Anda di halaman 1dari 14

“POLA KOMUNIKASI ADAPTASI MAHASISWA FISIP UMSU ASAL ACEH DALAM

MEMBANGUN PERSAHABATAN”

AYUTHIA SOFIE HARJO

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


SUMATERA UTARA
Email : H.ayuthiasofie@gmail.com

Abstrak
Komunikasi adaptasi oleh mahasiswa FISIPUMSU asal Aceh dengan mahasiswa lain
yang terjalin melalui proses komunikasi antarpribadi untuk menuju suatu persahabatan
yang berbeda etnis. Hasil penelitian menemukan bahwa menuju persahabatan melalui
komunikasi antarpribadi mahasiswa FISIP UMSU melalui tahap orientasi. Tahap paling
awal dari komunikasi antarpribadi yang terjadi pada tingkat pribadi masing-masing.
Kemudian lanjut pada tahap komunikasi yang lebih “tanpa beban dan santai” dimana
komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan yang cepat,
sering kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan.
Tahap ini ditandai munculnya hubungan persahabatan yang dekat atau hubungan
antarmahasiswa, sehingga komitmen yang lebih besar dan perasaan yang lebih nyaman
terhadap pihak lainnya.
Demikian pula perkembangan menuju persahabatan melalui komunikasi antarpribadi
mahasiswa beda etnis ditandai dengan adanya perilaku saling kritik karena adanya
adaptasi mahasiswa asal aceh kepada mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah.
Menjalin hubungan persahabatan dengan orang-orang berbeda suku dan budaya perlu
adanya upaya dan kesiapan diri. Perjumpaan pertama adalah saat-saat yang
menentukan apakah seseorang akan diterima sebagai sahabat atau tidak. Komunikasi
lisan maupun non verbal dengan tulus, ataukah ada sesuatu maksud terselubung
menjadi utama dalam mengembangkan hubungan.

Kata kunci : Komunikasi adaptasi, persahabatan

Abstract
Adaptation communication by FISIP UMSU students from Aceh with other students
who are intertwined through the interpersonal communication process to lead to a
friendship that is of different ethnicity. The results of the study found that towards
friendship through interpersonal communication FISIP UMSU students went through
the orientation phase. The earliest stages of interpersonal communication occuratthe
individual level.

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Then proceed to the more "no-load and relaxed" stage of communication where
communication often runs spontaneously and individuals make quick decisions, often
giving little attention to the overall relationship. This stage is characterized by the
emergence of close friendships or relationships between students, so that greater
commitmentand a more comfortable feeling towards the other party.
Likewise the development towards friendship through communication between
students of different ethnicities is characterized by mutual criticism because of the
adaptation of students from Aceh to students from various regions. Establishing
friendly relationships with people ofdifferent ethnicities and cultures needs effort and
readiness. The first encounter is the moment that determines whether someone will be
accepted as a friendor not. Oral and non-verbal communication sincerely, or is there a
hidden purpose to be the main indeveloping relationships.

Keyword : Communication adaptation, Friendship

1 . PENDAHULUAN

Setiap hari dimanapun kita berada tidak bisa terlepas dari komunkasi. Namun
dalam melakukan komunikasi tidak setiap orang terampil melakukannya dengan
efektif. Hal ini terlebih lagi bila orang yang terlibat dalam komunikasi itu berbeda
budaya, kesalahan dalam memahami pesan, perilaku atau peristiwa komunikasi tidak
bisa dihindari. (Khotimah, 2000:47). Kesalahan ini dapat menyebabkan terjadinya
suasana yang tidak diharapkan bahkan dapat menimbul pertikaian yang menjurus
munculnya konflik sosial.

Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita


berkomunikasi, artinya cara seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain apakah
dengan orang yang sama budaya maupun dengan orang yang berbeda budaya,
karakter budaya yang sudah tertanam sejak kecil sulit untuk dihilangkan, karena
budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi (Tubbs-Sylvia Moss,
1996:237). Dengan demikian konstruksi budaya yang dimiliki oleh seseorang itu,
diperoleh sejak masih bayi sampai ke liang lahat, dan ini sangat mempengaruhi cara
berpikir, berperilaku orang yang bersangkutan dalam berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang yang berbeda budaya. Bahkan benturan persepsi antar budaya sering
kita alami sehari-hari, dan bilamana akibatnya fatal kita cenderung menganggap orang
yang berbeda budaya tersebut salah, aneh tidak mengerti maksud kita. Hal ini terjadi
karena, kita cenderung memandang perilaku orang lain dalam konteks latar belakang
kita sendiri dan karena bersifat subyektif.

