
c. Letakkan kemasan dalam tempat yang datar
d. Selipkan kertas pengukur dibawah lengan IUD
e. Tahan kedua ujung lengan IUD dengan tangan kiri dan dorong tabung inserter sampai
ke pangkal lengan sehingga lengan akan melipat (dengan tangan kanan)
f. Setelah lengan melipat menyentuh tabung inserter (tangan kiri tetap menahan posisi
lengan tersebut), tarik tabung inserter sampai bawah lipatan lengan
g. Angkat sedikit tabung insenter, dorong dan putar untuk memasukkan ujung lengan IUD
yang sudah terlipat tersebut kedalam tabung inserter
5. Nyalakan lampu periksa.
6. Pasang handscoon.
7. Pemeriksaan genitalia eksterna:
a. Inspeksi  radang/tumor?
b. Palpasi  kelenjar scene dan Bartholin  ada nyeri, discharge?
8. Vulva hygiene.
9. Masukkan speculum dengan perlahan hingga terlihat portio.
10. Usap portio dengan kassa betadine 2-3 kali.
11. Jepit servix dengan tenakulum di arah jam 11.
12. Masukkan sonde uterus dengan teknik tanpa menyentuh dinding vagina ataupun bibir
speculum.
13. Tentukan posisi dan kedalaman uterus.
14. Keluarkan sonde dan ukurlah kedalaman uterus sonde pada tabung inserter, kemudian buka
seluruh plastik kemasan.
15. Pegang inserter dengan leher biru dalam posisi horizontal (sejajar arah lengan IUD)
kemudian masukkan tabung inserter secara hati-hati kedalam uterus sampai leher biru
menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan (tanpa menyentuh dinding vagina
dan bibir spekulum).
16. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan.
17. Lepaskan lengan IUD dengan menggunakan teknik withdrwal yaitu menarik keluar tabung
inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong (pendorong tidak
boleh bergerak).
18. Keluarkan pendorong dari tabung inserter, kemudian inserter didorong kembali ke serviks
sampai leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan (menempatkan kedua
lengan IUD tepat di ujung cavum uteri).
19. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang IUD kurang lebih 3-4 cm dari
serviks.
20. Keluarkan seluruh tabung inserter.
21. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati
22. Periksa serviks apakah ada perdarahan dari bekas jepitan tenakulum (jika ada tekan dengan
kassa selama 30-60 detik).
23. Keluarkan speculum.
24. Rendam seluruh peralatan ke dalam larutan klorin 0,5%.
25. Buang bahan-bahan yang tidak terpakai lagi.
26. Lepas handscoon.
27. Cuci tangan.
28. Lengkapi rekam medik.

EDUKASI
1. Ajarkan pada klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang IUD dan kapan harus
dilakukan.
2. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping.
3. Beri tahu kapan harus datang untuk kontrol.
4. Ingatkan kembali masa pemakaian IUD Cu T 380 adalah 8 tahun.
5. Yakinkan pada klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat apabila memerlukan
konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan mencabut kembali IUD.
6. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
7. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan berikan jawaban yang diperlukan.
8. Lakukan observasi selama 15 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.

Pelpasan IUD
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri, menayakan identitas.
2. Tanyakan tujuan kunjungan.
3. Tanyakan alasan keinginan mencabut IUD.
4. Tanyakan rencana penggunaan kontrasepsi selanjutnya.
5. Jelaskan proses pencabutan IUD dana pa yang akan dirasakan pada saat proses pencabutan dan
setelah pencabutan.
6. Berikan kesempatan klien untuk bertanya.
7. Meminta persetujuan.

