Anda di halaman 1dari 18

Istilah Halal Bihalal

Penjelasan tentang halal bihalal tidak ditemukan dalam Al-Qur’an maupun Hadis. Meskipun
berasal dari kata dalam bahasa Arab, namun orang Arab sendiri bisa jadi tidak paham dengan
istilah itu, karena Istilah itu memang khas Indonesia yang tidak berdasarkan gramatikal tata
bahasa Arab yang benar. Secara umum pengertian halal bihalal adalah acara silaturahmi
yang dilaksanakan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan dengan kegiatan inti saling
bermaaf-maafan yang diselingi ceramah agama.

Secara historis istilah halal bihalal digagas oleh Kiai Wahab, salah seorang ulama perintis
Nahdahtul Ulama (NU), yang ditawarkan kepada Bung Karno dalam rangka rekonsiliasi para
elit ditengah konflik yang sedang melanda bangsa Indonesia di tahun 1948. Tujuannya adalah
agar mereka mau berkumpul, saling maaf-memaafkan dan menyatukan pandangan dalam
berbangsa dan bernegara.

Halal bihalal memang bukanlah syariat Islam, tapi merupakan kearifan lokal dalam bidang
muamalah. Kegiatan ini merupakan hasil kreativitas bangsa Indonesia, baik sisi penamaannya
maupun cara pelaksanaannya. Halal bihalal bisa dilakukan di mana-mana, mulai dari
perkampungan, perkotaan, sekolahan, perkuliahan, bahkan sampai di perkantoran.

Sejarah Halal Bihalal

Konon, kegiatan silaturahmi setelah shalat Idul Fitri mula-mula digelar oleh Kanjeng Gusti
Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I, yang masyhur dijuluki Pangeran
Sambernyawa pada sekitar tahun 1770-an.

Untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya, maka setelah salat Idul Fitri diadakan
pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana.
Semua punggawa dan prajurit melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Kegiatan
serupa kemudian diikuti oleh pemimpin Jawa lainnya sebagai tradisi yang dikenal dengan
istilah sungkeman, belum bernama halal bihalal (sekarang Open House).

Sedangkan penggagas istilah halal bihalal adalah KH Wahab Chasbullah. Beliau merupakan
salah satu perintis organisasi Nahdahtul Ulama (NU) yang biasa dipanggil Kiai Wahab.

Pada pertengahan bulan Ramadhan 1948, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke
Istana Negara untuk dimintai pendapat dan sarannya terkait situasi politik Indonesia yang
tidak sehat.

Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan
silaturahmi selepas Hari Raya Idul Fitri. Lalu Bung Karno menjawab, "Silaturahmi kan biasa,
saya ingin istilah yang lain". "Itu gampang,” kata Kiai Wahab. "Begini, para elit politik tidak
mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa
itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus
duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahim
nanti kita pakai istilah halal bihalal,” jelas Kiai Wahab.

Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu,
mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri
silaturahmi yang diberi judul halal bihalal dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja,
sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah istilah
halal bihalal gagasan Kiai Wahab lekat dengan tradisi bangsa Indonesia pasca-lebaran hingga
kini.

Silaturahmi Sarat Hikmah Bernilai Sunah

Dalam khasanah hukum Islam (fiqih), hukum asal dalam masalah ibadah ritual (mahdhah)
adalah bahwa semua ibadah haram (dilakukan) sampai ada dalil yang menghalalkannya.
Sedangkan dalam masalah ibadah muamalah (ghair-mahdhah) bahwa segala ibadah yang
berdimensi sosial adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkannya.

Nabi SAW telah melakukan klasifikasi terhadap segala perbuatan manusia menjadi dua
bentuk, yaitu perkara agama dan perkara dunia. Maka semua yang berkaitan dengan perkara
dunia (muamalah) nabi memberi kebebasan dalam mengekspresikannya sebagaimana
haditsnya: “Kalian lebih tahu urusan dunia kalian” (HR.Muslim).

Tapi kalau dalam urusan agama nabi sangat membatasi bahkan tidak memberi ruang kepada
manusia untuk bebas berekspresi sebagaimana sabdanya: “Dan jika yang berkaitan dengan
agama kalian,maka kembalikanlah kepadaku” (HR.Muslim). Dalam hadits lain nabi
mengatakan: “Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tidak ada padanya perintah
dari kami, maka perbuatan itu tertolak”. (Mutaffaq’Alaih)

Acara halal bihalal sesungguhnya adalah kegiatan silaturahmi yang merupakan perkara
muamalah (sosial) yang mengatur hubungan antar pribadi manusia, meskipun
pelaksanaannya dikaitkan dengan hari raya idul fitri. Jadi secara hukum Islam halal bihalal
dihalalkan karena tidak ada satu dalilpun yang melarangnya. Bahkan halal bihalal
mengandung banyak hikmah didalamnya sehingga mempunyai nilai kebaikan (berpahala)
bila dilaksanakannya.

Dalam acara halal bihalal itu dilaksanakan beberapa kegiatan yang mempunyai nilai hikmah
antara lain saling berjabat tangan, bermaaf-maafan, bersilaturahmi dan ceramah agama.

Pertama, berjabat tangan adalah ibadah bahkan sunnah nabi. Berjabat tangan pernah
dikategorikan sebagai bid’ah, sehingga dipertanyakan oleh ulama. “Dari Qatadah dia berkata,
aku bertanya kepada Anas : Apakah berjabat tangan pernah terjadi pada masa para sahabat
Nabi SAW? Anas menjawab iya” (HR.Bukhari).

Imam Abu Muhammad bin ‘Abdus Salam menyebutkan bid’ah itu ada lima, yaitu wajib,
haram, makruh, sunnah dan mubah. Ibnu Bathal mengatakan: “Bersalaman itu baik menurut
keumuman para ulama dan sungguh Malik telah menyunnahkan bersalaman itu setelah dia
memakruhkannya. Berkata Imam An-Nawawi: Bersalaman itu sunnah yang disepakati
atasnya ketika bertemu.

Berjabat tangan juga dapat menghapuskan dosa dan kesalahan, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW: “Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu berjabat tangan, melainkan
keduanya sudah diampuni sebelum berpisah.” (HR. Abu Dawud)

Dengan demikian jelaslah bahwa berjabat tangan merupakan amalan sahabat, juga sunnah
yang dilakukan nabi ketika bertemu dengan sahabat-sahabatnya.
Kedua,bermaaf-mafan merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Manusia adalah makhluq
yang memiliki potensi untuk berbuat salah sebagaimana sabda Nabi SAW: “Allah telah
meletakkan dari umat ini tiga hal, yaitu kesalahan, lupa, dan perkara yang mereka tidak suka”
(HR.Ibnu Majah). Dan jika kesalahan itu dilakukan sesama manusia, maka seorang mu’min
tidak cukup meminta ampun kepada Allah saja, melainkan dia harus meminta maaf terlebih
dahulu kepada orang yang terdzhalimi oleh perbuatannya.

