Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania Dan Referat Gangguan Artikulasi Berbicara Khas
Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania Dan Referat Gangguan Artikulasi Berbicara Khas
LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
AGUSTUS 2016
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DISUSUN OLEH:
ANDI NIRMAWATI. AR
C 111 12 O63
SUPERVISOR:
Dr.dr.H.Muh.Faisal Idrus, SpKJ(K)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
HALAMAN PENGESAHAN
: Andi Nirmawati. AR
Nim
: C 111 12 063
Judul Refarat
Judul Kasus
Adalah benar telah menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul Skizoafektif tipe
mania dan telah disetujui serta telah dibacakan di hadapan pembimbing dan
supervisor.
Makassar,
Agustus 2016
Mengetahui,
Supervisor
Residen Pembimbing
: 076888
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. SS
Usia
: 37 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku
: Bugis
Pekerjaan
: Tidak ada
Alamat
LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :
Nama
: Ny. Maemunah
Umur
: 35 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan Terakhir
: D2
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Lanrae, Sanepu, Barru
Hubungan dengan pasien
: Adik Kandung
I.
RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama
Gelisah
Pasien
tinggal
bersama
kedua
orangtuanya
dan
cukup
biru
Norma sosial
: Terganggu
Uji daya nilai
: Terganggu
Penilaian realitas
: Terganggu
H. Tilikan (insight)
Derajat 4 (Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak
diketahui pada dirinya)
I. Taraf dipercaya
: Dapat dipercaya
a.
Tujuan :
Mendukung fungsi-fungsi ego, atau memperkuat mekanisme defense
yang ada
b. Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru
X. FOLLOW UP :
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya,
efektifitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang
diberikan.
XI. DISKUSI
Gambaran utama gangguan skizoafektif adalah adanya episode depresi
mayor, manik atau campuran yang terdapat bersamaan dengan gejala-gejala
skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia). Kriteria A Skizofrenia tersebut
yaitu adanya waham, halusinasi, perilaku aneh, atau gejala negative. Gejala ini
10
berlangsung paling sedikit satu bulan. Atau dengan kata lain diagnosis
gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya
skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan, simultaneously.1
Episode manik ditandai dengan adanya suasana perasaan melambung,
meningkat, ekspansif, atau iritabel yang berlangsung paling sedikit satu
minggu. Episode campuran ditandai dengan campuran kedua suasana perasaan
tersebut berlangsung paling sedikit satu minggu.1
Gambaran utama harus terjadi dalam periode tunggal yang terusmenerus atau suatu periode waktu yang individunya terus-menerus
memperlihatkan gejala aktif atau residual psikosis. Skizoafektif berlangsung
paling sedikit satu bulan. Pada individu gejala ini dapat berlangsung bertahuntahun.1
Dari anamnesis, ditemukan adanya rasa berlebihan yang berlangsung
satu minggu disertai gejala-gejala pembicaraan kacau, waham, halusinasi,
perilaku kacau, atau gejala negative. Pemeriksaan didapatkan tanda-tanda
mania yaitu seperti mood hipetimia, iritabel, banyak bicara, meningkatnya
aktivitas motorik.1
Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif F252
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitive adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari
yang stau sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama,
bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak
11
(withdrawal)
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau umum dapat mengetahuinya
(B)
-
Delusion
of
control
waham
tentang
dirinya
12
tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya yang bersifat
mistik atau mukjizat
(C)
Halusinasi auditorik
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus
(D)
di
atas
manusia
biasa
(misalnya
mampu
13
sehingga
efektif
juga
untuk
gejala
negatif.
Olanzapine
adalah
14
WAWANCARA AUTOANAMNESIS
DM
: Dokter Muda
: Pasien
DM
: Assalamualaikum buk, nama saya dokter Andin. Bisa tau siapa namata
bu?
DM
DM
DM
DM
P
DM
DM
: Tidak ji.
DM
DM
15
DM
DM
: Kutauji saja.
DM
DM
DM
DM
DM
DM
: Ada, orang.
DM
: Siapa?
DM
: Karena keluargaku tidak maumi, obat yang dari rumah sakit itu waktu
Cuma satu bulan ji.
DM
: Jadi bukan kita yang berhenti? Tapi keluargata yang tidak maumi?
: Iye.
DM
: Ibu, pergika dulu di, makasih banyak ibu dan janganki lupa haruski
teratur minum obat ta.
16
: Iye dok.
DAFTAR PUSTAKA
1. Utama, Hendra. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Badan Penerbit FKUI.
Jakarta
2. Maslim, R Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJIII. Cetakan 1. 2001. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK-Unika Atma Jaya. Dicetak oleh PT. Nuh Jaya.
3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
3. 2007. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atma Jaya. Dicetak oleh PT. Nuh Jaya.