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Kita dituntut secara obyektif untuk mengenali perbedaan dan keunikan budaya
sendiri dan orang lain dengan mempelajari berbagai karakteristik budaya, diantaranya
yaitu: (1) komunikasi dan budaya; (2) penampilan dan pakaian; (3) makanan dan
kebiasaan makan; (4) waktu dan kesadaran waktu (5) penghargaan dan pengakuan; (6)
nilai, dan norma; (7) rasa diri dan ruang; (8) proses mental dan belajar, dan; (9)
kepercayaan dan sikap (Khotimah, 2000:52). Sementara itu menurut Mulyana (2003:34)
bahwa untuk menghindari kesalahpahaman dalam melakukan komunikasi dengan
orang yang berbeda budaya, kita harus menjadi komunikator yang efektif, karena
hubungan dalam konteks apapun harus dilakukan lewat komunikasi. Lebih lanjut
dijelaskan oleh Mulyana (2003) untuk menjadi komunikator yang efektif, seseorang
harus memahami proses komunikasi dan prinsip-prinsip dasar komunikasi yang
efektif.
Menurut Mulyana (2002:36) bahwa untuk mencapai komunikasi yang efektif,
khususnya dengan orang yang berbeda budaya yang harus kita lakukan adalah: (1) kita
harus selalu menunda penilaian kita atas pandangan dan perilaku orang lain, karena
penilaian kita tersebut seringkali bersifat subyektif, dalam spengertian berdasarkan
persepsi kita sendiri yang dipengaruhi oleh budaya kita atau dengan kata lain, jangan
biarkan stereotif menjebak dan menyesatkan kita ketika kita berkomunikasi dengan
orang lain; (2) kita harus berempati dengan mitra komunikasi kita, berusaha
menempatkan diri kita pada posisinya. Gunakan sapaan yang layak sesuai dengan
budayanya; (3) kita dituntut untuk selalu tertarik kepada orang lain sebagai individu
yang unik, bukan sebagai anggota dari suatu kategori rasial, suku, agama atau sosial
tertentu; (4) kita harus menguasai setidaknya bahasa verbal dan nonverbal dan sistem
nilai yang mereka anut.

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Berbicara masalah komunikasi antar budaya tidak dapat pisahkan dari


pengertian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak hanya sekedar
dua kata tetapi dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan untuk merumuskan
budaya saja, Godykunts dan Yun Kim (1992:3) menyebut bahwa “ more than one hundred
defenition of the term have been sugeested”. Sementara komunikasi itu sendiri begitu
beragam dan kontroversi dalam pendefenisiannya, atau dengan kata lain di antara para
ahli komunikasi belum ada keseragaman. Tapi yang jelas menurut William B. Hart II
(dalam Liliweri, 2003:8) menyatakan bahwa studi komunikasi antar budaya dapat
diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap komunikasi.
Bahkan Edward T Hall (dalam Khotimah, 2000:48) dengan tegas menyatakan bahwa
“culture is communication and is cultur”.

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda
budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosioekonomi)(Mulyana,
2001:v).
Sedangkan menurut Liliweri (2003:9) komunikasi antarbudaya adalah proses
pengalihan pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepada orang lain
yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan
efek tertentu. Sementara itu menurut Dodd (1991:5) bahwa komunikasi antarbudaya
meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi,
antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang
kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Mulyana dan Liliweri tersebut


memberi pemahaman bahwa komunikasi antar budaya terjadi antara orang-orang yang
berbeda budaya, ras, bahasa, agama, tingkat pendidikan, status sosial, atau bahkan jenis
kelamin, serta berkaitan erat dengan komunikasi insani (human communication),
sebagaimana yang diungkapkan oleh Somavar dan Porter (1991:10), yang menyatakan
bahwa “ to understands intercultural interaction one must first understand human
communication”

