Anda di halaman 1dari 31

LABORATORIUM KIMIA KLINIK

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR

PERCOBAAN III

PEMERIKSAAN TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL PADA SERUM

OLEH :

KELAS : XI

KELOMPOK II (DUA)

KOORDINATOR ASISTEN : IMRAN FIRMAN.,S.Farm.,M.Si.,Apt.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2020
LABORATORIUM KIMIA KLINIK
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
PERCOBAAN III

PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

OLEH :
KELAS : XI
KELOMPOK II (DUA)

RAODA MUDRIKA 163145201149


NURZAFITRAH B1A118009
CISILIA B1A118016
MARIA KRISTINA LETSOIN B1A118027
IVON SENSIANA NDASO B1A118063
SAMUEL HASDIRWAN B1A118064
RESKI HASMIDAR B1A118080
ANTONIUS SOBA GOA B1A118088
ROSMAH B1A118102
SYAHRIANI B1A118105
PURWASI B1A118113

KOORDINATOR ASISTEN : IMRAN FIRMAN.,S.Farm.,M.Si.,Apt.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Pertama-tama rasa syukur tiada henti-hentinya diucapkan kehadirat Allah

Swt. Karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan LAPORAN ”PEMERIKSAAN FISIK DAN ZAT ORGANIK

DALAM URIN”.

Selanjutnya ucapan banyak terima kasih penulis sampaikan kepada kepada

dosen dan teman-teman yang dengan kesabaran ekstra membimbing hingga dapat

menyelesaikan laporan ini, serta tak lupa kepada rekan-rekan dan semua pihak yang

telah membantu dalam pembuatan laporan ini dengan baik, yang membantu secara

langsung maupun membantu secara tidak langsung.

Akhirnya tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna,

penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini ada saja kesalahan-kesalahan

yang terjadi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan partisipasi pembaca untuk dapat

memberikan segala bentuk saran dan kritik yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah selanjutnya.

Sekian dan terima kasih.

Makassar, 26 januari 2020

Kelompok II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia klinik adalah bagian dari ilmu patologi yang mempelajari tentang

cara-cara pemeriksaan laboratorium terhadap zat-zat kimia yang terdapat didalam

tubuh manusia baik secara makroskopik maupun mikroskopik dan kimiawi dari

sampel (bahan) yang berasal dari tubuh manusia (Putracalsu, 2017).

Laboratorium kimia klinik adalah laboratorium kesehatan yang

melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan

informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya

diagnosis penyakit, dan memulihkan kesehatan (Permenkes 2010).

Tahap pra analitik merupakan salah satu fase penting dari pemeriksaan

laboratorium yang meliputi pengumpulan sampel, penanganan dan pengelolaan

sampel serta faktor pasien (Zulfikar,2017).

Tahap analitik yaitu tahap mulai kalibrasi peralatan laboratorium, sampai

dengan menguji ketelitian-ketepatan dan uji spesimen (Zulfikar,2017.

Tahap pasca analitik yaitu tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan,

interpretasi hasil sampai dengan pelaporan (Zulfikar,2017).

Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh

ginjal melalui urin dan disebut ekskresi (Rahardja dan Tjay, 2015)

Eksresi adalah filtrasi (penyaringan cairan tubuh dengan bantuan tekanan,

yang menghasilkan suatu filtrat) dan produksi urin dari filtrat dengan cara

reabsorbsi (pengambilan kembali zat-zat terlarut yang berharga dari filtrat) dan
sekresi (penambahan toksin dan zat terlarut lainnya dari cairan tubuh ke filtrat)

(Neil.2000)

Urin merupakan campuran yang terdiri dari 96% air dan 4% zat-zat terlarut,

yang berasal dari makanan atau sisa-sisa metabolisme tubuh yang sebagian besar

adalah garam, urea, kreatinin, dan asam urat (Firman, 2020).

B. Maksud Percobaan

Diharapkan mahasiswa mampu menganalisis dan menginterprestasikan data

spesimen urin.

1. Pemeriksaan bobot jenis urin

2. Pemerikssaan warna urin

3. Pemeriksaan bau urin

4. Pemeriksaan pH urin

5. Pemeriksaan sedimen urin(mikroskopik)

6. Pemeriksaan glukosa urin

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah :

1. Mampu menguasai Teknik pengambilan spesimen urin

2. Mampu menganalisis dan menginterprestasi data klinis pemeriksaan fisika

spesimen urin

3. Mampu menganalisis dan menginterprestasi data klinis pemeriksaan organik

spesimen urin.

D. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan ini adalah :


1. Pemeriksaan bobot jenis urin, prinsipnya yaitu menentukan kepekatan urin

dengan menggukur bobot jenisnya menggunakan piknometer

2. Pemeriksaan warna urin, prinsipnya yaitu mengamati warna urin secara

langsung dengan bantuan cahaya

3. Pemeriksaan bau urin, prinsipnya yaitu mengamati bau urin secara langsung

menggunakan indera penciuman.

4. Pemeriksaan pH urin, metode lakmus prinsipnya yaitu tejadi perubahan warna

kertas lakmus pada suasana keasaman tertentu.Metode indikator prinsipnya

yaitu terjadinya perubahan warna pada kertas indikator pH universal pada

suasana keasaman tertentu

5. Pemeriksaan sedimen urin, prinsipnya yaitu mengamati komponen- komponen

yang terdapat dalam urin seperti eritrosit, leukosit, dan kristal asam urat

menggunakan sentrifuge dan mikroskop.

6. Pemeriksaan glukosa urin adalah berdasarkan reaksi reduksi dari urin yang

mengindikasikan adanya glukosa (gula) dan ditandai dengan terjadinya

perubahan warna urin dengan menggunakan reagen benedict.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tahap pemeriksaan laboratorium kimia klinik

Mutu pelayanan didasari penilaian hasil pelayanan Laboratorium secara

keseluruhan, salah satunya mutu pemeriksaan atau parameter yang diperiksa.

Pemeriksaan akan memulai proses yang kompleks dan Panjang sebelum hasil

dikeluarkan ke konsumen. Proses yang dilalui dapat dibagi menjadi pra analitik,

analitik, dan pasca analitik (Praptomo.A.G. 2018).

Tiga tahap proses di atas dapat menjadi sumber kesalahan dalam

pemeriksaan laboratorium, yaitu :

a. Pra analitik : kesalahan pra analitk sebelum specimen pasien diperiksa unyuk

analit oleh sebuah metode/instrument tertentu.

b. Analitik ; kesalahan analitik terjadi selama proses pengukuran dan disebabkan

kesalahan acak atau kesalahan sistematis.

c. Pasca analitik : kesalahan pasca analitik terjadi setelah pengambilan sampel dan

proses pengukuran dan mencakup kesalahan seperti kesalahan penulisan.

(Praptomo.A.G. 2018)

1. Tahap pra analitik

Tahap pra analitik merupakan salah satu fase penting dari pemeriksaan

laboratorium yang meliputi pengumpulan sampel, penanganan dan pengelolaan

sampel serta faktor pasien

2. Tahap analitik
Tahap analitik yaitu tahap mulai kalibrasi peralatan laboratorium, sampai

dengan menguji ketelitian-ketepatan dan uji spesimen

3. Tahap pasca analitik

Tahap pasca analitik yaitu tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan,

interpretasi hasil sampai dengan pelaporan.

(Zulfikar,2017)

B. GINJAL

1. Fisiologi Ginjal

Sebagai kelokan pertama atau tubula proksimal dan sesudah itu terdapat

sebuah simpai, simpai henle. Kemudian tubula itu berkelok-kelok lagi, disebut

kelokan kedua atau tubula distal, yang bersambung dengan tubula penampung

yang berjalan melintasi korteks dan medula, untuk berakhir dipuncak salah satu

pirimidis (Evelyn. 2006)

Struktur ginjal Setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dari jaringan fibrus

yang dapat membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus.

Didalamnya terdapat struktur-sturuktur ginjal. Warnanya ungu tua dan terdiri atas

bagian korteks di sebelah luar, dan bagian medulla disebelah dalam. Bagian

medula ini tersusun atas lima belas sampai enam belas massa berbentuk piramida,

yang disebut piramis ginjal. Menuju puncak-puncaknya langsung mengarah ke

hilum dan berakhir di kalises. Kalises ini menghubungkannya dengan pelvis ginjal

(Evelyn. 2006)

Nefron Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan

satuan-satuan fungsional ginjal, diperkirakan ada 1.000.000 nefron dalam setiap


ginjal. Setiap nefron mulai sebagai berkas kapiler (badan Malpighi atau

glomerulus) yang erat tertanam dalam ujung atas yang lebar pada uriniferus atau

nefron. Dari sini tubulus berjalan sebagian berkelok-kelok dan sebagian lurus

(Evelyn. 2006).

