Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS

KEPERAWATAN MEDIKAL

oleh :
Karinda Evita Sari
NIM 172310101190

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

1
LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS

KEPERAWATAN MEDIKAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal


Dosen pengampu : Ns Jon Hafan Sutawardana, M.Kep, Sp.Kep.MB

oleh :
Karinda Evita Sari
NIM 172310101190

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang melimpahkan karunia-Nya sehingga


penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan
Perikarditis”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah Keperawatan Medikal Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah Keperawatan Medikal sekaligus dosen pengampu yang telah
membimbing dalam penyelesaian tugas ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik,
2. Keluarga di rumah yang senantiasa memberikan dorongan dan doanya demi
terselesaikannya makalah ini,
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 20 Oktober 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
1.1 Definisi ............................................................................................................... 5
1.2 Anatomi dan Fisiologi ........................................................................................ 5
1.3 Epidimiologi ....................................................................................................... 6
1.4 Etiologi ............................................................................................................... 7
1.5 Klasifikasi ........................................................................................................... 8
1.6 Patofisiologi ........................................................................................................ .9
1.7 Manifestasi Klinis .............................................................................................. .10
1.8 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 11
1.9 Penatalaksanaan Medis ...................................................................................... 12
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR TEORI ................................
2.1 Pengkajian ........................................................................................................... 15
2.2 Diagnosa .............................................................................................................. 17
2.3 Intervensi ............................................................................................................. 18
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................
3.1 Pengkajian.............................................................................................................21
3.2 Diagnosa................................................................................................................29
3.3 Intervensi...............................................................................................................29
3.4 Evaluasi.................................................................................................................35
PATHWAYS..............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................38

iv
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Perikarditis adalah inflamasi pada lapisan tipis berbentuk kantong yang


melapisi jantung (perikardium) dan dapat bersifat akut atau kronis (kekambuhan)
(Black, 2009).
Perikarditis merupakan proses inflamasi pada perikardium, kantong membran
yang membungkus jantung. Merupakan penyakit primer atau dapat terjadi sesuai
perjalanan berbagai penyakit medikal bedah (Mutaqin, 2009).
Perikarditis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun jamur.
Perikarditis juga dapat timbul sebagai komplikasi dari penyakit sistemis, seperti
artritis reumatoid, lupus eritematosus, uremia, infeksi miokardium, atau trauma
(Baradero, 2008).
Perikarditis adalah peradangan pada viseral, parietal perikardium atau
keduanya. Pada perikarditis eksudatif biasanya terdapat cairan yang bercampur nanah
(purulen) di dalam celah perikardium. Apabila cairan tersebut semakin bertambah
banyak maka akan timbul temponade jantung., karena jantung tertekan sehingga
fungsi jantung sebagai pemompa menjadi terganggu. Apabila temponade jantung
tidak segera ditangani maka akan menyebabkan syok dan kematian (Baradero, 2008).
1.2 Anatomi dan Fisiologi

5
Perikardium adalah kantung yang membungkus jantung dan merupakan dinding
terluar jantung. Perikardium terdiri atas dua lapisan yaitu perikardium viseralis dan
perikardium paietalis. Perikardium viseralis merupakan lapisan dalam yang berhubungan
langsung dengan epikardium. Sedangkan perikardium parietalis merupakan lapisan luar yang
berhubungan langsung dengan dinding dada. Didalam perikardium terdapat rongga cairan
sebanyak 15-50 ml yang disekresi oleh sel mesotelia. Perikardium melekat kuat pada jantung
dan beberapa sentimeter pertama arteri pulmonalis dan aorta (Nagawidjaya, 2007).

Perikardium viseral terbungkus oleh perikardium parietal, membran terluar fibrosa


yang longgar dan kuat yang terbentang bagian depan ke setengah bawah dari sternum, bagian
belakang ke vertebra traksis dan bagian bawah ke diafragma. Dua perikardium ini berfungsi
sebagai pembungkus dan melindungi jantung. Diantara perikardium viseral dan parietal ini
terdapat ruang perikardial yang berisi 5-10 ml cairan. Cairan ini berfungsi sebagai pelumas
perikardial pada saat perikardial saling bergesek selama jantung berdenyut (Kuntoadi, 2009).

1.3 Epidimiologi

Kelainan perikardial akibat keganasan tidak jarang dijumpai. Dilaporkan bahwa 0,1-
21% penderita kanker yang sudah bermetastatis disertai metastatis pada perikardium pada
saat otopsi. Dalam satu seri kasus kanker yang diotopsi didapatkan bahwa metastase
perikaridal merupakan penyebab kematian langsung pada 35% kasus kanker dan
penyebab tambahan pada 50% kasus (Gray, 2010).
Epidemiologi pada kejadian perikarditis sering terjadi tanpa adanya gejala klinis.
Lorell mencatat diagnosis perikarditis akut tejadi sekitar 1 per 1000 pasien yag masuk
rumah sakit , terdiri dari 1% dari kunjungan ruang gawat darurat pada pasien dengan
segmen S-T elevasi. Bahkan kejadian perikardial akut temponade sekitar 2%, namun
konidisi ini jarang terjadi pada trauma dada tumpul (Gray, 2010).
Banyak penyakit di masa lalu yang didominasi menular, dalam beberapa tahun
terakhir spektrum klinis perikarditis konstruktif telah berubah. Di Amerika Serikat sekitar
9% dari pasien dengan perikarditis akut terus berkembang secara konstruktif. Frekuensi
itu bergantung pada penyebab kejadian secara spesifik dari perikaritis, namun perikarditis
akut ini hanya secara klinis didiagnosis 1 dari 1000 pasien yang masuk rumah sakit.
Sedangkan perikarditis konstruktif kurang dari 1 dalam 10.000 pasien yang masuk rumah
sakit (Sidney, 2010).