Dalam hal komunikasi antar budaya Fisher (dalam Mulyana dan Rakhmad,
2001:45) juga mengemukakan bahwa selain memandang kedudukan komunikator dan
komunikan maka terhadap faktor lain yaitu pesan. Pesan ditujukan dalam perilaku
komunikasi antar budaya bukan sekedar pesan karena pengaruh folkways pribadi
tetapi pengaruh folkways masyarakatnya. Pesan itu sama dengan simbol budaya
masyarakat yang melingkupi suatu pribadi tertentu ketika ia berkomunikasi
antarbudaya. Dengan demikian sikap, perilaku, tindakan seseorang dalam komunikasi
antar budaya bukan merupakan sikap, perilaku, tindakan pribadi melainkan simbol
dari masyarakatnya. Pesan dalam komunikasi antar budaya merupakan simbol-simbol
yang di dalamnya terkandung karakteristik komunikator yang terdengar atau terlihat
dalam pengalaman proses komunikasi antar pribadi di antara mereka yang berbeda
etniknya.
Dalam konunikasi antarbudaya menurut Liliweri (2003:12) semakin besar
derajat perbedaan antarbudaya maka semakin besar pula kehilangan peluang untuk
merumuskan suatu tingkat kepastian sebuah komunikasi yang efektif, jadi harus ada
jaminan terhadap akurasi interpretasi pesan-pesan verbal maupun nonverbal. Hal ini
disebabkan ketika kita berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan yang
berbeda, maka kita memiliki pula perbedaan dalam sejumlah hal, misalnya derajat
pengetahuan, derajat kesulitan dalam peramalan, derajat ambiguitas, kebingungan,
suasana misterius yang tak dapat dijelaskan, tidak bermanfaat bahkan tidak bersahabat.

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Karena itulah menurut Schraman (dalam Mulyana dan Rakhmat, 2001:6-7),
untuk mencapai komunikasi antarbudaya yang benar-benar efektif ada beberapa hal
yang harus kita perhatikan, yaitu: (1) menghormati anggota budaya lain sebagai
manusia; (2) menghormati budaya lain sebagaimana apa adanya dan bukan
sebagaimana yang dikehendaki; (3) menghormati hak anggota budaya lain untuk
bertindak berbeda dari cara bertindak; dan (4) komunikator lintas budaya yang
kompeten harus belajar menyenangi hidup bersama orang dari budaya lain.

Selanjutnya DeVito (1997:480-481), menggunakan istilah komunikasi


antarbudaya secara luas untuk mencakup semua bentuk komunikasi di antara orang-
orang yang berasal dari kelompok yang berbeda selain juga secara sempit yang
mencakup bidang komunikasi antar kultur yang berbeda, sebagai berikut: (1)
Komunikasi antarbudaya – misalnya, antar orang Cina dan Portugis, atau antara orang
Perancis dan Norwegia; (2) Komunikasi antarras yang berbeda (kadang-kadang
dinamaka komunikasi antarras), - misalnya, antara orang kulit putih dangan orang
kulit hitam; (3) Komunikasi antar kelompok etnis yang berbeda )kadang-kadang
dinamakan komunikasi antar etnis) – misalnya, antara orang Amerika keturunan Italia
dengan orang Amerika keturunan Jerman; (4) Komunikasi antar kelompok agama yang
berbeda – misalnya, antara orang katolik Roma dengan Epsikop, atau antara orang
Islam dan orang Yahudi; (5) Komunikasi antara bangsa yang berbeda (kadang-kadang
dinamakan komunikasi internasional)- misalnya, antara Amerika Serikat dan Meksiko,
atau antara Perancis dan Italia;

Dari berbagai uraian itu, dapat memberi pemahaman bahwa orang-orang yang
dipengaruhi kultur dan subkultur yang berbeda akan berkomunikasi secara berbeda.
Perbedaan kultur dan subkultur menjadi sumber untuk memperkaya pengalaman
komunikasi dan bukan sebagai penghambat dalam interaksi. Untuk itu perlu
memahami dan menghargai perbedean-perbedaan tersebut.

