Chrysophyta
Chrysophyta
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia adalah negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Dengan
banyaknya sumber daya alam, maka salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah
sumber daya alam hayati. Alga adalah salah satunya, selain dapat di manfaatkan, alga juga
memiliki banyak peranan yang sangat penting khususnya bagi kaum ilmuan atau peneliti yaitu
dapat dijadikan objek penelitian dalam bidang-bidang tertentu. Alga dalam istilah Indonesia sering
disebut sebagai ganggang merupakan tumbuhan talus karena belum memiliki akar, batang dan
daun sejati. Alga dikelompokkan dalam beberapa klasifikasi menurut Harol Blood yaitu
Cholorophyta (Green Algae), Phaeophyta (Brown algae),Rhodopyta (Red algae), Chrysophyta
(Gold algae) Bacillariophyta (Diatom),dan Pyrrophyta yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
alga Uniselluler.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
Alga Chrysophyta disebut juga ganggang keemasan (golden algae) atau ganggang pirang.
Istilah “Chrysophyta” berasal dari bahasa Yunani, chrysos yang berarti “keemasan”. Warna
keemasan disebabkan karena ganggang ini memiliki pigmen berupa karoten dan xantofil yang
jumlahnya dominan dibandingkan dengan klorofi l a dan c sehingga membuat sel plastida bewarna
hijau kekuningan/cokelat keemasan. Sumber lain ada yang menyebutkan bahwa warna keemasan
disebabkan oleh pigmen yang bernama fukosantin (fucoxanthin). Chrysophyta kebanyakan hidup
di air tawar, meskipun beberapa jenis ada yang hidup di air laut. Alga kelompok ini mempunyai
makanan yang disimpan sebagai laminarin, yaitu suatu polisakarida sebagai simpanan makanan
pada alga ini. Alga keemasan memiliki variasi struktur dan bentuk. Sebagian tidak memiliki
dinding sel dan dapat merayap seperti Amoeba. Sebagian lagi memiliki dinding sel yang terbuat
dari selulosa. Sebagian besar kelompok ganggang keemasan adalah uniseluler tetapi ada pula yang
membentuk koloni. Sel-sel alga pirang mempunyai dua flagella sehingga disebut sebagai
biflagellata, khususnya untuk alga yang struktur dinding selnya tersusun atas pektin. Kedua
flagellanya terpaut di dekat salah satu ujung sel. Selain hidup di perairan, ada juga Chrysophyta
yang hidup di darat. Alga pirang yang hidup di darat sering ditemui sebagai selaput seperti beludru
di tepi kolam, tepi perairan, atau di tanah yang lembab. Selain laminarin, Chrysophyta menyimpan
kelebihan makanan dalam bentuk minyak sehingga merupakan komponen penting dalam
pembentukan minyak bumi. Filum Chrysophyta terdiri atas sekitar 5.300 jenis, dan 5.000 di
antaranya adalah diatom yang sekarang sudah dimasukkan dalam Filum tersendiri yaitu
Bacillariophyta.
Page 2
B. Ciri-Ciri Chrysophyta (Alga Keemasan)
sebagai berikut.
Inti sel bersifat eukariotik karena inti sel telah memiliki membran.
Ada yang uniseluler (bersel satu) dan adapula yang multiseluler (bersel banyak). Ganggang
yang uniseluler di perairan berperan sebagai komponen fitoplankton.
Bersifat autotorof, karena memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis. Namu adapula
yang bersifat heterotrof dengan menyerap makanan.
Habitat di wilayah perairan seperti air tawar, air payau maupun air laut dan ada juga yang
hidup darat terutama di tempat-tempat yang basah.
Ada yang memiliki dinding sel dan ada yang tidak.
Dinding sel mengandung selulosa, pektin atau silika.
Sebagian besar Chrysophyta mempunyai flagela untuk bergerak terutama yang memiliki
dinding sel. Namun ada juga yang bersifat amoeboid (bergerak merayap seperti Amoeba)
bagi Chrysophyta yang tidak berdinding sel.
Memiliki pigmen karoten, xantofil, klorofil a dan klorofil c.
Sebagian besar bersifat mikroskopis (tidak dapat diamati dengan mata telanjang).
Hidup soliter atau berkoloni.
Menyimpan cadangan makana dalam bentuk laminarin atau minyak.