Secara fisiologis ginjal memiliki banyak peran dalam mempertahankan

stabilitas lingkungan cairan internal, seperti mempertahankan keseimbangan

cairan ditubuh, sehingga masuk dan keluarnya semua bahan dalam lingkungan

cairan internal mampu mempertahankan homeostatisnya

Secara fisiologis ginjal memiliki banyak peran dalam mempertahankan

stabilitas lingkungan cairan internal (Sherwood, 2013), seperti mempertahankan

keseimbangan air di tubuh, sehingga masuk dan keluarnya semua bahan dalam

lingkungan cairan internal mampu mempertahankan homeostasisnya,

mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi

keseimbangan H2O guna mencegah fluks-fluks osmotik masuk atau keluar, yang

masing-masing dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan sel yang

merugikan, mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES , termasuk

Na+, Cl-, K+, Ca+, H+, HCO3, PO43-, SO42-, dan Mg2+, jika hal ini tidak teratur

maka dapat menyebabkan sesuatu yang abnormal bagi tubuh, seperti perubahan

pada K+ akan menyebabkan disfungsi jantung yang dapat menyebabkan kematian,

mempertahankan volume plasma yang tepat guna mengatur tekanan darah arteri

melalui peran regulatorik ginjal dalam keseimbangan NaCl dan H2O, membantu

mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh yang tepat dengan

menyesuaikan pengeluaran H+dan HCO3 di urin, mengeluarkan produk-produk

akhir sisa metabolisme tubuh, seperti urea, asam urat, kreatinin, bilirubin, dan
hormon metabolit. Jika dibiarkan menumpuk, bahan-bahan sisa ini akan bersifat

toksik, terutama pada otak, lalu mengekskresikan senyawa asing, seperti obat,

adiktif makanan, pestisida, dan bahan eksogen non-nutritif lain yang masuk ke

dalam tubuh, menghasilkan eritropoitin yang berfungsi untuk merangsang

pembentukan sel darah merah di sumsum tulang (Agratana,2018)

2. Anatomi ginjal

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama didaerah

lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang

tebal, dibelakang peritoneum, dank arena itu diluar rongga peritoneum (Evelyn.

2006).

Kedudukan ginjal dapat diperkirakan dari belakang mulai dari ketinggian

vertebra torakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit

lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki banyak ruang disebelah kanan

(Evelyn. 2006).

Setiap ginjal panjangnya 6 sampai 7,5 sentimeter, dan tebal 1,5 sampai

2,5 sentimeter. Pada orang dewasa beratnya kira-kira 140 gram (Evelyn. 2006).

Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya atau hilum

menghadap ketulang punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh-pembuluh

ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Diatas setiap ginjal menjulang

sebuah kelenjar suprarenal. Ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal dari pada

yang kiri (Evelyn. 2006).

Ginjal orang dewasa panjangnya 12-13 cm lebarnya 6 cm dan beratnya

antara 120-150 g. Sembilan puluh lima persen (95%) orang dewasa memiliki jarak

antar kutub ginjal antara 11-15 cm. perbedaan Panjang dari kedua ginjal yang
lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk ginjal merupakan tanda yang penting

karena kebanyakan penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur

(Hutagaol.2016)

3. Gambar fisiologi dan anatomi ginjal

Anatomi ginjal (Pearce, 2006)

Anatomi ginjal (Agratana,2018)


C. Urin

1. Definisi Ekskresi

Eksresi adalah filtrasi (penyaringan cairan tubuh dengan bantuan

tekanan, yang menghasilkan suatu filtrat) dan produksi urin dari filtrat dengan

cara reabsorbsi (pengambilan kembali zat-zat terlarut yang berharga dari filtrat)

dan sekresi (penambahan toksin dan zat terlarut lainnya dari cairan tubuh ke

filtrat) (Neil.2000).

Sistem ekskresi merupakan proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme.

Alat-alat tubuh yang berfungsi dalam proses ekskresi termasuk dalam

sistemekskresi. Contoh alat tubuh manusia yang dapat mengekskresikan

sisametabolisme adalah paru-paru, hati, kulit, dan ginjal (Sunarsih,2017)

2. Urin

Urin merupakan campuran yang terdiri dari 96% air dan 4% zat-zat

terlarut, yang berasal dari makanan atau sisa-sisa metabolisme tubuh yang

sebagian besar adalah garam, urea, kreatinin, dan asam urat (Firman, 2020).

Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian

akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinari. Ekskresi urin

diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa yang disaring oleh ginjal

dan untuk menjaga hemostasis cairan tubuh (Naid Tadjuddin. 2014)

3. Proses Terbentuknya urin

Sebelum menjadi urin, didalam ginjal akan terjadi tiga macam proses,

yaitu Filtrasi, Reabasorbsi dan Augmentasi

1. Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringn darah yang terjadi

di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit),

tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses

penyarigan. Selain penyaringan, di glomerulus juga terjadi penyerapan

kembali sel-sel darah, keeping darah, dan sebagian besar protein plasma.

Bahan-bahn kecil yang terlarut didalam plasma darah, seperti glukosa, asam

amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan urea dapat melewati filter

dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus atau urin

primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium dan garam-garam

lainnya

2. Penyerapan kembali (reabsobsi)

Bahan-bahan yang masih diperlukan didalam urine primerakan diserap

kembali ditubulus kontortus proksimal, sedangkan ditubulus kontortus distal

terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini

melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi,

sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus

proksimal dan tubulus distal. Substansi yang masih di perlukan seperti

glukosa dan asama amino dikembalikan kedarah. Zat amino, obat-obatan

seperti penisilin, klebihan garam dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan

bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin

sekunder, zat-zat yang masih di perlukan tidaka akan ditemukan lagi.

Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolism yang bersifat racun

bertambah, misalnya urea.

3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai

terjadi ditubulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menjadi

kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuhterisi

urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang

air kecil. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan

melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substasi lain, misalnya pigmen

empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.

(Nuari .2017)

Pembentukan urin terdiri dari tiga proses dasar yaitu filtrasi glomerulus,

reabsorbsi tubulus dan sekresi tubulus. Darah akan melewati membran

glomerulus melalui pori kapiler, kemudian melalui membran basal aseluler dan

akhirnya melewati celah filtrasi kapsuler (Lauralee, 2011). Glomerulus berfungsi

sebagai filtrasi yaitu menahan sel darah dan protein agar tidak ikut diekskresi

(Sudiono, Iskandar, Halim, et al., 2006). Setelah dapat melewati membran

glomerulus, tekanan darah pada kapiler akan menginduksi filtrasi glomerulus.

Penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.

Cairan yang tersaring ditampung oleh Kapsul Bowman (Taringan, 2018).

Filtrat glomerulus memiliki zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh,

sehingga filtrat akan berpindah dari dalam tubulus ke plasma kapiler

peritubulus. Perpindahan ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus. Zat-zat yang

direabsorpsi tidak keluar sebagai urin, tetapi akan diangkut oleh kapiler

peritubulus ke sistem vena dan kembali ke jantung untuk diedarkan. Zat-zat

yang akan diserap kembali adalah glukosa, sodium, klorida fosfat, dan beberapa
ion bikarbonat yang terjadi secara pasif di tubulus proksimal. Jika tubuh masih

membutuhkan sodium dan ion bikarbonat maka terjadi penyerapan kembali

secara aktif pada tubulus distal (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan ke

papilla renalis (Lauralee, 2011). Tubulus proksimal berfungsi menahan ion-ion

(K+, Na+, Cl-, HCO3-), reabsorbsi glukosa dan asam amino, serta mengeliminasi

ureum dan kreatinin. Ansa Henle berperan dalam pembentukan tekanan osmotik

(Sudiono, Iskandar, Halim, et al., 2006). Setelah zat yang masih dibutuhkan

tubuh diserap kembali, proses selanjutnya adalah sekresi tubulus yaitu

perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke lumen tubulus. Sisa

dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis

selanjutnya diteruskan ke luar tubuh dalam bentuk urin yang terdiri dari glukosa,

air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat yang akan diteruskan ke tubulus ginjal.

Cairan yang disaring ini disebut filtrat glomerulus (Taringan, 2018).

4. Macam-macam urin

Dalam pemeriksaan urin, ada beberapa jenis urin yang digunakan dalam

pemeriksaan sesuai dengan tujuan pemeriksaan yaitu :

a. Urin sewaktu adalah urin yang dapat dikemihkan kapan saja dan digunakan

untuk pemeriksaan penyaring rutin.

b. Urin pagi adalah urin yang pertama kali dikeluarkan di pagi hari yang

konsentrasinya lebih pekat. Urin pagi digunakan untuk pemeriksaan sedimen

urin, berat jenis, protein, dan tes kehamilan.

c. Urin puasa (second morning after fasting) adalah urin yang dikemihkan

setelah urin pagi dan setelah puasa. Urin puasa digunakan untuk

memonitoring kadar glukosa urin.


d. Urin postprandial adalah urin yang dikemihkan 2 jam setelah makan.

e. Urin tampung 12 atau 24 jam adalah urin yang dikumpulkan selama 12 jam

atau 24 jam menggunakan pengawet dan digunakan untuk pemeriksaan

klirens.

f. Urin tampung 3 gelas biasanya digunakan untuk diagnosis kelainan prostat.

