Perikarditis Fix
Perikarditis Fix
KEPERAWATAN MEDIKAL
oleh :
Karinda Evita Sari
NIM 172310101190
1
LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS
KEPERAWATAN MEDIKAL
oleh :
Karinda Evita Sari
NIM 172310101190
ii
KATA PENGANTAR
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
5
Perikardium adalah kantung yang membungkus jantung dan merupakan dinding
terluar jantung. Perikardium terdiri atas dua lapisan yaitu perikardium viseralis dan
perikardium paietalis. Perikardium viseralis merupakan lapisan dalam yang berhubungan
langsung dengan epikardium. Sedangkan perikardium parietalis merupakan lapisan luar yang
berhubungan langsung dengan dinding dada. Didalam perikardium terdapat rongga cairan
sebanyak 15-50 ml yang disekresi oleh sel mesotelia. Perikardium melekat kuat pada jantung
dan beberapa sentimeter pertama arteri pulmonalis dan aorta (Nagawidjaya, 2007).
1.3 Epidimiologi
Kelainan perikardial akibat keganasan tidak jarang dijumpai. Dilaporkan bahwa 0,1-
21% penderita kanker yang sudah bermetastatis disertai metastatis pada perikardium pada
saat otopsi. Dalam satu seri kasus kanker yang diotopsi didapatkan bahwa metastase
perikaridal merupakan penyebab kematian langsung pada 35% kasus kanker dan
penyebab tambahan pada 50% kasus (Gray, 2010).
Epidemiologi pada kejadian perikarditis sering terjadi tanpa adanya gejala klinis.
Lorell mencatat diagnosis perikarditis akut tejadi sekitar 1 per 1000 pasien yag masuk
rumah sakit , terdiri dari 1% dari kunjungan ruang gawat darurat pada pasien dengan
segmen S-T elevasi. Bahkan kejadian perikardial akut temponade sekitar 2%, namun
konidisi ini jarang terjadi pada trauma dada tumpul (Gray, 2010).
Banyak penyakit di masa lalu yang didominasi menular, dalam beberapa tahun
terakhir spektrum klinis perikarditis konstruktif telah berubah. Di Amerika Serikat sekitar
9% dari pasien dengan perikarditis akut terus berkembang secara konstruktif. Frekuensi
itu bergantung pada penyebab kejadian secara spesifik dari perikaritis, namun perikarditis
akut ini hanya secara klinis didiagnosis 1 dari 1000 pasien yang masuk rumah sakit.
Sedangkan perikarditis konstruktif kurang dari 1 dalam 10.000 pasien yang masuk rumah
sakit (Sidney, 2010).
6
1.4 Etiologi
Tanda dan gejala perikarditis (Gray, 2010)
a. Idiopatik (Penyebab paling umum)
Idiopatik adalah suatu keadaan yang belum diketahui penyebabnya.
b. Infeksi Virus (Coxsackie)
c. Infeksi bakteri (Tuberclosis)
d. Infark miokard
Infark miokard ini biasanya disebut juga gagal jantung, terjadi apabila
ada gumpalan darah menghalangi aliran darah ke jantung. Hal ini akan
menyebabkan jantung akan kehilangan oksigen.
e. Penyakit autoimun (lupus eritematosus sistemik, reumatoid, sklerosis sistemik,
AIDS)
f. Uremia
Uremia adalah keadaan ketika ginjal tidak lagi menyaring dengan baik.
g. Neoplasia
h. Trauma
i. Hipersensitivitas
j. Obat, misalnya: Hydralazine, nydrazid, phenytoin, procainamide
k. Auneurisma aortic disertai kebocoran pericardial
7
1.5 Klasifikasi
A. Perikarditis Akut
Perikarditis akut adalah sindrom yang disebabkan inflamasi pada perikardium parietal
dan viseral. Perikarditis akut ini biasanya disebabkan oleh virus. Inflamasi pada perikarditis
akut disebabkan oleh eksudat dan fibrin. Eksudat menyelimuti daerah perikardium dan
menyebabkan inflamasi yang lebih lanjut pada pleura dan daerah sekitarnya. Eksudat
fibrinosa dapat menginflamasi seluruh bagian jantung. Perikarditis akut dapat bersifat kering
(fibrinosa) atau eksudat. Perikarditis eksudat yaitu terdapat cairan yang bercampur nanah
(purulen) dalam daerah perikardium (Black, 2009).