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa melakukan kezhaliman kepada saudaranya,


hendaklah meminta dihalalkan (dimaafkan) darinya; karena di sana (akhirat) tidak ada lagi
perhitungan dinar dan dirham, sebelum kebaikannya diberikan kepada saudaranya, dan jika
ia tidak punya kebaikan lagi, maka keburukan saudaranya itu akan diambil dan diberikan
kepadanya”. (HR. al-Bukhari)

Maka dari keterangan diatas jelaslah bahwa maaf atau memaafkan merupakan perintah Allah
dan Rasul-Nya. Sebaiknya meminta maaf dilakukan segera setelah melakukan kesalahan,
namun apabila kesalahan itu tidak disadari oleh pelakunya maka tentu hal ini bisa dilakukan
pada momentum yang tepat.

Ketiga, menyambung bersilaturahmi. Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah


orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus, akan tetapi orang
yang menyambung silaturahmi ialah menyambung hubungan yang sudah terjalin.

Melalui Al-Qur’an Allah SWT memerintahkan untuk memelihara silaturahmi. “Dan


bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu” (QS. An-Nisa`:1)

Silaturahmi merupakan salah satu faktor penyebab masuk surga, Nabi SAW bersabda: “Jika
engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun,
menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi, pastilah engkau
masuk surga”. (HR. Bukhâri dan Muslim)

Silaturahmi juga merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab umur panjang dan banyak
rizki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang ingin dilapangkan
rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”
(Muttafaqun ‘alaihi).

Keempat, ceramah agama. Kegiatan ini tidak perlu diuraikan nilai manfaatnya karena berisi
nasehat, ajakan, dan informasi mengarah kepada ketaqwaan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa halal bihalal sesungguhnya adalah
kegiatan silaturahmi yang merupakan perkara muamalah (sosial) yang banyak mengandung
hikmah dan nilai manfaat, antara lain silaturahmi, berjabat tangan, bermaaf-maafan dan
ceramah agama. Aktivitas tersebut sangatlah mulia bahkan diperintahkan dan dianjurkan
baik oleh Al-Qur’an maupun sunah Nabi.
Idul Fithri adalah salah satu di antara dua hari raya besar yang ada dalam Islam. Biasanya
dalam Idul Fithri, di negeri tercinta ini, selalu identik dengan acara halal bihalal. Entah
bagaimana asal muasalnya, tetapi tradisi itu telah berlangsung sejak lama.

Yang jelas, hari Idul Fithri adalah hari dimana kaum muslimin merayakan kegembiraannya
pasca Ramadhan. Bahkan hari itu kaum muslimin diperbolehkan bersukaria sebagai
ungkapan syukur kepada Allah dengan melakukan kegaiatan apa saja yang menyenangkan
hati sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Ibnu Manzhur dalam Lisan al-Arab membawakan perkataan Ibu al-A’rabiy : “Hari Raya (‘Id)
dinamakan ‘Id, karena hari itu selalu berulang setiap tahun dengan kegembiraan yang selalu
baru”

Al-Allamah Ibnu Abidin rahimahullah [2] mengatakan, “Hari raya disebut dengan sebutan
‘Id, karena di hari itu Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki berbagai macam kebaikan yang
samua kebaikan itu kembali kepada para hamba-Nya. Antara lain : (Kebaikan) berbuka puasa
setelah sebelumnya ada larangan makan, demikian pula zakat fithri. Juga menyempurnakan
ibadah haji (pada Idul Adha) dengan thawaf ziarah, makan daging kurban, dan lain-lain.
Karena kebiasaannya pada hari itu berisi kegembiraan, kesenangan, dan keriangan.

Misalnya, dalam suatu riwayat yang shahih, Aisyah Radhiyallahu anha mengatakan,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepadaku, sedangkan dihadapanku ada dua
orang hamba sahaya wanita yang sedang menyanyi (dalam riwayat lain disebutkan :
keduanya bukan penyanyi) dengan nyanyian bu’ats. Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berbaring di pembaringan sambil memalingkan wajahnya (dalam riwayat lain disebutkan,
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menutupi kepalanya dengan kain). Abu Bakar masuk,
maka ia menghardikku seraya berkata, “Nyanyian setan dihadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam?” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi Abu Bakar seraya
bersabda, “Biarkan keduanya”. Ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah tidak
mengambil perhatian, maka aku memberikan isyarat kepada keduanya supaya keluar.

Di dalam riwayat lain (disebutkan). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ َو َهذَا ِع ْيدُنَا‬،‫ ِإ َّن ِل ُك َّل قَ ْوم ِع ْيدًا‬،‫َيا أ َ َبا َب ْك ِر‬

Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap golongan umat memiliki hari raya. Dan (hari) ini
adalah hari raya (id) kita. [3]

Yang dimaksud nyanyian Bu’ats adalah syair yang disenandungkan ala nasyid, berisi
penggambaran tentang peperangan dan keberanian.

Syaikh Ali bin Hasan hafizhahullah menukilkan perkataan Imam Baghawi rahimahullah yang
mengatakan sebagai berikut, “Bu’ats adalah hari yang dikenal di kalangan bangsa Arab.
Sejarahnya, pada hari itu terjadi pembunuhan besar-besaran oleh tentara Aus terhadap tentara
suku Khazraj. Pertempuran yang terjadi antara kedua suku itu terus berlanjut selama seratus
dua puluh tahun hingga datangnya Islam.

Syair yang disenandungkan oleh dua budak wanita itu adalah syair yang menggambarkan
tentang peperangan dan tentang keberanian. Sementara penyebutan syair ini akan dapat
membantu menggugah semangat pembelaan terhadap urusan dinul Islam ini.
Adapun nyanyian-nyanyian yang menyebutkan hal-hal jorok, menyebarluaskan perkara-
perkara haram serta secara terbuka menyuarakan kata-kata mungkar, maka hal itu termasuk
nyanyian yang diharamkan. Dan itu tidak mungkin berlangsung di haribaan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan Beliau mengabaikan pengingkaran terhadapnya.

Kemudian, dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “hari ini adalah ‘Id (hari
raya) kita”, dapat dimaklumi bahwa menampakkan kegembiraan pada dua hari raya Islam
merupakan syiar agama. Hari itu bukanlah sebagaimana hari-hari lain.[4]

Di sisi lain, ketika menjelaskan salah satu riwayat bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menutupi kepalanya dengan kain (supaya tidak melihat nyanyian dua orang wanita budak
sahaya tersebut), al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah mengatakan.

“Adapun ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyelimuti kepala dan wajahnya dengan
kain, maka di dalamnya terdapat keterangan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berpaling dari hal itu karena kedudukan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuntut agar
tidak memperhatikan hal semacam itu. Akan tetapi bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak mengingkarinya, menunjukkan bolehnya hal semacam itu jika sesuai dengan apa yang
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam setujui, sebab beliau tidak mungkin menyetujui
kebatilan.