Setiap gelas urin mempunyai tujuan pemeriksaan yang bebeda yaiutu gelas

urin 1 untuk melihat sel dari pars anterior dan pars prostatica uretra, gelas

urin 2 melihat kandung kencing, dan gelas urin 3 khusus untuk pars

prostatica dan getah prostat

(Taringan, 2018)

Menurut cara pengambilannya, sampel urin dibagi menjadi :

a. Urin kateter adalah urin steril yang diambil dengan bantuan kateter yang

digunakan untuk kultur bakteri.

b. Urin pancaran tengah adalah pengambilan urin yang paling mudah dan

aman. Sebelum pengambilan urin, gland penis atau labia harus dibersihkan

terlebih dahulu. Urin pancaran tengah digunakan untuk pemeriksaan

penyaring dan kultur bakteri.

c. Urin aspirasi suprapubik untuk diagnosis infeksi pada saluran kemih, karena

urin yang diambil dengan prosedur ini adalah urin steril

(Taringan, 2018)

Jenis-jenis urin yang biasa digunakan

a. Urin sewaktu
Untuk bermacam-macam pemeriksaan dapat digunakan urin

sewaktu,yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidakl

ditentukan dengan khusus. Urin sewaktu ini biasanya cukup baik untuk

pemeriksaan rutin.

b. Urin pagi

Urin pagi ialah urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari

setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dai urin yang dikeluarkan siang

hari. Jadi baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein, dll.

c. Urin postprandial

Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosaria. Urin ini

merupakan urin pertama kali dilepaskan 1 1/2 – 3 jam sehabis makan.

Urin pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaring terhadap adanya

glukosaria.

d. Urin 24 jam

Apabila diperlukan penetapan kuantitatif suatu zat dalam urin, urin

sewaktu tidak bermakna dalam menafsirkan proses-proses metabolik

dalam badan. Hanya jika urin itu dikumpulkan selama waktu yang

diketahui, dapat diberikan suatau kesimpulan agar angka Analisa dapat

diandali khususnya dipakai urin 24 jam.

Ferdhayanti, A. 2019)

5. Macam-macam pemeriksaan urin


Pemeriksaan urin dapat dibagi menjadi tiga yaitu (1) periksaan fisik urin

berupa warna, kejernihan, berat jenis, dan bau; (2) pemeriksaan kimia atau uji

dipstik yaitu melihat kadar zat-zat dalam urin yaitu protein, glukosa, keton,

eritrosit, bilirubin, uribilinogen, nitrit, esterase leukosit, dan berat jenis spesifik;

(3) pemeriksaan mikroskopik urin untuk melihat sedimen urin (Taringan 2018).

Pemeriksaan urin menurut Syamsunir 1995

Makroskopi

Warna

a. warna urin yang normal adalah kekuningan

b. warna urin dapat seperti air biasa misalnya klau banyak minum atau

penderita diabetes

c. warna urin kuning tua sperti teh menunjukkan kemungkinan iya menderita

suatu penyakit hepatitis.

Bau

a. bau urin normal sudah di kenal

b. bau urin yang telah lama adalah berbau amoniak atau pesing

c. urin dpat juga berbau obat-obatan

Keasaman

a. urin pagi yang masih baru adalah asam

b. urin yang telah lama atau habis memakan obat-obatan reaksinya adalah alkali

atau basa Untuk menentukan reaksinya digunakan kertas lakmus


c. kertas lakmus merah tetap merah, kertas lakmus biru menjadi merah Suasana

dikatakan basa ialah apabila kertas lakmus biru tetap biru. Kertas lakmus

merah jadi biru.

Berat jenis

a. Berat jenis disini penting diketahui karena BD yang tinggi Berarti urin

mengandung banyak sekali bahan-bahan didalamnya. Untuk mengukurnya

digunakan urinemeter.

b. Leukosit :kadang-kadang tanpak masih bergerak, didalamnya terdapat inti

(granila halus)

c. Kristal : nitrat, fosfat, karbonat, oksalat, sulfa, dan sebagainya

d. Sel epitel: bermacam-macam sel pada saluran kemih

e. Silinder : ada suatu endapan yang dicetak dalam tubuli ginjal, macamnya:

1.hialin, 2.koreel, 3.sel epitel, 4.eritrosit, 5.leukosit, 6.bakteri, 7.lemak,

8.billirubin.

