SDM yang berkualitas dan berkompeten mampu memanfaatkan sumber daya organisasi
secara optimal demi tercapainya visi dan misi yang telah dirumuskan. Hal ini dapat dicapai
melalui perencanaan dan pengimplementasian strategi, penyusunan struktur dan pengembangan
budaya organisasi.
Jefrey Liker, penulis buku “Toyota Way” merangkum prinsip-prinsip manajemen Toyota
dalam model 4P : Philosophy, Process, People, dan Problem Solving. 4P membentuk sebuah
piramida dengan menjadikan filosofi jangka panjang sebagai fondasinya yang berfokus terhadap
menambahkan nilai pada pelanggan dan masyarakat. Philosophy adalah mengenai tujuan Toyota
dan mengapa mereka ada, Process adalah tentang apa yang diyakini oleh Toyota akan
menghasilkan operasi yang luar biasa-meniadakan pemborosan secara tetap, People adalah mereka
yang menggerakkan perusahaan ke depan dan budaya adalah suatu yang mengajarkan orang-orang
tentang bagaimana bertindak, berpikir dan merasakan untuk bekerja bersama-sama menuju sasaran
bersama. Sedangkan Problem Solving adalah cara orang-orang Toyota memfokuskan upaya-upaya
mereka untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.
Gambar 1.1 : Model 4P Toyota Way
Toyota Way 2001 yang terdapat pada sub elemen “mempromosikan pembelajaran
operasional”. Toyota telah menjaga identitasnya sebagai perusahaan, termasuk filosofi dan
prinsip-prinsipnya, dengan konsistensi yang luar biasa selama bertahun-tahun. Nilai-nilainya
tentang kepercayaan dan perbaikan secara terus-menerus menyerap komitmennya terhadap
pemikiran jangka panjang, mengembangkan karyawan, standarisasi, inovasi dan pemecahan
masalah. Ikatan bersama antara perusahaan-karyawan adalah kemakmuran bersama yang
berjangka panjang, tetapi masing-masing pihak memiliki sasaran yang jauh melampaui kegiatan
menghasilkan uang. Para karyawan tentunya juga mengharapkan gaji dan tunjangan, namun
mereka juga menginginkan pertumbuhan personal yang berasal dari masa kerja sepanjang hidup
dalam lingkungan yang positif.
Konsep tentang value stream seperti yang ditulis oleh Jeffrey K Liker pada buku Toyota
Culture merupakan istilah yang sering digunakan oleh organisasi yang ingin melakukan perbaikan.
Dengan kata lain, value stream merupakan pedoman yang berisikan suatu metode, proses dan
standar yang perlu diterapkan dalam proses perbaikan organisasi. Aktivitas apapun yang memakan
waktu dan biaya serta tidak menambah nilai didefinisikan sebagai pemborosan. Value stream
membantu anggota-anggota tim untuk memahami bagaimana produk mengalir dan
mengidentifikasi pemborosan dalam proses tersebut.
Dalam internal Toyota, people value stream merepresentasikan sebuah proses dari life
cycle karyawan, karyawan bekerja, meniti karir melakukan pembelajaran dan perbaikan secara
terus menerus. Penilaian atas kinerja karyawan dilihat dari bagaimana karyawan tersebut memiliki
keinginan untuk terus belajar dan tertantang dengan hal-hal baru yang selanjutnya memicu
karyawan untuk terus berinovasi. Pekerjaan seorang karyawan bisa jadi produktif, tetapi bagi
people value stream Toyota, jika pekerjaan tersebut tidak diklasifikasikan dalam pembelajaran dan
pengembangan maka pekerjaan tersebut diklasifikasikan sebagai pemborosan. Sebagai langkah
awal, dan digunakan sebagai manajemen harian, kelompok-kelompok kerja dibentuk untuk
membentuk suatu tim yang selanjutnya bertugas untuk menyelesaikan masalah harian.
Mengumpulkan orang-orang yang tepat untuk memecahkan masalah merupakan cara yang paling
banyak dilakukan di bagian engineering, penjualan, keuangan dan di pabrik. Karyawan disusun ke
dalam tim-tim kerja bersama pemimpin-pemimpin tim mengkaji kemajuan harian, menangani
masalah sebagai kesempatan untuk perbaikan proses (kaizen).
Para pemimpin Toyota bekerja secara terus-menerus untuk memastikan terbukanya saluran
komunikasi di seluruh tim dengan menekankan nilai-nilai kunci saling percaya dan menghargai
serta mendorong anggota tim untuk berpartisipasi dalam aktivitas tim dan berbagi gagasan mereka.
Dengan pendekatan ini integrasi dan komunikasi antar karyawan dapat terjalin. Di lingkungan
kerja yang aman dan terjalin komunikasi yang intens baik dengan sesama karyawan ataupun
dengan pemimpin dapat membentuk budaya kerja harian dan karyawan merasa dipandu dalam
menyelesaikan pekerjaan hariannya.
Mengembangkan karyawan sehingga mereka belajar bagaimana memecahkan masalah dan
secara terus-menerus memperbaiki pekerjaan adalah asset yang terpenting. Toyota memandang
bahwa ikatan antara perusahaan dengan karyawan sebagai hubungan jangka panjang. Atas dasar
itulah perusahaan bersedia untuk bersabar dan menjamin kemungkinan setiap karyawan untuk
belajar dan tumbuh. Kerja tim jauh lebih bernilai daripada berusaha menonjol sebagai genius
individual. Individu yang perlu menempuh jalur cepat di perusahaan dan memperoleh banyak
pengakuan individual tidak akan cocok berada di lingkungan Toyota.