Teknik Pelepasan
1. Persilahkan klien mengosongkan kandung kemih, kemudian berbaring di meja
pemeriksaan tanpa menggunakan celana (posisi litotomi).
2. Cuci tangan.
3. Persiapkan alat:
a. Lampu e. Bengkok
b. Spekulum f. Povidone iodine
c. Kassa g. Larutan klorin 0,5%
d. Handscoon h. Klem
4. Nyalakan lampu.
5. Pakai handscoon.
6. Vulva hygiene.
7. Pasang speculum.
8. Usap vagina dan portio dengan kassa betadine 2-3 kali.
9. Jepit benang dengan klem.
10. Tarik keluar benang IUD dengan perlahan.
11. Tunjukkan IUD tersebut pada klien.
12. Keluarkan speculum.
13. Rendam seluruh peralatan ke dalam larutan klorin 0,5%.
14. Buang bahan-bahan yang tidak terpakai lagi.
15. Lepas handscoon.
16. Cuci tangan.
17. Lengkapi rekam medik.

EDUKASI
1. Kontrol jika timbul perdarahan di luar siklus haid atau timbul nyeri.
2. Bantu klien menentukan alat kontrasepsi yang baru atau berikan alat kontrasepsi sementara
sampai pasien dapat memutuskan alat kontrasepsi baru yang dipakai
3. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya.
4. Lakukan observasi 5-10 menit.
ANC

NO KOMPONEN

1. Sapa pasien dan perkenalkan diri dan menanyakan identitas


2. Cari tau apakah ada yang menemani pasien, jika ada, minta untuk menemani pasien di ruang
pemerikasaan
3. Menanyakan tujuan kedatangan  memeriksakan kehamilan
4. Menanyakan riwayat obstetri:
 Apa sebelumnya pernah hamil
 Ini merukapan kehamilan ke berapa
 Dimana ibu melahirkan sebelumnya, dotolong siapa
 Cara persalinan
 Apakah anaknya lahir hidup? Berapa berat badan lahir? Sekarang usianya berapa?
 Apakah pernah keguguran?
5. Menanyakan riwayat menstruasi:
 HPHT
 Siklus menstruasi (Teratur? Tiap berapa hari? Lamanya? Nyeri?)
Perkirakkan usia kehamilan  (tanggal pemeriksaan – tanggal HPHT) x 13/3
Tanggal taksiran persalinan  HPHT + 7 (tanggal), bulan (4-12) – 3 atau bulan (1-3) + 9,
tahun (jika bulan 4-12) + 1
6. Menanyakan riwayat pernikahan, pekerjaan, dan pendidikan:
 Apakah ibu sudah menikah?
 Ibu menikah saat usia berapa?
 Apakah pernah menikah sebelumnya?
 Apa pekerjaan ibu?
 Maaf, apa pendidikan terakhir ibu?
 Berapa usia suami ibu saat menikah?
 Apa pekerjaan suami?
 Maaf, apa pendidikan terakhir suami?
7. Menanyakan riwayat kontrasepsi:
 Apakah sebelumnya memakai KB? Jenis KB apa?
 Sejak kapan ibu memakai KB tersebut?
 Kapan ibu berhenti memakai KB tersebut?
 Mengapa ibu berhenti memakai KB?
8.a. Riwayat ANC
 Apakah sebelumnya sudah pernah melakukan pemeriksaan kehamilan?
 Kapan terakhir ibu memeriksa kehamilan ini? Dimana?
 Sudah berapa kali memeriksakan kehamilan ibu?
 Obat apa saja yang ibu dapatkan dari pemeriksaan kehamilan?
 Apakah sudah disuntik tetanus (TT)? Berapa kali?
9. Riwayat penyakit dan pengobatan:
 Apakah ibu pernah menderita penyakit tertentu saat kehamilan ini?
 Apakah ibu mengonsumsi obat-obatan pada kehamilan ini?
NO KOMPONEN

10. Riwayat pemeriksaan penunjang:


 Apakah sudah pernah di USG? Bagaimana hasilnya?
 Apakah sudah pernah melakukan pemeriksaan lab? Bagaimana hasilnya?
11. Riwayat kebiasaan:
 Merokok?
 Memelihara hewan?
Pemeriksaan Fisik
12. Menjelaskan prosedur:
”Bu, selanjutnya saya akan melakukan tinggi rahim, pemeriksaan letak janin, dan mencari
detak jantungnya. Jadi nanti ibu berbaring dan saya akan melakukan perabaan pada perut
ibu, nanti saya akan ukur tinggi rahim dan mendengarkan suara jantung janin menggunakan
alat ini”