6
1.4 Etiologi
Tanda dan gejala perikarditis (Gray, 2010)
a. Idiopatik (Penyebab paling umum)
Idiopatik adalah suatu keadaan yang belum diketahui penyebabnya.
b. Infeksi Virus (Coxsackie)
c. Infeksi bakteri (Tuberclosis)
d. Infark miokard
Infark miokard ini biasanya disebut juga gagal jantung, terjadi apabila
ada gumpalan darah menghalangi aliran darah ke jantung. Hal ini akan
menyebabkan jantung akan kehilangan oksigen.
e. Penyakit autoimun (lupus eritematosus sistemik, reumatoid, sklerosis sistemik,
AIDS)
f. Uremia
Uremia adalah keadaan ketika ginjal tidak lagi menyaring dengan baik.
g. Neoplasia

Neoplasia adalah massa jaringanyang abnormal, tumbuh berlebihan.


Seperti kanker, tumor dan lain-lain

h. Trauma
i. Hipersensitivitas
j. Obat, misalnya: Hydralazine, nydrazid, phenytoin, procainamide
k. Auneurisma aortic disertai kebocoran pericardial

Perikarditis merupakan peradangan yang menyerang lapisan perikardium


viseralis dan parietalis. Dan biasanya disebabkan oleh berbagai macam faktor namun
yang paling sering muncul adalah akut, perikarditis non spesifik, infark miokard dan
uremia.

7
1.5 Klasifikasi

A. Perikarditis Akut

Perikarditis akut adalah sindrom yang disebabkan inflamasi pada perikardium parietal
dan viseral. Perikarditis akut ini biasanya disebabkan oleh virus. Inflamasi pada perikarditis
akut disebabkan oleh eksudat dan fibrin. Eksudat menyelimuti daerah perikardium dan
menyebabkan inflamasi yang lebih lanjut pada pleura dan daerah sekitarnya. Eksudat
fibrinosa dapat menginflamasi seluruh bagian jantung. Perikarditis akut dapat bersifat kering
(fibrinosa) atau eksudat. Perikarditis eksudat yaitu terdapat cairan yang bercampur nanah
(purulen) dalam daerah perikardium (Black, 2009).

B. Perikarditis Akut dengan Efusi

Perikarditis akut dengan efusi terjadi jika akumulasi cairan secara cepat terjadi
dikantong perikardium. Cairan menyebabkan jantung tertekan dan mengurangi pengisian
ventrikel dan curah jantung. Jika dengan cairan hanya 80-200 ml dapat menyebabkan
ruangan perikardium menurunkan curah jantung. Menimbulkan rasa tidak nyaman
dikarenakan penuruanan curah jantung ataupun syok. Hal ini bisa menyebabkan takikardi,
diaforesis, ekstermitas dingin, sianotik dan kecemasan (Black, 2009).

Gambar Perikarditis dengan efusi

C. Perikarditis Konstruktif Kronis

Perikarditis Konstruktif Kronis adalah kondisi inflamasi kronis ketika perikardium


berubah menjadi suatu jaringan fibrosa yang tebal. Jaringannya menyelubungi , mengelilingi,
dan menekan jantung sehingga pengisian dan pengosongan ventrikel terhambat. Hal ini bisa
8
menyebabkan gagal jantung. Trauma dapat menyebabkan fibrosis atau terjadi pembentukan
jaringan yang berlebihan pada jantung akibat peradangan. Perikarditis jenis ini biasanya
jarang terjadi dan sebagian besar kasus dari perikarditis konstruktif kronis ini tidak diketahui
penyebabnya (Black, 2009).

D. Temponade Jantung

Temponade jantung adalah suatu komplikasi yang dapat mengancam nyawa karena
akumulasi cairan pada perikardium. Cairan dapat berupa darah, pus atau udara pada kantung
perikardium yang terakumulasi dalam kecepatan yang cepat da jumlah yang cukup menekan
jantung serta membatasi aliran aliran darah masuk dan keluar ventrikel. Jika sudah memasuki
fase temponade jantung ini akan menjadi darurat jantung (Black, 2009).

Gambar Temponade Jantung

1.6 Patofisiologis

Proses inflamasi dan akibat sekunderdari fenomena infeksi pada perikarditis biasanya
akan memberikan respon sebagai berikut (Mutaqin, 2009) :

 Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong perikardium


 Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk fibrinogen
atau fibrin di dalam cairan akan meningkat
 Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta.
 Perdarahan akibat trauma tembus, hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya jaringan
parut dan perlengketan yang diikuti klasifikasi dari lapisan perikardium viseral

9
maupun parietal yang akan menyebabkan perikarditis konstruktif yang cukup berat
akan bisa menghambat pengembangan volume jantung pada fase diastolik
Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium dimana sekresi melebihi dari
absorpsi yang akan menyebabkan susatu efusi perikardium. Penumpukan cairan
intraperikardium dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan obstruksi serius terhadap
masuknya darah ke kedua bilik jantung bisa menimbulkan temponade jantung.
Efusi pada perikardium dapat mengakibatkan peningkatan rongga perikardium, lalu
terjadi penekanan jantung tekanan diastolik menjadi naik. Kondisi tersebut menyebabkan
pengisian jantung terganggu, kemudian tekanan pada vena sistemik dan vena pilmonal
menjadi naik, lalu aliran balik ke jantung menjadi terhalangi. Meningkatnya tekanan vena
sistemik mengakibatkan gagal jantung yang memiliki gejala distensi vena jugularis,
hepatomegali, dan edema perifer. Vena pulmonal yang meningkat akan menyebabkan
bendungan pada daerah jantung. Sedangkan penurunan pengisian ventrikel di fase diastolik
dapat mengakibatkan penurunan curah jantung (Nagawidjaya, 2007)

1.7 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis perikarditis sangat bervariasi tergantung pada berat, distribusi, dan
kecepatan terjadinya sikatriks (Baradero, 2008):

