TINJAUAN PUSTAKA
c. Pemberian nomor secara Seri dan Unit (Serial Unit Nambering system).
Pemberian nomor secara Seri dan Unit yaitu sistem penomoran dengan
menggabungkan sistem seri dan sistem unit. Setiap pasien yang berkunjung
padda sarana pelayanan kesehatan diberikan nomor baru, tetapi dokumen
rekam medis terdahulu digabungkan dan disimpan jadi satu dibawah nomor
yang paling baru. Kekurangannya yaitu petugas menjadi lebih repot setelah
selesai pelayanan informasi klinis tidak berkesinambungan.(Budi,2011:65)
2. Sistem Penamaan
Sistem penamaan rekam medis pada dasarnya adalah untuk memberikan
identitas kepada seorang pasien serta untuk membedakan antara pasien satu
dengn ppasien lainnya, sehingga mempermudah dalam memberikan pelayanan
rekam medis kepada pasien yang datang berobat kerumah sakit. Penulisan
nama pasien pada rekam medis menurut buku petunjuk penyelenggara Rekam
Medis Rumah Sakit (1991:11) cara menulis dan mengindeks nama dalam
formulir rekam medis adalah sebagai berikut :
a. Nama Tunggal
Nama orang dapat terdiri dari suku kata, dua kata atau lebih. Nama
orang hanya terdiri dari suku kata, diindeks sebagaimana nama itu disebut.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Anis Anis
Andi Andi
b. Nama Majemuk
Nama orang Indonesia yang majemuk dan diisi si pemilik, nama itu
ditulis menjadi satu, diindeks sebagaimana nama itu ditulis.
Contoh :
Nama Diindeks ditulis
Yogi Permadi Yogi Permadi
Nadia Ella Nadia Ella
c. Nama Keluarga
Nama orang Indonesia yang menggunakan nama keluarga,yang
diutamakan nama kelurganya.
Contoh :
Nama Diindeks ditulis
Eko Purnomo Purnomo Eko
Ambar sari Sari Ambar
Menurut Wijayanti (2011) Rekam medis mulai sangat terasa sejak didirikannya Rumah Sakit
St.Bartholomew di London Inggris. Rumah sakit ini sangat menekankan pencatatan laporan
atau instruksi medis yang harus dilakukan oleh seorang dokter sebagai bentuk pertanggung
jawabanya kepada pasien. Pada abad 18 Rumah Sakit Penansyalavania di Philadelphia
didirikan oleh Benjamin Franklin pada tahun 1752. Pada tahun 1771 didirikan Rumah Sakit
New York, pencatatan rekam medis baru dikerjakan pada tahun 1793 yaitu registrasi pasien
baru. Tahun 1862 pengindeksan penyakit dan kondisi pasiennya baru dilakukan.
Perkembangan rekam medis semakin berkembang pada abad 19 yang
ditandai dengan dibukanya rumah sakit umum Massacussect di Boston tahun 1801. Rumah
sakit ini memiliki rekam medis dan katalog pasien lengkap.Tahun 1871 mulai
menginstruksikan bahwa setiap pasien yang dirawat harus dibuatkan Kartu Indeks Utama
Pasien (KIUP).Pada tahun 1902 American Hospital Association (AHA) untuk pertama
kalinya melakukan diskusi rekam medis. Tahun 1905 seorang dokter berkebangsaan Amerika
dr. Wilson mengemukakan pidato ilmiahnya yaitu tentang pentingnya nilai rekam medis yang
lengkap demi kepentingan pasien maupun pihak rumah sakit.
Adanya pendidikan khusus tentang rekam medis pada tahun 1935 diselenggarakan di:
a. Rumah sakit umum Massachuchetts, Boston dengan Instruktur Genevive Chase.
b. Rumah sakit umum Rochester, New York dengan Instruktur Je Harned Bufkin.
c. Rumah sakit St. Joseph, Chicago dengan Instruktur Suter Edna K.Huffman.
