Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
1. A
distyara Nur F (M0616001)
2. F
eri Setiawan (M0616017)
3. I ntan Elkania P (M0616025)
4. M
uthia Syafira (M0616034)
5. N
uri Khalimatul M (M0616038)
6. Salma Salsabila (M0616041)
7. Yustika Tamarin S (M0616052)
SURAKARTA
2019
A. Kasus
Beberapa penelitian telah menilai risiko kanker pada jangka panjang di kalangan
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral. Pada study metaanalisis hubungan kanker
payudara dan kontrasepsi oral menunjukkan peningkatan risiko para pengguna, yang
menggambarkan peningkatan risiko pada pengguna lama dan pengguna baru (Vessey, 2013).
Risiko kanker payudara pada wanita yang sedang atau pernah menggunakan pil KB
ditemukan lebih tinggi, terutama jika durasi pemakaiannya sudah dimulai pada masa remaja.
Risiko ini dapat menurun ketika pemakaian dihentikan. Tidak adanya risiko kanker payudara
jangka panjang dalam suatu penelitian yang mendukung temuan dari The
Oxford-FamilyPlanning Association study dan the Nurses’ Health Study. Menurut The
Oxford-FamilyPlanning Association menemukan risiko peningkatan kanker di antara
pengguna kontrasepsi oral. Analisis ulang data global, menunjukkan bahwa peningkatan
risiko kanker serviks pada pengguna lama dan baru, menghilang dalam waktu sekitar 10
tahun setelah menghentikan kontrasepsi oral. Penurunan risiko kanker ovarium dan
endometrium dalam penelitian konsisten dengan bukti bahwa kontrasepsi memberikan
perlindungan yang berkepanjangan (Iversen dkk., 2017).
Pasien Ny. UH suspect tumor ganas Mammae sinistra (T3NOMO). Berdasarkan AJCC 8th
pasien mengalami kanker stadium 2B. Artinya terdapat sel kanker dengan ukuran >5 cm,
masih berada di jaringan payudara, atau dapat dimungkinkan bisa jadi sudah sampai ke
pembuluh limfa.
1. Identitas pasien
Umur : 39 Tahun
BB/TB : 45 kg/155 cm
2. S (Subject)
3. Objective
4. Assesment
TEPAT PASIEN
100 mg/m²(PPKP,2015)
(Roila el al.,2016)
TEPAT INDIKASI
TEPAT OBAT
TEPAT DOSIS
5. Plan
obat yang diberikan sudah tepat, namun adanya efek samping memerlukan
kewaspadaan pasien. efek samping yang mungkin terjadi antara lain, Fluorouracil
menyebabkan diare, nyeri, mukositis, dan anemia; serta Methotrexate menyebabkan
anemia, mulut terasa pedih, diare, dan rambut rontok;. kedua obat ini dapat
menyebabkan kegagalan pada organ karena toksisitas pada organ tertentu seperti
ginjal, jantung, hati, dan paru-paru.
memberikan tambahan asam folat untuk mengganti asam folat yang hilang untuk sel
yang sehat, asam folat diberikan secara off label untuk menghindari terjadinya
toksisitas akibat penggunaan metotreksat. asam folat dapat digunakan 1mg/qDay
(Medscape, 2019). untuk mengatasia gangguan fungsi mobilitas adalah dengan latihan
lingkup gerak sendi dini dan peregangan lengan & bahu sisi radiasi setiap hari
sepanjang hidup. Latihan gerak lengan dilakukan segera pascaoperasi, Mobilisasi
sendi bahu dan lengan. Melakukan fungsi monitoring pada parameter lab setiap
siklus. berikut adalah parameter yang perlu di monitoring :
fungsi hati : serum albumin 3.5-5.2 g/dL, Serum Bilirubin : Total bilirubin 0.3-1.0
mg/dL, Critical value: > 12 mg/dL, Ammonia (NH3) 15-60 μg/dL.
fungsi ginjal :
1. Laju Filtrasi Glomerulus
● Stadium 1: Kerusakan ginjal dengan GFR ≥ 90 ml/menit/1,73 m2
● Stadium 2: Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan 60 – 89
ml/menit/1,73 m2
● Stadium 3: Penurunan GFR sedang 30 – 59 ml/menit/1,73 m2
● Stadium 4: Penurunan GFR berat 15 – 29 ml/menit/1,73 m2
● Stadium 5: Gagal ginjal, GFR < 15 ml/menit/1,73 m2 atau sudah
menjalani dialysis
2. Klirens Kreatinin : normal 100 – 180 ml/menit.
3. BUN : 10 – 20 mg/dL
Hitung darah lengkap -HDL- atau darah perifer lengkap –DPL- (complete blood count/full
blood count/blood panel) adalah jenis pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel
darah pasien. HDL merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan. HDL
digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti anemia,
infeksi, dan banyak penyakit lainnya.
