MEMBANGUN PERSAHABATAN”
Abstrak
Komunikasi adaptasi oleh mahasiswa FISIPUMSU asal Aceh dengan mahasiswa lain
yang terjalin melalui proses komunikasi antarpribadi untuk menuju suatu persahabatan
yang berbeda etnis. Hasil penelitian menemukan bahwa menuju persahabatan melalui
komunikasi antarpribadi mahasiswa FISIP UMSU melalui tahap orientasi. Tahap paling
awal dari komunikasi antarpribadi yang terjadi pada tingkat pribadi masing-masing.
Kemudian lanjut pada tahap komunikasi yang lebih “tanpa beban dan santai” dimana
komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan yang cepat,
sering kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan.
Tahap ini ditandai munculnya hubungan persahabatan yang dekat atau hubungan
antarmahasiswa, sehingga komitmen yang lebih besar dan perasaan yang lebih nyaman
terhadap pihak lainnya.
Demikian pula perkembangan menuju persahabatan melalui komunikasi antarpribadi
mahasiswa beda etnis ditandai dengan adanya perilaku saling kritik karena adanya
adaptasi mahasiswa asal aceh kepada mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah.
Menjalin hubungan persahabatan dengan orang-orang berbeda suku dan budaya perlu
adanya upaya dan kesiapan diri. Perjumpaan pertama adalah saat-saat yang
menentukan apakah seseorang akan diterima sebagai sahabat atau tidak. Komunikasi
lisan maupun non verbal dengan tulus, ataukah ada sesuatu maksud terselubung
menjadi utama dalam mengembangkan hubungan.
Abstract
Adaptation communication by FISIP UMSU students from Aceh with other students
who are intertwined through the interpersonal communication process to lead to a
friendship that is of different ethnicity. The results of the study found that towards
friendship through interpersonal communication FISIP UMSU students went through
the orientation phase. The earliest stages of interpersonal communication occuratthe
individual level.
1 . PENDAHULUAN
Setiap hari dimanapun kita berada tidak bisa terlepas dari komunkasi. Namun
dalam melakukan komunikasi tidak setiap orang terampil melakukannya dengan
efektif. Hal ini terlebih lagi bila orang yang terlibat dalam komunikasi itu berbeda
budaya, kesalahan dalam memahami pesan, perilaku atau peristiwa komunikasi tidak
bisa dihindari. (Khotimah, 2000:47). Kesalahan ini dapat menyebabkan terjadinya
suasana yang tidak diharapkan bahkan dapat menimbul pertikaian yang menjurus
munculnya konflik sosial.
Dalam hal komunikasi antar budaya Fisher (dalam Mulyana dan Rakhmad,
2001:45) juga mengemukakan bahwa selain memandang kedudukan komunikator dan
komunikan maka terhadap faktor lain yaitu pesan. Pesan ditujukan dalam perilaku
komunikasi antar budaya bukan sekedar pesan karena pengaruh folkways pribadi
tetapi pengaruh folkways masyarakatnya. Pesan itu sama dengan simbol budaya
masyarakat yang melingkupi suatu pribadi tertentu ketika ia berkomunikasi
antarbudaya. Dengan demikian sikap, perilaku, tindakan seseorang dalam komunikasi
antar budaya bukan merupakan sikap, perilaku, tindakan pribadi melainkan simbol
dari masyarakatnya. Pesan dalam komunikasi antar budaya merupakan simbol-simbol
yang di dalamnya terkandung karakteristik komunikator yang terdengar atau terlihat
dalam pengalaman proses komunikasi antar pribadi di antara mereka yang berbeda
etniknya.
Dalam konunikasi antarbudaya menurut Liliweri (2003:12) semakin besar
derajat perbedaan antarbudaya maka semakin besar pula kehilangan peluang untuk
merumuskan suatu tingkat kepastian sebuah komunikasi yang efektif, jadi harus ada
jaminan terhadap akurasi interpretasi pesan-pesan verbal maupun nonverbal. Hal ini
disebabkan ketika kita berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan yang
berbeda, maka kita memiliki pula perbedaan dalam sejumlah hal, misalnya derajat
pengetahuan, derajat kesulitan dalam peramalan, derajat ambiguitas, kebingungan,
suasana misterius yang tak dapat dijelaskan, tidak bermanfaat bahkan tidak bersahabat.
Dari berbagai uraian itu, dapat memberi pemahaman bahwa orang-orang yang
dipengaruhi kultur dan subkultur yang berbeda akan berkomunikasi secara berbeda.
Perbedaan kultur dan subkultur menjadi sumber untuk memperkaya pengalaman
komunikasi dan bukan sebagai penghambat dalam interaksi. Untuk itu perlu
memahami dan menghargai perbedean-perbedaan tersebut.
Selanjutnya, manfaat yang diharapkan dalam kegiatan penelitian ini adalah memahami
pentingnya komunikasi antarpribadi dalam menjalin suatu hubungan persahabatan
dengan perbedaan dan tahapan-tahapan yang terjadi menuju persahabatan mahasiswa
melalui komunikasi antarpribadi di FISIP UMSU.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. POLA KOMUNIKASI ADAPTASI MAHASISWA FISIP UMSU ASAL ACEH
DALAM MEMBANGUN PERSAHABATAN
Seperti yang dikemukakan oleh Mark Knapp dan Anita Vangelisti (1996), tahapan-
tahapan pengembangan hubungan dalam komunikasi antarpribadi dapat dilihat pada
gambar berikut :
Dalam kegiatan apapun komunikasi antarpribadi tidak hanya memiliki ciri tertentu,
tetapi juga memiliki tujuan agar komunikasi antarpribadi tetap berjalan dengan baik.