Rekam medis semakin berkembang pada abad 20 dengan adanya akreditasi dan
dengan didirikannya asosiasi-asosiasi perekam medis disetiap Negara. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan no. 269 tahun 2008 Rekam Medis yaitu berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien.
2. Tujuan Rekam Medis
Rekam medis dilaksanakan dengan tujuan tercapainya tertib administrasi
dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan.
Menurut Gibony 1991 rekam medis juga memiliki manfaat yaitu:
a. Aspek Administrasion
Suatu berkas rekam medis yang berisi tentang tindakan berdasarkan wewenang dan
tanggung jawab sebagai tenaga medis dan para medis dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan.
b. Aspek Legal
Suatu berkas rekam medis yang berisi tentang adanya jaminan kepastian hukum atas
dasar keadilan pelayanan kesehatan, sebagai usaha menegakkan hukum serta penyediaan
tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
c. Aspek Financial
Suatu berkas rekam medis yang dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk
menetapkan biaya pembayaran jasa pelayanan kesehatan.Tanpa adanya bukti catatan
tindakan atau pelayanan maka pembayaran tidak dapat dipertanggung jawabkan.
d. Aspek Research
Suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai penelitian karena isinya
menyangkut data atau infomasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
e. Aspek Education
Suatu berkas rekam medis yang berisi data-data yang dapat digunakan untuk
mengetahui kronologis suatu tindakan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien dan
mengetahui sistem pengelolaan rekam medis.
f. Aspek Documentation
Suatu berkas rekam medis yang digunakan sebagai sumber ingatan yang harus
didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan sarana
kesehatan.
2) Nama Majemuk
Nama orang Indonesia yang majemuk dan oleh si pemilik nama itu ditulis menjadi satu,
diindeks sebagaimana nama itu ditulis.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Ira Ayu Ira Ayu
Isnaini Fitriana Isnaini Fitriana
3) Nama Keluarga
Nama orang Indonesia yang menggunakan nama keluarga, yang diutamakan nama
keluarganya.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Narsissius Hardiman Hardiman Narsissius
Novilia Haryanto Haryanto Novilia
b. Menulis Nama Orang Cina, Korea, Vietnam dan sejenisnya.
1) Nama Asli
Nama asli orang Cina, Korea, Vietnam dan sejenisnya, diindeks dan ditulis sebagai nama
aslinya.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Kim Ti Sung Kim Ti Sung
Tan Tek Sun Tan Tek Sun
2) Nama orang Cina yang digabung dengan nama orang Eropa, nama Cina lebih diutamakan,
baru menyusul nama Eropa.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Kennedy Tan Tan Kennedy
Thomas Kim Kim Thomas
c. Menulis nama orang India, Jepang, Thailand dan sejenisnya.
Kata akhir dijadikan kata tangkap utama dalam indeks, tanpa memperhatikan apakah kata
akhir itu nama keluarga atau nama clan.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Mahatma Gandhi Gandhi, Mahatma
Saburo Ichikawa Ichikawa, Saburo
d. Menulis nama orang Arab, Persia, Turki dan sejenisnya.
1) Nama Arab, Persia, Turki dan sejenisnya yang diikuti nama keluarga, nama keluarga
dijadikan kata pengenal utama.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Sayyid Abdullah Abdullah, Sayyid
Muhammad Wahid Wahid, Muhammad
2) Nama orang Arab, Persia, Turki, yang menggunakan kata bin, binti, nama yang didahului
kata itu dijadikan sebagai pengenal utama.
Nama Diindeks akan ditulis
Umar bin Khotob Khotob, Umar bin
Usman bin Affan Affan, Usman bin
e. Menulis nama orang Eropa, Amerika, dan sejenisnya.