HDL memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit (platelet). Pemeriksaan darah lengkap yang sering dilakukan meliputi:
terapi nonfarmakologi yang dapat disarankan adalah vitamin dan mineral sebesar satu
kali angka kecukupan gizi, dan menghitung kebutuhan protein, lemak, dan
karbohidrat (kemenkes, 2018)
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair
atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan untuk membunuh sel kanker pada
payudara, tetapi juga di seluruh tubuh (Nugroho, 2013). Kemoterapi adalah suatu
pengobatan dengan menggunakan suatu obat yag berfungsi untuk membunuh sel
kanker (Dewi, 2009). Kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat
menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh
atau bermetastase ke tempat lain (Rasjidi, 2007).
Pemberian kemoterapi tidak hanya diberikan sekali saja, namun harus secara berulang
(berseri), yang berarti pasien menjalani kemoterapi setiap dua seri, tiga seri, ataupun
empat seri dimana setiap seri terdapat proses pengobatan kemoterapi diselingi dengan
periode pemulihan kemudian dilanjutkan dengan periode pengobatan kembali dan
begitu seterusnya sesuai dengan obat kemoterapi yang diberikan (Tjokronegoro,
2006).
Jenis-jenis kemoterapi yang biasa digunakan pada kanker payudara (American Cancer
Society), yaitu :
1.) Adjuvan
Kemoterapi jenis ini diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau bersamaan dengan
radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel kanker yang telah bermetastase, biasanya
ada 6 siklus.
2.) Neoadjuvan
Kemoterapi juga dapat digunakan sebagai pengobatan utama untuk wanita dengan
kanker yang telah menyebar di luar payudara dan daerah ketiak pada waktu
ditemukan, atau jika kankernya menyebar setelah pengobatan pertama dan diberikan
dalam jangka panjang.
pemberian CMF biasa diberikan 4-6 minggu setelah operasi. CMF berkontribusi
untuk mengurangi risiko relatif kekambuhan penyakit sebesar 34% dan kematian dari
semua penyebab sebesar 22%. Tingkat keterlibatan nodal tetap menjadi faktor
prognostik yang signifikan; pasien dengan tiga atau lebih node positif juga berisiko
lebih tinggi mengalami kekambuhan dan kematian dalam analisis jangka panjang ini.
Baik kelompok usia maupun status menopause, status reseptor estrogen, atau ukuran
tumor tidak mempengaruhi kelangsungan hidup bebas kambuhan secara signifikan.
Sejauh menyangkut kelangsungan hidup secara keseluruhan, pasien yang berusia 50
tahun atau lebih pada awal studi memiliki risiko kematian yang secara signifikan lebih
tinggi (rasio hazard 1,43, interval kepercayaan 95% 1,12 hingga 1,82, P = 0,004)
dibandingkan wanita yang lebih muda (Pilotti et al., 2005).
A. CMF
Cyclophosphamide 100 mg/m2 PO hari 1-14
B. CAF
C. CEF
Siklus diulang setiap 21 hari selama 6 siklus (memerlukan antibiotik profilaksif atau
dukungan faktor pertumbuhan )
D. ACT dan TC
o AC + TH
o TCH
G. AC (Adriamicin-Cyclophospamide)
● Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
4 siklus
I. tamoxifen
Tamoxifen 20–40mg oral dengan penggunaan tidak lebih dari 5 tahun (peningkatan
dasus lebih dari 20mg harus dilakukan pembagian jadwal malam dan pagi hari) (NCCN,
2012).
A. Cyclophosphamide
B. Methotrexate
antifolat adalah analog struktural dari folat. antifolat menghambat metabolisme folat
dengan menghambat enzim DHFR. Metotreksat adalah antagonis folat.
Tetrahidrofolat adalah bentuk aktif asam folat yang diperlukan untuk sintesis purin
dan timidilat. Asam folat direduksi menjadi tetrahidrofolat oleh dihidrofolat reduktase
(DHFR). Sitotoksisitas metotreksat dihasilkan dari tiga tindakan: penghambatan
DHFR, penghambatan timidilat, dan perubahan pengangkutan folat yang berkurang.