1. Nyeri dada seperti ditusuk bila sedang bergerak ataupun bernafas dalam, dan
akan berkurang apabila dalam posisi duduk atau membungkuk
2. Friction rub; positif
3. Nyeri dada substernal atau parasternal, biasanya menjalar ke bagian bahu dan
leher dan lengan bagian kiri
4. Distensi vena jugularis
5. Hepatomegali
6. Edema pada ekstermitas bagian bawah
7. Sesak napas, denyut jantung meningkat
8. Bunyi jantung lemah atau normal
9. Suhu meningkat
10. Pembesaran perut dan gangguan abdomen
11. Lelah
12. Palpitasi
13. Batuk

10
14. Asites
15. Ewarts’s sign (perkusi pekak di bawah angulus scapula kiri bila di efusi)
16. Rontgen toraks : bayangan jantung membesar
17. Iso-Enzym Cardiac : meningkat
18. Pola EKG
 ST elevasi pada area yang rusak tanpa diikuti perubahan di area
resiprokal
 Kompleks QRS voltase rendah (Amplitudo kecil)
 Atrium fibrilasi
 Bradikardi toraks terdapat eksudatif perikardium
19. Pada saat sinar-X terdapat eksudatif pada perikardium
20. Leukositosis (Sel darah putih 10.000-20.000/ mm3)

Gejala perikarditis yang paling sering muncul yaitu :

1. Tekanan vena jugularis


2. Hapatomegali
3. Asites
4. Edema ekstermitas bawah
5. Pulsus paradoksus
6. Percardial knock
7. Sianosis
8. Splenomegali
9. Friction rub; positif

1.8 Pemeriksaan Penunjang

a. EKG
Dapat menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduktif, disritmia.
Elektrokardiografi memperlihatkan eleyasi segmen ST dan perubahan
resiprokal, voltase QRS yang rendah namun dengan EKG bisa juga normal
atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.
b. Ekokardiografi
Dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertrofi jantung, disfungsi katup,
dilatasi ruang. Dengan ekokardiografi jika terjadi efusi pericardial mampu

11
mendiagnosa jika menunjukkan ruang antara dinding ventricular dan
pericardium. Menunjukkan banyaknya cairan pada perikardium.
c. Pengecekan kadar enzim
Kadar enzim kardiak pada perikarditis ini cenderung naik.
d. Angiografi
Dapat menunjukkan stenosis katup dan reguritasi dan penurunan aktifitas
dinding.
e. X-ray dada
Biasanya pada perikarditis akan menunjukkan pembesaran jantung, infiltrasi
pulmonal
f. Pemeriksaan radiologis (Rontgen)
Jantung hanya terlihat sedikit biasanya hanya tampak bayangan jantung yang
membesar seperti water-bottle dengan vaskularisasi paru normal dan adanya
efusi perikardium yang banyak dan nampak. Pada posisi berdiri ataupun
duduk akan terlihat pembesaran jantung yang berbentuk segitiga dan akan
berubah bentuk menjadi globular pada saat posisi tidur. Akan terlihat bulir-
bulir air namun juga terkadang terlihat normal.
g. Pemeriksaan Laboraturium
1. Pada darah akan terdapat leukosit yang disertai kuman.
2. Cairan purulen akan ditemukan pada infeksi banal.
3. Pemeriksaan kimia terhadap kandungan protein yang tercampur
dengan baketeri
h. Foto Thoraks
Untuk mengetahui adanya cairan perikard.

1.9 Penatalaksanan Medis

Pada perikarditis penatalaksanaannya sebagai berikut (Mutaqin, 2009) :

a. Obat analgetik golongan anti inflamasi non steroid (NSAID) untuk


mengurangi atau menghilangkan nyeri
b. Aspirasi dipantau dengan EKG dan ekokardiografi didukung dengan
pembedahan jantung
c. Reseksi perikardium

12
d. Indometasin atau kortikosol
e. Pada perikarditis efusi perikardium maka penatalaksanaannya yaitu
Perikardiosentesis ke dalam kantung perikardium dengan tujuan agar
proses drainase dari aspirasi dapat adekuat (Rubin,1990).
f. Pada fase temponade jantung perlu aspirasi perikardium dengan jarum
maka manifestasi klinisnya yaitu Ekokardiografi dengan kateterisasi
jantung

Gambar Perikardiosintesis

13
Gambar Proses Perikardiosintesis

Gambar Penanganan Tamponade Jantung

14
BAB II

KONSEP ASKEP BERDASARKAN TEORI

2.1 Anamnase

Pengkajian keperawatan menurut Marulynn E Doengoes, 1999 yaitu:

a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan
Tanda : Takikardi, penurunan tekanan darah, dispnea pada saat beraktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : demam, penyakit jantung konginetal, bedah jantung (CABG/ penggantian
akut/ by pass Kardiopulmonal lama), palpitasi, pingsan.
Tanda : takikardi, disritmia, perpindahan titik impuls maksima, pembesaran jantung,
fricton rub perikardial (intermiten, teerdengar di bagian sternal kiri), murmur, aortik,
mitral, stenosis, perubahan dalam murmur yang mendahului disfungsi otot papilar,
irama gallop (S3/S4), edema, petekie (konjungtiva dan membran mukosa), hemoragi
splinter (kuku), nodus oster (jari dan ibu jari), lesi pada telapak tangan dan telapak
kaki
c. Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi urine
Tanda : urin pekat dan gelap
d. Nyeri ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior skala sedang sampai berat nyeri semakin saat
inspirasi, batuk, gerakan, menelan, berbaring, hilang pada saat duduk, bersandar.
Tidak mampu hilang dengan nitrogliserin
Tanda : perilaku distraksi seperti gelisah
e. Pernapasan
Gejala : napas pendek
Tanda : dispnea, batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekels, ronchi, pernapasan
dangkal
f. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun, SLE, penyakit
kolagen.
Tanda : demam

15
2.2 Pemeriksaan Fisik

Data hasil pemeriksaan fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

 B1 : Breathing (Respiratory System)


Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi, batuk
 B2 : Blood (Cardiovascular System)
Takikardi, penurunan Tekanan Darah, aritmia jantung
 B3 : Brain (Nervous System)
Normal
 B4 : Bladder (Genitourinary System)
Penurunan frekuensi urine, urine pekat dan gelap
 B5 : Bowel (Gastrointestinal System)
Anorexi, mual, muntah, kekurangan nutrisi
 B6 : Bone (Bone-Muscle-Integumen)
Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas

2.3 Pemeriksaan Lab

1. Foto rontgen toraks bisa normal bila efusi perikardium hanya sedikit, namun apabila
efusi perikardium banyak maka akan terlihat bayangan jantung membesar saperti
water-bottle dengan vaskularisasi paru normal. Pada efusi perikardium gambar
rontgen toraks akan membentuk bulir-bulir.
2. Elektrokardiografi biasanya akan memberi penampakan elevasi segmen ST dan
perubahan resiprokal, voltase QRS yang rendah namun EKG juga bisa terlihat normal
dan hanya terdapat gangguan irama berupa filtrasi atrium.
3. Pemeriksaan ekokardiografi untuk memastikan adanya efusi perikaaridium dan
memperkirakan banyaknya cairan perikardium
4. Perikardiosintesis, cairan perikardial diperiksa untuk etiologi infeksi, seperti bakteri,
imfeksi virus, SLE, keganasan.
5. Sinar X dada, dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltrasi pulmonal
6. JDL, dapat menunjukkan proses infeksi akut/kronis
7. Angiografi, dapat menunjukkan stenosis katup dan penurunan gerak dinding

16
2.4 Diagnosa Keperawatan Perikarditis

1. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan efusi perikardium

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam nyeri hilang atau terkontrol

Hasil (NOC) :

 Menunjukkan Nyeri : efek merusak, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut
(sebutkan skala nyeri 1-7)
a. Gangguan performa peran atau gangguan intrapersonal
b. Gangguan konsentrasi
c. Gangguan perawatan diri
d. Gangguan pola tidur
e. Kehilangan selera makan
f. Memperlihatkan skala nyeri yang dibuktikan indikator
 Indikaror skala nyeri
a. Ekspresi nyeri pada wajah
b. Gelisah dan tidak tenang
c. Ketegangan otot
d. Kehilangan selera makan
e. Episode nyeri lama
 Tingkat kenyamanan: Tingkat presepsi positif tergadap kemudahan fisik dan
psikologis
 Tingkat depresi: keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan minat dengan
peristiwa hidup
 Nyeri efek merusak: keparahan dampak negatif nyeri akut yang dapat diobservasi
pada fungsi sehari-hari
 Tingkat nyeri: keparahn nyeri yang tampak dan dilaporkan

2. Diagnosa: penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktibilitas ventrikel kiri

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan
tanda-tanda vital dalam batas kontrol atau hilang dan bebas dari gejala gagal jantung,
parameter hemodinamik dalam batas normal, outout urin adekuat.

Hasil (NOC):

a. Aktivitas pada jantung adekuat, volume darah yang di ejeksikan dari ventrikel kiri
untuk mendukung tekanan perfusi sistemik

17
b. Perfusi jaringan jantung adekuat, aliran darah melewati vaskulator koroner untuk
mempertahankan fungsi organ jantung.
c. Status tanda vital tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan dalam rentan normal

3. Diagnosa: gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru akibat sekunder
dari perubahan membran kapiler alveoli

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan sesak napas

Hasil (NOC)

 Secara subyektif klien mengatakan sesak nafas menurun


 Secara obyektif didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal (RR 16-20x/memit)
tidak ada penggunaan otot bantu nafas, analisis gas darah dalam batas normal
4. Diagnosa intoleran aktivitas
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya
kemampuan beraktivitas
Hasil (NOC):
a. Toleransi aktivitas: repon fisiologis terhdadap gerakan yang memakan energi dalam
aktivitas sehari-hari
b. Energi psikomotorik: dorongan dan energi individu untuk mempertahankan aktivitas
hidup sehari-hari, nutrisi, dan keamanan personal
c. Perawatan diri: aktivitas sehari-hari: kemampuan untuk melakukan tugas-tugas fisik
yang paling dasar dan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri dengan atau tanpa
alat bantu

2.5 Intervensi Keperawatan Perikarditis

1. Intervensi diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan efusi perikardium

Pemberian analgesik: penggunaan agens farmakologis untuk meredakan atau


menghilangkan nyeri

a. Modifikasi perilaku: meningkatkan perubahan perilaku


b. Restrukturasi kognitif: mendorong pasien untuk mengubah distrosi pola pikir dan
memandang diri sendiri serta dunia secara realistis
c. Peningkatan koping: membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi streso,
perubahan yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup

18
d. Manajemen medikasi: memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara
aman dan efektif
e. Manajemen nyeri: mengholangkan nyeri atau menurunkan nyeri ke tingkat yang lebih
nyaman dapat ditoleransi oleh pasien
f. Bantuan analgesik yang dikendalikan oleh pasien: memfasilitasi pengaturan
pemberian analgesik oleh pasien\
g. Fasilitasi tanggung jawab diri: mendorong pasien untuk lebh bertanggung jawab
terhadap perilakunya sendiri.

2. Intervensi Diagnosa penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktibilitas


ventrikel kiri

a. Reduksi perdarahan: membatasi kehilangan volumedarah selama fase perdarahan

b. Perawatan jantung membatasi komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen miokard pada pasien yang mengalami gejala kerusakan fungsi
jantung.

c. Promosi perfusi serebral: meningkatkan perfusi yang adekuat dan membatasi


komplikasi untuk pasien yang mengalami atau beresiko mengalami
ketidakseimbangan perfusi serebral

d. Pemantauan tanda-tanda vital: mengumpulkan dan menganalisis data kardiovascular,


pernapasan, suhu tubuh untuk mencegah terjadinya komplikasi.