6. Nilai rujukan normal Urin

Berdasarkan penuntun (Firman, 2018)

Pemeriksaan Normal

Bobot jenis urin 1,005- 1,026

Warna urin Kuning muda dan kuning tua

Bau urin Bau asam organik yang mudah

menguap
pH urin -

Sedimen urin Tidak ditemukan eritrosit

Glukosa urin -

(Nuari dan Widayati, 2017)

7. Implikasi pemeriksaan urin

Pemeriksaan Analisa urin pada pasien merupakan pemeriksaan skrening

yang dilakukan tanpa adanya indikasi dan hasil pemeriksaan urinalisa

memberikan informasi yang sangat luas berdasarkan banyaknya parameter yang

ada dan dapat mencerminkan adanya kelainan yang terjadi dalam uuh teruama

penyakit ginjal dan tarktus urinarius (Loesnihar Ricke, 2012).

Warna kuning pada urin disebabkan oleh urochrome yang sebanding

dengan metabolisme tubuh dan akan meningkat jika ada demam, kelaparan dan

tirotoksikosis. Urin berwarna merah pada wanita perlu dipikirkan adanya

kontaminasi oleh menstruasi, hematuria oleh sel-sel eritrosit, hemoglobinuria

dan myoglobinuria. Bisa juga urin merah disebabkan oleh obat yang diminum
atau pewarna untuk pemeriksaan diagnostik seperti phenolsulfonphthalein. Urin

berwarna kecoklatan umumnya disebabkan oleh bilirubin dan saat dikocok

menimbulkan busa berwarna kuning hal tersebut membedakannya dengan urin

normal yang pekat (konsentrat) dimana busa akan berwarna putih. Urin

berwarna hitam oleh adanya hemoglobin pada urin yang bersifat asam dan

terbentuk methemoglobin (Loesnihar Ricke, 2012).

Penurunan berat jenis dapat dijumpai pada pasien diabetes insipidus,

pielonefritis dan glomerulonefritis. Peningkatan berat jenis pada pasien

dehidrasi, adrenal insufficiency, penyakit hepar dan payah jantung (Loesnihar

Ricke, 2012).

Penurunan pH karena diet tinggi protein, buah-buahan, pengobatan

ammonium chloride, methionine, methenamine mandelat, ketidakseimbangan

asam basa (asidosis metabolik atau respiratorik). Peningkatan pH urin karena

diet sayur dan buah, sodium bicarbonate, kalium citrate dan acetazolamide

(Loesnihar Ricke, 2012).

Kelebihan ekskresi protein merupakan indikator penting penyakit ginjal

karena reabsorbsi oleh tubulus yang rendah sehingga filtrasi protein yang tinggi

mengakibatkan mekanisme reabsorbsi menjadi jenuh (Loesnihar Ricke, 2012).

Adanya hematuria bisa disebabkan oleh membranous nephropathy, IgA

nephropathy, non-IgA mesangio proliferative glomerulonephritis, focal

glomerulosclerosis dan kelainan ringan glomerulus. Hematuria bisa juga

disebabkan oleh penyakit neoplasma atau non neoplasma maupun adanya

trauma (termasuk batu) pada ginjal atau traktua urinarius. Hematuria jika
dijumpai setelah lari marathon disebabkan oleh perdarahan mukosa kandung

kemih (Loesnihar Ricke, 2012).

Berat Jenis Urine : Berat jenis meningkat pada diabetes (glukosuria),

proteinuria > 2g/24 jam), radio kontras, manitol, dekstran, diuretik. Nilai berat

jenis menurun dengan meningkatnya umur (seiring dengan menurunnya

kemampuan ginjal memekatkan urin) dan preginjal azotemia.

Warna Urine :

pH Urine : pH alkalin disebabkan : adanya organisme pengurai yang

memproduksi protease seperti proteus, Klebsiella atau E. Coli, ginjal tubular

asidosis akibat terapi amfoterisin, Penyakit ginjal kronik, Intoksikasi salisilat.

pH asam disebabkan karena : emfisema pulmonal, diare, dehidrasi, kelaparan

(starvation), asidosis diabetik.

Protein : Dapat memberikan hasil positif palsu bagi pasien dengan urin alkali.

