Anda di halaman 1dari 4

PENUMPUKAN SAMPAH DI KOTA DEPOK

Di susun Oleh:

Ahmad Khomarudin 183112351650136

Alwin Widiyantoro 183112351650012

Egy Setya Ramadhan 183112351650058

Muhammad Noer Chandra 183112351650079

Nova Azizatul Maula 183112351650021

Ranutyas Djati Kusuma 183112351650061

Salasa Murni Izha N. 183112351650117

Tasya Kusmillenda Putri 183112351650064

Dosen Pengampu

Dra. Sri Suci Utami, Ph D.


LATAR BELAKANG

Sampah kini telah menjadi masalah nasional di Indonesia. Sama seperti kota-kota lain di
Indonesia, Kota Depok memiliki permasalahan sampah yang harus dihadapi yaitu meningkatnya
volume sampah di Kota Depok setiap tahun yang saat ini telah mencapai 3.445 m3 per hari.
Namun sampah yang dapat diangkut oleh petugas kebersihan hanya 1.300 m3 per hari, yang
berarti banyaknya sampah yang tidak terangkut sejumlah 2.245 m3 per hari. Meningkatnya
volume sampah menyebabkan beban di TPAS semakin berat. (DKP Kota Depok)

Kota Depok, Jawa Barat, gagal meraih Adipura untuk kategori kota metropolitan pada tahun
2014. Kota Depok justru masuk kategori kota terkotor di seluruh Indonesia, bersama 14 kota
metropolitan lainnya yang berpenduduk di atas satu juta orang. Ironisnya, alokasi anggaran untuk
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Depok dalam anggaran pendapatan belanja
daerah (APBD) terus melonjak. Pada 2008, alokasi anggaran untuk kebersihan sebesar Rp49.910
miliar. Tahun berikutnya meningkat sebesar Rp51 J07 miliar. Pada tahun ini, anggarannya
dinaikkan lagi menjadi Rp52.786 miliar. Namun, Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail tetap
saja gagal mengangkat Depok sebagai kota metropolitan yang bersih. Lima tahun terakhir,

Tumpukan Sampah di TPA Cipayungsemakin menggunung


PERMASALAHAN
Permasalahan di Kota Depok adalah sampah. Kota Depok menghasilkan sampah rumah tangga
sampai 1.320 ton per hari, namun baru mampu menangani 740 ton di antaranya. Sisanya, sekitar
580 ton sampah masih tercecer di tempat-tempat yang mestinya bukan tempat pembuangan
sampah. Kota Depok juga masih menerapkan sistem Open Dumping, dimana sampah hanya
ditampung di satu tempat pembuangan sampah akhir terbuka, menyalahi ketentuan dalam
Undang-Undang N0 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Masalah di tempat pembuangan
sampah, sampahnya itu ditumpuk sampai setinggi 30 meter, kadang-kadang longsor, ada yang
terluka. Open Dumping itu enggak boleh sebenarnya menurut undang-undang.
Berbagai dampak negatif dapat ditimbulkan dari keberadaan tumpukan sampah di sejumlah
daerah. Dampak tersebut bisa beragam, seperti: musibah fatal (mis., burung bangkai yang
terkubur di bawah timbunan sampah); kerusakan infrastruktur (mis., kerusakan ke akses jalan
oleh kendaraan berat); pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh
kebocoran dan pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah penutupan
TPA); pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana adalah
gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada karbon dioksida, dan dapat
membahayakan penduduk suatu tempat.

CARA MENANGGULANGI TUMPUKAN SAMPAH


Pengolahan sampah berbasis komunitas (masyarakat)

Model pengolahan sampah ini akan dilakasanakan pada klaster-klaster tertentu. Klaster ini dapat
dibentuk di tingkat RW atau di tingkat kelurahan. Secara prinsip pengolahan ini akan
memanfaatkan berbagai jenis sampah yang dihasilkan setiap hari dengan klasifikasi sebagai
berikut :

- Sampah organik (sisa sayuran, buah-buahan, daun-daunan)

Jenis sampah ini dengan teknologi komposting direncanakan untuk dibuat pupuk. Produk pupuk
dipasarkan baik untuk industri maupun kegiatan pertanian/perkebunan.

- Sampah Kardus/plastik/besi/kayu

Sampah jenis ini dimanfaatkan untuk daur ulang atau pemanfaatan kembali sampah. Metoda ini
dapat menghasilkan nilai ekonomis untuk pengelolaan sampah. Sampah kertas tipis, sampah
jenis ini dapat dimanfaatkan untuk kertas daur ulang (re-cycle paper).

- Sampah sisa atau residu

Jenis sampah ini merupakan materi yang sama sekali sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi, misal
sisa bongkaran, plastik non daur ulang. Sisa sampah ini harus dibuang ke TPA

Model ini dalam setiap klaster akan terdiri dari kelompok masyarakat yang melakukan
pengelolaan secara bersama-sama. Sampah dari masing-masing sumbernya di pilah menjadi
sampah sesuai dengan klasifikasi diatas. Sesuai dengan jenisnya akan dilakukan
penanganan baik untuk dijual, dilakukan daur ulang maupun dengan sistem pembuatan pupuk.
Dengan pengolahan ini maka akan hanya 20% sampah yang harus dibuang ke tempat
pembuangan akhir (TPA).

SIMPULAN
Sebagian besar aktivitas manusia pada akhirnya menghasilkan sampah dengan jumlah yang
sedikit namun lama-kelamaan akan menjadi tumpukan yang mengganggu. Tumpukan sampah
juga dapat terjadi akibat pengangkutan yang kurang tepat dalam menjalankan fungsinya.

Hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan guna mengurangi tumpukan sampah diantaranya
menghemat penggunaan energy, melakukan 3R (Reuse, Reduce, Recycle), memilah sampah
yang akan dibuang (menggunakan sampah organik sebagai makan ternak, menabung sampah non
organik pada bank sampah terdekat).

DAFTAR PUSTAKA
(https://www.antaranews.com/berita/796585/menteri-lingkungan-hidup-soroti-penanganan-sampah-
depok)( http://amrfi.blogspot.com/2016/06/karya-ilmiah-penumpukan-sampah-di-kota.html)

Anda mungkin juga menyukai