Nama orang Eropa, Amerika, diindeks dan ditulis berdasarkan nama keluarga, seperti contoh
dibawah ini :
Nama Diindeks akan ditulis
Albert Van Hook Hook, Albert Van
Robert Kennedy Kennedy, Robert
2. Sistem Penjajaran
Dokumen rekam medis yang disimpan didalam rak penyimpanan tidak ditumpuk
melainkan disusun, berdiri sejajar satu dengan yang lain.
Menurut Bambang Shofari dalam bukunya Pengantar Sistem Rekam Kesehatan
(PSRK) tahun edisi 1998 penjajaran dokumen rekam medis ada 3 cara yaitu :
a. Sistem Nomor Langsung (Straight Numerical Filing)
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder dokumen rekam
medis berdasarkan urutan nomor rekam medis dari awal.
3. Sistem Penomoran
Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis yaitu tata cara penulisan nomor
yang diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai bagian dari identitas pasien yang
bersangkutan. Tujuannya yaitu :
a. Sebagai petunjuk pemilik folder yang bersangkutan.
b. Sebagai pedoman dalam tata cara penyimpanan dokumen rekam medis.
c. Sebagai petunjuk dalam pencarian dokumen rekam medis yang telah tersimpan di filing.
Menurut Bambang Shofari dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sistem Rekam
Kesehatan (PSRK) ada tiga sistem pemberian nomor pasien (Administrasion Numbering
System) adalah sebagai berikut :
a. Pemberian nomor cara Serial Numbering System
Yaitu sistem penomoran dimana setiap pasien yang berkunjung ke rumah sakit atau
puskesmas selalu mendapatkan nomor baru. Keuntungan menggunakan sistem ini yaitu
petugas lebih mudah mengerjakan, namun kerugiannya yaitu membutuhkan waktu lama
untuk mencari atau mendapatkan berkas rekam medis pasien lama karena satu pasien
mendapatkan lebih dari satu nomor rekam medis sehingga informasi pelayanan klinisnya
menjadi tidak berkesinambungan dan dapat merugikan pasien.
b. Pemberian nomor cara Unit Numbering System
Yaitu sistem penomoran dimana sistem ini memberikan satu nomor rekam medis pada pasien
berobat jalan, pasien rawat inap, gawat darurat dan bayi baru lahir. Kelebihan sistem ini
adalah informasi klinis dapat berkesinambungan, tetapi pengambilan data pasien akan lebih
lama karena semua data dan informasi mengenai pasien dan pelayanan pendaftaran pasien
pernah berkunjung (berobat) atau sebagai pasien lama hanya memiliki satu nomor.
Kekurangan ini dapat diatasi dengan sistem pelayanan yang terpisah antara pendaftaran
pasien lama atau baru.
c. Pemberian nomor cara Serial Unit Numbering System
Yaitu sistem penomoran dengan menggabungkan sistem seri dan sistem unit.Setiap pasien
yang berkunjung pada sarana pelayanan kesehatan diberikan nomor baru, tetapi dokumen
rekam medis terdahulu digabungkan dan disimpan jadi satu dibawah nomor yang paling baru.
Kekurangannya yaitu petugas menjadi lebih repot setelah selesai pelayanan informasi klinis
tidak berkesinambungan.
4. Sistem Penyimpanan
Dokumen rekam medis berisi data individual yang bersifat rahasia, maka
setiap folder harus disimpan dan dilindungi dengan baik karena bertujuan untuk :
a. Mempermudah dan mempercepat ditemukannya kembali dokumen yang disimpan dalam
rak filing.
b. Mempermudah mengambil dari tempat penyimpanan.
c. Melindungi dokumen rekam medis dari bahaya pencurian, kerusakan fisik, kimiawi dan
biologis.