1.1. Fokus Penelitian


Komunikasi antarpribadi merupakan suatu penghubung bagi persahabatan
mahasisiwa FISIP asal Aceh, agar dapat berbagi pengalaman, pengetahuan serta
mempererat hubungan antara sesama mereka pada lingkungan kampus maupun
lingkungan masyarakat. Komunikasi antarpribadi yang efektif dalam persahabatan
ditandai dengan hubungan antarpribadi yang baik dengan berbagai macam kendala-
kendala. Berdasarkan hal tersebut fokus penelitian ini adalah bagaimana tahapan
menuju persahabatan mahasiswa oleh mahasiswa fisip umsu asal Aceh dengan
mahasiswa lain melalui proses komunikasi Antarpribadi?

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
1.2.Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan tahapan-tahapan atau pola menuju


persahabatan mahasiswa aceh dengan mahasiswa lainnya.
Berbeda suku dan Budaya melalui komunikasi antarpribadi di FISIP UMSU dan
menerangkan proses menuju melalui komunikasi antarpribadi.

Selanjutnya, manfaat yang diharapkan dalam kegiatan penelitian ini adalah memahami
pentingnya komunikasi antarpribadi dalam menjalin suatu hubungan persahabatan
dengan perbedaan dan tahapan-tahapan yang terjadi menuju persahabatan mahasiswa
melalui komunikasi antarpribadi di FISIP UMSU.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. POLA KOMUNIKASI ADAPTASI MAHASISWA FISIP UMSU ASAL ACEH
DALAM MEMBANGUN PERSAHABATAN

Membangun persabatan dengan melalui Komunikasi antarpribadi dapat dilakukan


dalam tiga bentuk, yakni: Percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan berlangsung
dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang
lebih intim, lebih dalam dan lebih personal. Sedangkan wawancara sifatnya lebih
serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lain pada
posisi menjawab.
Komunikasi antarpribadi ini menurut DeVito (2007:29 )menjelaskan bahwa:
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi diantara dua orang atau
lebih yang saling berhubungan , meliputi dyadicprimacy (dua orang dalam
kepentingan yang terpusat), dyadiccoalitions (grup-grup dari dua orang bahkan dalam
kelompok yang lebih besar), dyadicconsciousness (dua orang yang menyatakan bahwa
mereka adalah sesama rekan) Komunikasi antarpribadi mempengaruhi hubungan, jika
hubungan dan komunikasi terjalin baik, maka akan terjadi jalinan yang panjang, di
mana saling dan memberikan perhatian antara satu dengan yang lain. Komunikasi
interpersonal sangat penting untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan
interpersonal.Sangat penting untuk kesuksesan profesional dan kemajuan.
Pola adaptasi komunikasi selanjutnya adalah involvementdimana dalam tahap ini, rasa
kebersamaan mulai berkembang. Di tahap ini kita akan mencoba dan berusaha untuk
mengenal lebih dalam tentang kepribadian seseorang. Setelah mengenal lebih dalam
maka seseorang dapat masuk ke dalam tahaointimacy yang merupakan tahap dimana
kita berkomitmen terhadap diri sendiri dan orang lain secara lebih jauh dan
mempertahankan sebuah hubungan dimana di dalamnya terdapat individu-individu
yang menjadi sahabat, pacar ataupun rekan kita.

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Selain itu, terdapat pola komunikasi deteroriation, dalam tahap deteroriation ini
terdapat sebuah tanda dimana suatu ikatan hubungan menjadi lemah antara sepasang
sahabat atau sepasang kekasih. Setelah tu terdapat pula tahap repair, yang tidak selalu
dilakukan.

Komunikasi antarpribadi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari bertujuan ke


arah pengembangan hubungan, untuk itu diperlukan gagasan dasar bagaimana
bentuk-bentuk dan model pengembangan hubungan (model ofrelationaldevelopment).