Perikarditis akut dengan efusi terjadi jika akumulasi cairan secara cepat terjadi
dikantong perikardium. Cairan menyebabkan jantung tertekan dan mengurangi pengisian
ventrikel dan curah jantung. Jika dengan cairan hanya 80-200 ml dapat menyebabkan
ruangan perikardium menurunkan curah jantung. Menimbulkan rasa tidak nyaman
dikarenakan penuruanan curah jantung ataupun syok. Hal ini bisa menyebabkan takikardi,
diaforesis, ekstermitas dingin, sianotik dan kecemasan (Black, 2009).
D. Temponade Jantung
Temponade jantung adalah suatu komplikasi yang dapat mengancam nyawa karena
akumulasi cairan pada perikardium. Cairan dapat berupa darah, pus atau udara pada kantung
perikardium yang terakumulasi dalam kecepatan yang cepat da jumlah yang cukup menekan
jantung serta membatasi aliran aliran darah masuk dan keluar ventrikel. Jika sudah memasuki
fase temponade jantung ini akan menjadi darurat jantung (Black, 2009).
1.6 Patofisiologis
Proses inflamasi dan akibat sekunderdari fenomena infeksi pada perikarditis biasanya
akan memberikan respon sebagai berikut (Mutaqin, 2009) :
9
maupun parietal yang akan menyebabkan perikarditis konstruktif yang cukup berat
akan bisa menghambat pengembangan volume jantung pada fase diastolik
Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium dimana sekresi melebihi dari
absorpsi yang akan menyebabkan susatu efusi perikardium. Penumpukan cairan
intraperikardium dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan obstruksi serius terhadap
masuknya darah ke kedua bilik jantung bisa menimbulkan temponade jantung.
Efusi pada perikardium dapat mengakibatkan peningkatan rongga perikardium, lalu
terjadi penekanan jantung tekanan diastolik menjadi naik. Kondisi tersebut menyebabkan
pengisian jantung terganggu, kemudian tekanan pada vena sistemik dan vena pilmonal
menjadi naik, lalu aliran balik ke jantung menjadi terhalangi. Meningkatnya tekanan vena
sistemik mengakibatkan gagal jantung yang memiliki gejala distensi vena jugularis,
hepatomegali, dan edema perifer. Vena pulmonal yang meningkat akan menyebabkan
bendungan pada daerah jantung. Sedangkan penurunan pengisian ventrikel di fase diastolik
dapat mengakibatkan penurunan curah jantung (Nagawidjaya, 2007)
Manifestasi klinis perikarditis sangat bervariasi tergantung pada berat, distribusi, dan
kecepatan terjadinya sikatriks (Baradero, 2008):
1. Nyeri dada seperti ditusuk bila sedang bergerak ataupun bernafas dalam, dan
akan berkurang apabila dalam posisi duduk atau membungkuk
2. Friction rub; positif
3. Nyeri dada substernal atau parasternal, biasanya menjalar ke bagian bahu dan
leher dan lengan bagian kiri
4. Distensi vena jugularis
5. Hepatomegali
6. Edema pada ekstermitas bagian bawah
7. Sesak napas, denyut jantung meningkat
8. Bunyi jantung lemah atau normal
9. Suhu meningkat
10. Pembesaran perut dan gangguan abdomen
11. Lelah
12. Palpitasi
13. Batuk
10
14. Asites
15. Ewarts’s sign (perkusi pekak di bawah angulus scapula kiri bila di efusi)
16. Rontgen toraks : bayangan jantung membesar
17. Iso-Enzym Cardiac : meningkat
18. Pola EKG
ST elevasi pada area yang rusak tanpa diikuti perubahan di area
resiprokal
Kompleks QRS voltase rendah (Amplitudo kecil)
Atrium fibrilasi
Bradikardi toraks terdapat eksudatif perikardium
19. Pada saat sinar-X terdapat eksudatif pada perikardium
20. Leukositosis (Sel darah putih 10.000-20.000/ mm3)
a. EKG
Dapat menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduktif, disritmia.
Elektrokardiografi memperlihatkan eleyasi segmen ST dan perubahan
resiprokal, voltase QRS yang rendah namun dengan EKG bisa juga normal
atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.
b. Ekokardiografi
Dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertrofi jantung, disfungsi katup,
dilatasi ruang. Dengan ekokardiografi jika terjadi efusi pericardial mampu
11
mendiagnosa jika menunjukkan ruang antara dinding ventricular dan
pericardium. Menunjukkan banyaknya cairan pada perikardium.
c. Pengecekan kadar enzim
Kadar enzim kardiak pada perikarditis ini cenderung naik.
d. Angiografi
Dapat menunjukkan stenosis katup dan reguritasi dan penurunan aktifitas
dinding.
e. X-ray dada
Biasanya pada perikarditis akan menunjukkan pembesaran jantung, infiltrasi
pulmonal
f. Pemeriksaan radiologis (Rontgen)
Jantung hanya terlihat sedikit biasanya hanya tampak bayangan jantung yang
membesar seperti water-bottle dengan vaskularisasi paru normal dan adanya
efusi perikardium yang banyak dan nampak. Pada posisi berdiri ataupun
duduk akan terlihat pembesaran jantung yang berbentuk segitiga dan akan
berubah bentuk menjadi globular pada saat posisi tidur. Akan terlihat bulir-
bulir air namun juga terkadang terlihat normal.
g. Pemeriksaan Laboraturium
1. Pada darah akan terdapat leukosit yang disertai kuman.
2. Cairan purulen akan ditemukan pada infeksi banal.
3. Pemeriksaan kimia terhadap kandungan protein yang tercampur
dengan baketeri
h. Foto Thoraks
Untuk mengetahui adanya cairan perikard.
12
d. Indometasin atau kortikosol
e. Pada perikarditis efusi perikardium maka penatalaksanaannya yaitu
Perikardiosentesis ke dalam kantung perikardium dengan tujuan agar
proses drainase dari aspirasi dapat adekuat (Rubin,1990).
f. Pada fase temponade jantung perlu aspirasi perikardium dengan jarum
maka manifestasi klinisnya yaitu Ekokardiografi dengan kateterisasi
jantung
Gambar Perikardiosintesis
13
Gambar Proses Perikardiosintesis
14
BAB II
2.1 Anamnase
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan
Tanda : Takikardi, penurunan tekanan darah, dispnea pada saat beraktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : demam, penyakit jantung konginetal, bedah jantung (CABG/ penggantian
akut/ by pass Kardiopulmonal lama), palpitasi, pingsan.
Tanda : takikardi, disritmia, perpindahan titik impuls maksima, pembesaran jantung,
fricton rub perikardial (intermiten, teerdengar di bagian sternal kiri), murmur, aortik,
mitral, stenosis, perubahan dalam murmur yang mendahului disfungsi otot papilar,
irama gallop (S3/S4), edema, petekie (konjungtiva dan membran mukosa), hemoragi
splinter (kuku), nodus oster (jari dan ibu jari), lesi pada telapak tangan dan telapak
kaki
c. Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi urine
Tanda : urin pekat dan gelap
d. Nyeri ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior skala sedang sampai berat nyeri semakin saat
inspirasi, batuk, gerakan, menelan, berbaring, hilang pada saat duduk, bersandar.
