PENDAHULUAN
Selain jenis ragi, jenis kedelai yang digunakan dalam pembuatan tempe mempengaruhi
kualitas tempe. Kedelai yang bagus digunakan untuk pembuatan tempe adalah yang berumur
cukup tua, warna kuning kecoklatan, bentuk bulat dan licin, padat. Pada umumnya masyarakat
masih menggunakan kedelai impor karena hasilnya lebih bagus dibandingkan kedelai lokal.
Memang ironis sekali, disaat kedelai masih dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, namun
produk kedelai lokal dari petani kita mutunya kurang memuaskan. Dari bahan baku, pengolahan
lahan dan masa tanam yang tidak tepat turut mempengaruhi produksi kedelai kita. Padahal
pangsa pasar kedelai masih sangat luas. Yang terpaksa dipenuhi dari hasil impor.
Kedelai yang warnanya kuning kecoklatan yang paling tepat untuk dijadikan bahan baku
tempe, sedangkan kedelai hitam lebih sesuai untuk bahan baku pembuatan kecap. Kedelai juga
harus cukup tua, jika tidak maka produk tempe akan mempunyai rasa yang pahit, tempe juga
tidak merata tertutupi kapang yang warnanya putih.
METODE PENELITIAN
Pada Penelitian kali ini kami menggunakan metode kualitatif, “metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati” ( Lexy Moleong, 2004:4 ) sekaligus kami
melakukan kajian pustaka untuk menganalisis data yang telah kami peroleh. Penelitian dilakukan
untuk menggambarkan bagaimana proses produksi tempe yang melibatkan proses fermentasi,
serta hal apa saja yang dapat berpengaruh di dalamnya.
Kami menggunakan tiga narasumber dengan teknik pembuatan tempe yang ternyata
cenderung sama, pertama ada ibu Siti Fatimah, kemudia Umi Farida, dan Bapak Rois. Penelitian
ini dilakukan dengan cara berkunjung ke home industry narasumber dan kami melakukan
wawancara.
Adapun setelah mendapati data yang kami rasa cukup, kami melakukan analisa dari
setiap jawaban narasumber dengan teknik menyusun dan mengklarifikasi data Kemudian
mengintepretasikannya, adapun data yang akan diteliti meliputi : 1) penggunaan wawancara lisan
untuk mengetahui informasi pengaruh suhu dalam proses fermentasi tempe 2) penggunaan
wawancara lisan untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh merk ragi dalam proses
fermentasi tempe 3) penggunaan wawancara lisan untuk mengetahui pengaruh kualitas kedelai
dalam proses fermentasi tempe. Hal ini kemudian kami sinkronsasisan dengan cara menganalisis
data yang telah diperoleh dengan jurnal-jurnal penelitian melalui kajian pustaka.
KESIMPULAN
Dari analisis yang telah kami lakukan, dengan berdasarkan data observasi melalui
wawancara lisan terhadap para pembuat tempe di Sidoarjo dan kajian pustaka beberapa jurnal.
Dapat disimpulkan bahwa :
1. Suhu berpengaruh terhadap proses fermentasi tempe
2. Merk ragi berpengaruh terhadap proses fermentasi tempe
3. Jenis kedelai menentukan kualitas tempe
SARAN
Untuk para pembuat tempe sebaiknya mencoba mengembangkan pembuatan tempe
dengan kedelai lokal dan menggunakan ragi raprima serta memperhatikan takaran ragi untuk
proses fermentasi, karena dengan kajian pustaka yang kami lakukan, kami menemukan bahwa di
daerah Jakarta dapat membuat tempe berkualitas baik dengan menggunakan kedelai lokal,
diharapkan juga kepada para pembuat tempe di Sidoarjo untuk benar-benar memperhatikan
keadaan cuaca jika sedang memproduksi tempe, dikarenakan suhu adalah salah satu faktor
penting untuk proses fermentasi tempe.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/7-news/biotek/406-kedelai-lokal-lebih-baik-dibanding-kedelai-
impor
https://m.detik.com/food/info-kuliner/d-3212636/gara-gara-ragi-rhyzopus-tempe-jadi-empuk-enak
Santoso. 2005. Teknologi Pengolahan Kedelai. Fakultas Pertanian Universitas Wdyagama,Malang.
sutikno. 2009. http://sutikno.blog.uns.ac.id/2009/04/28/fermentasi-tempe/