Penghambatan hasil DHFR menyebabkan defisiensi timidilat dan purin dan oleh
karena itu penurunan sintesis DNA, perbaikan dan replikasi sel. Afinitas DHFR
terhadap metotreksat jauh lebih besar daripada afinitasnya untuk asam folat atau asam
dihidrofolat, oleh karena itu dosis besar asam folat yang diberikan secara bersamaan
tidak akan membalikkan efek metotreksat (Hagner dan joerger 2010).
efek samping yang mungkin timbul selam apenggunaan metotraksat adalah nyeri
perut, reaksi alergi, demam, anoreksia, leukopenia, nausea, efek ginjal, stomatitis,
thrombocytopenia, muntah. penanganan yang dapt dilakukan untuk efek samping
adalah memonitoring blood cell count, dan akan disarankan bagaimana agar terhindar
dari infeksi, kehilangan nafsu makan, dan memonitoring fungsi ginjal (ESMO, 2011).
C. 5-FU
5-FU adalah antimetabolit yang bekerja secara antagonis dengan timin terhadap
aktivitas enzim timidilat sintetase (TS). 5-FU merupakan prodrug, metabolisme 5-FU
menghasilkan fluoridin-5′-trifosfat (FUTP) yang bergabung ke dalam RNA dan
mempengaruhi fungsinya, dan fluorodeoksiuridilat (FdUMP) yang menghambat
replikasi DNA.
5-Fluorouracil (5-FU) dikonversi menjadi 3 metabolit aktif utama yaitu : (1)
fluoro-deoxyuridine monophosphate (FdUMP), (2) fluorodeoxyuridine triphosphate
(FdUTP), dan (3) fluorouridine triphosphate (FUTP). Mekanisme utama aktivasi
5-FU adalah konversi menjadi fluorouridine monophosphate (FUMP) juga secara
langsung oleh orotate phosphoribosyl transferase (OPRT), atau secara tidak langsung
via fluorouridine (FUR) melalui aksi berurutan dari uridine phosphorylase (UP) dan
uridine kinase (UK). FUMP kemudian difosforilasi menjadi fluorouridine diphosphate
(FUDP), yang dapat juga difosforilasi lebih lanjut menjadi metabolit aktif
fluorouridine triphosphate (FUTP), atau dikonversi menjadi fluorodeoxyuridine
diphosphate (FdUDP) oleh ribonucleotide reductase (RR). Di sisi lain, FdUDP dapat
pula di fosforilasi atau didefosforilasi menjadi metabolit aktif masing-msaing FdUTP
dan FdUMP. Jalur aktivasi alternatif lainnya melibatkan thymidine phosphorylase
yang mengkatalisis konversi 5-FU menjadi fluorodeoxyuridine (FUDR), kemudian
difosforilasi oleh thymidine kinase (TK) dan menjadi thymidylate synthase (TS)
inhibitor, FdUMP. Ada pula enzim Dihydropyrimidine dehydrogenase (DPD) yang
mengkonversi 5-FU menjadi dihydrofluorouracil yang tidak aktif.
D. Doxorubixicin
Senyawa ini diisolasi dari Streptomyces peucetius var caesius pada tahun 1960-an dan
digunakan secara luas (Minotti et al., 2004). Doxorubicin dapat menyebabkan
kardiotoksisitas pada penggunaan jangka panjang, hal itu menyebabkan
penggunaannya secara klinis menjadi terbatas. Efek samping pada pemakaian
kronisnya bersifat ireversibel, termasuk terbentuknya cardiomyopathy dan congestive
heart failure (Han et al., 2008). Umumnya doxorubicin digunakan dalam bentuk
kombinasi dengan agen antikanker lainnya seperti siklofosfamid, cisplatin dan 5-FU.
Peningkatan respon klinis dan pengurangan efek samping cenderung lebih baik pada
penggunaan kombinasi dengan agen lain dibandingkan penggunaan doxorubicin
tunggal (Bruton et al., 2005). Oleh karena itu pengembangan agen antikanker dengan
efek samping yang rendah maupun agen kombinasi yang dapat menurunkan efek
samping doxorubicin masih perlu terus diupayakan.
E. Epirubicin
Epirubicin adalah senyawa golongan anthracycline yang merupakan 4’-epi-isomer
dari doxorubicin. Epirubicin, senyawa golongan anthracylin yang merupakan
antibiotic dengan spectrum luas ini memiliki efek antu tumor dengan jalan
memggangu proses sintesis dan dungsi DNA, senyawa ini membunuh sel tumor
dengan melekat secara langsung diantara pasangan basa DNA untuk menganggu
proses transkripsi dan mencegah pembentukan mRNA. Epirubicin merupakan turuna
semisintetik dari doxorubicin yang telah banyak dievaluasi pada pasien dengan kanker
payurdara. Efektivitasnya dalam pengolaan penyakit metastatis dan sebagai terapi
adjuvant pada pasien dengan kanker payudara dini.