Tidak mampu hilang dengan nitrogliserin
Tanda : perilaku distraksi seperti gelisah
e. Pernapasan
Gejala : napas pendek
Tanda : dispnea, batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekels, ronchi, pernapasan
dangkal
f. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun, SLE, penyakit
kolagen.
Tanda : demam
15
2.2 Pemeriksaan Fisik
1. Foto rontgen toraks bisa normal bila efusi perikardium hanya sedikit, namun apabila
efusi perikardium banyak maka akan terlihat bayangan jantung membesar saperti
water-bottle dengan vaskularisasi paru normal. Pada efusi perikardium gambar
rontgen toraks akan membentuk bulir-bulir.
2. Elektrokardiografi biasanya akan memberi penampakan elevasi segmen ST dan
perubahan resiprokal, voltase QRS yang rendah namun EKG juga bisa terlihat normal
dan hanya terdapat gangguan irama berupa filtrasi atrium.
3. Pemeriksaan ekokardiografi untuk memastikan adanya efusi perikaaridium dan
memperkirakan banyaknya cairan perikardium
4. Perikardiosintesis, cairan perikardial diperiksa untuk etiologi infeksi, seperti bakteri,
imfeksi virus, SLE, keganasan.
5. Sinar X dada, dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltrasi pulmonal
6. JDL, dapat menunjukkan proses infeksi akut/kronis
7. Angiografi, dapat menunjukkan stenosis katup dan penurunan gerak dinding
16
2.4 Diagnosa Keperawatan Perikarditis
Hasil (NOC) :
Menunjukkan Nyeri : efek merusak, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut
(sebutkan skala nyeri 1-7)
a. Gangguan performa peran atau gangguan intrapersonal
b. Gangguan konsentrasi
c. Gangguan perawatan diri
d. Gangguan pola tidur
e. Kehilangan selera makan
f. Memperlihatkan skala nyeri yang dibuktikan indikator
Indikaror skala nyeri
a. Ekspresi nyeri pada wajah
b. Gelisah dan tidak tenang
c. Ketegangan otot
d. Kehilangan selera makan
e. Episode nyeri lama
Tingkat kenyamanan: Tingkat presepsi positif tergadap kemudahan fisik dan
psikologis
Tingkat depresi: keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan minat dengan
peristiwa hidup
Nyeri efek merusak: keparahan dampak negatif nyeri akut yang dapat diobservasi
pada fungsi sehari-hari
Tingkat nyeri: keparahn nyeri yang tampak dan dilaporkan
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan
tanda-tanda vital dalam batas kontrol atau hilang dan bebas dari gejala gagal jantung,
parameter hemodinamik dalam batas normal, outout urin adekuat.
Hasil (NOC):
a. Aktivitas pada jantung adekuat, volume darah yang di ejeksikan dari ventrikel kiri
untuk mendukung tekanan perfusi sistemik
17
b. Perfusi jaringan jantung adekuat, aliran darah melewati vaskulator koroner untuk
mempertahankan fungsi organ jantung.
c. Status tanda vital tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan dalam rentan normal
3. Diagnosa: gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru akibat sekunder
dari perubahan membran kapiler alveoli
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan sesak napas
Hasil (NOC)
18
d. Manajemen medikasi: memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara
aman dan efektif
e. Manajemen nyeri: mengholangkan nyeri atau menurunkan nyeri ke tingkat yang lebih
nyaman dapat ditoleransi oleh pasien
f. Bantuan analgesik yang dikendalikan oleh pasien: memfasilitasi pengaturan
pemberian analgesik oleh pasien\
g. Fasilitasi tanggung jawab diri: mendorong pasien untuk lebh bertanggung jawab
terhadap perilakunya sendiri.
b. Pantau saturasi oksigen, dengan analisa gas darah arteri. Untuk mengetahui tingkat
oksigenasi pada jaringan sebagai dampak ketidak adekuatan proses pertukaran gas.