Tetapi, pada asalnya orang harus membersihkan diri dari permainan-permainan di atas dan
hal-hal yang tiada guna. Maka dalam hal ini, orang harus membatasi diri pada hal-hal yang
ada nashnya, baik secara waktu maupun tata caranya, untuk maksud memperkecil
penyimpangan dari asal yang diperbolehkan” [5]

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah kemudian mengatakan : “Di dalam hadits ini
juga terdapat beberapa faidah (di antaranya) disyariatkannya memberikan keleluasaaan
kepada keluarga pada hari-hari raya, untuk melakukan berbagai macam hal yang dapat
menyenangkan jiwa dan menyegarkan badan setelah penat melakukan ibadah. Tetapi
berpaling dari hal-hal (main-main) itu lebih baik. Di dalam hadits ini juga terdapat keterangan
bahwa menampakkan kegembiraan pada hari raya termasuk syiar agama” [6]

Demikian, maka halal bihalal atau apapun istilahnya, adalah kegiatan yang menjadi mubah,
jika hanya dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa gembira pada hari raya, baik Idul Fithri
maupun Idul Adha ; misalnya untuk makan-makan bersama, bertemu keluarga dan handai
taulan. Sebab memang diperbolehkan kaum musilmin mengungkapkan kegembiraan hatinya
pada saat-saat hari raya, sepanjang kegembiraan itu tidak menyimpang dari ketentuan syar’i.

Masalahnya, memang terdapat banyak hal yang kemudian menyimpang dari ketentuan
syariat, seperti ikhtilath (bercampur antara laki-laki dan perempuan bukan mahram), jabat
tangan antara lawan jenis, hura-hura, pamer aurat, pamer kecantikan, nyanyian-nyanyian
maksiat, main petasan dan lain sebagainya.

Kegiatan-kegiatan maksiat semacam itulah yang semestinya dihindari. Di samping itu, tidak
usahlah kegiatan saling maaf memaafkan menjadi menu utama dalam acara berhari raya atau
berhalal bihalal. Saling memaafkan tidak perlu menunggu acara halal bihalal. Anggapan
bahwa saling memaafkan seakan-akan lebih afdhal jika dilakukan saat hari raya, adalah
anggapan yang keliru. Dan saling maaf semacam itu lebih banyak bersifat semu. Tidak
bersifat sungguh-sungguh dan ikhlas. Orang bilang : “Mumpung hari raya, kita saling
memaafkan”. Akibatnya, orang begitu mudah untuk saling menyakiti, saling menzalimi dan
saling melanggar hak pihak lain, dengan asumsi : “gampang nanti minta maaf pada hari
raya”.

Baca Selengkapnya : https://almanhaj.or.id/3157-idul-fithri-dan-halal-bi-halal.html

Sekarang kita akan turun ke dalam tradisi di lingkungan masyarakat kita. Di antaranya adalah
tradisi:

Halal bi Halal.

Kita ingat, tadi disebutkan bahwa di antara ucapan selamat yang diucapkan para sahabat
ketika saling berpapasan adalah kata: “wa ahallahhu`alik” (begitu menurut Ibn Taimiyyah).
Barangkali, dari kata wa ahallahu`alaik inilah muncul istilah “halal bi halal” dalam tradisi
masyarakat kita.

Dan rupanya, untuk melestarikan tradisi ini pula kita berkumpul di sini pada malam hari ini.

Apa sebenarnya maksud dari kata halal bi halal tersebut. Jika kata tersebut berasal dari
ungkapan “wa ahallahu`alaik” (semoga Allah rela/puas kepada Anda, rela/puas karena kita
telah berjuang sekuat tenaga dan tidak mengecewakan Allah dengan keteledoran dan penyia-
nyiaan kesempatan), jika diambil dari kata itu, barangkali yang dimaksudkan dengan kata
halal bi halal adalah “saling mendoakan semoga Allah rela/puas kepada kita”

Tapi sepertinya yang menonjol dalam tradisi kita, “halal bi halal” dimaknai dengan arti
“saling bermaaf-maafan”. Kalau dimaknai “saling bermaafan” seperti ini, berarti masing-
masing saling mengharapkan “kerelaan saudaranya, sanaknya, rekannya, temannya atau siapa
saja” yang memiliki sangkut-paut yang bisa membuat seseorang merasa tidak rela.

Jadi dalam tradisi kita, yang diharapkan adalah “kerelaan/kepuasan saudara, rekan dan handai
tolan dengan cara mendapatkan maafnya,” bukan mengharapkan kerelaan Allah secara
langsung.

Yang diharapkan adalah kerelaan sanak dan kawan atau orang lain dengan cara mendapatkan
pemberian maaf dari mereka. Bolehkah hal seperti ini. Tentu saja, orang meminta maaf
kepada orang lain adalah perbuatan terpuji. Minta maaf dianjurkan oleh agama dan tidak
dibatasi waktunya. Boleh dilakukan kapan saja, tidak harus pada hari raya. Tapi kenapa hari
raya sering dipilih menjadi saat untuk meminta maaf dan memberi maaf?! Kenapa?!

Karena momennya pas. (dalam bahasa iklan klop momennya!) Hari raya adalah momen saat
seseorang bergembira. Dan orang yang sedang bergembira, secara kejiwaan, akan mudah
memberi. Entah memberi maaf atau memberi apa saja. Kenapa? Karena sedang bahagia,
sedang gembira, hatinya sedang lapang dan berbunga-bunga, itu saja! Dan ini adalah
kepuasan batin tersendiri bagi orang yang mengalaminya.

Terus biasanya, orang tersebut menginginkan saat-saat gembiranya berlangsung lama dan
terus-menerus. Ia tak ingin kegembiraan atau kebahagiaannya hilang dalam sekejap hanya
karena tak memberi maaf pada kesalahan orang lain.
Mengetahui hal ini, maka orang lalu memanfaatkan momen hari raya, hari bergembira ini
untuk meminta maaf. Dan hasilnya orang dengan mudah mengatakan, iya sama-sama… saya
juga minta maaf. Kalau sebelumnya, sebelum bermaafan di hari raya, hubungan mereka
terasa beku dan kaku, setelah bersalaman dan mengatakan ucapan maaf, biasanya hubungan
mereka akan menjadi cair dan luwes, minimal tidak merasa terlalu bersalah lagi.

Bukti bahwa orang itu meinginginkan kegembiraan dan kebahagiannya bisa berlangsung
lama, ya, acara halal bi halal pada malam ini. Hari rayanya sudah berlangsung dua minggu
yang lalu, tapi kegembiraannya masih diulur sampai malam halal bi halal sekarang ini.

Memilih saat yang tepat merupakan salah satu kunci mendapatkan kesuksesan. Jika pingin
sukses mendapat maaf dari seseorang, pilih di antaranya waktu atau saat ia bergembira. Di
antaranya, ya pas hari raya itu.

Jika kepingin sukses mendapatkan hadiah atau traktiran, pilih saat orang itu mendapat gajian
atau saat mendapat bonus atau kenaikan pangkat… atau saat gembira lainnya, insyaallah
tidak akan ditolak.

Oleh karena itu, ibu-ibu kalo kepengin mendapat sesuatu dari suaminya, ajukan permintaan
saat suami merasa gembira, saat ia senang. Itu lebih tepat dari pada memintanya saat jengkel,
sumpek atau kesusahan.

Begitu pula bapak-bapak…. pilih saat ibu-ibunya sedang senang jika ingin meminta sesuatu
dari mereka.

Pilih saat atasan senang kalo ingin mengajukan proposal, atau kenaikan gaji… Jangan saat ia
jengkel, bisa monyong!