Protein dalam urin dapat: (i) normal, menunjukkan peningkatan permeabilitas


glomerular atau gangguan tubular ginjal, atau (ii) abnormal, disebabkan multiple

mieloma dan protein Bence-Jones.

Glukosa : Korelasi antara urin glukosa dengan glukosa serum berguna dalam

memonitor dan penyesuaian terapi antidiabetik.

Keton : Dapat ditemukan pada urin malnutrisi, pasien DM yang tidak

terkontrol, dan pecandu alkohol.

Sedimen : Cell cast : Menunjukkan acute tubular necrosis. White cell cast

biasanya terjadi pada acute pyelonephritis atau interstitial nephritis Red cell cast

timbul pada glomerulonefritis akut RBC : Peningkatan nilai menunjukkan

glomerulonefritis, vaskulitis, obstruksi ginjal atau penyakit mikroemboli, atau

proteinuria WBC : peningkatan nilai menunjukkan penyakit ginjal dengan infl

amasi Bakteri : jumlah bakteri > 105/mL menunjukkan adanya infeksi saluran

kemih. Kristal : meliputi kristal kalsium oksalat, asam urat, amorf, triple fosfat.

Adanya kristal menunjukkan peningkatan asam urat dan asam amino

(Indrawaty, 2011).

8. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan urin

Urinalisis dapat di lakukan sewaktu atau pagi hari. Pemeriksaan berat

jenis urin dapat di gunakan untuk mengevaluasi penyakit ginjal pasien.Berat

jenis normal adalah 1,001-1,030 dan menunjukkan kemampuan pemekatan yang

baik, hal ini dipengaruhi oleh status hidrasi pasien dan konsentrasi urin.

Warna urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa eksogen

dan endogen, dan pH


Dipengaruhi oleh diet dan vegetarian dimana asupan asam sangat rendah

sehingga membuat urin menjadi alkali. pH urin mempengaruhi terbentuknya

kristal misalnya pada pH urin asam dan peningkatan urin specific gravity akan

mempermudah terbentuknya kristal asam urat.

(Indrawaty, 2011).

D. Sentrifuge

1. Definisi sentrifugasi

Sentrifugasi adalah metode sedimentasi untuk memisahkan partikel-

partikel dari suatu fluida berdasarkan berat jenisnya dengan memberikan gaya

sentripetal. Sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan sel menjadi organel-

organel utama sehingga fungsinya dapat diketahui. Dalam bentuk yang

sederhana centrifuge terdiri atas sebuah rotor dengan lubang-lubang untuk

melatakkan wadah/tabung yang berisi cairan dan sebuah motor atau alat lain

yang dapat memutar rotor pada kecepatan yang dikehendaki (Triarjo.2016).

Sentrifugasi merupakan salah satu metode dasar yang sangat penting

dalam studi biologi sel maupun biologi molecular. Sentrifugasi tidak hanya

dapat digunakan untuk memisahkan sel atau organel sub selular,melainkan juga

digunakan untuk pemisahan molecular (Yuwono.Ph,2008)

2. Prinsip sentrifugasi

centrifuge menggunakan prinsip rotasi atau perputaran tabung yang

berisi larutan agar dapat dipisahkan berdasarkan massa jenisnya. Larutan akan

terbagi menjadi dua fase yaitu supernatant yang berupa cairan dan padatan atau

organel yang mengendap (Triarjo.2016).


Prinsip sentrifugasi didasarkan atas fenomena bahwa partikel yang

tersuspensi didalam suatu wadah (tabung atau bentuk-bentuk lain) akan

mengendapa kedasar wadah karena pengaruh gravitasi. Laju pengendapan

tersebut dapat di tingkatkan dengan cara meningkatkan pengaruh gravitasional

terhadap partikel. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan tabung berisis

suspensi partikel ke dalam rotor suatu mesin sentrifugasi kemudian diputar

dengan kecepatan tinggi (Yuwono.Ph.2008).