Tes keseimangan asam basa, untuk mencegah adanya asidosis yang dapat
memperberat pernapasan. Cegah adanya atelektasis dengan melatih batuhk efektif dan
nafas dalam; kongesti yang berat akan memperburuk proses pertukaran gas sehingga
berdampak pada timbulnya hipoksia.
19
4. Intervensi Diagnosa Intoleran Aktivitas
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Tn. D usia 56 tahun datang ke rumah sakit Citra Husada pada tanggal 1 November
2019 pukul 19.30 WIB dengan diantar oleh anak dan juga istrinya dan Tn. D mengeluhkan
batuk dan nyeri dada di bagian kiri nyeri seperti ditusuk saat bernafas dan menjalar ke sekitar
bahu leher pada saat melakukan respirasi, skala nyeri 7, badan terasa panas, sesak nafas dan
juga batuk. Pasien merasakan nyeri sudah 3 hari yang lalu namun semakin hari nyeri terasa
semakin parah, CRT > 3detik. Terlihat ada edema pada ekstermitas bawah pasien. BB pasien
sebelum sakit 70 dan setelah sakit menjadi 75 kg dan TB 168 kg, kulit sianosis. Pemeriksaan
TTV menunjukkan TD 140/100 mmHg, nadi 110x/ menit RR 24x/ menit. Terdapat bunyi
friction rub pada saat dilakukan auskultasi dan adanya distensi vena jugularis. Keluarga
mengatakan bahwa 3 tahun yang lalu pernah menderita Tubercolosis. Pasien mengatakan
badannya terasa lemas dan pasien mengurangi aktivitas berat bahkan pasien lebih banyak
tidur.
2.1 Pengkajian
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Usia : 56 Tahun
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S1
21
Tanggal pengkajian : 1 November 2019
22
- Sebelum sakit : pasien mengatakan bahwa saat sehat ia BAB 2x sehari dan BAK
4-5 kali sehari
- Setelah sakit : Pasien mengatakan bahwa tidak BAB selama 3 hari dan BAK 2 kali
sehari dalam jumlah sedikit dan warna urin pekat
4) Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa ia bekerja dari pukul 07.00 sampai
pukul 16.00. Setelah pulang bekerja biasanya pasien melakukan aktivitas seperti
mandi, makan, minum. Dan biasanya pasien melakukan kegiatan olahraga apabila
sempat
- Selama sakit
23
e. Sensori : Pasien mengatakan bahwa masih bisa merasakan rangsangan, seperti
diraba, ditepuk, suhu dingin dan panas dan sakit apabila di cubit
7) Pola presepsi diri
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa sakit atau sembuh ketika sudah
waktunya akan terjadi dan semua itu sudah ada yang mengatur
- Selama sakit : Pasien merasakan cemas dengan sakitnya pasien mengatakan takut
apabila sakitnya tidak sembuh dan berujung mati
8) Pola seksual dan reproduksi
- Sebelum sakit : Pasien biasanya melakukan hubungan seksual 2x dalam seminggu
dan tidak pernah mengalami ganguan
- Selama sakit : Pasien tidak mampu melakukan hubungan seksual karena
kesehatannya terganggu
9) Pola peran dan hubungan
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa peran sebagai kepala keluarga bisa
berjalan dengan baik
- Selama sakit : Pasien mengatakan bahwa peran sebagai kepala keluarga sudah
gagal karena tidak mampu bekerja dan memimpin keluarga dengan baik.