Pilih saat-saat yang menyenangkan, bukan membuat mereka senang, lho… kalo membuat
mereka senang, bisa dianggap malah menyuap, atau memiliki pamrih. Meskipun mungkin
bisa mendapatkan hasil yang sama, antara memilih saat senang dan membuatnya senang,
tetapi berbeda pada gengsi dan modalnya, yang satu pake modal dan sedikit menurunkan
gengsi, sementara yang satunya lagi tanpa modal dan tetap dengan gengsi yang sama.

Di dalam tradisi masyarakat kita, perayaan hari raya di antaranya dilakukan dengan
mengadakan acara Halal bi Halal untuk memanfaatkan momen gembira ini sebagai sarana
mendapatkan kerelaan atau pemberian maaf dari orang yang kita kehendaki. Ini sah-sah saja.

Tapi jangan dilupakan, pertama kali hendaklah kita berhalal-halalan kepada Allah, dalam
artian memohon perkenan Allah agar menerima amal kebaikan kita dan mengampuni dosa-
dosa kita setelah sebulan penuh berjuang demi mendapatkan keridlaan-Nya. Baru setelah itu,
kita berhalal-halalan kepada sanak dan handai tolan serta kaum muslimin dan orang-orang
lainnya, dalam artian mengucapkan selamat berhari raya, dan meminta maaf atas kesalahan
yang kita lakukan terhadapnya.

Adakah maksud lain yang lebih kuat, secara agamis, yang diharapkan dalam tradisi
meminta maaf di hari raya ini? Tampaknya ada.

Apa itu? Hal itu karena kita tidak ingin kehilangan pahala. Setelah sebulan penuh kita
berpuasa, melakukan shalat tarawih dan shalat malam, membaca al-Qur’ân, memberikan
sedekah dan membayar zakat, menjaga ucapan dan perilaku dan semua bentuk kebaikan
lainnya yang kita lakukan pada bulan puasa dengan harapan akan mendapatkan pahala yang
berlipat-lipat, maka kita ingin pahala itu tetap menjadi tabungan kita sendiri, menjadi bekal
untuk membeli tiket surga dan tidak diutak-atik untuk membayar denda ini atau denda itu,
menebus kesalahan itu atau tanggungan itu…

Maka kita pun mencari solusi dengan cara meminta maaf kepada orang-orang tertentu yang
kita lukai, yang kita lalimi, yang kita salahi yang kita gunjing dan seterusnya yang buruk-
buruk.

Kita ingin memiliki semua pahala yang telah kita raih dan tidak ingin menguranginya, kalau
perlu kita masih ingin menambahnya… maka kita pun mencari solusi dengan cara meminta
maaf.

Mau meminta maaf dan mengakui kesalahan berarti akan mendapatkan pahala tersendiri dari
Allah. Mendapatkan maaf dari orang yang bersangkutan berarti akan menghapuskan
tanggungan kita kepadanya.

Mau memberi maaf berarti akan mendapatkan pahala yang lebih besar dari Allah Ta’ala dari
pada pahala tebusan yang akan diterimanya, juga akan menambah kerukunan atau kecairan
suasana yang selama ini membeku.

Yang melatarbelakangi solusi semacam ini barangkali Sabda Nabi yang mengatakan:

َ‫م ْفلِس‬ ُ ‫ن ْال‬ َّ ‫ إ‬:َ‫ع َف َقال‬


ِ َ ‫م لَ ُه َوال َ َمتَا‬
َ ‫ه‬ َ ‫َن ال َ ِد ْر‬ْ ‫س فِينَا م‬ ُ ِ‫م ْفل‬ ُ ‫ ْال‬:‫الوا‬ ُ ‫ َق‬،‫س‬ ُ ِ‫م ْفل‬ ُ ‫َن ْال‬ َ ‫أَتَ ْد ُر‬
ِ ‫ون م‬
َ ‫ه َذا وأَ َك‬
‫ل‬ َ ‫ف‬ َ ‫ه َذا و ََق َذ‬ َ ‫م‬ َ ‫ش َت‬ ْ
َ ‫م َوز ََكا ٍة َويَأتِى َق ْد‬ ٍ ‫صيَا‬ ِ ‫صال َ ٍة َو‬
َ ِ‫ة ب‬ ِ ‫م ْال ِقيَا َم‬ َ ‫ن ُأ َّمتِى يَأتِى يَ ْو‬
ْ ْ ‫ِم‬
ْ‫ه َف ِإن‬ِ ِ‫َسنَات‬َ ‫نح‬ ْ ‫ه َذا ِم‬َ ‫ه َو‬ ِ ِ‫َسنَات‬َ ‫نح‬ ْ ‫ه َذا ِم‬ َ
َ ‫ه َذا ف ُي ْعطى‬ َ َ َ‫ض َرب‬ َ ‫ه َذا َو‬ َ ‫م‬ َ ‫ك َد‬ َ ‫َس َف‬َ ‫ه َذا و‬َ ‫ل‬ َ ‫مَا‬
ُ َّ ‫ه ث‬ُ َ ْ ‫م فط ِرح‬ ُ َ َ
ُ ‫خطايَا‬ ْ ‫خ َذ ِم‬ ُ َ ْ
َ ‫ل أن ُيق‬ ْ َ َ
َ ‫َسنَاتُ ُه ق ْب‬ ْ ‫َفنِي‬
‫ح فِى‬ َ ‫م ط ِر‬ ِ ‫َت َعل ْي‬ ْ ‫ه‬ َ ‫ن‬ ِ ‫هأ‬ ِ ‫ضى مَا َعل ْي‬ َ ‫َت ح‬
ِ ‫ال َّن‬
‫ار‬

Artinya… tahukahkaliansiapakahorangyangbangkrut? Para sahabat menjawab orang yang


bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan kekayaan. Jawab Nabi,
bukan yang itu… orang yang bangkrut dari golongan umatku adalah orang yang pada hari
kiamat datang dengan membawa shalatnya, puasanya dan zakatnya. Akan tetapi ia juga
datang dengan perilaku buruknya. Ia datang dengan umpatannya terhadap si anu, ia datang
dengan fitnah/tuduhan kejinya kepada si anu, ia datang dengan mengkorupsi harta si anu,
melukai tubuh si anu, berlaku kasar kepada si anu… maka semua itu akan ditebus dengan
memberikan pahala kebaikannya kepada masing-masing anu… jika pahalanya habis sebelum
semuanya terlunasi, maka akan diambilkan dari dosa kejelekan masing-masing anu… lalu
ditimpakan kepadanya, kemudian dilemparkan ke dalam neraka…”

==========

Pemahaman Hadits

==========

Dari redaksi pertanyaan ini ini bisa dilihat bahwa orang yang bangkrut, berarti bukan orang
yang miskin, tetapi orang yang kaya (kaya pahala) tetapi tak bisa memanfaatkan kekayaannya
itu karena harus diberikan kepada orang lain, harus dibayarkan untuk menebus atau melunasi
tanggungannya.

==========

Ini ibarat pedagang atau pengusaha sedang meraup banyak keuntungan. Tetapi, ternyata ia
salah mengelolanya, sehingga keuntungan yang banyak itu akhirnya ludes untuk melunasi
dan membayar kesalahan-kesalahannya.

