Pasien Tn. M berusia tahun dirawat di RSJD dr.Arif Zainudin Surakarta ruang arjuna
dengan diagnosa medis F.20.3 atau skizofrenia tak terinci. Pasien berjenis kelamin laki-laki.
Pasien pertama kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa, hari ini ketika dilakukan pengkajian adalah
hari ke 5 pasien dirawat.
Pasien masuk RSJD dr.Arif Zainudin Surakarta pada tanggal 30 November 2019
dibawa oleh keluarga dan tetangganya. Karena ngamuk dan melempar-lempar barang. Pasien
mengatakan sering mendengar suara-suara hewan seperti kambing, kucing, mentok, dan sapi
yang bikin ia tidak bisa tidur selama 2 hari. Pasien mengatakan sering bertengkar dan
memukul istrinya di rumah. Pasien mengatakan sering bertengkar dengan istrinya atas dasar
saling cemburu, pasien menambahkan ia merasa tertekan karena dianggap musrik oleh
masyarakat dan tidak dipercaya dilingkungan sekitar.
Hari ini pasien mengatakan selama dirawat di RSJ sudah tidak mendengar suara-suara
hewan lagi, dan sudah dapat tidur kembali. Saat ini pasien mengatakan bahwa ia menyesal
telah kasar kepada istrinya yang membuat istrinya tidak mau pulang lagi. Hasil pengkajian
menunjukkan bawah Tn.M sudah mendapatkan perilaku kekerasan dari orangtuanya sejak
kecil, pasien menagatakan sering dimarahin dan mengatakan kalau ayahnya galak.
Diagnosa yang ditekankan dari data hasil pengkajian adalah “Gangguan presepsi
sensori” dan “Resiko perilaku kekerasan”; Rencana tindakan yang dirumuskan berdasarkan
NANDA NIC NOC diagnosa gangguan presepsi sensori adalah membina hubungan saling
percaya dengan pasien, bantu pasien mengenali halusinasinya, berdiskusi tentang waktu dan
frekuensi saat terjadinya halusinasi, berdiskusi tentang perasaan yang dialami pasien ketika
terjadi halusinasi, dan cara untuk mengontrol halusinasi atau distraksi. Adapun rencana
tindakan untuk diagnosa resiko perilaku kekerasan yaitu identifikasi metode penyelesaian
masalah, diskusikan perubahan peran yang dialami, gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan, kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam, anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi, dan latihan menggunakan relaksasi.
Tindakan yang sudah dilakukan yaitu, mengenali halusinasi pasien, mengetahui waktu
dan frekuensi saat terjadinya halusinasi, mengetahui bagaimana cara mengontrol halusinasi.
Berdiskusi tentang perubahan peran yang dialami pasien, dan mengajarkan relaksasi dengan
nafas dalam, serta memperbanyak istighfar, dan menjalankan sholat.
(Nadya yuniandita) ( )