Menjelaskan tujuan:
”Dari pemeriksaan ini, mudah-mudahan nanti kita dapat memperkirakan usia, BB janin,
letak janin, serta suara jantungnya ya”
Menjelaskan bahwa pemeriksaan ini mungkin akan membuat sedikit tidak nyaman
Apakah ibu sudah paham?
Apakah ibu bersedia dilakukan pemeriksaan?
13. Meminta ibu mengosongkan kandung kemihnya
14. Ukur BB, TB dan TTV
15. Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan leher
Pemeriksaan thorax
16. i. Pemeriksaan abdomen:
 Inspeksi
Bentuk abdomen, membesar sesuai usia kehamilan /tidak, ada/tidaknya luka operasi bekas
SC, linea alba/linea nigra, striae gravidarum.
 Palpasi
Tentukan TFU dengan cara :
1. Cari fundus uteri
2. Pastikan aksis uterus berada di garis tengah, reposisi janin dan uterus hingga berada
di garis tengah (ada kecendrungan uterus jatuh ke satu sisi pada kehamilan akhir 
bias pengukuran)
3. Ukur fundus dengan pita ukur dari fundus ueri-ramus superior os pubis (simfisis
pubis)
4. Hitung taksiran berat janin
Johnson Tausack TFU-11/12/13 x 155 gram
Risanto (125 x TFU) - 880

Pemeriksaan Leopold
LEOPOLD I
NO KOMPONEN

1. Posisi pemeriksa menghadap pasien


2. Letakkan ujung jari-jari pemeriksa di fundus, dan cobalah untul mempalpasi bagian
janin teratas dengan menggerakkan kedua tangan secara gentle untuk mengeksplor
area tersebut dengan jari-jari pemeriksa
3. Tentukan bagian apa yang ada di fundus
LEOPOLD II
1. Posisi pemeriksa menghadap pasien
2. Tangan kiri dan kanan pemeriksa digerakkan ke sisi lateral uterus secara paralel dan
kira-kira pada level yang sejajar
3. Tentukan bagian apa (datar dan panjang  punggung, bagian-bagian kecil 
ekstremitas)
LEOPOLD III
1. Posisi pemeriksan menghadap pasien
2. Palpasi area diatas simfisis untuk menentukan presentasi janin (bulat dan keras 
kepala, lunak dan tidak simetris  bokong)
LEOPOLD IV
1. Posisi pemeriksa menghadap ke arah kaki pasien
2. Letakkan kedua tangan pada baguan bawah uterus hingga ujung-ujung jari mententuh
batas atas simfisis
3. Palpasi dan lihat sudut yang terbentuk antara jari-jari tangan kanan dan kiri
(konvergen/divergen)
4. Tentukan penurunan janin: jika 5/5 yang teraba berarti kepala belum masuk PAP
4/5 yang teraba berarti kepala sudah masuk PAP 1/5
3/5 yang teraba berarti kepala sudah masuk PAP 2/5
2/5 yang teraba berarti kepala sudah masuk PAP 3/5
1/5 yang teraba berarti kepala sudah masuk PAP 4/5
 Auskultasi
Menghitung DJJ 1 menit penuh

Catat semua hasil pemeriksaan


17. Pemeriksaan ekstremitas
Pucat? Edem? Varises?
18. Letakkan alat pemeriksaan di tempat semula
19. Cuci tangan
20. Katakan pada ibu bahwa pemeriksaan telah selesai kemudian jelaskan hasil pemeriksaan
21. Diagnosis  G..P..A.. hamil ... minggu JTH preskep/presbo/preski
22. Prognosis
23. Lengkapi rekam medik
24. Rencana Penatalaksanaan  Lab, USG
Pemberian Konseling :
 Jelaskan hasil pemeriksaan
 Jelaskan jika diperlukan pemeriksaan atau konsultasi dari bagian ilmu lain
 Tentukan kunjungan berikutnya
NO KOMPONEN