3. Gambar dan komponen sentrifuge

Gambar Sentrifuge (laboratorium kimia klinik)


E. Uraian Bahan

1. Aquadest (FI edisi III, 1979)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air Suling/ Aquadest

RM/BM : H2O/ 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup baik

Kegunaan : Pelarut

2. Reagen Benedict

Komposisi : CuSO4.5H2O (17,3 g), natrium sitrat (179 g), Na2CO3(100 g) dan

air suling (hingga 1000 ml)

a. Aquadest (FI edisi III, 1979)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air Suling/ Aquadest

RM/BM : H2O/ 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, tidak mempunyai rasa.

b. Natrium Karbonat (FI edisi III, 1979)

Nama Resmi : NATRII CARBONAS

Nama Lain : Natrium Karbonat

RM/BM : Na2CO3.H2O / 124,00

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk


hablur putih

Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut

dalam air mendidih

Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup baik

Khasiat/ Pegunaan : Sebagai pereaksi pembuatan reagen

benedict.

c. Natrium Sitrat (FI edisi III, 1979)

Nama Resmi : NATRII CITRAS

Nama Lain : Natrium Sitrat

RM/BM : C6H5Na3O7.2H2O/ 294,10

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk halus

putih

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah

larut dalam air mendidih; praktis tidak

larut dalam etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup rapat

Khasiat/ Pegunaan : Sebagai pereaksipembuatan reagen

benedict.

d. Tembaga (II) Sulfat (FI edisi III, 1979)


Nama Resmi : TEMBAGA (II) SULFAS

Nama Lain : Tembaga (II) Sulfas

RM/BM : CuSO4.5H2O/-

Pemerian : Prisma triklinik atau serbuk hablur; biru

Kelarutan : larut dalam air mendidih

Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi pembuatan reagen

benedict.

BAB III

METODE KERJA

A. Alat

1. Alat Tulis

2. Deck Glass/Cover glass

3. Kamera /Handphone

4. Mikroskop

5. Objek gelas

6. Pipet Tetes

7. Pipet Skala

8. Piknometer
9. Plat Tetes

10. Sentrifuge

11. Tabung Reaksi

12. Tabung Sentrifuge

13. Termometer

14. Timbangan Analitik

B. Bahan

1. Es Batu

2. Kertas lakmus Biru

3. Kertas Lakmus Merah

4. Kertas Lakmus pH Universal

5. Reagen Benedict

a. Aquadest

b. Natrium karbonat

c. Natrium sitrat

d. Tembaga (II) sulfat

6. Tissue

7. Urin Pagi

8. Urin Sewaktu

9. Urin 24 jam

10. Urin pospradial

C. Prosedur Kerja

1. Pemeriksaan Bobot Jenis Urin

a. Disiapkan alat dan bahan


b. Ditimbang piknometer kosong

c. Dipipet urin kedalam piknometer hingga mencapai mulut piknometer

d. Didinginkan hingga 25oC dalam wadah yang berisi es batu

e. Dipantau suhu dengan menggunakan thermometer

f. Ditimbang berat piknometer + urin 25oC

g. Dicatat masing-masing bobotnya.

2. Pemeriksaan warna urin

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dipipet kurang lebih 5 mL urin kedalam tabung reaksi.

c. Ditinjau dalam sikap seorang pada cahaya tembus

d. Dinyatakan hasil pengamatan dengan perkataan tidak berwarna, kuning,

kuning muda, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur

kuning, coklat, kuning bercampur hijau, putih berupa susu dan lain- lain.

Normal bila warna kuning atau kuning tua

3. Pemeriksaan Bau Urin

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dipipet kurang lebih 5 mL urin kedalam tabung reaksi

c. Dicium bau yang ditimbulkan oleh urin tersebut.

d. Dinyatakan hasil pengamatan dengan perkataan bau makanan, obat- obatan,

bau amoniak, bau ketonuria, dan bau busuk. Normal bila bau asam-asam

organik yang mudah menguap.

4. Pemeriksaan pH urin

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dipipet urin ±1/2 tabung reaksi


c. Dipipet urin ke plat tetes

d. Dicelupkan kertas lakmus biru dan lakmus merah

e. Diamati perubahan warna lakmus

f. Dilakukan pengujian dengan menggunakan pH universal

g. Diamati pHnya dan dicatat

5. Pemeriksaan Sedimen Urin

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Didisentrifuge urin selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm

c. Dibuang supernatannya dan diambil endapannya

d. Diteteskan diatas objek gelas

e. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x

f. Digambar (eritrosit, leukosit, dan kristal asam urat).

6. Pemeriksaan Zat Organik.

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dimasukkan 5 mL reagen benedict kedalam tabung reaksi kemudian

diteteskan 8 tetes urin

c. Dicelupkn tabung kedalam air mendidih selama kurang lebih 5 menit atau

panaskan diatas api selama kurang lebih 2 menit

d. Diangkat dan dikocok perlahan- lahan setelah itu diamati warnaya

Anda mungkin juga menyukai