F. taxane (Paclitaxel)
Paclitaxel (Taxane) : Taxane alami, mencegah depolimerisasi mikrotubulus seluler,
yang menghasilkan penghambatan sintesis DNA, RNA, dan protein. Paclitaxel
bekerja dengan menstabilkan polimer mikrotubulus dari pembongkaran, paclitaxel
memerangkap siklus sel pada fase G0 / G1 dan G2 / M dan menginduksi kematian sel
pada kanker (Zhang et al., 2014).
efek samping yang umum muncul dari penggunaan paclitaxel adalah alopecia,
neuropathy perifer, nyeri muskuloskeletal, myelosuppression, mucositis.
melakukan monitoring complete blood count, fung hati, fungsi ginjal, tekanan darah
dan denyut jantung, fungsi visual penglihatan, melakukan assesment pada
kemungkinan infeksi, diare, dan neurologic.
G. Cisplatin
Cisplatin menjadi aktif setela memasuki sel. Dalam sitoplasma, atom klorida cisplatin
dipindahkan oleh molekul air. Produk terhidrolisis ini adalah elektrofil kuat yang
dapat bereaksi dengan nukleofil apapun, termasuk gugus sulfihidri pada protein dan
atom donor nitrogen pada asam nukleat. Cisplatin berikatan dengan pusat reaktif N7
pada residu purin dan karenanya dapat menyebabkan kerusakan DNA dalam sel
kanker, menghalangi pembelahan sel dan mengakibatkan kematian sel apoptosis
(Dasari dan Tachounwou, 2014).
efek samping yang mungkin muncul dari penggunaan cisplatin adalah mual, muntah,
toksisitas ginjal, ototoksisitas, neuropati perifer, reaksi hipersensitivitas dan gangguan
elektrolit, alopesia, anoreksia, muntah, perubahan rasa, diare, sembelit, tinitus, dan
hipokalsemia (Surendiran et al., 2010).
Melakukan monitoring fungsi hati, complete blood count cell, fungsi ginjal, elektrolit
magnesium, natrium, kalium, fosfat, audiogram, dan melakukan assessment pada
mual muntah, neutrotoksisitas, ocular toxicity.
I. Tamoxifen
Tamoxifen sitrat adalah senyawa utama dari kelas SERM. Cara kerja dari
tamoxifen adalah dengan mengikat reseptor estrogen dan menggunakan estrogenik
atau efek anti-estrogenik tergantung pada spesifik organ. Tamoxifen adalah
inhibitor kompetitif estradiol mengikat ER. Ada dua subtipe estrogen reseptor: ER
α dan ER β, yang memiliki distribusi jaringan berbeda dan dapat melakukan
homodimerisasi atau heterodimerisasi.
Efek samping yang umum terjadi pada tamoxifen adalah gejala vasomotor
(hot flushes), atrofi lapisan dari vagina, rambut rontok, mual, dan muntah. Ini
mungkin terjadi pada sebanyak 25% pasien dan jarang cukup parah membutuhkan
penghentian terapi.
Daftar Pustaka
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L. 2009. Drug
Information Handbook, 17th edition. Lexi-Comp for the American Pharmacists
Association.
Balmana, J., Diez, O., Rubio, I.T., Cardoso, F. and ESMO Guidelines Working Group,
2011. BRCA in breast cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines. Annals of
Oncology, 22(suppl_6), pp.vi31-vi34.
Iversen, L., Sivasubramaniam, S., Lee, A.J., Fielding, S. and Hannaford, P.C., 2017.
Lifetime cancer risk and combined oral contraceptives: the Royal College of
General Practitioners’ Oral Contraception Study. American journal of obstetrics
and gynecology, 216( 6), pp.580-e1.
Hardjasaputra SLP, Budipranoto G, Sembiring SU, Kamil I. 2002. DOI : Data Obat Di
Indonesia. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Grafidian Medipress; 429 – 30.
Hagner, N. and Joerger, M., 2010. Cancer chemotherapy: targeting folic acid synthesis.
Cancer management and research, 2, p.293.
Vessey M, Yeates D. Oral contraceptive useand cancer: final report from the
Oxford-FamilyPlanning Association contraceptive study.Contraception
2013;88:678-83.