 Jelaskan tanda atau gejala bahaya yang harus diwaspadai pasien agar datang ke sarana
kesehatan terdekat
 Informasikan persiapan persalinan ( bila Umur Kehamilan ± 36 minggu – 40 minggu )
 Jelaskan tentang ASI Eksklusif
 Jelaskan tentang KB ( Jenis, Metode, Cara Penggunaan Kegunaan , Efek samping )
 Berikan Informasi mengenai Tanda – tanda Persalinan
 Berikan Vitamin atau obat yang di butuhkan
 Meminta pasien menjelaskan kembali
 Berikan kesempatan bertanya
APN
NO KOMPONEN PENILAIAN
0 1 2 3 4
MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1 Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua;
1. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
2. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat
pada rectum dan atau vaginanya
3. Perineum menonjol
4. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2 Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan
esensial siap digunakan. Mematahkan ampul
oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik
steril sekali pakai di dalam partus set
3 Mengenakan baju penutup atau celemek plastk yang
bersih
4 Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah
siku. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air
bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai atau pribadi yang
bersih.
5 Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi.
Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi
atau steril utnuk semua pemeriksaan dalam
6 Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik
(dengan memakai sarung tagnan desinfeksi tingkat
tinggi atau steril) dan meletakkannya kembali di
partus set atau wadah desinfeksi tingkat tinggi atau
steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.
MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
BAIK
7 Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya
dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan yang
sudah dibasahi povidone iodine. Jika mulut vagina,
perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara
menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas
atau kasa yang terkontaminasi dan wadah yang
benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.
8 Dengan mengunakan teknik aseptic, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9 Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbaik
serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit, mencuci kedua tangan.
10 Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah
kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal (120-160 kali permenit)
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal.
MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
PIMPINAN MENERAN
11 Memberitahu ibu pemukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik.
Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran.
12 Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi
ibu untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu
dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman).
13 Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran :
Membimbing ibu untuk meneran saat ibu
mempunyai keinginan untuk meneran.
Mendukung dan member semangat atas usaha ibu
untuk meneran.
- Mengajukan ibu untuk beristirahat diantara
kontraksi.
Mengajukan keluarga untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu.
Mengajukan asupan cairan per oral.
Menilai DJJ setiap lima menit.
PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
14 Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm, meletakan handuk bersih diatas
perut ibu untuk mengeringkan bayi.
Sediakan tempat untuk atisipasi terjadinya
komplikasi persalinan (asfiksia), setelah bahwa kaki
ibu tempat yang datar alas keras. Beralaskan 2 kain
dan 1 handuk dengan lampu sorot 60 watt (jarak 60
cm dari tubuh bayi).
15 Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian,
dibawah bokong ibu
16 Membuka partus set
17 Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan
MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
18 Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-
6 cm, lakukan perasat stenan (perasat untuk
melindungi perineum dengan satu tangan di bawah
kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi
perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan
tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan
kepala bayi agar posisi kepala bayi tetap fleksi pada
saat keluar secara bertahap melewati introitus dan
perineum).
19 Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung
bayi dengan kassa steril kemudian memeriksa lilitan
tali pusat pada leher bayi.
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala janin.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,
mengklemnya di dua tempat, dan memotongnya.
20 Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran
paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
21 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut gerakkan
kepala bayi kearah bawah dan kearah luar hingga
bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan menarik kearah atas dan kearah
luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahirnya badan dan tungkai
22 Setelah kedua bahu dilahirkan, geser tangan bawah
kearah perineum ibu untuk menyangga kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku
sebelah atas.
23 Setalah tubuh dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin
untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari
telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut bayi).
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
24 Menilai bayi dengan cepat
Bayi cukup bulan?
Apakah menangis kuat dana tau bernapas tanpa