3. Intervensi Diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti


paru

a. Berikan tambahan oksigen 6 litr/ menit. Untuk meningkatkan konsentrasi oksigen


pada proses pertukaran gas

b. Pantau saturasi oksigen, dengan analisa gas darah arteri. Untuk mengetahui tingkat
oksigenasi pada jaringan sebagai dampak ketidak adekuatan proses pertukaran gas.
Tes keseimangan asam basa, untuk mencegah adanya asidosis yang dapat
memperberat pernapasan. Cegah adanya atelektasis dengan melatih batuhk efektif dan
nafas dalam; kongesti yang berat akan memperburuk proses pertukaran gas sehingga
berdampak pada timbulnya hipoksia.

19
4. Intervensi Diagnosa Intoleran Aktivitas

a. Manajemen energi: mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah


kelelahan dan mengoptimalkan fungsi

b. manajemen alam perasaan: memberi rasa aman, stabilisasi, pemulihan, dan


pemeliharaan pasien yang memelihara pasien yang mengalami disfungsi alam
perasaan baik depresi maupun peningkatan alam perasaan

c. bantuan perawatan diri: membantu individu melakukan AKS.

20
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Tn. D usia 56 tahun datang ke rumah sakit Citra Husada pada tanggal 1 November
2019 pukul 19.30 WIB dengan diantar oleh anak dan juga istrinya dan Tn. D mengeluhkan
batuk dan nyeri dada di bagian kiri nyeri seperti ditusuk saat bernafas dan menjalar ke sekitar
bahu leher pada saat melakukan respirasi, skala nyeri 7, badan terasa panas, sesak nafas dan
juga batuk. Pasien merasakan nyeri sudah 3 hari yang lalu namun semakin hari nyeri terasa
semakin parah, CRT > 3detik. Terlihat ada edema pada ekstermitas bawah pasien. BB pasien
sebelum sakit 70 dan setelah sakit menjadi 75 kg dan TB 168 kg, kulit sianosis. Pemeriksaan
TTV menunjukkan TD 140/100 mmHg, nadi 110x/ menit RR 24x/ menit. Terdapat bunyi
friction rub pada saat dilakukan auskultasi dan adanya distensi vena jugularis. Keluarga
mengatakan bahwa 3 tahun yang lalu pernah menderita Tubercolosis. Pasien mengatakan
badannya terasa lemas dan pasien mengurangi aktivitas berat bahkan pasien lebih banyak
tidur.

2.1 Pengkajian

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. D

Usia : 56 Tahun

Alamat : Jl. Mawar Putih gang sukma no. 45

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : S1

Diagnosa medis : Perikarditis

21
Tanggal pengkajian : 1 November 2019

Jam : 19.30 WIB

Sumber informasi : Pasien dan keluarga

II. Riwayat Kesehatan


1. Keluhan utama
Nyeri di daerah dada bagian kiri dan menjalar ke leher
2. Keluhan tambahan
Badan terasa panas, sesak nafas
3. Alasan datang ke rumah sakit
Rasa sakit semakin lama semakin parah.
4. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada dada bagian kiri dan menjalar ke bagian leher
nyeri bertambah saat inspiras, saat merubah posisi. Nyeri berkurang saat
pasien sedang duduk dan tidur. Klien lemah dan lebih banyak tidur dan duduk.
5. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan bahwa pernah menderita penyakit tuberculosis 3 tahun
yang lalu.
6. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit perikarditis.
7. Alergi
Pasien mengatakan tidak punya alergi terhadap makanan dan obat.
III. Pengkajian keperawatan
1) Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Pasien dan keluarga mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit segera
memeriksakan ke layanan kesehatan terdekat
2) Pola nutrisi metabolik
- Sebelum sakit : Pasien makan 3 kali sehari dan habis 1 porsi dengan menu sayur,
nasi dan lauk pauk serta tidak ada pantangan, pasien minum 8 gelas air dalam
sehari
- Selama sakit : pasien tidak nafsu makan, serta mengurangi porsi makan serta
minum 3 kali sehari dalam jumlah yang sedikit.
3) Pola eliminasi

22
- Sebelum sakit : pasien mengatakan bahwa saat sehat ia BAB 2x sehari dan BAK
4-5 kali sehari
- Setelah sakit : Pasien mengatakan bahwa tidak BAB selama 3 hari dan BAK 2 kali
sehari dalam jumlah sedikit dan warna urin pekat
4) Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa ia bekerja dari pukul 07.00 sampai
pukul 16.00. Setelah pulang bekerja biasanya pasien melakukan aktivitas seperti
mandi, makan, minum. Dan biasanya pasien melakukan kegiatan olahraga apabila
sempat
- Selama sakit

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan / Minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobiltas ditempat tidur √
Ambulasi √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu alat, 4:
mandiri

5) Pola tidur dan istirahat


- Sebelum sakit : Pasien tidur 6-8 jam/ hari
- Selama sakit : Pasien hanya tidur 3-4 jam sehari terbangun karena merasakan
nyeri
6) Pola kognitif dan conceptual
a. Penglihatan : Pasien mengatakan masih bisa melihat dengan jelas dengan jarak ± 3
meter dan bisa membedakan warna-warna yang ada disekitar tanpa mengguakan
kacamata
b. Pendengaran : Pasien mengatakan pendengarannya masih jelas dengan jarak ± 1
meter dan tanpa menggunakan alat bantu
c. Pengecapan : Pasien mengatakan masih bisa merasakan manis, pahit, asin dengan
baik
d. Penciuman : Pasien mengatakan bahwa masih bisa mencium aroma yang ada
disekitar.