10) Pola manajemen koping stress
- Sebelum sakit : Pasien biasanya mampu menyelesaikan masalah dengan keluarga
dengan cara musyawarah
- Selama sakit : Pasien mengatakan bahwa selam ia sakit keluarga yang
menyelesaikan semua masalah
11) Sistem nilai dan keyakinan
Pasien dan keluarga mengatakan bahwa menganut agama Islam dan mempunyai
keyakinan bahwa sakit ini adalah sebagai penguji keimanan kita semua
24
Distensi vena jugularis
B. Pemeriksaan tanda-tanda vital :
BB : 75 kg
TB : 168
TD : 140/100 mmHg
Suhu : 38,5°C
Nadi : 110x/ menit
RR : 24x/ menit
C. Nilai GCS: 15
E : 4 (membuka mata secara spontan)
M : 6 (melakukan sesuai perintah)
V : 5 (Menjawab secara tepat)
D. Head to toe
1. Kepala
Inspeksi: Kepala simetris, persebaran rambut merata, warna rambut hitam dan
beruban
Palpasi: tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi: Kedua mata simetrs, konjungtiva anemis dan tampak sayu.
3. Telinga
Inspeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada serumen yang keluar di kedua telinga
Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi: Tidak ada lendir yang keluar dari hidung, tidak ada polip
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi: Mulut tidak ada jejas, kemerahan, keadaan mulut kurang bersih, tidak
berbau, tidak ada benjolan, berwana pucat, mukossa kering.
6. Leher
Inspeksi: Tidak ada pembesaran tiroid
Palpasi: terdapat distensi vena jugularis
7. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : kanan dan kiri terlihat simetris, tidak tampak apeks jantung
25
Palpasi : apeks jantung tidak teraba
Perkusi : pekak di bawah angulus scapula kiri
Auskultasi : Bunyi jantung lemah, denyut jantung meningkat
8. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi : Dada simetris, pernafasan inspirasi lebih panjang daripada ekspirasi
Palpasi : nyeri tekan pada dada substernal atau parasternal, vocal fremitus teraba
Perkusi :
Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru-hepar : ICS IV dextra
Batas paru belakang kanan : CV Th. VIII dekstra
Batas paru belakang kiri : CV Th. IX sinistra
Auskultasi : Froction rub (+)
9. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit, tidak ada kelaianan warna kulit
Palpasi : tidak ada benjolan, nyeri saat dilakukan palpasi dalam
Perkusi : Terdapat bunyi dullnes pada left uper quadran
Auskultasi : peristaltik usus 15x/menit
10. Genetalia
Bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kemerahan dan edema
11. Ekstremitas
Ekstremitas atas :
Inspeksi : Kuku clubbing finger, tidak terdapat luka, tangan kanan terpasang infus,
tidak terdapat nodul, tidak ada edema pada kedua tangan
Palpasi : denyut arteri brachialis dan arteri brachialis teraba lemah, reflek bisep
dan trisep (+) kekuatan otot 4 pada dextra dan sinistra.
Kekuatan otot:
4444 4444
Ekstremitas bawah :
Inspeksi : adanya edema pada kedua kaki, integriras kulit baik, ROM pasif,
kekuatan otot lemah
Palpasi: denyut nadi arteri femoralis, arteri poplotea, arteri dorsalis pedis teraba
lemah, teraba hangat, tidak ada krepitasi, kekuatan otot 3 pada dextra da sinistra.
Kekuatan otot:
26
3333 3333
E. Pemeriksaan penunjang
a. X-ray : pembesaran pada jantung
b. Pemeriksaan EKG : terdapat iskemia, hipertrofi, blok konduktif, disritmia.
c. Foto Rontgen : efusi perikardium
d. Laboraturium :
Leukosit 13.000 dan mengandung kuman
Terdapat cairan purulen pada perikardium
F. Data Fokus
DS :
pasien mengatakan nyeri dibagian dada bagian kiri yang semakin lama nyeri
semakin bertambah
DO :
TD : 140/100 mmHg
RR : 24x/ menit
Nadi : 110x/ menit
Suhu : 38,5°C
Klien tampak lemah dan pasien tampak memegangi area dada kirinya
Terdengar bunyi friction rub pada saat auskultasi.