Syarat dokumen rekam medis dapat disimpan yaitu apabila pengisian pada
lembar formulir rekam medis telah terisi dengan lengkap dan telah dirakit sehingga riwayat
pasien urut secara kronologis. Ditinjau dari pemusatan atau penyatuan dokumen rekam medis
maka cara penyimpanannya dibagi menjadi dua yaitu :
a. Sentralisasi
Sistem penyimpanan secara sentralisasi yaitu, suatu sistem penyimpanan dengan cara
menyatukan formulir rekam medis milik pasien kedalam satu kesatuan dimana dokumen
rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, milik seorang pasien menjadi satu dalam
satu folder (map).
Keuntungannya :
1) Data dan informasi hasil pelayanan dapat berkesinambungan kerena menyatu dalam satu
folder sehingga riwayatnya dapat dibaca seluruhnya.
2) Mengurangi terjadinya duplikasi data dalam pemeliharaan dan penyimpanan rekam medis.
3) Mengurangi jumlah biaya yang digunakan untuk peralatan dan ruangan.
4) Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan karena dokumen rekam
medis milik seorang pasien berada dalam satu folder.
5) Mudah menerapkan sistem unit record .
Kekurangannya :
1) Petugas rekam medis menjadi lebih sibuk karena harus menangani unit rawat jalan dan unit
rawat inap.
2) Filing (tempat penyimpanan) dokumen rekam medis harus jaga 24 jam karena sewaktu-
waktu diperlukan untuk pelayanan UGD yang dibuka 24 jam.
3) Tempat penerimaan pasien harus bertugas 24 jam, karena dokumen rekam medis digunakan
sewaktu-waktu bila pasien datang untuk berobat.
b. Desentralisasi
Sistem penyimpanan secara desentralisasi yaitu suatu sistem penyimpanan dengan cara
memisahkan formulir rekam medis milik pasien dimana dokumen rekam medis rawat jalan,
rawat inap, gawat darurat, milik seorang pasien dipisahkan pada folder (map) yang berbeda.
Keuntungannya :
1) Efesiensi waktu, sehingga pasien mendapat pelayanan yang lebih cepat.
2) Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan.
Kekurangannya :
1) Terjadinya duplikasi data dalam pembuatan rekam medis, yaitu data dan informasi
pelayanan pada pasien dapat disimpan lebih dari satu folder.
2) Biaya yang diperlukan untuk peralatan dan ruangan lebih banyak.
5. Sistem Retensi dan Pemusnahan
Menurut Bambang Shofari dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sistem Rekam
Kesehatan (PSRK) tahun edisi 1998 Retensi adalah memisahkan dokumen aktif dan non
aktif. Dokumen dikatakan non aktif di hitung sejak 5 tahun apabila pasien tidak datang
berobat lagi.
Dokumen yang sudah tidak aktif dinilai berdasarkan nilai gunanya menjadi dokumen yang
dilestarikan atau di abadikan dan dokumen yang dimusnahkan.
Pemusnahan dokumen rekam medis dilakukan dengan cara dibakar menggunakan
incerator atau dibakar biasa, dicacah, dibuat bubur disaksikan oleh pihak ke tiga dan tim
pemusnah.
6. Sistem Pengolahan Rekam Medis.
Sistem pengolahan yang ada di rekam medis terdiri dari :
a. Assembling
Bagian Assembling yaitu salah satu bagian di unit rekam medis yang berfungsi
sebagai peneliti kelengkapan isi dan perakitan dokumen rekam medis sebelum disimpan.
Dokumen-dokumen rekam medis yang telah diisi oleh unit pencatatan data rekam medis
yaitu Unit Rawat Jalan (URJ), Unit Gawat Darurat (UGD), Unit Rawat Inap (URI) dan
Instalasi Pemeriksaan Penunjang (IPP) akan dikirim ke fungsi Assembling bersama-sama
Sensus Harian setiap hari.