kesulitan?
Apakah bayi bergerak aktif?
Meletakkan bayi keatas perut ibu dengan posisi
kepala bayi lebih dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi ditempat yang
memungkinkan).
25 Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan
badan bayi kecuali bagian tali pusat.
26 Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat
mulai dari klem kearah ibu dan memasang kedua 2
cm dan klem pertama (kearah ibu)
27 Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi
bayi dari gunting, dan memotong tali pusat diantara
dua klem tersebut
28 Mengganti handuk yang basah dan melindungi bayi
dengan kain dan selimut yang bersih dan kering,
menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat
membuka jika bayi mengalami kesulitan bernafas,
mengambil tindakan yang sesuai.
29 Memberikan bayi pada ibunya dan menganjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian
ASI.
PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
Oksitosin
30 Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan
palpasi abdomen untuk menghilangkan kemung-
kinan adanya bayi kedua.
31 Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
32 Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi,
memberikan suntikan 10 unit IM di 1/3 paha kanan
atas bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.
Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat
dengan klem ± 3 cmdari pusat bayi. Mendorong isi
tali pusat kearah ibu (distal) dan jepit kempali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara
2 klem tersebut.
PENANGANAN TALI PUSAT TERKENDALI
33 Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm
dari vulva
34 Meletakan satu tangan diatas kain yang ada diperut
ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan
tangan ini untuk mendeteksi. Memegang tali pusat
dan klem dengan tangan yang lain.
35 Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian
meregangkan tali pusat dengan tangan kanan dan
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menungu
hingga kontraksi berikutnya dan mengulangi langkah
tadi.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu untuk
seorang anggota keluarga untuk melakukan
rangsangan putting susu.
MENGELUARKAN PLASENTA
36 Lakukan penegangan dan dorongan dorsokranial
hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar dan
kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan tekanan dorsokranial).
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan
klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
 Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit :
 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
- Menilai kandung kemih dan
mengkateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptic jika perlu.
- Meminta keluarga untuk menyiapkan
rujukan mengulangi penegangan tali pusat
selama 15 menit berikutnya.
- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam
waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
37 Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan
melahirkan plasenta dengan hati-hati. Pegang
plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah jarum jam untuk membantu pengeluaran
plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
RANGSANGN TAKTIL (PEMIJATAN) UTERUS
38 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
melakukan masase uterus menggukan palmar 4 jari
tangan kiri dengan gerakkan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi
keras).
MENILAI PERDARAHAN
39 Memeriksa kedua sisi plasenta biak yang menempel
ke ibu (maternal) maupun bagian fetal plasenta
dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa
seluruh kotiledon dan selaput ketuban telah lahir
lengkap  masukkan kedalam kantong plastic.
40 Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan
perineum dan segera menjahit laserasi yang
megalami perdarahan aktif.
Grade I  robekan pada vagina (kompetensi dokter
umum)
Grade II  robekan pada vagina dan otot perineum
(kompetensi dokter umum)
Grade III  robekan sudah mengenai M. Sfingter ani
internum (kompetensi Sp.OG)
Grade IV  robekan sampai rectum, mengenai M.
Sfingter ani eksternum (kompetensi Sp.OG)
MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
41 Menilai ulang uterus dan memastikannya
berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi perdarahan
pervaginam.
42 Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5% membilas kedua
tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan
air disinfeksi dan mengeringkannya dengan kain
yang bersih dan karing.
43 Ganti klem pada bayi dengan umbilical cord clem
sekitar 1 cm dari pusat.
44 Rendam semua alat pada larutan klorin 0,5%.
45 Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke
kulit di dada ibu minimal 1 jam.
46 Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran
bayi, beri tetes mata antibiotic profilaksisi, dan vit
K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
Setelah 1 jam pemberian vit K1 berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral.
EVALUASI
47 Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan
perdarhaan pervaginam  2-3 kali dalam 15 menit
pertama pasca persalinan  Setiap 15 menit pada 1
jam pertama pasca persalianan  Setiap 20-30 menit
pada jam kedua pascapersalinan.
48 Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimanan
melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi
uterus.
49 Mengevaluasi kehilangan darah.
50 Memeriksa tensi, nadi dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
Memeriksa suhu tubuh ibu sekali setiap jam selama
dua jam pertama pasca persalainan.
Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa
bayi bernapas dengan baik.