Analisa Data
27
-S: 7
-T: nyeri hilang timbul
DS : - Penurunan curah Penurunan kemampuan dilatasi jantung
DO : jantung
-TD : 140/100 mmHg Penurunan kontrakibilitas ventrikel kiri
-RR : 24x/ menit
-Nadi : 110x/ menit Penurunan volume sekuncup
-CRT > 3detik
- Friction rub (+) Penurunan curah jantung
DS : Intoleransi aktivitas Perfusi jaringan
Pasien mengatakan badannya
terasa lemas Aliran darah tidak adekuat
DO :
-pasien tampak lemas Suplai oksigen ke otak menurun
-Pasien tidak bisa
bermobilisasi dengan Kelemahan fisik
maksimal pasien hanya tidur
ditempat tidur saja Intoleransi aktivitas
28
2.2 Diagnosa
NO Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri akut b.d agen cidera biologis d.d pasien tampak meringis, skala nyeri 7
2 Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d distensi vena jugularis
3 Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d pasien tampak lemas
4 Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi d.d edema pada
ekstremitas bawah
2.3 Intervensi
29
3. Ekspresi nyeri 5. Berikan analgesik
wajah berkurang dari sesuai waktu
skala 3 menjadi 5 paruhnya, terutama
(sedang ke tidak ada) pada nyeri yang
4. Skala nyeri berat
berkurang dari 2 Manajemen
menjadi 5 (cukup lingkungan:
berat ke tidak ada) Kenyamanan
Kontrol Nyeri (6482)
(1605) 1. Hindari gangguan
1. Mengenali faktor yang tidak perlu dan
penyebab nyeri dari berikan waktu untuk
skala 4 menjadi 1 istirahat
(Sering menunjukkan 2. Ciptakan
menjadi tidak lingkungan tenang
menunjukkan) dan mendukung
2. Menggunakan 3. Sediakan
tindakan pengurangan lingkungan aman
tanpa menggunakan dan bersih
analgesik dari skala 3 4. Posisikan pasien
menjadi 5 (kadang- untuk untuk
kadang ke tidak memfasilitasi
pernah ke secara kenyamanan
konsisten
menunjukkan)
3. Melaporkan
perubahan terhadap
gejala nyeri pada
profesional kesehatan
dari skala 4 menjadi 1
(sering menunjukkan
ke tidak pernah
menunjukkan)
30
4. Menggunakan
sumber daya yang
tersedia dari skala 2
menjadi 5 (kadang-
kadang menunjukkan
ke secara konsisten
menunjukkan)
31
abnormal dari skala 1 2. Monitor suara
menjadi 3 (berat ke nafas tambahan
sedang). seperti ngorok atau
6. Edema Perifer dari mengi
skala 1 menjadi 5 3. Monitor pola
(berat ke tidak ada) nafas (Bradipneu,
7. Sianosis dari skala takipneu,
1 menjadi 5 (berat ke hiperventilasi,
tidak ada) pernapasan
Kepatenan Jalan kusmaul)
Nafas (0410) 4. Auskultasi suara
1. Frekuensi nafas setelah
pernapasan dari skala tindakan
1 menjadi 3 (Berat ke
sedang)
2. Irama Pernapasan
dari skala 1 menjadi 4
(berat ke ringan)
3. Suara nafas
tambahan dari skala 1
menjadi 5 (berat ke
tidak ada)
3. Jum’at 1 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi
November aktivitas b.d tirah tindakan keperawatan (0180)
2019 baring d.d pasien selama 2x24 jam 1.Kaji status
tampak lemas diharapkan intoleransi fisiologis pasien
aktivitas dapat yang menyebabkan
berkurang dengan kelelahan sesuai
kriteria hasil: dengan kontek usia
Kelelahan: Efek dan perkembangan
yang mengganggu 2. Pilih intervensi