Keuntungan atau kekayaannya yang berupa pahala kebaikannya itu akhirnya diberikan
kepada setiap orang yang pernah disalahinya sampai kekayaan itu habis–jika kesalahannya
benar-benar fatal—tergantung seberapa besar kesalahannya. Jika kekayaannya sudah habis
dan masih belum mencukupi untuk melunasi, maka akan ditimpakan keburukan orang yang
disalahi lalu dilemparkan ke dalam neraka.

Itulah orang yang bangkrut! Orang yang seharusnya menikmati laba dan keuntungan besar,
tetapi karena salah mengatur, memanage, akhirnya jatuh ke lubang kesengsaraan, neraka.

Orang bangkrut pada awalnya bukan orang miskin, alias tidak punya pahala kebaikan sama
sekali. Kalau sudah jelas miskin, yaitu tak punya kebaikan sama sekali (alias selalu berbuat
dosa dan durhaka di dalam hidupnya) ya memang sudah jalurnya menuju lubang
kesengsaraan, masuk neraka.

==============

Semua itu bisa terjadi karena kita memiliki tanggungan atau keterikatan dengan orang lain.

Pahala kebaikan kita yang banyak (hasil memborong proyek ramadhan, misalnya) bisa habis
ludes bahkan minus ketika kita menghadap Allah dengan membawa kesalahan-kesalahan
yang memiliki sangkut-paut dengan hak-hak orang lain (hak adami, atau huquq adamiyah
begitu istilah yang sering digunakan).

Kesalahan kita kepada orang lain akan kita bayar lunas dengan menyerahkan pahala kebaikan
kita atau mengambil dosa keburukan orang bersangkutan. Kalau kesalahan kita kepada Allah,
ada kemungkinan mendapatkan ampunan dan belas kasih dari Allah, tapi kalo sesama
manusia harus dibayar secara riil…. dibayar dengan tabungan pahala yang kita punya.

Urusan hutang-piutang hak sesama manusia tak bisa dihapuskan kecuali dengan meminta
kerelaan dan maaf dari orang bersangkutan. Meminta maaf atas kesalahan atau kejahatan
yang pernah kita lakukan kepadanya. Jika orang bersangkutan mau memberi maaf, maka
lunas deh…

Jika kita mendapat maaf dan kerelaan orang bersangkutan maka tabungan pahala kita akan
aman, tak berkurang sedikit pun. Tak akan diutak-atik untuk menebus ini atau itu… bahkan
akan mendapat saldo tambahan dari pahala meminta maaf.

Karena alasan inilah di antaranya, yaitu alasan karena kita tak menginginkan pahala yang
telah kita kumpulkan selama bulan ramadhan berkurang atau bahkan habis, maka kita
mengadakan acara halal bi halal ini. Yang tujuannya, di antaranya, untuk menebus dan
membayar kesalahan kita selama ini dengan cara meminta maaf dan memohon kerelaan
orang bersangkutan.

Barangkali inilah diantaranya yang menjadi dasar munculnya tradisi halal-bi-halal di


masyarakat kita. Tujuannya baik, demi kebaikan hidup kita di dunia dan di akhirat kelak.

Dengan Halal bi Halal, kebaikan hidup di dunia bisa mewujud dalam bentuk kecairan
hubungan antara satu dengan yang lainnya, terutama antara pihak yang pernah berseteru,
pihak yang bersalah dan pihak yang disalahi. Hubungan antara keduanya akan kembali cair
dan berjalan wajar dengan cara maaf-memaafkan itu tadi.

Kesadaran diri atas kekurangan dan kesalahan lalu dilanjutkan dengan tindakan meminta
maaf dan bertanggung jawab atas kesalahan itu akan mendorong tumbuhnya masyarakat yang
bermartabat dan berperilaku jujur, yang pada gilirannya akan menguatkan rasa saling percaya
dan rasa aman di antara sesama warga masyarakat.

Begitu pula kelapangan dada dan kebaikan hati menerima dan memberi maaf akan
mendorong tumbuhnya rasa simpati, rasa hormat dan menyayangi serta menghargai antara
sesama, sehingga pada gilirannya akan bisa memperkokoh tali kebersamaan dan
persaudaraan di dalam komunitas masyarakat itu sendiri.

Untuk itu, jangan ragu untuk meminta maaf dan siap menanggung semua resiko kesalahan
yang mungkin akan dituntut oleh orang yang bersangkutan.

Begitu pula jangan ragu untuk memberi maaf dan merelakan semua pahit getir atau kerugian
yang pernah diderita akibat kesalahan orang yang meminta maaf, kenapa? Karena Allah
mengatakan:

‫َوأ َ ْن تَ ْعفُوا أَ ْق َربُ ِللتَّ ْق َوى‬


‫صدَّقُوا َخي ٌْر لَ ُك ْم‬َ َ ‫َوأ َ ْن ت‬

“Jika kalian memaafkan, itu lebih dekat pada ketakwaan”

“Dan, jika kalian bersedekah (di antaranya, dengan merelakan atau meikhlaskan kerugian),
itu lebih baik bagimu!”

Jika baru mampu memaafkan dan tidak bisa merelakan kerugian, maka mintalah ganti rugi
yang sepadan. Tetapi merelakan tetap lebih baik dari pada meminta ganti rugi.

Barangkali, ini dahulu yang bisa saya sampaikan. Kurang lebihnya saya minta maaf yang
sebesar-besarnya dan meminta koreksi dari yang ahlinya. Jika ada yang baik dalam ceramah
ini, itu datangnya dari Allah, dan jika ada yang salah atau buruk dalam ceramah ini, itu
karena kekurangan dan kebodohan saya semata.

wa akhiru da’wana `anil hamdu lillah rabbil `alamin. aqulu qauli hadza wa astaghfirullaha
li wa lakum.
Materi Ceramah Dan Kultum
Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu.

Selasa, 17 Juli 2012


HIKMAH HALAL BIHALAL

HIKMAH HALAL BIHALAL

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Alhamdulillahi wahdah , shodaqo wa’dah , wanashoro “abdah , wa a’azza


jundahu wa hazamal ahzaba wahdah. Allohumma fasholli wasallim ‘alaa
man fiihi uswatun hasanah wa ‘alaa Alihi wa ashhabihi waman walahu.
AMMA BA”DU

Bpk/Ibu Hadirin Rohimakumulloh.


Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa Romadhon, kita
dapat berjumpa kembali dalam suasana halal bihalal yang penuh
kebahagiaan, penuh keberkahan dan yang lebih penting dari itu adalah
bahwa kita telah memperoleh kemenangan melawan hawa nafsu kita
selama kita berpuasa Romadhon.

Sehingga yang tampak dimata saya sekarang ini insya Alloh semuanya
adalah calon-calon penduduk surga. Mengapa saya katakan demikian ?
karena bpk / ibu yang ada dihadapan saya sekarang ini insya Alloh
memiliki ciri-ciri penduduk surga yang empat macam, apa saja :
yang pertama wajhun malihun/wajah yang elok, cerah dan ceria
yang kedua Lisanun fasihun / lidah yang fasih.
yang ketiga Qolbun Naqiyyun / hati yang bersih.
yang kekempat Yaddun Sakhiyyun / tangan yang dermawan.