Seperti yang dikemukakan oleh Mark Knapp dan Anita Vangelisti (1996), tahapan-
tahapan pengembangan hubungan dalam komunikasi antarpribadi dapat dilihat pada
gambar berikut :

Proses menuju persahabatan merupakan tahapan hubungan interpersonal di antara


dua orang individu yang saling bergantungan satu sama lain dimana di dalamnya
terdapat sikap yang saling produktif dan ditandai dengan sikap positif yang saling
memperhartikan” (DeVito, 2007, p.260).

2.2. Tujuan Komunikasi Antarpribadi


Komunikasi antarpribadi (antarpribadi communication) adalah proses komunikasi
yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang
dinyatakan oleh R. Wayne Pace (Cangara, 2011: 22) bahwa: “antarpribadi
communicationiscommunicationinvolvingtwoor morepeople in a facetofacesetting”.

Dalam komunikasi antarpribadi tidak hanya tertuju pada pengertian melainkan


ada fungsi yang dari komunikasi antarpribadi itu sendiri. Fungsi komunikasi adalah
berusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik pribadi,
mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman
dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi bertujuan mentransfer pesan/informasi
dari seseorang keorang lain berupa ide, fakta, pemikiran serta perasaan. Oleh karena
itu komunikasi antarpribadi merupakan suatu jembatan bagi setiap individu, dimana
mereka dapat berbagi pengalaman pribadi, pengetahuan serta mempererat hubungan
antara sesama individu pada masyarakat dilingkungannya.

Dalam kegiatan apapun komunikasi antarpribadi tidak hanya memiliki ciri tertentu,
tetapi juga memiliki tujuan agar komunikasi antarpribadi tetap berjalan dengan baik.
Adapun tujuan dari komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut :

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain


Salah satu cara amengenal diri sendiri adalah melelui komunikasi antarpribadi.

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk
memperbincangkan diri mereka sendiri, dengan membicarakan tentang diri mereka
sendiri pada orang lain.

2. Mengetahui dunia luar


Komunikasi antar pribadi juga memungkinkan untuk memahami lingkungan secara
baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian, dan orang lain.

3. Menciptakan dan memelihara hubungan


Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, hingga dalam kehidupan sehari-dari orang
ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengan
demikian banyak waktu yang digunakan dalam komunikasi antarpribadi bertujuan
untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain.

4. Mengubah sikap dan perilaku


Dalam komunikaisanntarpribadi sering berupaya mengubah sikap dan perilaku orang
lain dan untuk mempersuasikan orang lain melalui komunikais antarpribadi.

5. Bermain dan mencari hiburan Bermain mencakup semua kegiatan untuk


memperoleh kesenangan. Pembicaraanpembicaraan lain yang hampir sama merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali hal tersebut tidak
dianggap penting, tapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena
memberi suasana lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan sebagainya.

6. Membantu orang lain


Memberikan berbagai nasihat dan saran pada teman-teman yang sedang menghadapi
masalah atau suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikannya. Hal ini
memperlihatkan bahwa tujuan dari proses komunikasi antarpribadi adalah membantu
orang lain.

Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan antarpribadi yang memiliki tujuan
yang baik. Kegagalan komunikasi antarprbadi terjadi, bila isi pesan pahami, tetapi
hubungan di antara komunikan menjadi rusak (Devito,

3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatifdengan tipe penelitian studi kasus (case study). Studi kasus merupakan
metode yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan
how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol
peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki,

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini)
dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 1996:1).

Untuk pilihan tipe penelitian studi kasus dipilih seperti dikemukakan oleh Patton
(2002) bahwa studi kasus merupakan jenis penelitian yang terutama akan berguna pada
penelitian yang memahami individu, masalah-masalah tertentu, atau situasi unik secara
mendalam, dan penelitian ini memungkinkan seorang peneliti untuk
mengindentifikasikan kasus secara lebih kaya informasi, dalam kejadian sosial atau
kelompok yang membolehkan peneliti secara efektif mengerti bagaimana subjek
berperilaku.

3.1. Cara Menentukan dan Jumlah Informan

Informan dalam penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif, dalam


penentuan informan lebih bersifat situasional dan tidak acak. Cara menentukan
informan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik non-probability
sampling/non-random jenis purposive sampling.

