Bab 5 Menciptakan Nilai, Kepuasan, Dan Loyalitas Pelanggan
Bab 5 Menciptakan Nilai, Kepuasan, Dan Loyalitas Pelanggan
Disusun Oleh :
Iin Nurjanah F0214060
Ismail Hariyanto F0214061
Jaka Yudhistira Lazuardi F0214062
M. Bilhajhusni Widro Pramana F0214070
Maradani Budi Nur Salim F0214071
Mar’atus Sholihah F0214072
PROGRAM S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
A. MEMBANGUN NILAI, KEPUASAN, DAN LOYALITAS
PELANGGAN
Dewasa ini, perusahaan menghadapi era persaingan yang paling hebat. Namun,
dengan beralih dari filosofi produk dan penjualan menjadi filosofi holistik, perusahaan
akan memiliki peluang yang lebih besar untuk memenangkan persaingan. Dasar
orientasi pemasaran yang baik adalah hubungan pelanggan yang kuat. Pemasar harus
berhubungan dan menginformasikan pelanggan, serta melibatkan diri.
Menurut Don Peppers dan Martha Rogers “satu satunya nilai yang diciptakan
perusahaan anda adalah nilai yang berasal dari pelanggan, yaitu nilai yang anda
dapatkan sekarang dan nilai yang akan anda miliki di masa depan. Suatu bisnis
dianggap sukses apabila berhasil mendapatkan, memperahankan, dan menumbuhkan
pelanggan. Pelanggan adalah alasan kenapa perusahaan membuat pabrik,
mempekerjakan karyawan, menjadwalkan rapat, membuat jalur serat optik, atau
melibatkan diri dalam aktivitas bisnis apapun. Tanpa pelanggan anda tidak memiliki
bisnis”
Mengamati Kepuasan
Banyak perusahaan secra sistematis mengukur seberapa baik mereka
memperlakukan pelanggan mereka, mengenali factor-faktor yang membentuk
kepuasan, dan melakukan perubahan dalam oprasi dan pemasaran mereka sabagai
akibatnya. Perusahaan akan bertindak bijaksana mengukur kepuasan pelanggan
secara teratur. Karena kunci utama untuk mempertahankan pelanggan adalah
“kepuasan pelanggan”. Meskipun demikian, sehubungan antara kepuasan
pelanggan dan loyalitas pelanggan tidaklah proporsional. Anggaplah kepuasan
pelanggan diberi peringkat dari skala satu sampai lima.
1. Teknik Pengukuran
Banyak perusahaan secara sistematis mengukur kepuasan pelanggan
dan factor-faktor yang membentuknya. Contoh : IBM menelusuri bagaimana
pelanggan puas melalui sales personya, dan menjadikan ini sebagai
konpensasi bagi sales personnya. Adalah bijak jika perusahaan mengukur
kepuasan pelanggan secara regular. Karena sebab pembelian kembali adalah
kepuasan pelanggan. pelanggan yang sangat puas biasanya akan tetep setia,
membeli lebih jika perusahaan mengenalkan produk baru dan meng-up grade
produk yang ada, membicarakan kebaikan perusahaan dan produknya, tidak
memperhatikan merek pesaing, tidak sensitive terhadap harga, mengusulkan
ide-ide produk dan jasa kepada perusahaan, dan tidak menghasilkan biaya
pelayanan yang tinggi dari pada pelanggan baru karena pembeliannya sudah
rutin.
Jika pelanggan menilai kepuasan mereka bersarkan salah satu unsur
kinerja perusahaan, misalnya penyerahan barang, perusahaan perlu
menyadari bahwa beragam sekali cara pelanggan mendefinisikan penyerahan
barang yang baik. penyerahan barang yang baik dapat berarti penyerahan
yang lebih awal, penyerahan yang tepat waktu, kelengkapan pesanan dsb.
Perusahaan juga harus menyadari bahwa dua pelanggan dapat melaporkan
menerima “kepuasan yang tinggi” namun dengan sebab yang berbeda.
Seseorang mungkin selalu mudah di puaskan sepanjang waktu, sementara
yang lainnya mungkin sukar di senangkan tetapi merasa senang pada saat ini
Pada saat yang sama, perusahaan online harus memastikan agar usaha
mereka untuk menciptakan hubungan dengan pelangan tidak menjadi
bumerang, seperti ketika pelanggan dibombardir oleh rekomendasi buatan-
komputer yang terus-menerus tidak tepat sasaran. Perusahaan juga menyadari
arti penting komponen pribadi bagi CRM dan apa yang terjadi etelah
pelanggan melakukan kontak aktual. Seperti yang dinyatak guru bisnis
Stanford Jeffrey Pfeffer, “perusahaan terbaik membangun budaya di mana
orang-orang lini depan diberdayakan untuk melakukan apa yang diperlukan
guna melayani pelanggan.” Ia menyebutkan contoh perusahaan seperti SAS,
maskapi penerbangan Skandinavia yang membuat titik balik sebagian
berdasarkan ide bahwa kesan pelanggan terhadap perusahaan dibentuk
melalui interaksi kecil yang tak terhitung jumlahnya – check in, naik ke
pesawat, menyantap makanan.
4. Menciptakan Ikatan Institusional
Perusahaan dapat memasok pelanggan dengan peralatan khusus atau
hubungan komputer yang membantu pelanggan mengelola pesanan,
penggajian, dan persediaan. Pelanggan tidak terlalu terbujuk untuk beralih ke
pemasok lain jika peralihan itu melibatkan biaya modal tinggi, biaya riset
tinggi, atau hilangnya diskon pelanggan setia.
Memenangkan Kembali
Tanpa melihat sifat kategori atau seberapa keras perusahaan dapat mencoba,
kita tidak dapat mencegah beberapa pelanggan tidak aktif atau keluar.
Tantangannya adalah mengaktifkan kembali pelanggan yang tidak puas melalui
strategi pemenangan kembali. Sering kali lebih mudah untuk menarik kembali
mantan pelanggan (karena perusahaan mengetahui nama dan sejarah mereka)
daripada menemui pelanggan baru. Kuncinya adalah menganalisis penyebab
keberalihan pelanggan melalui wawancara pada saat pelanggan itu keluar dan
survei pelanggan yang hilang, serta hanya berusaha memenangkan kembali
mereka yang mempunyai potensi laba kuat.