Yang sangat berbeda sekali dengan tanda-tanda penduduk neraka yang


juga mempunyai empat ciri :
yang pertama Wajhun ’Abisun / muka yang masam (spjg hdpnya
cemberut melulu)
yang kedua Lisanun Fahisyun / Lidah yang keji (yg keluar dr mulutnya
hanya makian, sumpah serapah, fitnah, adu domba dan kebohongan)
yang ketiga Qolbun Syadiidun/hati yang keras membatu (hati yg tdk
pernah dapat menerima nasehat /masukan dari siapapun, dia merasa plg
benar sendiri)
yang keempat Yaddun Bakhiilun/ tangan yang bakhil, pelit, medit, mere
ge hese, merekepet jahe.

Bpk/Ibu Hadirin rohimakumulloh.


Harapan kita semoga kita semua termasuk orang-orang yang beruntung
setelah menjalani Ibadah puasa romadhon selama satu bulan penuh.
Amiin ya Robbal ’alamiin.

Perlu bpk/ibu ketahui ada empat gambaran keadaan manusia ciptaan


Alloh, yaitu :
1. Untung di Dunia >< Rugi diakhirat (kehdpnnya berlimpah,hartanya
bnyk,isterinya bnyk. Tapi tidak kenal ibadah sama sekali) = Rugi
2. Rugi di Dunia >< Untung diakhirat (hdpnya serba kekurangan tapi
ibadahnya mantab)= Untung
3.Rugi di dunia >< Rugi diakhirat (sdh didunianya melarat diakhirat
keblangsat) = Rugi
4.Untung didunia >< Untung diakherat (dunianya Oke, Ibadahnya juga
oke)= Ini org2 yg Ideal dan sangat-sangat beruntung.

Mudah2an kita semua dijadikan termasuk golongan yang keempat


dengan sababiyahnya Bulan suci Romadhon. Amin ya robbal alamiin.

Bpk/Ibu Hadirin rohimakumulloh.

Pada kesempatan kali ini kita adakan acara halal bihalal yang menjadi
rangkaian dari hari raya Idul Fitri yang telah kita rayakan dua minggu
yang lalu, oleh sebab itu perlu saya ingatkan sebuah amtsal yang
berbunyi :
‫ليس العيد لمن لبس الجديد ولكن العيد لمن طاعته و تقواه تزيد و عن المعاص‬
‫بعيد‬
"Bukanlah Ied itu bagi orang yang berpakaian baru, akan tetapi Ied itu
adalah untuk orang yang ta’atnya dan taqwanya bertambah dan menjauhi
segala macam bentuk kemaksiatan"

Dengan demikian orang-orang yang ta’at dan taqwanya bertambah, juga


orang yang dapat menjauhi kemaksiatanlah yang dikategorikan sbg
orang2 yang sukses dalam menjalani ibadah Romadhon. Sebagaimana
Alloh SWT telah berfirman dalam surat Al A’la ayat 14 dan 15 :

(15)‫) وذكر اسم ربه فصلى‬14(‫قد أفلح من تزكي‬


"Sungguh beruntung orang2 yang membersihkan diri (dengan beriman)
dan ingat nama Alloh, lalu dia sholat".
Menurut keterangan dari ayat ini, tanda-tanda orang yang mendapat
kemenangan dibulan Romadhon selama melakukan puasa adalah :
1. Selalu mensucikan diri dari segala bentuk kemaksiatan, kejahatan,
kedzholiman , kesombongan, kemunafikan, kemungkaran, rakus harta
kekayaaan dsb.
2. Selalu melakukan dzikrulloh, baik sesudah sholat maupun diluar waktu
sholat. Karena dengan dzikir inilah manusia akan bersih hatinya, tenang
dan selalu terkontrol tidak mudah terjerumus dalam kesesatan.
3. Selalu menegakkan sholat, terutama sholat wajib lima waktu
disamping sholat-sholat sunnah lainnya dan juga menjauhi hal-hal yang
menjadi penyebab ditolaknya sholat kita. Perlu bpk / ibu ketahui ada 10
gol. Yang tidak diterima sholatnya oleh Alloh SWT. Yaitu :
1.Seseorang yang sholat sendirian tanpa baca apa-apa
2.Orang yang sholat tapi tidak mau zakat.
3.Orang yang mengimami suatu kaum, tapi kaum itu membencinya.
4. Budak yang lari dari majikannya
5. Peminum khomr atau pemabuk.
6. Seorang isteri yang dimurkai suaminya.
7. Seorang perempuan yang sholat tanpa tutup
8. Pemimpin yg sombong dan kejam
9.Orang pemakan riba
10. Orang yang sholat tetapi sholatnya itu tidak mencegah dari perbuatan
keji dan munkar.

Bpk/Ibu Hadirin rohimakumulloh.

Dileburnya segala kesalahan dan dosa-dosa, baik yang berhubungan


dengan Alloh maupun dosa-dosa yang berhubungan dengan sesama
manusia, sebagai buah dari puasa romadhon kita.
Oleh sebab itu bila kita merasa mempunyai kesalahan dengan orang lain ,
janganlah segan-segan minta maaf dan ridhonya, sebab sekecil apapun
nilai kesalahan akan dituntut dihadapan Alloh hakim Yang Maha Adil, bila
belum kita mintakan maaf dan ridhonya dari orang yang bersngkutan.
Karena itu janganlah sekali kali meremehkan kesalahan yang pernah kita
perbuat pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Segeralah minta
maaf, lebih2 pada momen2 yang tepat seperti ini.
Sebaliknya bila kita dimintai maaf oleh yang pernah berbuat kesalahan
dengan kita, janganlah berkeras hati, angkuh pendirian , kaku, tidak mau
memaafkan orang lain. Sifat tercela seperti itu hendaknya lekas dibuang
jauh-jauh. Itu adalah kesombongan, Alloh SWT saja mau memaafkan
kesalahan hambanya sebesar apapun, tapi justru kenapa kita tidak bisa.
Bpk/Ibu yang saya hormati, janganlah kita merasa sok suci, marilah
sama-sama kita sadari bila orang lain bisa melakukan kesalahan terhadap
kita, maka tidak menutup kemungkinan kita juga suatu saat bisa berbuat
salah kepada orang lain.
Ada yang Bpk/Ibu perlu ketahui orang yang tidak mau memaafkan orang
lain berarti dia tidak pernah merasa salah, merasa paling suci dari pada
orang lain Ini sifat yang sangat berbahaya sekali dan Alloh SWT. Sangat
melarangnya ”Janganlah kamu menganggap dirimu sendiri telah
suci.Alloh lebih tahu siapa-siapa orang yang bertakwa”. Karena itu
janganlah berkeras hati , angkuh pendirian , tidak mau memaafkan orang
lain. Ingatlah bahwa orang hidup itu lemas orang mati itu kaku. Oleh
sebab itulah, Bpk/Ibu sdrku seiman seagama janganlah kita kaku seperti
orang mati tidak mau memaafkan orang lain . Marilah kita berdoa kepada
Alloh agar halal bihalal kita diterima oleh Alloh SWT. Dengan ucapan :
"Taqobbalallohu minna wamingkum taqobbal ya kariim"
DOA :