Lembar formulir dalam dokumen rekam medis diatur kembali sesuai urutan riwayat
penyakit pasien dan diteliti kelengkapan isi dokumen rekam medis. Bila belum lengkap akan
dikembalikan ke unit yang bertanggung jawab. Untuk mengendalikan dokumen rekam medis
yang belum lengkap, digunakan formulir Lembar Kekurangan biasa disebut Kartu Kendali
(KK). Fungsi dan peranan Assembling dalam pelayanan rekam medis adalah sebagi perakit
formulir rekam medis, peneliti isi data rekam medis, pengendali dokumen rekam medis tidak
lengkap, pengendali penggunaan nomor rekam medis dan formulir rekam medis.
b. Coding
Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau angka
atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data.
Fungsi pengkode rekam medis bertanggung jawab terhadap penemuan dan penulisan
kode penyakit, dan operasi yang tertulis pada dokumen rekam medis berdasarkan kode yang
telah ditetapkan pada ICD-X dan ICOPIM atau ICD 9 CM.
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization) bertujuan untuk
meyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala dan faktor yang mempengaruhi
kesehatan. Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan tanggung
jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah, oleh karena itu harus di
diagnosis sesuai dengan yang ada didalam rekam medis.
Di dalam ICD-X terdiri dari beberapa volume yaitu:
1) Volume 1 : berisi klasifikasi utama atau tabulasi.
2) Volume 2 : berisi petunjuk penggunaan ICD.
3) Volume 3 : berisi indeks afabetik penyakit.
Didalam ICD X volume 3 terdiri dari 3 section yaitu:
1) Section 1 : berisi indeks penyakit
2) Section 2 : berisi indeks sebab penyakit / akibat cidera luar.
3) Section 3 : berisi indeks akibat penggunaan obat-obatan dan bahan
kimia.
c. Indeks
Indexing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat ke dalam
indeks-indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau komputerisasi). Didalam kartu indeks
tidak boleh mencantumkan nama pasien. Jenis indeks biasa dibuat yaitu :
e. Sistem Penyimpanan
Dokumen rekam medis berisi data individual yang bersifat rahasia, maka setiap folder harus
disimpan dan dilindungi dengan baik karena bertujuan untuk :
3) Melindungi dokumen rekam medis dari bahaya pencurian, kerusakan fisik, kimiawi
dan biologis.
Syarat dokumen rekam medis dapat disimpan yaitu apabila pengisian pada lembar formulir
rekam medis telah terisi dengan lengkap dan telah dirakit sehingga riwayat pasien urut secara
kronologis. Ditinjau dari pemusatan atau penyatuan dokumen rekam medis maka cara
penyimpanannya dibagi menjadi dua yaitu:
a) Sentralisasi
Sistem penyimpanan secara sentralisasi yaitu, suatu sistem penyimpanan dengan cara
menyatukan formulir rekam medis milik pasien kedalam satu kesatuan dimana dokumen
rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, milik seorang pasien menjadi satu dalam
satu folder (map).
b) Desentralisasi
Sistem penyimpanan secara desentralisasi yaitu suatu sistem penyimpanan dengan cara
memisahkan formulir rekam medis milik pasien dimana dokumen rekam medis rawat jalan,
rawat inap, gawat darurat, milik seorang pasien dipisahkan pada folder (map) yang berbeda.
f. Sistem Penjajaran
Dokumen rekam medis yang disimpan didalam rak penyimpanan tidak ditumpuk melainkan
disusun, berdiri sejajar satu dengan yang lain.
Menurut Bambang Shofari dalam bukunya Pengantar Sistem Rekam Kesehatan (PSRK)
tahun edisi 1998 penjajaran dokumen rekam medis ada 3 cara yaitu :
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder dokumen rekam
medis berdasarkan urutan nomor rekam medis dari awal.
Contoh :
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder dokumen rekam
medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua angka kelompok tengah.
Contoh :
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder dokumen rekam
medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua angka kelompok akhir.
