Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG SERUNI

RSUD MARDI WALUYO BLITAR

DI SUSUN OLEH :

KULSUM FEBRI DWI SAFITRI


P17212195066

PROGRAM STUDI DIV DAN PROFESI KEPERAWATAN MALANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2020
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKO PNEMONIE

A. PENGERTIAN

Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola

penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi

dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C,

2002 : 572)

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di

bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang

membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering

bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang

spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam

Supardi, 1998)

Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan

oleh agen bakteri, jamur atau virus dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B. ETIOLOGI

Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh

adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.

Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap

organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus,
gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral

setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,

protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682)

antara lain:

1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

2. Virus : Legionella pneumoniae

3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien

yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam

mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C,

2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682)

C. PATHOFISIOLOGI

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas

yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena

aspirasi makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran

pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat

tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan

dengan ganbaran sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh

darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.

2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran

pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora


normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan

kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan

dan elektrolit. (Soeparman, 1991)

D. MANIFESTASI KLINIS

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran

pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita

bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam,

nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan

otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.(Barbara C. long, 1996 :435)

Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi

konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).(Sandra M. Nettina, 2001 : 683)


PATHWAY
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilus influezae

 Penderita akit berat yang dirawat di RS


 Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
 Kontaminasi peralatan RS

Saluran Pernafasan Atas

kuma
strepcococus Kuman terbawa di Infeksi Saluran Pernafasan Bawah
berlebih di bronkus saluran pencernaan

Proses peradangan Infeksi saluran Dilatasi hipertemi Edema antara


pencernaan pembuluh darah kaplier dan
alveoli
Akumulasi sekret
di bronkus Peningkatan flora
Eksudat plasma Septikimia Iritasi PMN
normal dalam usus
masuk alveoli eritrosit pecah

Gangguan difusi
Bersihan jalan Mukus bronkus Peningkatan dalam plasma Peningkatan Edema paru
nafas tidak meningkat peristaltik usus metabolisme
efektif
Gangguan
Bau mulut tidak Malabsorbrsi pertukaran gas Evaporasi Pengerasan
sedap meningkat dinding paru

Anoreksia Frekuensi Penurunan


Bab >3x/hari compliance paru

Intake kurang
Gangguan Suplai O2
keseimbangan menurun
cairan dan eletrolit
Nutrisi kurang dari
kebutuhan Hipoksia

Hiperventilasi
Metabolisme
anaeraob meningkat
Dispneu

Akumulasi asam
Retraksi dada / laktat
nafas cuping
hidung
Fatigue

Gangguan pola
nafas
Intoleransi
aktivitas
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:

1. Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan darah

Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis

(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

 Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan

dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes

sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)

 Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.

(Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

 Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

 Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen

mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

2. Pemeriksaan Radiologi

 Rontgenogram Thoraks

Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi

pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi

stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 : 435)

 Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat

oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus Keperawatan


a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi
selama minimum 3 bulan berturut- turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi
sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernafasan, dada terlihat
hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang
dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi
kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan
merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat
seperti merokok.
1. Pernafasan
Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/
iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap
(misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji). Pengunaaan
oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas, penggunaan
otot bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra
klatikula, melebarkan hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk
barel), gerakan difragma mini mal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung / takikardi Berat,
disritmia Distensi vena leher (penyakit berat) edema dependen, tidak
berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup ( yang
berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada).
Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat
dapat menunjukan anemia.
3. Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah, nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema),
ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda :Turgor kulit buruk, berkeringat, palpitasi abdominal dapat menyebabkan
hepatomegali
4. Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-
hari karena sulit bernafas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi
duduk tinggi , dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan, gelisah/ insomnia, kelemahan umum / kehilangan masa otot
5. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influensa).
Tanda : Perubahan mental (bingung somnolen).
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk, mialgia, atralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit.
7. Pernafasan
Gejala : Riwayat PPOM, takipnea, dipsnea, pernafasan dangkal, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area yang konsolidasi),
fremitus (traktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi), bunyi nafas
(menurun atau tidak ada), warna (pucat atau cyanosis bibir/kuku).
8. Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan, adanya infeksi berulang.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,

pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 1999 : 166)

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.

(Doenges, 1999 :177)


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC

Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC

Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni

Pendidikan Keperawatan

Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit

FKUI

Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai