Anda di halaman 1dari 4

Karya Ilmiah adalah karya tulis yang dibuat untuk memecahkan suatu permasalahan dengan landasan

teori dan metode-metode ilmiah. Biasanya Karya ilmiah berisikan data, fakta, dan solusi mengenai suatu
masalah yang diangkat. Penulisan karya ilmiah dilakukan secara runtut dan sistematis.

Karya tulis ilmiah memiliki ciri-ciri dibandingkan karya tulis lainnya. Berikut ini ciri-ciri karya tulis ilmiah
berdasarkan kriterian penulisan karya ilmiah. Karena Karya tulis ilmiah bersifat formal, maka mengacu
pada hal-hal sebagai berikut.

1. Reproduktif Artinya ialah suatu karya ilmiah tersebut ditulis oleh peneliti harus diterima dan dimaknai
oleh para pembacanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan oleh penulisnya.
2. Tidak Ambigu Artinya suatu karya ilmiah haruslah dikarang berdasarkan kaidah bahasa yang baik dan
benar. Penulis harus menguasai materi atau harus mampu untuk menyusun kalimat dengan subjek dan
prediket yang jelas.

Jenis-jenis karya tulis ilmiah :

1. Referat Adalah kertas kerja yang berisi pemaparan dalam sebuah seminar atau workshop.
2. Monograf Adalah semacam buku yang berisi satu topik atau beberapa topik yang saling berkaitan satu
sama lain.
3. Laporan Kasus Adalah karya tulis ilmiah yang berisi keterangan mengenai studi kasus sebuah peristiwa
atau tinjauan ilmiah.
4. Laporan Tinjauan Adalah Hasil tinjauan sebuah fenomena intelektual atau realita yang berfungsi sebagai
dasar penentuan kerja dan riset.

F. Tanda Pisah (—)


1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di
luar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai— diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri. Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.
Misalnya: Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara
internasional. Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah
konsepsi kita tentang alam semesta. Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—
harus terus digelorakan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau
‘sampai ke’. Misalnya: Tahun 2010—2013 Tanggal 5—10 April 2013 Jakarta—Bandung
G. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau
yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun
1961 (?). Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah indahnya
taman laut di Bunaken! Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia! Bayarlah pajak tepat pada
waktunya! Masa! Dia bersikap seperti itu? Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang
dihilangkan. Misalnya: Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah …. ..., lain lubuk lain ikannya.
Catatan: (1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. (2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti
oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog. Misalnya: “Menurut saya …
seperti … bagaimana, Bu?” “Jadi, simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.”
Catatan: (1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. (2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti
oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
J. Tanda Petik (“…”)
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan
tertulis lain. Misalnya: “Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya. “Kerjakan tugas ini
sekarang!” perintah atasannya. “Besok akan dibahas dalam rapat.” Menurut Pasal 31 Undang-Undang
Dasar Negara Repub- lik Indonesia Tahun 1945, “Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan.”
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat. Misalnya: Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu. Marilah kita
menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”! Film “Ainun dan Habibie” merupakan kisah nyata yang diangkat
dari sebuah novel. Saya sedang membaca “Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia” dalam buku
Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani. Makalah “Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif” me-
narik perhatian peserta seminar. Perhatikan “Pemakaian Tanda Baca” dalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus. Misalnya: “Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi. Dilarang memberikan “amplop” kepada
petugas!
SEJARAH EJAAN

1. Ejaan Pembaharuan (1957)


Ejaan pembaharuan direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh
Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia pada tahun 1957 oleh Profesor Prijono dan E. Katoppo.
Namun, hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah
diberlakukan.
Ciri-ciri ejaan Pembaharuan
 Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
 Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
 Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
 Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
 Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
 gabungan vokal (diftong) ai, au, dan oi, ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw,
dan oy.
2. Ejaan Melindo -Melayu Indonesia (1959)
Ejaan Melindo sebagai hasil usaha penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di Indonesia dan
Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1959. Akan tetapi karena terjadi masalah politik antara Indonesia
dan Malaysia selama bertahun-tahun akhirnya peresmian ejaan ini tidak dilaksanakan.
Ciri-ciri Ejaan Melindo
 gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta
 juga gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf nc, yang sama sekali masih baru
3. Ejaan Baru atau Ejaan LBK
Pada tahun 1967 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang bernama Pusat Bahasa) mengeluarkan
Ejaan Baru (Ejaan LBK) sebagai pengembangan ejaan Melindo yang tidak ada kepastian. Pada ejaan ini
sudah banyak perubahan ejaan yang disempurnakan, hampir tidak ada perbedaan antara ejaan
Baru dengan EYD, kecuali pada rincian kaidah-kaidahnya.

Anda mungkin juga menyukai