Terimakasih ya Alloh, Engkau telah memberikan berbagai macam


kenikmatan zhohir dan batin kepada kami… Bimbing kami ya Alloh agar
selalu bisa mensyukuri nikmat-nikmat Mu dengan syukur yang dalam,
dengan syukur yang sungguh-sungguh.
Terimakasih ya Alloh, Engkau telah memberi kesempatan dan kekuatan
kepada kami, untuk bisa hadir dimajlisMu yang mulia ini ya Alloh, berikan
pertolongan Mu kepada kami, agar kami selalu dapat menjalankan
perintah Mu dan menjauhi laranganMu,
Ya Alloh sempurnakan agama kami, berikan kemampuan kepada kami
agar kami bisa berziarah kekota Mekah dan Madinah, mengunjungi
ka’bahMu yang Mulia…, ampuni semua dosa kami, berikan kepada kami
hati yang bersih, hilangkan dari hati kami kebencian, dendam dan
kedengkian.
Bersihkan kotoran-kotoran batin dari hati kami ya Alloh…, sempurnakan
ibadah kami dengan ikhlas dan istiqomah.
Ya Alloh … sekelam apapun masa lalu kami hapuskanlah ya Alloh..,
sebanyak apapun kesalahan kami maafkan ya Alloh, sebesar apapun
dosa-dosa kami ampuni ya Alloh.., ampuni kami semua jama’ah yang
hadir di majlis ini ya Alloh.., jika sampai hari ini masih sering kau
saksikan kami melangkah ketempat-tempat yang tidak Engkau Ridhoi..
ampuni kami ya Alloh, jika amal kami tidak sesuai dengan yang Engkau
kehendaki ampuni ya Alloh…, jika kami sering melakukan hal-hal yang
mendatangkan murka Mu ampuni kami ya Alloh..,Jika kesibukan kami
dengan pekerjaan kami , sering membuat kami lupa beribadah kepada Mu
ampuni ya Alloh…
Ya Alloh…, ya ‘Afuwwu.., Ya Ghofuur, ampuni semua dosa-dosa kami ya
Alloh.., karena tanpa ampunan Mu, tanpa rohmat kasih sayang Mu..,
niscaya kami akan menjadi orang-orang yang hina dan celaka dunia
akhirat.
Ya Alloh ...Pada malam ini kami yang kecil duduk bersimpuh
dihadapanMu.. Tiada daya dan upaya hanya dariMu ya Alloh, dariMu
keselamatan, dariMu keberkahan, lunakkan hati kami ya Alloh, beri
kesempatan kami untuk menyesali dosa-dosa kami.

Ya Alloh ....Kami dengan pakaian yang dilumuri noda-noda kebodohan,


bintik-bintik kemusyrikan, bintik-bintik kemunafikan .. memohon
kepadaMu Ya Alloh ,bersihkan diri kami , hilangkan bintik dan noda
kotoran dari kami , pandanglah kami , beri jalan kami, luruskan jalan
yang kami tapak , mudahkan dan jelaskan tempat yang kami tuju.

Ya Alloh....Rasanya kami malu untuk memohon ini, namun karena


meninggalkan bulanMu yang suci kami lebih malu kalau keluar dalam
keadaan kotor... kami minta karuniaMu, kemurahan dan ampunanMu
agar kami keluar dari Bulan Romadhon dengan bersih aman, damai dan
sentosa tiada suatu ganjalan yang membuat amalan kami tertahan untuk
menghadapMu...

Ya Alloh ..Hilangkan dendam diantara kami, hasud dengki yang menghiasi


hati kami, Ria’-sombong yang selalu kami jalani .. Hanya karena
ampunanMulah ..dan hanya karena keperkasaanMulah , Engkau
menghapuskan segala dosa yang telah kami perbuat ..

Ya Alloh ... dimalam ini , kami memohon padaMu .. janganlah kau siksa
kami karena kehilapan kami, kesalahan kami dan janganlah kau
bebankan kepada kami apa yang tidak mampu untuk memikulnya,
terangi kami sempurnakan cahaya kami, agar kami tidak termasuk orang-
orang yang sesat.
Pada malam ini, kami mengakui akan segala perbuatan kami : kami
melawan orang tua kami..kami membentak ! menghardik ! Kamipun
merasa berdosa terhadap tetangga kami.., terhadap sesama kami rekan
guru dan pimpinan kami .. kami menggunjing, mengumpat bahkan
memfitnah...! tapi kalbu ini seperti beku , tak merasakan dinginnya ayat-
ayatMu, telinga kami tuli.. sehingga sering kami mengabaikan
panggilanMu padahal kami mampuh untuk datang...

Hanya Engkaulah yang tahu ya ..Alloh, akan segala detak jantung kami ,
desah nafas kami .Yang kami lakukan kadang bukan untukMu ya Alloh..
Ya Allah jika begitu lama kami melalaikan perintah-Mu. Jika bertahun-
tahun kami terpedaya oleh hawa nafsu kami sehingga lalai dari jalan-Mu,
jika dengan sengaja atau tidak sengaja, dengan terang-terangan atau
sembunyi-sembunyi kami telah berbuat durhaka kepada-Mu dan telah
menganiaya diri kami sendiri. Maka maafkanlah kami dan ampunilah
dosa-dosa kami. Innaka ‘Afuwwun Tuhibbul ‘Afwa Fa’fu ‘Anna.
Ya Allah yang Maha Kuat! berikanlah kami kekuatan agar kami mampu
memikul beban yang dititipkan di pundak kami, Ya Allah yang maha Maha
Kaya lepaskanlah kami dari lilitan utang dan kesulitan ekonomi kami, Ya
Allah yang Maha Penyayang buanglah rasa benci dan dendam yang
bersemayam di dalam dada kami, Ya Allah yang Maha Pengasih
tanamkanlah dalam dada kami rasa kasih kepada orang tua kami, anak-
anak kami, dan saudara-saudara kami. Ya Allah yang Maha Mendengar
lagi Maha Penerima Taubat dengarlah permohonan kami dan terimalah
taubat kami. Innaka Antas Samiud Du’a wa Innaka Antat Tawwabur
Rahim.