Contoh :
g. Sistem Pemusnahan
Setelah dilakukan penilaian terhadap nilai guna rekam medis dari dokumen rekam medis
inaktif, tim pemusnahan dokumen rekam medis kemudian mengabadikan formulir rekam
medis yang harus diabadikan sesuai dengan nilai gunanya dan memusnahkan formulir yang
sudah tidak ada nilai gunanya. Menurut Bambang Shofari dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Sistem Rekam Kesehatan (PSRK) tahun edisi 1998 rangkuman kegiatan
pemusnahan tersebut meliputi :
2. Melaksanakan pemusnahan dokumen rekam medis dengan cara dibakar dan dicacah.
Khusus untuk formulir rekam medis yang sudah rusak atau yang tidak terbaca dapat langsung
dimusnahkan dengan terlebih dahulu membuat pernyataan di atas kertas segel oleh direktur
rumah sakit.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu (SP2TP) =- SK Menkes No. 63/ MENKES/II/1981-
Juklak Direktur Jenderal PembinaanKesehatan MasyarakatNo. 143/Binkesmas/DJ/II.81SP2TP =
kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga, dan upaya pelayanan
kesehatan di Puskesmas berdasarkan SK Menkes No. 63/MENKES/ SK/II/1981Ruang Lingkup =
konsep wilayah kerja Puskesmas
SP2TP Tujuan Umum :- didapatnya semua data hasil kegiatan puskesmas ( Puskesmas
dengan TT, Pustu, Pusling, Bidan Desa dan Posyandu) dan data terkait- dilaporkannya data tsb
ke jenjang administrasi di atasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna
menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat
SP2TPTujuan Khusus :1. Tercatatnya semua data hasil kegiatan Puskesmas dan data yang
berkaitan dlm format yang telah ditentukan secara benar, berkelanjutan dan teratur2.
Terlaporkannya data tsb kepada jenjang yang lebih atas sesuai kebutuhan3. Terolahnya data
menjadi informasi di Puskesmas dan setiap jenjang administrasi diatasnya, shg bermanfaat
mengetahui permasalahan kesmas serta rumuskan cara penanggulangannya secara tepat
SP2TPTujuan Khusus :4. Diperolehnya kesamaan pengertian ttg SP2TP : DO, tata cara
pengisian format, pengolahan data menjadi informasi dan mekanisme pelaporannya5.
Mantapnya pelaksanaan SP2TP di semua jenjang administrasi, shg dpt berhasil guna dan
berdaya guna dlm pengelolaan upaya kesehatan masyarakat
PERKEMBANGAN SP3SP2TP SP3 berupa tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap
untuk pengelolaan Puskesmas, meliputi : keadaan fisik, tenaga, sarana, dan kegiatan pokok
yang dilakukan serta hasil yang dicapai PuskesmasProses pelaksanaan SP3 : 3 hal =-
pencatatan- pelaporan- pengolahan/ analisis/ pemanfaatanPencatatan hasil kegiatan dalam
buku register direkapitulasi dalam format SP3
1. Belum adanya kevalidan data mengenai orang sakit, penyakit, bumil dan lain-
lain dalam wilayah suatu puskesmas.
2. Memperbaiki pengumpulan data di puskesmas guna laporan ke dinas
kesehatan kabupaten.
3. Memasuki era otonomi daerah mutlak diperlukan informasi yang tepat, akurat
dan up to date berkenaan dengan data orang sakit, ketersedian obat, jumlah
ibu hamil, masalah imunisasi dan lain-lain.
Adapun maksud dan tujuan SIMPUS antara
lain:
1. Mengumpulkan data dari tiap puskesmas baik data orang sakit, bayi lahir, ibu
hamil, ketersediaan obat, penyuluhan kesehatan masyarakat dan lain-lain.