23
e. Sensori : Pasien mengatakan bahwa masih bisa merasakan rangsangan, seperti
diraba, ditepuk, suhu dingin dan panas dan sakit apabila di cubit
7) Pola presepsi diri
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa sakit atau sembuh ketika sudah
waktunya akan terjadi dan semua itu sudah ada yang mengatur
- Selama sakit : Pasien merasakan cemas dengan sakitnya pasien mengatakan takut
apabila sakitnya tidak sembuh dan berujung mati
8) Pola seksual dan reproduksi
- Sebelum sakit : Pasien biasanya melakukan hubungan seksual 2x dalam seminggu
dan tidak pernah mengalami ganguan
- Selama sakit : Pasien tidak mampu melakukan hubungan seksual karena
kesehatannya terganggu
9) Pola peran dan hubungan
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa peran sebagai kepala keluarga bisa
berjalan dengan baik
- Selama sakit : Pasien mengatakan bahwa peran sebagai kepala keluarga sudah
gagal karena tidak mampu bekerja dan memimpin keluarga dengan baik.
10) Pola manajemen koping stress
- Sebelum sakit : Pasien biasanya mampu menyelesaikan masalah dengan keluarga
dengan cara musyawarah
- Selama sakit : Pasien mengatakan bahwa selam ia sakit keluarga yang
menyelesaikan semua masalah
11) Sistem nilai dan keyakinan
Pasien dan keluarga mengatakan bahwa menganut agama Islam dan mempunyai
keyakinan bahwa sakit ini adalah sebagai penguji keimanan kita semua

IV. Pemeriksaan fisik


A. Keadaan umum
 Sesak nafas
 Lemas
 Edema di bagian ekstremitas bawah
 Friction rub (+)
 Sianosis

24
 Distensi vena jugularis
B. Pemeriksaan tanda-tanda vital :
 BB : 75 kg
 TB : 168
 TD : 140/100 mmHg
 Suhu : 38,5°C
 Nadi : 110x/ menit
 RR : 24x/ menit
C. Nilai GCS: 15
E : 4 (membuka mata secara spontan)
M : 6 (melakukan sesuai perintah)
V : 5 (Menjawab secara tepat)
D. Head to toe
1. Kepala
Inspeksi: Kepala simetris, persebaran rambut merata, warna rambut hitam dan
beruban
Palpasi: tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi: Kedua mata simetrs, konjungtiva anemis dan tampak sayu.
3. Telinga
Inspeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada serumen yang keluar di kedua telinga
Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi: Tidak ada lendir yang keluar dari hidung, tidak ada polip
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi: Mulut tidak ada jejas, kemerahan, keadaan mulut kurang bersih, tidak
berbau, tidak ada benjolan, berwana pucat, mukossa kering.
6. Leher
Inspeksi: Tidak ada pembesaran tiroid
Palpasi: terdapat distensi vena jugularis
7. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : kanan dan kiri terlihat simetris, tidak tampak apeks jantung

25
Palpasi : apeks jantung tidak teraba
Perkusi : pekak di bawah angulus scapula kiri
Auskultasi : Bunyi jantung lemah, denyut jantung meningkat
8. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi : Dada simetris, pernafasan inspirasi lebih panjang daripada ekspirasi
Palpasi : nyeri tekan pada dada substernal atau parasternal, vocal fremitus teraba
Perkusi :
Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru-hepar : ICS IV dextra
Batas paru belakang kanan : CV Th. VIII dekstra
Batas paru belakang kiri : CV Th. IX sinistra
Auskultasi : Froction rub (+)
9. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit, tidak ada kelaianan warna kulit
Palpasi : tidak ada benjolan, nyeri saat dilakukan palpasi dalam
Perkusi : Terdapat bunyi dullnes pada left uper quadran
Auskultasi : peristaltik usus 15x/menit
10. Genetalia
Bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kemerahan dan edema
11. Ekstremitas
Ekstremitas atas :
Inspeksi : Kuku clubbing finger, tidak terdapat luka, tangan kanan terpasang infus,
tidak terdapat nodul, tidak ada edema pada kedua tangan
Palpasi : denyut arteri brachialis dan arteri brachialis teraba lemah, reflek bisep
dan trisep (+) kekuatan otot 4 pada dextra dan sinistra.
Kekuatan otot:
4444 4444
Ekstremitas bawah :
Inspeksi : adanya edema pada kedua kaki, integriras kulit baik, ROM pasif,
kekuatan otot lemah
Palpasi: denyut nadi arteri femoralis, arteri poplotea, arteri dorsalis pedis teraba
lemah, teraba hangat, tidak ada krepitasi, kekuatan otot 3 pada dextra da sinistra.
Kekuatan otot:

26
3333 3333
E. Pemeriksaan penunjang
a. X-ray : pembesaran pada jantung
b. Pemeriksaan EKG : terdapat iskemia, hipertrofi, blok konduktif, disritmia.
c. Foto Rontgen : efusi perikardium
d. Laboraturium :
 Leukosit 13.000 dan mengandung kuman
 Terdapat cairan purulen pada perikardium
F. Data Fokus
 DS :
pasien mengatakan nyeri dibagian dada bagian kiri yang semakin lama nyeri
semakin bertambah
 DO :
TD : 140/100 mmHg
RR : 24x/ menit
Nadi : 110x/ menit
Suhu : 38,5°C
Klien tampak lemah dan pasien tampak memegangi area dada kirinya
Terdengar bunyi friction rub pada saat auskultasi.

Analisa Data

Data Masalah Etiologi


DS : Nyeri akut Bakteri
-Klien mengatakan nyeri
pada daerah dada atas dan Inflamasi pada perikardium
menjalar hingga ke leher
-pasien tampak meringis Penumpukan cairan pada perikardium
-skala nyeri 7
DO : Tekanan berlebih pada jantung
-P : Efusi perikardium
-Q: Nyeri seperti tertusuk Nyeri akut
-R: bagian dada sebelah kiri
sampai ke bahu dan leher

27
-S: 7
-T: nyeri hilang timbul
DS : - Penurunan curah Penurunan kemampuan dilatasi jantung
DO : jantung
-TD : 140/100 mmHg Penurunan kontrakibilitas ventrikel kiri
-RR : 24x/ menit
-Nadi : 110x/ menit Penurunan volume sekuncup
-CRT > 3detik
- Friction rub (+) Penurunan curah jantung
DS : Intoleransi aktivitas Perfusi jaringan
Pasien mengatakan badannya
terasa lemas Aliran darah tidak adekuat
DO :
-pasien tampak lemas Suplai oksigen ke otak menurun
-Pasien tidak bisa
bermobilisasi dengan Kelemahan fisik
maksimal pasien hanya tidur
ditempat tidur saja Intoleransi aktivitas