Ya Allah Ya Rabb, anugerahkan rasa syukur kepada kami agar kami dapat
mengerti arti jasa ibu bapak kami, terkhusus ibu kami, yang bersedia
dengan tulus menampung kami selama berbulan-bulan di dalam rahimnya
dalam keadaan lemah dan bertambah lemah, yang rela bersakit-sakit
bersimbah darah ketika melahirkan kami, yang bersedia mempertaruhkan
nyawanya demi agar kami dapat menghirup udara kehidupan, yang
bersedia terganggu tidurnya setiap malam demi agar kami dapat tertidur
lelap, yang bersedia menahan rasa lapar dan dahaganya demi agar kami
dapat merasakan kenyang.
Ya Allah Ya Rabb, kami tahu keridhaan-Mu terdapat pada keridhaannya
dan kemurkaan-Mu terdapat pada kemurkaannya, maafkan kami jika
selama ini khilaf telah melukai hatinya atau membuatnya tidak ridha
kepada sikap dan tingkah laku kami. Maafkan kami ya Allah jika kami
tidak mampu membalas kebaikannya. Kami tahu bahwa yang ia butuhkan
dari kami bukanlah materi dan harta tapi cinta dan kasih sayang kami
seperti ia menyayangi kami di waktu kecil. Maafkan kami jika ia sakit
kami tak menjenguknya. Jika ia butuh, kami tak di sampingnya. Jika ia
merindukan kami, kami tak datang menyapanya. Ya Allah ya Rabb
Jadikanlah kami hamba-hamba yang siap mengistimewakannya di dalam
hati kami, lalu mau membalas jasa-jasanya, meski kami sadar tidak akan
mampu membalasnya. Karena kami tahu Ya Alloh, setetes air susu ibu
yang telah kami minum tidak akan terbayarkan meskipun diganti dengan
nyawa dan semua harta yang kami miliki.. ya Alloh...
Ampuni dosa-dosa kedua orang tua kami ya Alloh.., darah daging mereka
melekat pada tubuh kami, jasa-jasa mereka tak mungkin terbalaskan
oleh kami, kami bisa seperti ini karena jasa-jasanya, kami menjadi
seperti ini karena perjuangannya.
Ampuni kami ya Alloh …, jikalau sampai hari ini, kami belum bisa berbakti
kepadanya, kami belum bisa membalas budinya…, maafkan kami pernah
membentaknya, kami pernah menyia-nyiakannya, kami pernah
menzholiminya, kami pernah berkata kasar kepadanya.., bahkan kami
pernah menyuruh-nyuruhnya ya Alloh..Jadikan sisa umur kami ini
menjadi anak yang berbakti kepadanya, memulikannya dunia akhiratnya
..
Ya Alloh.., berikan kepada kami keluarga yang mawadah wa
rohmah..sakinah, karuniakan kepada kami anak yang sholih sholihah,
anak-anak yang berbakti kepada kami, anak-anak yang selalu
menghormati kami, tahan mereka agar tidak berkata kasar kepada kami,
mekipun kami kurang bisa menahan diri untuk tidak berkata kasar
kepada mereka, sayangi kami dengan pelayanan mereka ya Alloh
meskipun kami kurang sabar dalam melayani mereka.., jadikan anak-
anak kami, anak-anak yang taat dan berbakti kepada kami…. Hindarkan
kami dari anak-anak yang durhaka, hindarkan kami dari anak-anak yang
tidak yang tidak menghormati kami, jauhkan kami dari anak-anak yang
membuat kami malu dunia dan akhirat,
Berikan kepada kami anak-anak yang menunggu kami di tahta Surga-Mu
ya Alloh..,bukan anak-anak yang menjerumuskan kami kedalam jurang
neraka Mu…
Ya Alloh..,( karuniakan kepada kami husnul khootimah 3X), panggil kami
kalau waktunya tiba… pada waktu yang terbaik, ditempat yang terbaik,
dalam keadaan yang terbaik….
Ya Alloh.., ketika ajal kami tiba nanti, jangan Kau cabut nyawa kami
disaat tidak ada seorangpun disamping kami ya. Alloh..
Ketika kami naza’ menghadapi sekaratul maut, hadirkan anak-anak kami
sejauh apapun mereka berada, hadirkan mereka disekeliling kami ya
Alloh…, jangan kau biarkan kami sendirian disaat kami takut dan berat
berpisah dengan mereka, ….
Ketika kami menghadapi maut ya.. Alloh.., genggamkan tangan kami
dengan tangan mereka, satukan tubuh kami dalam dekapan mereka,
bimbing kamii… talqin kami dengan kalimat tauhid
LAA ILAAHA ILLALLOH dengan lisan mereka ya Alloh..,tempelkan lisan
mereka ditelinga kami, agar mereka bisa menuntun kami menyebut
asmaaa Mu.. ALLOH…ALLOH…ALLOH…., , sehingga kami meninggalkan
dunia yang fana ini dengan menyebut nama Mu.. yaa Alloh….
Ketika kami telah mati nanti ya.. Alloh..,mandikan jenazah kami dengan
tangan-tangan mereka, bersihkan kotoran-kotoran kami yang tersisa
dengan tangan-tangan mereka, karena Engkau mengetahui betapa
tangan-tangan ini dulu ikhlas membersihkan kotoran mereka.. ketika
mereka masih kecil ya Alloh..,kafani jenazah kami dengan tangan-tangan
mereka.., satukan kedua tangan didada kami dengan jari-jari mereka,
sholati jenazah kami dengan barisan mereka, angkat jenazah kami
dengan pundak-pundak mereka..,,masukkan jasad kami ke liang lahat
bersama doa-doa mereka, sinari kubur kami dengan lantunan ayat-ayat
Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh mereka, bebaskan kami dari azab
kubur atas doa dan kesholihan mereka, syafa’ati kami diakhirat nanti
dengan kesholihan mereka yaa Alloh….
Ya Alloh.. hanya Engkaulah yang Maha Segalanya, Engkau penggenggam
alam semesta ya Alloh jangan biarkan kami berharap, kecuali hanya
berharap kepada Mu, jangan biarkan kami mohon perlindungan kecuali
cukupkan hanya mohon perlindungan Mu ya Alloh…Jangan biarkan kami
dihina dan direndahkan oleh dunia ini, melainkan titipkan kepada kami
dunia yang berkah, bisa membuat hidup kami bermanfaat dan kekal
bahagia diakhirat nanti…

Ya Alloh .... Bersihkan hati kami dari unsur-unsur kemunafikan , segala


amal kami dari unsur riya’, lisan kami dari unsur dusta, mata kami dari
unsur khianat. Karena sesungguhnya hanya Engkaulah yang mengetahui
khianat mata dan segala sesuatu yang tersimpan rapat dalam dada.
Ya Alloh .... Rahmatilah keterasingan kami didunia ini, rahmatilah
kesendirian kami nanti dialam kubur dan rahmatilah kami ketika kami
berdiri menghadapMu..

Ya Alloh... Hiburlah diri kami sewaktu kami sendirian dialam kubur,


hilangkan ketakutan kami pada hari kebangkitan dan ketika dikumpulkan
dipadang Mahsyar dan permudahlah segala urusan kami wahai Dzat Yang
Maha Hidup pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
Ya Alloh ... Jadikanlah kami orang yang berhasil menggapai maghfiroh
dan ridhoMu. Jadikan kami termasuk golongan orang-orang yang diterima
segala amalnya pada bulan Romadhon Tahun ini dan berikanlah kepada
kami pahala dan anugerah yang melimpah.
Ya Alloh ... Perbaikilah agama kami yang merupakan penjaga urusan
kami, perbaikilah dunia kami yang merupakan tempat hidup kami,
perbaikilah akhirat kami yang merupakan tempat kembali kami dan
jadikan kehidupan kami sebagai penambah kebaikan kami serta
jadikanlah kematian kami sebagai istirahat kami dari segala keburukan..

‫ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفي االخرة حسنة و قنا عذاب النار‬
Billahit taufuq Wal Hidayah Wassalamu’alaikum Warohmatullohi
Wabarokatuh

Anda mungkin juga menyukai