2. Menghasilkan informasi up to date tentang kondisi kesehatan di suatu
puskesmas dari jumlah orang sakit sampai ketersediaan obat sehingga dapat
digunakan sebagai data awal dalam pengambilan kebijaksanaan bagi
pimpinan
3. Membantu kelancaran administrasi dan manajemen puskesmas dalam
penyusunan laporan mengenai kondisi kesehatan puskesmas masing-masing.
4. Memudahkan pekejaan administrasi puskesmas dalam membuat laporan
harian dan bulanan.
Keunggulan SIMPUS
1. Kesulitan dalam pengumpulan data (masih ada kabupaten/kota yang belum mengirim
laporan data)
2. Format pengisian data, terkadang tidak sesuai dengan format data dari provinsi.
3. Laporan data dikirim tidak tepat waktu
4. Data terlau luas
5. Sistem SIMPUS online berjalan lambat.
D. Alur dan Prosedur Rekam Medis
Menurut Bambang Shofari dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sistem Rekam
Kesehatan (PSRK) tahun edisi 1998 prosedur dan alur rekam medis pada masing-masing
pelayanan kesehatan yaitu :
1. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ)
TPPRJ atau lebih dikenal dengan sebutan tempat pendaftaran, merupakan tempat dimana antara
pasien dengan petugas rumah sakit melakukan kontak yang pertama kali.
Diskripsi atau gambaran kegiatan pokok di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ)
a. Sebelum tempat pendaftaran dibuka perlu disiapkan :
1) Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP)
2) Kartu Identitas Berobat (KIB)
3) Dokumen Rekam Medis
4) Buku register
5) Tracer
6) Buku Ekspedisi
b. Setelah tempat pendaftaran dibuka :
1) Petugas pendaftaran menerima pendaftaran pasien dan perlu memastikan terlebih dulu, apakah
pasien pernah berobat di rumah sakit ini apa belum. Apabila sudah diminta menunjukkan
KIBnya kemudian digunakan untuk mencari dokumen rekam medis yang lama. Apabila KIB
pasien tertinggal di rumah, tanyakan nama dan alamatnya untuk dicari nomor rekam medis pada
komputer atau KIUP, kemudian dicatat nama dan nomor rekam medis di tracer. Bila belum
pernah berobat, tanyakan identitas pasien untuk dibuatkan KIB dan diberi nomor rekam medis.
2) Simpan KIUP secara rapi berdasarkan abjad.
3) Tanyakan keluhan utama pasien, berobat atau ke poliklinik mana. Bila sudah diketahui
poliklinik mana yang dituju, pasien membayar jasa pelayanan rawat jalan, kemudian mencari
poliklinik yang dituju.
4) Catat identitas pasien di buku register TPPRJ.
5) Berikan tracer pada filing bila kita mengambil dokumen rekam medis.
6) Menerima dokumen rekam medis lama dari bagian filing, dengan menggunakan tanda
penerima.
7) Melayani pengguna ASKES dengan menggunakan sistem yang telah ditetapkan oleh pihak
ASKES.
8) Membuat laporan harian yang berisi tentang informasi yang dihasilkan hari ini.
7) Visum et repertum.
b. Menerima dokumen rekam medis dari unit rekam medis yang diterima dari TPPRJ.
c. Melakukan anamnesa, pemeriksaan, tindakan dan terapi, kemudian dicatat dalam dokumen
rekam medis.
d. Apabila perlu dirawat inap, buatlah surat peintah dirawat (admission note).
e. Dengan membawa admission note dan dokumen rekam medis, pasien diantar oleh petugas ke
TPPRI.
f. Membuat pengantar pembayaran tindakan jasa UGD kemudian diserahkan kepada pengantar
atau keluarga pasien untuk membayar ke kasir.
g. Membuat surat keterangan sehat atau sakit, dan surat kematian.
h. Mencatat identitas pasien dan nomor rekam medis ke dalam buku register UGD.
3) Menjumlahkan pembayaran jasa pelayanan UGD dan jasa tindakan UGD berdasarkan bukti
pembayaran dan catatan kasir.