DS : - Kelebihan volume Fibrosis jantung


DO : cairan
-Edema bagian ekstremitas Perikarditis konstruktif
bawah
-Distensi vena jugularis Penekanan pada jantung
-Gangguan pola nafas
-BB sebelum sakit : 70kg Tekanan vena meningkat
-BB setelah sakit : 75 kg
Terjadi arus balik vena

Akumulasi cairan diperut, ekstremitas


bawah

Kelebihan volume cairan

28
2.2 Diagnosa

NO Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri akut b.d agen cidera biologis d.d pasien tampak meringis, skala nyeri 7
2 Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d distensi vena jugularis
3 Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d pasien tampak lemas
4 Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi d.d edema pada
ekstremitas bawah

2.3 Intervensi

No. Tanggal Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi TTD


Keperawatan hasil
1. Jum’at 1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pemberian ¥
November agen cidera tindakan keperawatan Analgesik (2210)
2019 biologis d.d pasien selama 2x24 jam 1.Tentukan lokasi,
tampak meringis, diharapkan nyeri karakteristik,
skala nyeri 7 yang dialami kualitas dan
berkurang dengan keparahan nyeri
kriteria hasil: sebelum pengobatan
Tingkat Nyeri 2. Cek adanya alergi
(2102) obat
1 .Melaporkan nyeri 3. Tentukan pilihan
berkurang dari skala 2 obat analgesik
menjadi 5 (Cukup NSAID
berat ke tidak ada) 4. Monitor tanda-
2. Frekuensi nyeri tanda vital sebelum
berkurang dari skala 2 dan setelah
ke 5 (cukup berat ke memberikan
tidak ada) analgesik.

29
3. Ekspresi nyeri 5. Berikan analgesik
wajah berkurang dari sesuai waktu
skala 3 menjadi 5 paruhnya, terutama
(sedang ke tidak ada) pada nyeri yang
4. Skala nyeri berat
berkurang dari 2 Manajemen
menjadi 5 (cukup lingkungan:
berat ke tidak ada) Kenyamanan
Kontrol Nyeri (6482)
(1605) 1. Hindari gangguan
1. Mengenali faktor yang tidak perlu dan
penyebab nyeri dari berikan waktu untuk
skala 4 menjadi 1 istirahat
(Sering menunjukkan 2. Ciptakan
menjadi tidak lingkungan tenang
menunjukkan) dan mendukung
2. Menggunakan 3. Sediakan
tindakan pengurangan lingkungan aman
tanpa menggunakan dan bersih
analgesik dari skala 3 4. Posisikan pasien
menjadi 5 (kadang- untuk untuk
kadang ke tidak memfasilitasi
pernah ke secara kenyamanan
konsisten
menunjukkan)
3. Melaporkan
perubahan terhadap
gejala nyeri pada
profesional kesehatan
dari skala 4 menjadi 1
(sering menunjukkan
ke tidak pernah
menunjukkan)

30
4. Menggunakan
sumber daya yang
tersedia dari skala 2
menjadi 5 (kadang-
kadang menunjukkan
ke secara konsisten
menunjukkan)

2. Jum’at 1 Penurunan curah Setelah dilakukan Terapi Oksigen ¥


November jantung b.d tindakan keperawatan (3320)
2019 perubahan irama selama 2x24 jam 1. Pertahankan
jantung d.d distensi diharapkan penurunan kepatenan jalan
vena jugularis curah jantung bisa nafas
meningkat dengan 2. Siapkan peralatan
kriteria hasil: oksigen dan berikan
Keefektifan Pompa melalui sistem
Jantung (0400) hunnidifer
1.Denyut nadi perifer 3. Berikan oksigen
dari skala 1 menjadi 4 tambahan seperti
(Berat ke ringan) yag diperintahkan
2. Ukuran jantung 4. Monitor aliran
dari skala 1 menjadi 4 oksigen
(Berat ke ringan) 5. Monitor
3. Keseimbangan efektivitas terapi
intake dan output oksigen (tekanan
cairan dari skala 5 oksimetri, ABGs)
menjadi 3 (tidak ada dengan tepat
ke sedang) Monitor
4. Distensi Vena Pernapasan (3350)
jugularis dari skala 1 1.Monitor kecepatan
menjadi 5 (Berat ke irama, kedalaman
tidak ada) dan kesulitan
5. Suara jantung bernapas

31
abnormal dari skala 1 2. Monitor suara
menjadi 3 (berat ke nafas tambahan
sedang). seperti ngorok atau
6. Edema Perifer dari mengi
skala 1 menjadi 5 3. Monitor pola
(berat ke tidak ada) nafas (Bradipneu,
7. Sianosis dari skala takipneu,
1 menjadi 5 (berat ke hiperventilasi,
tidak ada) pernapasan
Kepatenan Jalan kusmaul)
Nafas (0410) 4. Auskultasi suara
1. Frekuensi nafas setelah
pernapasan dari skala tindakan
1 menjadi 3 (Berat ke
sedang)
2. Irama Pernapasan
dari skala 1 menjadi 4
(berat ke ringan)
3. Suara nafas
tambahan dari skala 1
menjadi 5 (berat ke
tidak ada)
3. Jum’at 1 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi
November aktivitas b.d tirah tindakan keperawatan (0180)
2019 baring d.d pasien selama 2x24 jam 1.Kaji status
tampak lemas diharapkan intoleransi fisiologis pasien
aktivitas dapat yang menyebabkan
berkurang dengan kelelahan sesuai
kriteria hasil: dengan kontek usia
Kelelahan: Efek dan perkembangan
yang mengganggu 2. Pilih intervensi
(0008) untuk mengurangi
1.Malaise dari skala 5 kelelahan baik