Purposive sampling berfokus pada pemilihan kasus (individu) yang memiliki informasi
tertentu yang dapat menjawab pertanyaan penelitian (Patton, 2002). Peneliti telah
menentukan terlebih dahulu karateristik informan:
(1) terdaftar sebagai mahasisiwa FISIP UMSU,
(2) memiliki sahabat dan menjalin persahabatan tersebut paling kurang 2 tahun
lamanya,
(3) Salah satu anggota sahabat mereka berasal dari etnis yang berbeda dengan dirinya.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


1) Observasi-partisipan (Partisipan observer), atau pengamatan langsung yaitu kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.

2) Wawancara mendalam (In-depthInterview), wawancara adalah proses interaksi


komunikasi antara dua orang atau lebih yang dilakukan sebagai suatu proses untuk
memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara
langsung dengan informan yang
diteliti.

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
3) Metode Dokumenter (Documentermethod), yaitu metode dokumenter peneliti
gunakan berfungsi untuk mencari, mempelajari, dan mengkategorikan berbagai
referensi dan literaturilmiah yang terkait dengan masalah dan cakupan penelitian.

3.3. Analisis data


Analisis data kualitatif adalah menganalis proses berlangsungnya suatu fenomena
sosial dan memperoleh suatu gambaran tuntas dan menganalisis makna yang ada di
balik informasi, data dan proses suatu fenomena sosial itu.

3.4. Penyimpulan Data


Untuk itu tahapan analisis data kualitatif bersifat induktif berusaha memahami proses
sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta nampak, dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
- Pertama, reduksi data (data reduction)
- Kedua, penyajian data (data display),
- Ketiga, penarikan kesimpulan (conclusiondrawingandverfication).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Hubungan Interaksi

Menurut Littlejohn & Foss (2008), dalam pola hubungan interaksi terdapat sembilan
tipe pengontrolan pesan-pesan, yaitu competitive symmetry (one up/one up) yaitu
kedua individu sama-sama dominan dalam penyampaian pesan dan sama-sama bisa
saling mengisi. Selain itu complementarity (one down/one up) yaitu ketika seseorang
mengalami kesulitan maka seorang lainnya dapat memberikan pertolongan. Disamping
itu ada pula transisition (one across/one up) yaitu ketika seseorang menawarkan
sesuatu namun seorang lainnya menolak. Karena ia memiliki cara sendiri. Ada juga
complementarity (one up/one down) yaitu ketika seseorang lebih dominan dalam
memberikan argumen dan seorang lainnya hanya menurutinya saja.

Selain itu , submissive symmetry (one down/one down) yaitu ketika kedua individu
sama-sama sedang mengalami hal yang tidak menyenangkan sehingga dalam
menyampaikan pesanpun terlihat kedua individu sama-sama down. Sesudah itu,
transition (one across/one down) yaitu ketika seseorang melemparkan sebuah
argumentasi yang negatif atau tidak sesuai maka seorang lainnya memberikan
dukungan penuh terhadap argumentasi itu. Selain itu, transition (one down/one
across) yaitu ketika seseorang mengalami keadaan yang sulit namun seorang lainnya
tidak memberikan solusi atau hanya merespon secara datar.

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Selanjutnnya terdapat pula neutralized symmetry (one across/one across) yaitu ketika
seseorang menyatakan sebuah usul atau pendapat maka seorang lainnya lagi akan
merespon dengan pesan yang mendukung.

Budaya seseorang akan tercermin dalam berkomunikasi dengan orang lain. Karena itu,
komunikasi akan berlangsung damai apabila masing-masing komunikan memiliki pengertian
yang mendalam tentang latar budaya masing-masing. Ada banyak hal yang dapat dipelajari
diantaranya persepsi, serta bentuk-bentuk komunikasi baik verbal maupun nonverval.

Masyarakat Aceh sangat kaya dan meliputi berbagai aspek kehidupan,


seperti budaya, politik dan pemerintahan, ekonomi dan mata pencaharian,
sosial dan kemasyarakatan, ibadah dan muamalah, pendidikan, konservasi
alam dan lingkungan, dan lain-lain. Karena mencakup segenap gerak
kehidupan masyarakat Aceh yang sangat luas, dan tidak mungkin semuanya
dibicarakan dalam kertas kerja ini, maka pada kesempatan ini hanya
dikemukakan kearifan lokal dari aspek budaya saja dengan dua contoh sebagai
berikut.