51 Menempatkan semua peralatan didalam larutan


klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit).
Memcuci dan membilas peralatan setelah
didekontaminasi.
52 Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi
dedalam tempat sampah yang sesuai.
53 Membersihakan ibu dengan menggunakan air
disinfeksi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
54 Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu
memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
55 Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk
melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan
membilasnya dengan air bersih
56 Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan
klorin 0,5% membalikan bagian dalam keluar dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
57 Mencuci kedua tangan dengan sabun dan alir
mengalir.
DOKUMENTASI
58 Melengkapi partografi (halaman depap dan
belakang) dan rekam medik
1. Informasi Tentang Ibu  Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti.
2. Kesehatan Dan Kesejahteraan Janin
 DJJ  catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda – tanda gawat janin).
 Warna dan adanya air ketuban  nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan
dalam (tiap 4 jam).
o U  ketuban utuh (belum pecah)
o J  ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
o M  ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur meconium
o D  ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur darah
o K  ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
 Molase (penyusupan kepala janin)  penyusupan adalah indicator penting tentang
seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu.
Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan
adanya Chepalo Pelvic Disporportion (CPD).
o 0  tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat di palpasi.
o 1  tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
o 2  tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
di pisahkan.
o 3  tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih da tidak dapat dipisahkan.
3. Kemajuan Persalinan  tiap 4 jam
 Pembukaan serviks  catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering di lakukan
jika ada tanda – tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus di tulis digaris waktu
yang sesuai dengan jalur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan –
temuan dari pemeriksaan dalam yang di lakukakn pertama kali selama fase aktif
persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan
garis utuh (tidak terputus).
 Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
 Garis waspada dan garis bertinda  jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah
kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus di
pertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll).
Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang di perlukan. Jika pembukaan
serviks berada di sebelah kanan bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan
persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak
terlampui.
 Jam dan Waktu
Waktu mulainya fase aktif persalianan  setiap kotak menyatakan waktu satu jam
sejak dimulainnya fase aktif persalinan.
 Kontraksi Uterus  Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit
dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai.
 Obat dan Cairan yang di Berikan  Setiap 15-30 menit.
4. Kesehatan dan Kenyamanan Ibu
 Nadi, tekanan darah, dan suhu.
o Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.
o Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinann.
o Nilai dan catat suhu ibu (lebih sering jika meningkat, atau di anggap adanya infeksi)
setiap 2 jam dan catat suhu dalam kotak yang sesuai.
 Volume urine, protein atau aseton  ukur dan catat jumlah produksi urine ibu
sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih).
BRANDT ANDREW MANUVER
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah, mempersilahkan duduk. Perkenalkan diri dan
menyanyakan identitas.
Anamnesis
2. Lahir dimana? Berapa jam yang lalu?
3. Ditolong siapa?
4. BBL bayi? Lengsung menangis?
5. Riwayat persalinan sebelumnya?
6. Riwayat kuratase sebelumnya?
7. Inform concent.
Pemeriksaan Fisik
8. Cuci tangan  pasang handscoon.
9. Penolong di sebelah kanan pasien.