32
menjadi 1 (Berat ke secara farmakologis
tidak ada) dan non
2.Penurunan energi farmakologis secara
dari skala 1 menjadi 5 tepat
(Berat ke tidak ada) 3. Monitor asupan
3. Gangguan aktivitas nutrisi untuk
fisik dari skala 1 mengetahui sumber
menjadi 5 (Berat ke energi yang adekuat
tidak ada) 4. Tingkatkan tirah
Status Jantung Paru baring/ pembatasan
1. Intoleran aktivitas kegiatan
dari skala 1 menjadi 5 5. Lakukan ROM
(berat ke tidak ada) aktif dan pasif untuk
2. Sianosis dari skala menghilangkan
1 menjadi 5 (berat ke ketegangan otot
tidak ada) Perawatan
3. Distensi vena jantung:
jugularis dari skala 1 rehabilitatif (4046)
menjadi 5 (berat ke 1.Monitor toleransi
tidak ada) pasien terhadap
4. Edema perifer dari aktivitas
skala 1 menjadi 5 2. pertahankan
(berat ke tidak ada) jadwal ambulasi
5. Kelelahan dari 3. Instruksikan
skala 1 menjadi 5 pasien dan keluarga
(berat ke tidak ada) mengenai
pertimbangan
khusus terkait
dengan aktivitas
sehari-hari.

4. Jum’at 1 Kelebihan volume Setelah dilakukan Manajemen cairan


November cairan b.d tindakan keperawatan (4120)

33
2019 gangguan selama 2x24 jam 1.Timbang berat
mekanisme diharapkan kelebihan badan setiap hari
regulasi d.d edema volume cairan bisa dan monitor status
pada ekstremitas berkurang dengan pasien
bawah kriteria hasil: 2. Masukkan kateter
Hidrasi (0602) urin
1.Output urin dari 3. Monitor TTV
skala 1 meenjadi 5 pasien
(Sangat terganggu ke 4. Berikan diuretik
tidak terganggu) yang diresepkan
2. Penurunan tekanan 5. Monitor hasil
darah dari skala 1 laboraturium
menjadi skala 5 (Penurunan
(sangat terganggu ke hematokrit)
tidak terganggu)
3. Peningkatan
hematokrit dari skala
1 menjadi 5 (sangat
terganggu ke tidak
terganggu)

34
2.4 Evaluasi

Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


dan Jam
Nyeri akut b.d agen cidera S: Pasien mengatakan nyeri ¥
biologis d.d pasien tampak pada dada bagian atas
meringis, skala nyeri 7 berkurang
O: Ekspresi meringis (-)
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Penurunan curah jantung b.d S: - ¥
perubahan irama jantung d.d
O: TD : 120/80 mmHg
distensi vena jugularis
-RR : 21x/ menit
-Nadi : 100x/ menit
-CRT < 3detik
- Friction rub (-)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1 dan
2 (monitor pernapasan)
Intoleransi aktivitas b.d tirah S: Pasien mengatakan bahwa ¥
baring d.d pasien tampak badannya sudah tidak lemas
lemas lagi
O:
-Pasien tampak tidak lemas
-Pasien mampu melakukan
mobilisasi
A: Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Kelebihan volume cairan b.d S: - ¥
gangguan mekanisme regulasi O:
d.d edema pada ekstremitas -Tidak ada edema pada
bawah bagian ekstremitas
-Distensi vena jugularis tidak
ada

35
-Gangguan pola nafas
berkurang
-BB : 70kg
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

36
BAB III

PATHWAY

PERIKARDITIS

Reaksi Inflamasi

Produksi cairan dan darah (Fibrin) terkumulasi di rongga periakrdium Fibrosis jantung
Kerusakan sel
secara kronis

Efusi perikardium
Pelepasan mediator nyeri (histamin, Perikarditis konstriktif
bradikinin, prostaglandin, serotinin dll)
Kontraktilitas jantung menurun
terjadi penekanan jantung
Merangsang noiseptor
reseptor nyeri
PENURUNAN CURAH JANTUNG
Tekanan vena meningkat

Dihantarkan serabut tipe Áð


serabut tipe C Suplai tubuh berkurang Terjadi arus balik vena

Medula spinalis Kelemahan Akumulasi cairan di perut,


ekstremitas bawah

Presepsi nyeri INTOLERAN AKTIVITAS


KELEBIHAN VOLUME 37
CAIRAN
NYERI AKUT
Daftar Pustaka

Baradero, Marry., Dayrit, M. W., Siswadi, Yakobus. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien

Gangguan Kardovaskular. Jakarta: EGC

Black, J. M., J. H. Hawks., 2009. Medical-Surgical Nursing: Clinical Mangement for Positif
Outcomes. Eight Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh J. Mulyanto., N. H.
Setiawan., K. S. Kadar., S. Karunianingsih., R. Martianti., Natalia., Y. Wibowo., L.
Rujitno., E. Sulistyoningrum., S. Candrawati. 2014. Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi delapan. Jilid 8 Jakarta: PT.
Salemba Medika.

Chandrasoma, Parakrama. Clive R. Taylor. 1994. Concise Pathology.Two Edition. Los


Angeles: EGC. Terjemahan oleh Soedoko, Roem., M. Lydia I., S. Vivi., M. Dewi
Asih., Vera., S. Natalia., S. Joko. 2009. Patologi Anatomi. Edisi dua. Jakarta: EGC

Gray, H. H., Dawkins, K. D., Morgan, J. M., Simpson, I. A. 2010. Lecture Notes Kardiologi.
Edisi Empat. Jakarta: Erlangga.

Mutaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kardiovaskular. Jakarta:
Salemba Medika.

Nagawidjaya, Budiyanto. 2007. Efusi Perikardium Tuberkuosis. Jakarta: Jurnal Kardiologi


Indonesia ISSN: 0126/3773 Vol. 28 No. 6.

P., Brian Brammand. Et al. 2014. Asuhan Keperawatan Perikarditis. Malang: Scribd

38
39
40

Anda mungkin juga menyukai