(0008) untuk mengurangi
1.Malaise dari skala 5 kelelahan baik
32
menjadi 1 (Berat ke secara farmakologis
tidak ada) dan non
2.Penurunan energi farmakologis secara
dari skala 1 menjadi 5 tepat
(Berat ke tidak ada) 3. Monitor asupan
3. Gangguan aktivitas nutrisi untuk
fisik dari skala 1 mengetahui sumber
menjadi 5 (Berat ke energi yang adekuat
tidak ada) 4. Tingkatkan tirah
Status Jantung Paru baring/ pembatasan
1. Intoleran aktivitas kegiatan
dari skala 1 menjadi 5 5. Lakukan ROM
(berat ke tidak ada) aktif dan pasif untuk
2. Sianosis dari skala menghilangkan
1 menjadi 5 (berat ke ketegangan otot
tidak ada) Perawatan
3. Distensi vena jantung:
jugularis dari skala 1 rehabilitatif (4046)
menjadi 5 (berat ke 1.Monitor toleransi
tidak ada) pasien terhadap
4. Edema perifer dari aktivitas
skala 1 menjadi 5 2. pertahankan
(berat ke tidak ada) jadwal ambulasi
5. Kelelahan dari 3. Instruksikan
skala 1 menjadi 5 pasien dan keluarga
(berat ke tidak ada) mengenai
pertimbangan
khusus terkait
dengan aktivitas
sehari-hari.
33
2019 gangguan selama 2x24 jam 1.Timbang berat
mekanisme diharapkan kelebihan badan setiap hari
regulasi d.d edema volume cairan bisa dan monitor status
pada ekstremitas berkurang dengan pasien
bawah kriteria hasil: 2. Masukkan kateter
Hidrasi (0602) urin
1.Output urin dari 3. Monitor TTV
skala 1 meenjadi 5 pasien
(Sangat terganggu ke 4. Berikan diuretik
tidak terganggu) yang diresepkan
2. Penurunan tekanan 5. Monitor hasil
darah dari skala 1 laboraturium
menjadi skala 5 (Penurunan
(sangat terganggu ke hematokrit)
tidak terganggu)
3. Peningkatan
hematokrit dari skala
1 menjadi 5 (sangat
terganggu ke tidak
terganggu)
34
2.4 Evaluasi
35
-Gangguan pola nafas
berkurang
-BB : 70kg
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
36
BAB III
PATHWAY
PERIKARDITIS
Reaksi Inflamasi
Produksi cairan dan darah (Fibrin) terkumulasi di rongga periakrdium Fibrosis jantung
Kerusakan sel
secara kronis
Efusi perikardium
Pelepasan mediator nyeri (histamin, Perikarditis konstriktif
bradikinin, prostaglandin, serotinin dll)
Kontraktilitas jantung menurun
terjadi penekanan jantung
Merangsang noiseptor
reseptor nyeri
PENURUNAN CURAH JANTUNG
Tekanan vena meningkat
Baradero, Marry., Dayrit, M. W., Siswadi, Yakobus. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien
Black, J. M., J. H. Hawks., 2009. Medical-Surgical Nursing: Clinical Mangement for Positif
Outcomes. Eight Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh J. Mulyanto., N. H.
Setiawan., K. S. Kadar., S. Karunianingsih., R. Martianti., Natalia., Y. Wibowo., L.
Rujitno., E. Sulistyoningrum., S. Candrawati. 2014. Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi delapan. Jilid 8 Jakarta: PT.
Salemba Medika.
Gray, H. H., Dawkins, K. D., Morgan, J. M., Simpson, I. A. 2010. Lecture Notes Kardiologi.
Edisi Empat. Jakarta: Erlangga.
Mutaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kardiovaskular. Jakarta:
Salemba Medika.
P., Brian Brammand. Et al. 2014. Asuhan Keperawatan Perikarditis. Malang: Scribd
38
39
40