Bruton, L., Lazo, J. S., and Parker, K. L., 2005, Goodman & Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th Edition, McGrawHill, Lange.
Childs, A.C., Phaneuf, S.L., Dirks, A.J., Phillips, T., and Leeuwenburgh, 2002,
Doxorubicin Treatment in Vivo Causes Cytochrome c Release and Cardiomyocyte
Apoptosis, As Well As Increased Mitochondrial Efficiency, Superoxide Dismutase
Activity, and Bcl-2:Bax Ratio, Cancer Research, 62:4592-4598.
Gewirtz, D.A., 1999, A critical evaluation of the mechanisms of action proposed for the
antitumor effects of the anthracycline antibiotics adriamycin and daunorubicin,
Biochem. Pharmacol., 57:727-741.
Han, X., Pan, J., Ren, D., Cheng, Y., Fan, P., and Lou, H., 2008,
Naringenin-7-O-glucoside protects against doxorubicin-induced toxicity in H9c2
cardiomyocytes by induction of endogenous antioxidant enzymes, Food and
Chemical Toxicology, 46:3140-3146.
Jeffery, H., Richard, D., and James-Chatgilaou, G. 1998. Clinical Pharmacy : A pratical
Approach, The Society of Hospital of Australia. Pharmacists of Australia. page
360.
Minotti, G., Menna, P., Salvatorelli, E., Cairo,G., and Gianni, L. 2004. Anthracyclins:
Molecular Advances and Pharmacologic Developments in Antitumor Activity and
Cardiotoxicity. Pharmacol Rev., 56:185-228.
Pramudianto A, Evaria. 2018. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi edisi 18. Jakarta :
BIP.
Pilotti, S., Gianni, L., Valagussa, P., Bonadonna, G., Moliterni, A., Zambetti, M. and
Daidone, M.G. 2005. 30 Years’ Follow Up of Randomised Studies of Adjuvant
CMF in Operable Breast Cancer: Cohort Study, British Medical Journal, Vol. 330,
No. 7485,
Sara, J. D., Kaur, J., Khodadadi, R., Rehman, M., Lobo, R., Chakrabarti, S., … Grothey,
A. (2018). 5-fluorouracil and cardiotoxicity: a review. Therapeutic advances in
medical oncology, 10, 1758835918780140. doi:10.1177/1758835918780140
Surendiran, A., Balamurugan, N., Gunaseelan, K., Akhtar, S., Reddy, K. S., & Adithan,
C. (2010). Adverse drug reaction profile of cisplatin-based chemotherapy regimen
in a tertiary care hospital in India: An evaluative study. Indian journal of
pharmacology, 42( 1), 40–43. doi:10.4103/0253-7613.62412
Vijayan, R., Afshan, G., Bashir, K., Cardosa, M., Chadha, M., Chaudakshetrin, P &
Musba, A. T. 2018. Tramadol: a valuable treatment for pain in Southeast Asian
countries. Journal of pain research, 11, 2567.
Fallon, M., Giusti, R., Aielli, F., Hoskin, P., Rolke, R., Sharma, M., Ripamonti, C.I. and
ESMO Guidelines Committee, 2018. Management of cancer pain in adult patients:
ESMO Clinical Practice Guidelines. Annals of Oncology, 29( Supplement_4),
pp.iv166-iv191.
Caponio, R., Ciliberti, M.P., Graziano, G., Necchia, R., Scognamillo, G., Pascali, A.,
Bonaduce, S., Milella, A., Matichecchia, G., Cristofaro, C. and Di Fatta, D., 2016.
Waiting time for radiation therapy after breast-conserving surgery in early breast
cancer: a retrospective analysis of local relapse and distant metastases in 615
patients. European journal of medical research, 21(1), p.32.
Roila, F., Molassiotis, A., Herrstedt, J., Aapro, M., Gralla, R.J., Bruera, E., Clark-Snow,
R.A., Dupuis, L.L., Einhorn, L.H., Feyer, P. and Hesketh, P.J., 2016. 2016
MASCC and ESMO guideline update for the prevention of chemotherapy-and
radiotherapy-induced nausea and vomiting and of nausea and vomiting in advanced
cancer patients. Annals of Oncology, 27( suppl_5), pp.v119-v133.
ESMO Guidelines Working Group, 2019. Primary breast cancer: ESMO Clinical
Practice Guidelines For Diagnosis, Treatment and Follow-up. Annals of oncology,
21(suppl_5), pp.v9-v14.