Alga keemasan ini dapat berkembang biak secara aseksual (vegetatif) dan juga seksual
(generatif). Berikut ini penjelasan kedua jenis cara reproduksi tersebut. Reproduksi Secara
Aseksual (Vegetatif) Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan zoospora multinukleat
berukuran besar yang mempunyai banyak flagela seperti pada Vaucheria. Zoospora ini dianggap
sebagai struktur majemuk yang terdiri dari kumpulan zoospora kecil yang berflagela dua yang
masing-masing tidak memisahkan diri. Setelah zoospora ini dilepaskan, kemudian bergerak
dengan flagelanya ke tempat baru. Setelah menetap, flagela dilepaskan dan berkecambah
Page 3
membentuk Vaucheria baru. Selain pembentukan zoospora, ada juga spesies Chrysphyta yang
reproduksi aseksualnya dengan cara membelah diri seperti pada Ochromonas.
Page 4
Bacillariophyceae (diatom). Banyak dijumpai di atas permukaan tanah basah (sawah, got,
parit). Tubuh uniseluler, ada yang berkoloni. Dinding sel tersusun atas dua belahan, yaitu
kotak (hipoteka) dan tutup (epiteka). Contoh: Navicula, Pinnularia. Namun sekarang
diatom sudah dipisahkan dari Filum Chrysophyta dan dimasukkan dalam Filum tersendiri
yaitu Bacillariophyta.
Ochromonas, merupakan jenis Chrysophyta uniseluler yang mempunyai dua flagela, satu
panjang dan satu pendek. Ochromonas dapat tumbuh secara autotrof dengan menggunakan
energi cahaya matahari atau secara heterotrof dengan menyerap makanan.
Navicula, sering disebut dengan diatome atau ganggang kersik, bentuk tubuhnya kotak atau
elips, jika mati fosilnya akan membentuk tanah diatome yang berfungsi sebagai bahan
penggosok, campuran semen atau penyerap nitrogliserin pada bahan peledak.
Reproduksinya membelah diri dengan memisahkan bagian tubuhnya yang terdiri dari
hipoteka (kotak) dan epiteka (tutup). innularia, mirip dengan diatome.
Page 5
E. Habitat
Vaucheria, hidup berkoloni dalam filamen yang berbentuk tabung yang kadang-kadang
bercabang. Jenis yang hidup di darat menempel pada permukaan dengan rizoid yaitu
cabang-cabang menyerupai akar yang tidak berwarna. Filamen Vaucheria berinti banyak
dan tidak dibatasi oleh dinding sekat yang disebut senosit. Di dalam sitoplasma terdapat
vakuola besar di tengah sel. Di dalam sitoplasma terdapat banyak inti, plastida yang
berbentuk cakram tanpa pirenoid. Cadangan makanan berupa minyak dalam bentuk tetes-
tetes minyak.
Dalam kehidupan manusia, ganggang keemasan memiliki banyak manfaat, terutama Navicula
dan Vaucheria. Navicula yang telah mati dan mengendap di dasar laut membentuk endapan tanah
yang bermanfaat sebagai bahan penggosok, penyekat dinamit, bahan pembuatan cat, pernis, bahan
dasar industri kaca, penyaring dan piringan hitam. Pada Vaucheria, cadangan makanan disimpan
dalam bentuk minyak, sehingga organisme ini merupakan komponen utama dalam pembentukan
minyak bumi.
Page 6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ciri umum dari Chrysophyta adalah berwarna keemasan karena kloroplasnya mengandung
pigmen karoten dan xantofil dalam jumlah banyak dibandingkan dengan klorofil.
2. Struktur sel dari Chrysophyta umumnya tidak berdinding sel, isi selnya terdiri dari
Xantophyceae, Chrysophyceae, Bacillariophyceae. Kloroplas pada Chrysophyta berwarna coklat
keemasan, Ribosom, alat gerak berupa flagel, vakuola kontraktil, badan golgi, dan nukleus.
3. Habitat dari Chrysophyta adalah ditempat-tempat yang basah, air laut, air tawar dan di tanah
yang lembab.
4. Reproduksi dari Chrysophyta terjadi secara generatif (seksual) dengan konjugasi, isogami,
anisogami, dan oogami. Dan vegetatif (aseksual) dengan pembelahan sel, fragmentasi, pemisahan
koloni, dan pembentukan spora.
5. Kelas-kelas yang termasuk dalam Chrysophyta, kelas alga hijau-kuning (Xanthophyceae), kelas
alga coklat-keemasan (Chrysophyceae), kelas diatom (Bacillariophyceae).
6. Manfaat dari Chrysophyta sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat dinamit,
membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis, dan piringan hitam.
DAFTAR PUSTAKA
Page 7
http://www.biologijk.com/2017/11/pengertian-ciri-klasifikasi-reproduksi-dan-contoh-
chrysophyta-atau-ganggang-keemasan.html?m=0. Diakses pada bulan Oktober 2019
Page 8