1. Proteksi dan Penghormatan Perempuan

Kedudukan kaum hawa dalam masyarakat Aceh dipandang lebih


tinggi karena kaum hawa merupakan “per-empu-an” atau orang yang
mengampu, memproduksi, atau memiliki. Kaum hawa adalah perempuan
sebagai subjek, bukan wanita yang “wani ditata” dan merupakan objek.
Karena itu, perempuan haruslah diproteks, dilindungi, dan dihorm ati.
Budaya Aceh memproteksi dan menghormati perempuan sejak lahir
hingga ke liang lahat. Proteksi terhadap perempuan dalam masyarakat
Aceh, misalnya diekspresikan dengan memakaikan perhiasan “ Cupeng”
pada anak balita perempuan yang berfungsi juga sebagai penutup
auratnya meskipun ia tidak berpakaian. Di pihak lain, bagi perempuan
remaja dan dewasa, melengkapi pakaian mereka dengan kancing baju
emas “Boh Dokma”, sejenis perhiasan dada seperti gasing telungkup di
mana bagian yang runcing menghadap ke depan yang berfungsi di
samping sebagai perhiasan, juga menjadi senjata kejut kalau -kalau ada
lelaki jalang yang mengganggu. Prinsip berpakaian orang Aceh dengan
berbagai tujuan, keadaan, dan fungsinya ditanamkan melaui memori
kolektif masyarakat, misalnya

“ peue ka peulhon aneuk keuh, meusikrek beuneung tan ”,


yang berarti “mengapa (ekspresi kemarahan) kamu biarkan
anakmu telanjang bulat, tanpat pakaian seutas benang pun?”

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Ungkapan ini bermakna bahwa orang Aceh, meski anak kecil
sekalipun harus berpakaian, dan kalaupun terpaksa harus
telanjang, tidaklah boleh telanjang bulat, kecuali melekat pada
badannya walau seutas benang. Prinsip ini dipelihara
kelestariannya dengan pernyataan-pernyataan lain yang
mengancam dengan mara yang akan terjadi bila dilanggar, seperti
“bek teulhon abeh, jitamong jen” yang artinya “jangan telanjang
bulat, bisa masuk jin”. Pelestarian prisip keharusan berp akaian
tersebut juga menjadi kearifan masyarakat Aceh dengan
menyediakan “ija rhah” atau kain basahan di kamar mandi, yang
berarti dalam keadaan sendiri dan tertutup sekalipun aurat harus
dijaga.

 “Gho bagho, tika eh tika ceumeulho”, yang bermakna


“Sembrono (tidak pada tempatnya), tikar tempat tidur jadi tempat
perontokan padi”. Ungkapan ini bermakna bahwa dalam
berpakaian (termasuk memakai perhiasan) seseorang haruslah
sesuai dengan tempat, suasana, dan fungsinya.

 “ngon gob bahie, ngon lakoe khie”, yang berarti “


bersama orang lain (di luar rumah) cantik, bersama suami bau
tengik”. Ungkapan ini bermakna bahwa perempuan Aceh
haruslah cantik (bahie: bahenol) bersama suaminya, guna menjaga
kasih sayang dan kebahagiaan suami isteri.

Ketika menjalin persahabatan berbeda suku, mahasiswa lainnya yang berbeda


daerah mampu memahami cara berpakaian,penampilan, budaya orang aceh
yang tertutup dan mendalami ajaran islam, jalinlah persahabatan sesuai
dengan iktikad dan jati diri untuk menyesuaik an pertemanan di lingkungan
mahasiswa.

Hubungan persahabatan mahasiswa beda suku di FISIP UMSUmenyesuaian tehadap


perbedaan masing-masing. Apabila penyesuaian berhasil hubungan akan berjalan
lancar, bertambah dekat dan akrab. Namun apabila penyesuaian tersebut tidak berjalan
dengan baik, akan terjadi suatu kemunduran dalam hubungan itu. Hubungan mungkin
dapat tumbuh dan maju, menjadi kuat dan lebih bermakna, tetapi mungkin juga dapat
menyusut dan mundur.
Kemunduran hubungan terjadi apabila mulai muncul ketidakpuasan dan
konflik diantara anggota hubungan tersebut, begitu juga dalam hubungan
persahabatan.