Adapun tujuan dari komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut :
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan antarpribadi yang memiliki tujuan
yang baik. Kegagalan komunikasi antarprbadi terjadi, bila isi pesan pahami, tetapi
hubungan di antara komunikan menjadi rusak (Devito,
3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatifdengan tipe penelitian studi kasus (case study). Studi kasus merupakan
metode yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan
how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol
peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki,
Untuk pilihan tipe penelitian studi kasus dipilih seperti dikemukakan oleh Patton
(2002) bahwa studi kasus merupakan jenis penelitian yang terutama akan berguna pada
penelitian yang memahami individu, masalah-masalah tertentu, atau situasi unik secara
mendalam, dan penelitian ini memungkinkan seorang peneliti untuk
mengindentifikasikan kasus secara lebih kaya informasi, dalam kejadian sosial atau
kelompok yang membolehkan peneliti secara efektif mengerti bagaimana subjek
berperilaku.
Purposive sampling berfokus pada pemilihan kasus (individu) yang memiliki informasi
tertentu yang dapat menjawab pertanyaan penelitian (Patton, 2002). Peneliti telah
menentukan terlebih dahulu karateristik informan:
(1) terdaftar sebagai mahasisiwa FISIP UMSU,
(2) memiliki sahabat dan menjalin persahabatan tersebut paling kurang 2 tahun
lamanya,
(3) Salah satu anggota sahabat mereka berasal dari etnis yang berbeda dengan dirinya.
Menurut Littlejohn & Foss (2008), dalam pola hubungan interaksi terdapat sembilan
tipe pengontrolan pesan-pesan, yaitu competitive symmetry (one up/one up) yaitu
kedua individu sama-sama dominan dalam penyampaian pesan dan sama-sama bisa
saling mengisi. Selain itu complementarity (one down/one up) yaitu ketika seseorang
mengalami kesulitan maka seorang lainnya dapat memberikan pertolongan. Disamping
itu ada pula transisition (one across/one up) yaitu ketika seseorang menawarkan
sesuatu namun seorang lainnya menolak. Karena ia memiliki cara sendiri. Ada juga
complementarity (one up/one down) yaitu ketika seseorang lebih dominan dalam
memberikan argumen dan seorang lainnya hanya menurutinya saja.
Selain itu , submissive symmetry (one down/one down) yaitu ketika kedua individu
sama-sama sedang mengalami hal yang tidak menyenangkan sehingga dalam
menyampaikan pesanpun terlihat kedua individu sama-sama down. Sesudah itu,
transition (one across/one down) yaitu ketika seseorang melemparkan sebuah
argumentasi yang negatif atau tidak sesuai maka seorang lainnya memberikan
dukungan penuh terhadap argumentasi itu. Selain itu, transition (one down/one
across) yaitu ketika seseorang mengalami keadaan yang sulit namun seorang lainnya
tidak memberikan solusi atau hanya merespon secara datar.
Budaya seseorang akan tercermin dalam berkomunikasi dengan orang lain. Karena itu,
komunikasi akan berlangsung damai apabila masing-masing komunikan memiliki pengertian
yang mendalam tentang latar budaya masing-masing. Ada banyak hal yang dapat dipelajari
diantaranya persepsi, serta bentuk-bentuk komunikasi baik verbal maupun nonverval.
Meskipun sifat kesukubangsaan yang tampak dari para mahasiswa yang beda etnis
yang bersahabat hanya bersifat simbolis. Bukan berarti bahwa yang simbolis itu tidak
memiliki pengaruh apapun dan dalam komunikasi antarpribadi terdapat beberapa
hambatan yang ada, hambatan-hambatan tersebut antara lain faktor bahasa dan faktor
budaya.Komunikasi intarpribadi mempengaruhi hubungan persahabatn, jika
hubungan dan komunikasi terjalin baik, maka akan terjadi jalinan persahabatan yang
panjang, dimana saling memberikan perhatian antara satu dengan yang lain.
Menjalin atau menuju persahabatan beda enis merupakan hubungan
interpribadi diantara dua individu yang saling tergantung, dimana kedua individu
saling produktif. Dengan kata lain hubungan persahabatan ini tidak dapat dihancurkan
oleh orang lain, sekali kehancuran itu datang, maka hubungan tersebut tidak bisa lagi
di kategorikan sebagai persahabatan. Walaupun, persahabatan dipengaruhi etnis
masing-masing dan juga jenis kelamin, Jalinan menuju persahabatan melalui
komunikasi intarpribadi tidak hanya tertuju pada pengertian melainkan ada fungsi
yang dari komunikasi intarpribadi itu sendiri.
5. KESIMPULAN
5 .1 Simpulan
Pola Komunikasi oleh mahasiswa asal aceh yang memulai menjalin
persahabatan dengan proses komunikasi Antar Pribadi. Budaya yang dimiliki
seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita berkomunikasi, artinya cara
seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain apakah dengan orang yang sama
budaya maupun dengan orang yang berbeda budaya, karakter budaya yang sudah
tertanam sejak kecil sulit untuk dihilangkan, karena budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Dengan demikian konstruksi budaya yang dimiliki oleh
seseorang itu, diperoleh sejak masih bayi sampai ke liang lahat, dan ini sangat
mempengaruhi cara berpikir, berperilaku orang yang bersangkutan dalam berinteraksi
dan berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya.
DAFTAR PUSTAKA