Di susun Oleh:
Dosen Pengampu
Sampah kini telah menjadi masalah nasional di Indonesia. Sama seperti kota-kota lain di
Indonesia, Kota Depok memiliki permasalahan sampah yang harus dihadapi yaitu meningkatnya
volume sampah di Kota Depok setiap tahun yang saat ini telah mencapai 3.445 m3 per hari.
Namun sampah yang dapat diangkut oleh petugas kebersihan hanya 1.300 m3 per hari, yang
berarti banyaknya sampah yang tidak terangkut sejumlah 2.245 m3 per hari. Meningkatnya
volume sampah menyebabkan beban di TPAS semakin berat. (DKP Kota Depok)
Kota Depok, Jawa Barat, gagal meraih Adipura untuk kategori kota metropolitan pada tahun
2014. Kota Depok justru masuk kategori kota terkotor di seluruh Indonesia, bersama 14 kota
metropolitan lainnya yang berpenduduk di atas satu juta orang. Ironisnya, alokasi anggaran untuk
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Depok dalam anggaran pendapatan belanja
daerah (APBD) terus melonjak. Pada 2008, alokasi anggaran untuk kebersihan sebesar Rp49.910
miliar. Tahun berikutnya meningkat sebesar Rp51 J07 miliar. Pada tahun ini, anggarannya
dinaikkan lagi menjadi Rp52.786 miliar. Namun, Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail tetap
saja gagal mengangkat Depok sebagai kota metropolitan yang bersih. Lima tahun terakhir,
Model pengolahan sampah ini akan dilakasanakan pada klaster-klaster tertentu. Klaster ini dapat
dibentuk di tingkat RW atau di tingkat kelurahan. Secara prinsip pengolahan ini akan
memanfaatkan berbagai jenis sampah yang dihasilkan setiap hari dengan klasifikasi sebagai
berikut :
Jenis sampah ini dengan teknologi komposting direncanakan untuk dibuat pupuk. Produk pupuk
dipasarkan baik untuk industri maupun kegiatan pertanian/perkebunan.
- Sampah Kardus/plastik/besi/kayu
Sampah jenis ini dimanfaatkan untuk daur ulang atau pemanfaatan kembali sampah. Metoda ini
dapat menghasilkan nilai ekonomis untuk pengelolaan sampah. Sampah kertas tipis, sampah
jenis ini dapat dimanfaatkan untuk kertas daur ulang (re-cycle paper).
Jenis sampah ini merupakan materi yang sama sekali sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi, misal
sisa bongkaran, plastik non daur ulang. Sisa sampah ini harus dibuang ke TPA
Model ini dalam setiap klaster akan terdiri dari kelompok masyarakat yang melakukan
pengelolaan secara bersama-sama. Sampah dari masing-masing sumbernya di pilah menjadi
sampah sesuai dengan klasifikasi diatas. Sesuai dengan jenisnya akan dilakukan
penanganan baik untuk dijual, dilakukan daur ulang maupun dengan sistem pembuatan pupuk.
Dengan pengolahan ini maka akan hanya 20% sampah yang harus dibuang ke tempat
pembuangan akhir (TPA).
SIMPULAN
Sebagian besar aktivitas manusia pada akhirnya menghasilkan sampah dengan jumlah yang
sedikit namun lama-kelamaan akan menjadi tumpukan yang mengganggu. Tumpukan sampah
juga dapat terjadi akibat pengangkutan yang kurang tepat dalam menjalankan fungsinya.
Hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan guna mengurangi tumpukan sampah diantaranya
menghemat penggunaan energy, melakukan 3R (Reuse, Reduce, Recycle), memilah sampah
yang akan dibuang (menggunakan sampah organik sebagai makan ternak, menabung sampah non
organik pada bank sampah terdekat).
DAFTAR PUSTAKA
(https://www.antaranews.com/berita/796585/menteri-lingkungan-hidup-soroti-penanganan-sampah-
depok)( http://amrfi.blogspot.com/2016/06/karya-ilmiah-penumpukan-sampah-di-kota.html)