10. Melakukan pemeriksaan obstetric:
 Ukur TFU
 Cek kontraksi
 Tampak tali pusat dengan klem dari vagina
 Perasat lepasnya plasenta
a. Klein  ibu diminta mengedan, jika plasenta belum lepas tali pusat memanjang
lalu memendek kembali setelah mengedan
b. Stressman  mengetuk suprasimfisis, jika plasenta belum lepas tali pusat
memanjang lalu memendek lagi
c. Kustner  menekan suprasimfisis, ika plasenta belum lepas tali pusat memanjang
lalu memendek lagi
 Lakukan pemeriksaan dalam (VT)  portio lunak, Oue terbuka, plasenta teraba di
muara OUE.
Diagnosis  P..A.. post partum spontan … jam diluar dengan HPP dini ec plasenta inkarserata
Tatalaksana  Brandt andrew maneuver
Langkah-Langkah
1. Penolong berdiri pada sisi kanan pasien.
2. Dilakukan penjepitan klem pada tali pusat (5-10 cm di depan vulva).
3. Selama kontraksi, pegang klem dengan tangan kanan dan regangkan tali pusat dengan hati-
hati, sementara tangan kiri menekan uterus kearah dorsokranial pada suprapubic.
4. Pertahankan peregangan pada tali pusat hingga tali pusat memanjang kemudian pindahkan
klem lebih dekat kea rah perineum.
5. Anjurkan ibu untuk mengedjan dan dengan sendirinya plasenta akan bergerak ke arah
introitus vagina.
6. Dengan hati-hati, tarik tali pusat dengan tangan kanan yang memegang klem sedemikian
rupa ke bawah, sambil menekan uterus kearah dorsokranial pada suprapubic menggunakan
tangan kiri.
7. Jika plasenta mulai keluar pegang plasenta dengan kedua tangan dan putar searah jarum
jam hingga plasenta lahir lengkap.
8. Pastikan bahwa plasenta lahir lengkap, kamudian ukur berat plasenta, panjang tali pusat
dan diameter.
9. Lakukan eksplorasi.
10. Nilai keaadaan ibu dan tanda perdarahan.
Medikamentosa
1. Cefadroxil 500 mg 2x1 selama 5 hari.
2. Asam mefenamat 500 mg 3x1 selama 5 hari.
3. Vit B comb 1x1 selama 5 hari.
Komunikasi dan Edukasi
1. Beritahu keluarga dan pasien bahwa tindakan telah selesai dan tembuni telah lahir, namun
masih perlu dilakukan observasi  ranap 1 hari.
2. Ajarkan pasien dan keluarga masase uterus.
3. Jelaskan bahwa perdarahan pasca persalinan bisa saja terjadi sepanjang masa nifas , apabila
terdapat perdarahan  control lagi.
4. Ajarkan vulva hygiene.
5. Kontrol ulang ke poli kebidanan 1 minggu setelah diperbolehkan pulang.
IVA & PAP SMEAR
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah, mempersilahkan duduk. Perkenalkan diri dan
menyanyakan identitas.
2. Tanyakan tujuan kedatangan klien.
3. Anamnesis:
a. Keluhan utama?
b. Sejak kapan?
c. Faktor risiko:
- Aktivitas seksual pada usia muda (<16 tahun)
- Sering berganti pasangan seksual
- Merokok
d. Gejala klinis
- Keputihan banyak dan berbau?
- Perdarahan post coitus?
- Perdarahan pervaginam?
- Nyeri panggul/pinggang?
- Nyeri BAB/BAK?
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inform concent
b. Cuci tangan
c. General:
- BB, TB, TTV
- Head to toe
d. Pemeriksaan ginekologi  posisi litotomi
- Persiapkan alat:
Umum Pap smear
o Lampu o Spatula ayre
o Spidol o Cytobrush
o Handscoon o Object glass
o Kassa o Alcohol 95%
o Povidone iodine IVA
o Speculum o Kapas lidi
o Asam asetat 5%
- Nyalakan lampu
- Cuci tangan  pasang handscoon
- Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
- Vulva hygiene
- Masukkan speculum
- Nilai adakah kelainan pada dinding vagina, portio, dan forniks
Pap Smear
 Ujung spatula ayre dimasukkan pada kanalis servikalis, putar 360 derajat
 Pindahkan sampel (pulas) pada object glass di sebelah kiri, fiksasi dengan alcohol
95%
 Masukkan cytobrush sampai ke portio, putar 180 derajat
 Pulas pada object glass di sebelah kanan, fiksasi dengan alcohol 95%
 Tulis keterangan nama di object glass
IVA
 Bersihkan portio dengan kassa
 Identifikasi squamo-columnar junction, kemudian olesi dengan kapas lidi yang
telah dicelup kedalam cairan asam asetat 5%
 Tunggu 1 menit
 Inspeksi apakah ada lesi acetowhite
 Interpretasi: IVA (+) jika acetowhite (+)  dysplasia/lesi prakanker
 Bersihkan portio dengan kassa
- Lepas speculum dan masukkan ke dalam laruan klorin 0,5%
- Beri tahu pasien pemeriksaan sudah selesai
- Buang alat sekali pakai
- Lepas handscoon dan cuci tangan
5. Lengkapi rekam medik
6. Kesimpulan:
- Jelaskan hasil pemeriksaan
- Jika terdapat lesi pra kanker, rujuk untuk dilakukan cryotherapy

Anda mungkin juga menyukai