4. Seed Shoja Shafti and Mahsa Gilanipoor. Clinical Study : A
Comparative studi between olanzapine and Risperidone in Management
of schizophrenia. Schizofrenia Research and Treatment Volume 2014
(2014), Article ID 307202, 5 Pages.
5. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius. 2014
REFERAT
17
FAKULTAS KEDOKTERAN
AGUSTUS 2016
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DISUSUN OLEH:
ANDI NIRMAWATI. AR
C 111 12 314
SUPERVISOR:
Dr.dr.H.Muh.Faisal Idrus, SpKJ(K)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
18
PENDAHULUAN
Kemampuan berbicara adalah salah satu hal yang mendasar bagi seluruh
aspek kehidupan manusia karena memungkinkan seseorang untuk berbagi
perasaan, pikiran, ide dan informasi dengan yang lain. Banyak anak yang
mengalami perlambatan dalam perkembangan kemampuan bicara, bahkan
beberapa anak mengalami problema yang serius dalam perkembangan
kemampuan
komunikasi
ini.
Anak-anak
yang
mengalami
gangguan
19
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Gangguan artikulasi bicara yang spesifik adalah suara bicara
anak-anak berada dibawah usia mental yang sesuai, namun
kemampuan berbahasanya berada dalam tingkatan normal.4
B. EPIDEMIOLOGI
Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering
terdapat pada anak-anak. Menurut NCHS, berdasarkan atas laporan
orang tua (diluar gangguan pendengaran serta celah pada palatum) maka
angka kejadiannya 0,9 persen anak dibawah 5 tahun dan 1,94 persen
pada naka usia 5-14 tahun. Dari hasil evaluasi langusng terhadap anak
sekolah, angka kejadiannya 3,8 kali lipat lebih tinggi dibandingkan hasil
wawancara. Diperkirakan gangguan bicara dan Bahasa pada naka adalah
sekitar 4-5 persen.5
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi gangguan
artikulasi adalah setidaknya 3 persen pada anak pra-sekolah, 2 persen
pada anak-anak uasia 6-7 tahun dan 0,5 persen pada remaja usia 17
tahun. Kurang lebih 7-8 persen anak usia 5 tahun dalam sebuah
komunitas besar mengalami gangguan perkembangan artikulasi baik
secara struktural ataupun neurologi. Studi lain menemukan 7,5 persen
anak-anak usia antara usia 7-11 tahun mengalami gangguan artikulasi.6
C. ETIOLOGI
20
21
Gambaran Klinik
gangguan
artikulasi
tipe
omission
(penghilangan
22
23
defisit motoric-speech.
Dysarthria, kelemahan berbicara dapat dianggap karena gangguan
orang terdekat.
F. PENATALAKSANAAN
24
penghapusan
konsonan/consonant
deletion
atau
pada
25
Intervensi dini dapat sangat menolong pasien, karena pada anakanak dengan gangguan artikulasi ringan, dapat mengalami perbaikan
dalam beberapa bulan.
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan artikulasi bicara yang spesifik adalah suara bicara anakanak berada dibawah usia mental yang sesuai, namun kemampuan
berbahasanya berada dalam tingkatan normal.
Gangguan artikulasi terbagi atas 4 tipe yaitu, omission, substitution,
addition dan distortion.
Faktor-faktor yang memengaruhi adanya gangguan bicara dapat
mencakup problem perinatal, faktor genetik dan masalah pada pendengaran.
Dikatakan jika banyak kecenderungan gangguan ini mengalami remisi pada
anak-anak yang sangat muda karena disebabkan oleh adanya keterlambatan
maturasi dari otak. Faktor lingkungan diduga memegan peran dalam problem
gangguan artikulasi, tapi faktor konstitusional tampaknya memegang peranan
yang lebih signifikan. Tingginya proporsi gangguan artikulasi atau Speech
Sound Disorder dalam suatu keluarga menunjukkan adanya komponen genetik
dalam perkembangan gangguan ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Meadow,Newell S. J. 2005. Lecture Note : Pediatrika. Surabaya :
Penerbit Airlangga.
2. Fadhli A. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta :
Percetakan Galangpress.
3. Cowen P, Harrison P dan Burns T. 2012. Shorter Oxford Textbook of
Psychiatry Sixth Edition. United Kingdom : Oxford University
Press.
4. Bastaman T K, et al. 2004. Leksikon Istilah Kesehatan Jiwa dan
Psikiatri Edisi 2. Jakarta : EGC.
5. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
6. Sadock b J, et al. 2015. Synopsis of Psychiatry Eleventh Edition.
New York : Wolter Kluwer.
7. Maslim R. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : PT.Nuh Jaya
8. American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic And Statistical
Manual Of Mental Disorders Fifth Edition Dsm-5. Washington,DC :
American Psychiatric Publishing.
27
28