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Suatu ide kreatif untuk mengeksplorasi secara mendalam melalui kegiatan penelitian
tahapan menuju persahabatan melalui komunikasi antarpribadi mahasiswa beda etnis
di FISIP UMSU

Meskipun sifat kesukubangsaan yang tampak dari para mahasiswa yang beda etnis
yang bersahabat hanya bersifat simbolis. Bukan berarti bahwa yang simbolis itu tidak
memiliki pengaruh apapun dan dalam komunikasi antarpribadi terdapat beberapa
hambatan yang ada, hambatan-hambatan tersebut antara lain faktor bahasa dan faktor
budaya.Komunikasi intarpribadi mempengaruhi hubungan persahabatn, jika
hubungan dan komunikasi terjalin baik, maka akan terjadi jalinan persahabatan yang
panjang, dimana saling memberikan perhatian antara satu dengan yang lain.
Menjalin atau menuju persahabatan beda enis merupakan hubungan
interpribadi diantara dua individu yang saling tergantung, dimana kedua individu
saling produktif. Dengan kata lain hubungan persahabatan ini tidak dapat dihancurkan
oleh orang lain, sekali kehancuran itu datang, maka hubungan tersebut tidak bisa lagi
di kategorikan sebagai persahabatan. Walaupun, persahabatan dipengaruhi etnis
masing-masing dan juga jenis kelamin, Jalinan menuju persahabatan melalui
komunikasi intarpribadi tidak hanya tertuju pada pengertian melainkan ada fungsi
yang dari komunikasi intarpribadi itu sendiri.

Fungsi komunikasi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari dan


mengatasi konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi
pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2007: 60). Efektivitas
komunikasi antarpribadi menjadi solusi dalam menjalin, mempererat dan
mempertahankan persahabatan akan berlanjut hingga mereka menyelesaikan studinya.

5. KESIMPULAN

5 .1 Simpulan
Pola Komunikasi oleh mahasiswa asal aceh yang memulai menjalin
persahabatan dengan proses komunikasi Antar Pribadi. Budaya yang dimiliki
seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita berkomunikasi, artinya cara
seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain apakah dengan orang yang sama
budaya maupun dengan orang yang berbeda budaya, karakter budaya yang sudah
tertanam sejak kecil sulit untuk dihilangkan, karena budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Dengan demikian konstruksi budaya yang dimiliki oleh
seseorang itu, diperoleh sejak masih bayi sampai ke liang lahat, dan ini sangat
mempengaruhi cara berpikir, berperilaku orang yang bersangkutan dalam berinteraksi
dan berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya.

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
5.2 Implikasi Kebijakan
Hendaknya ketika menjalin persahabatan dengan mahasiswa lain, para pihak
yang bersahabat menjadi lebih mampu mengelola atau melakukan koordinasi terhadap
siklus ketebukaan . Masalah waktu dan seberapa jauh keterbukaan, semakin leih dapat
diatur. Dengan kata lain persahabatan dapat mengatur kapan harus terbuka dan
seberapa jauh keterbukaan harus dilakukan, yang merupakan kebutuhan fleksibilitas
dalam hubungan persahabatan sehingga terhindar dari konflik budaya antar pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


Mahasiswa Asal Aceh
http://mustikaaph.wixsite.com/mustikarts/single-post/2015/09/18/KOMUNIKASI-ANTAR-
PRIBADI
https://maa.acehprov.go.id/news/detail/beberapa-catatan-tentang-kearifan-lokal-masyarakat-
aceh Deddy Mulyana (2012), CulturesandCommuni-cation, An Indonesian Scholar’sPerpective,
Rosdakarya, Bandung.
http://maysalawra.blogspot.com/2012/12/tujuan-komunikasi-antarpribadi.html?m=1

Jurnal Komunikasi Antar Budaya


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai