Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi Cair-Cair
Semester V 2019/2020
LAPORAN PRAKTIKUM
EKSTRAKSI CAIR-CAIR
Pemilihan Pelarut
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama pada
ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin)
ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu
larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya
diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Pertimbangan – pertimbangan dalam dalam pemilihan pelarut yang
digunakan adalah :
1. Selektifitas (faktor pemisahan = β).
β = fraksi massa solute dalam ekstrak/fraksi massa diluent dalam ekstraksi.
Fraksi massa solute dalam rafinat/fraksi massa diluent dalam rafinat pada
keadaan setimbang. Agar proses ekstraksi dapat berlangsung, harga β
harus lebih besar dari satu. Jika nilai β = 1 artinya kedua komponen tidak
dapat dipisahkan.
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama
pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak,
resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan.
Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan,
yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
4. Densitas
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan
kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini
dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda
kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan
menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
Perbedaan densitas ini akan berubah selama proses ekstraksi dan
mempengaruhi laju perpindahan massa.
6. Chemical Reactivity
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia
pada komponen-kornponen bahan ekstraksi. Pelarut merupakan senyawa
yang stabil dan inert terhadap komponen – komponen dalam sistem dan
material (bahan konstruksi).
Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia
(misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang
tinggi. Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal
ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
7. Viskositas
Tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan
penanganan dan penyimpanan.
Koefisien Distribusi
Pada percobaan ini menentukan koefisien distribusi untuk sistem tri
khloro etilena – asam propionate – air, dan menunjukan ketergantungannya
terhadap konsentrasi. Pada campuran ketiga zat ini dianggap bahwa fasa
berada pada kesetimbangan. Pada konsentrasi rendah, koefisien distribusi
tergantung pada konsentrasi, sehingga
𝐘 = 𝐊. 𝐗
Maka,
𝐕𝟎 (𝐗 𝟏 − 𝐗 𝟐 ) = 𝐕𝐰 (𝐘𝟏 − 𝟎)
dimana,
Vw : laju alir air (L/s)
V0 : laju alir TCE (L/s)
X : konsentrasi asam propionate dalam fasa organic (kg/L)
Y : konsentrasi asam propiaonate dalam fasa air (kg/L)
Indeks 1 : pada puncak kolom
Indeks 2 : pada dasar kolom
2. Efisiensi Ekstraksi
∆𝐗 𝟏 − ∆𝐗 𝟐
𝐋𝐨𝐠 𝐫𝐚𝐭𝐚 − 𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐠𝐚𝐲𝐚 𝐝𝐨𝐫𝐨𝐧𝐠 = ∆𝐗
𝐥𝐧 (∆𝐗 𝟏 )
𝟐
dimana,
∆X1 : gaya dorong pada puncak kolom = X2 - 0
∆X2 : gaya dorong pada dasar kolom = X1 – X1*
X1* : konsentrasi asam di daam fasa organic yang berkesetimbangan
dengan konsentrasi
Y1 : di dalam fasa air. Harga kesetimbangan ini dapat diperoleh
dari kurva koefisien distribusi (pada percobaan 1)
Ekstraksi cair – cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi
yang menyatakan bahwa “ pada konsentrasi dam tekanan yang konstan, analit
akan terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama di antara dua pelarut yang
saling tidak campur “. Perbandingan konsentraso pada keadaan setimbang di
dalam 2 fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi (KD)
dan di ekspresikan dengan :
[𝐒]𝐨𝐫𝐠
𝐊𝐃 =
[𝐒]𝐚𝐪
V. PROSEDUR KERJA
A. Percobaan I
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menambahkan 40 ml TCE dan 40 ml aquadest ke dalam corong
pemisah
3. Menambahkan 2 ml asam asetat pekat ke dalam corong pemisah
4. Mengocok corong pemisah selama 5 menit
5. Meletakkan corong pemisah, kemudian mendiamkannya sampai
terbentuk 2 lapisan
6. Mengambil ekstrak dan rafinat kemudian memasukkannya ke dalam
Erlenmeyer
7. Memipet masing-masing sampel sebanyak 4 ml
8. Menambahkan 3 tetes indicator PP
9. Menitrasi masing-masing sampel dengan NaOH 0,1N sampai
larutannya berubah warna menjadi merah muda
10. Mengulangi prosedur kerja dengan volume asam asetat yang
berbeda, yaitu 4 dan 6 ml.
VI. DATA PENGAMATAN
V V V As.
V NaOH V NaOH BeratPikno BeratPikno+
No. TCE Air Asetat
atas (ml) bawah(ml) + atas (g) bawah (g)
(ml) (ml) (ml)
1 40 40 2 26,2 0,8 50,0478 61,8185
2 40 40 4 49,7 1,1 50,1845 61,7344
3 40 40 6 73 3,1 50,5681 61,7120
VII. PERHITUNGAN
1. Penentuan Volume Piknometer
Berat piknometer kosong = 23,5595 gram
Berat piknometer + air= 49,8907
Berat air = 26,3312 gram
Volume pikno = volume air = berat air/densitas air
= 26,3312 gram / 1 gram/ml
= 26,3312 ml
(61,8185 − 23,5595)𝑔𝑟𝑎𝑚
=
26,3312 𝑚𝐿
38,259 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
26,3312 𝑚𝐿
= 1,453 𝑔/𝑚𝐿
Dengan perhitungan yang sama seperti di atas diperoleh berat jenis
lapisan atas dan lapisan bawah dengan variasi asam asetat pada tabel 1
sebagai berikut :
Volume asam Berat Jenis ekstrak Berat Jenis rafinat
asetat (mL) (g/mL) (g/mL)
2 1,006 1,453
4 1,011 1,450
6 1,026 1,449
1.000
0.800
lapisan atas
0.600
lapisan bawah
0.400
0.200
0.000
0 2 4 6 8
Volume Asam Asetat (ml)
Vol.
V NaOH ekstrak
Asam V NaOH rafinat (mL)
(mL)
Asetat
2 26,2 0,8
4 49,7 1,1
6 73 3,1
1.8
1.6
1.4
1.2
(N)
1
0.8 lapisan atas
0.6 lapisan bawah
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8
Volume Asam Asetat (ml)
Koefisien Distribusi vs Volume Asam
Asetat
50
Koefisien Distribusi
40
30
20
Series1
10
0
0 2 4 6 8
Volume Asam Asetat (ml)
VIII. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini adalah ekstraksi cair-cair. Sebagaimana kita ketahui
ekstraksi adalah salah satu cara atau metode pemisahan larutan dua
komponen cair dengan menambahkan komponen ke-tiga yang dapat larut
dengan solut tetapi tidak larut dengan pelarut (diluen). Dalam hal ini adalah
larutan antara Tricloroetilen (TCE) dengan air dan asam asetat (CH3COOH)
sebagai pelarut (solvent) yang akan memisahkan antara TCE dan air. Metode
pemisahan ektraksi cair-cair tidak dapat digunakan apabila pemisahan
campuran dengan cara destilasi tidak dapat dilakukukan karena kepekaannya
terhadap panas atau tidak ekonomis.
Dalam praktikum ini, yang dilakukan yaitu dipisahkan antara campuran
TCE dan air dengan alat sederhana yaitu corong pisah untuk menentukan nilai
koefisien distribusi. Pada percobaan penentuan koefisien distribusi, bahan
yang digunakan yaitu air yang dicampur dengan TCE dan yang digunakan
untuk mengekstrak yaitu asam asetat (CH3COOH) sehingga air yang tidak
larut di dalam TCE terdispersi bersama asam asetat. Penambahan Asam
Asetat (CH3COOH) pada larutan dilakukan bervariasi yakni 2 ml, 4 ml dan 6
ml untuk masing-masing larutan yang berisi 40 ml air dan 40 ml TCE dan
dicampurkan dalam corong pemisah. Setelah ketiga bahan tersebut telah
dicampurkan dan dikocok dalam corong pemisah, kemudian diletakkan pada
tempat corong sampai membentuk dua lapisan. Dimana cairan yang
mempunyai massa jenis lebih berat akan berada pada lapisan bawah (rafinat)
dalam hal ini TCE sedangkan asam asetat yg larut dalam air akan berada
dilapisan atas (ekstrak). Selanjutnya dilakukan pengukuran berat jenis dan
konsentrasi asam asetat pada masing-masing ekstrak dan rafinat.
Penentuan berat jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer.
Adapun dari grafik hubungan antara volume asam asetat dengan berat jenis
ekstrak dan rafinat, dapat diketahui bahwa semakin besar volume asam setat
yang ditambahkan maka semakin besar pula berat jenisnya baik untuk ekstrak
dan rafinat meskipun tidak terlalu signifikan.
Selanjutnya dilakukan titrasi pada seluruh rafinat dan ekstrak dengan
larutan NaOH 0,1 N, dengan penambahan indicator PP sebanyak 3 tetes. Dari
data percobaan yang telah dilakukan kemudian dihitung konsentrasi asam
asetat yang terkandung didalam ekstrak dan konsentrasi asam asetat yang
terkandung didalam rafinat. Dari grafik hubungan antara volume asam setat
dengan konsentrasi pada ekstrak dan rafinat yang diperoleh didapatkan hasil
bahwa konsentrasi asam asetat lebih banyak terkandung di dalam ekstrak
dibandingkan di dalam rafinat, sehingga koefisien distribusinya dapat
dihitung. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa ekstrak kaya akan
solvent sedangkan rafinat sedikit mengandung solvent.
Adapun dari grafik hubungan antara volume asam asetat dengan
koefisien distribusi, dapat diketahui bahwa volume asam asetat yang baik
digunakan yaitu 4 ml. Hal ini karena pemilihan pelarut dengan harga
koefisien distribusi yang besar maka jumlah solvent yang digunakan sedikit.