Anda di halaman 1dari 12

A.

Sejarah Bahasa Indonesia

Berawal dari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia mempunyai fungsi
majemuk yaitu menjadi bahasa persatuan, bahasa negara, bahasa resmi, bahasa penghubung
antar individu, bahasa pergaulan, dan yang tak kalah penting sebagai bahasa pengantar
disemua sekolah di Indonesia. Bangsa Indonesia dilatarbelakangi olehberatus-ratus suku
bangsa yang masing-masing mempunyai bahasa.Dalam Alek (2019: 9) disebutkan bahwa
penamaan bahasa Indonesiadiambil saat Kongres Nasional Kedua di Jakarta sebagai bahasa
untuknegara Indonesia pasca-kemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa
(yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau memilih bahasa
Indonesia yang beliau dasarkan dari bahasa bahasa Melayu yang dituturkan di Riau. Lebih
lanjut disampaikan Rahayu (2009: 7) bahwa bahasa kita yang dinamai bahasaIndonesia,
berasal dari bahasa Melayu yaitu salah satu bahasa daerah dibumi Nusantara ini. Bahasa
Indonesia digunakan sebagai salah satu alatuntuk mempersatukan bangsa yang bersuku-suku,
mengusir penjajahBelanda, dan meraih kemerdekaan. Selanjutnya, bahasa ini
digunakandalam berbagai kehidupan secara luas. Arifin (2008: 5) mengemukakanada empat
faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadibahasa Indonesia, yaitu:

1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia,bahasa perhubungan, dan


bahasa perdagangan.

2. Sistem bahasa Melayu sederhana dan mudah dipelajari karenadalam bahasa Melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa, seperti BAHASA INDONESIA

3 dalam bahasa Jawa (ngoko, kromo) atau dalam Sunda (kasar, lemes) atau perbedaan bahasa
kasar dan halus.

3. Suku Jawa, suku Sunda dan suku-suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam
arti yang luas. Sebagai warga negara Indonesia yang baik sudah menjadi kewajiban kita
untuk mencintai bahasa sendiri. Bahasa Indonesia ini tidak muncul secara tiba-tiba dan
instan, tetapi melewati proses panjang dan penuh perjuangan. Terdapat beberapa peristiwa
penting yang berkaitan dengan lahirnya bahasa Indonesia. Peristiwa tersebut dibagi ke dalam
tiga periode.

1. Periode sebelum sumpah pemuda tahun 1928

a) Munculnya Inlandsch Orderwijs Comisie Bangsa Indonesia sangat ingin mempelajari


Bahasa Belanda karena untuk mendapatkan kepandaian dan meningkatkan derajat yang sama
dengan bangsa Belanda. Ahli pendidikan Belanda Dr. G.J. Nieuweahuis memberikan
pengaruh kebudayaan Belanda ke Indonesia, tetapi ditentang oleh bangsa Belanda yang
berkeyakinan bahwa kepandaian akan mendorong bangsa Indonesia menuntut persamaan hak
dan kedudukan. Akhirnya, didirikan Inlandsch Onderwijs Comisie bagi para pemuda yang
ingin belajar bahasa Belanda (Saadie, dkk.,1998: 6). Dapat diketahui bahwa melalui
organisasi tersebut akhirnya lahirlah pemikiran untuk memiliki salah satu alat pemersatu,
yaitu bahasa.

b) Pada 1901, disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen dan dimuat
dalam Kitab Logat Melayu. Selanjutnya pada 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan
penerbit buku-buku yang diberi nama Commisie voor de Volkslectuur

c) Bahasa Melayu sebagai Lingua Franca Dalam Kosasih (2012: 2) dikemukakan bahwa
sejak abad

ke-7 Masehi bahasa Melayu telah digunakan sebagai bahasa perhubungan pada zaman
kerajaan Sriwijaya. Selain itu, bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, bahasa
perdagangan, dan bahasa resmi kenegaraan. Bukti sejarah memperkuat dugaan tersebut,
seperti prasasti Kedukan Bukit di Palembang tahun 684, prasasti Kota Kapur di Bangka Barat
tahun 686, prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi tahun 688 yang berisi Prae-
Nagari dan berbahasa Melayu Kuno.

2. Periode sumpah pemuda 1928 - Proklamasi kemerdekaan RI

1945

Pada periode ini telah terjadi beberapa peristiwa seperti yang

dikemukakan dalam Alek (2010: 13), yaitu:

a) Munculnya “Trisaksi Sumpah Pemuda” pada tanggal 28 Oktober 1928.

b) Munculnya Angkatan “Pujangga Baru” (1933) dipelopori oleh

tiga A, yaitu Sultan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan

Armin Pane.

c) Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo (1938). Dari hasil

kongres dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan

pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar

oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.

d) Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama (1942-1945) dan tepat

pada tanggal 18 Agustus 1945, ditandatanganilah Undangundang Dasar RI yang salah satu
pasalnya menetapkan bahasa

Indonesia sebagai bahasa negara (Pasal 36).


e) Munculnya “Angkatan 45” yang memiliki ciri pada dinamika

kata-kata. Salah satu tokohnya yaitu Chairil Anwar.

3. Periode Proklamasi kemerdekaan RI (1945) sampai Sekarang

PEMAKAIAN KALIMAT

A. Pengertian Kalimat
Orang berbahasa tidak menggunakan kata-kata secara lepas, tetapi dengan
merangkaikannya menjadi bentukuntaian kata yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Untaian kata yang mengungkapkan pikiran secara utuh itu disebut kalimat. Dalam
sebuah karangan tertulis atau surat, kalimat itu merupakan bagian

terkecil sebagai unsur pembentuknya. Paling tidak, kalimat itu merupakan titik tolah
ataubagian awal

sebuah karangan. Agar dapat dipahami lebih jelas mengenai kalimat itu, perhatikanlah
contoh petikan karangan beriktu ini.

Ujian telah lama berakhir. Bahkan, sudah diumumkan hasilnya. Fernando sudah meraih
tanda tamat belajar SMA jurusan ilmu pengetahuan sosial dengan nilai baik sekali. Ia
tidak berhasil menjadi juara umum di sekolahnya, tetapi hanya nomor tiga. Walaupun
demikian, ini pun sudah merupakan prestasi yang gemilang, mengingat bahwa
disamping belajar ia harus melakukan kegiatan lain yang tidak ringan, yaitu mengurusai
pemasangan pompa sumur untuk para petani di desanya.

Pada contoh di atas, kita dapat menemukan lima buahkalimat yang membangun bagian
karangan itu, yaitu
(1) Ujian telah lama berakhir.
(2) Bahkan, sudah diumumkan hasilnya.
(3) Fernando sudah meraih tanda tamat belajar SMA jurusan ilmu pengetahuan sosial
dengan nilai baik sekali.
(4) Ia tidak berhasil menjadi juara umum di sekolahnya, tetapi hanya nomor tiga.
(5) Walaupun demikian, ini pun sudah merupakan prestasi yang gemilang, mengingat
bahwa disamping belajar ia harus melakukan kegiatan lain yang tidak ringan, yaitu
mengurusai pemasangan pompa sumur untuk para petani di desanya

Kalimat sebagai unsur dasar pembentuk karangan dalam wujud tulisan mempunyai ciri-
ciri berikut :
a. Kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) atau
mungkin juga dengan tanda tanya (?) atau tanda seru (!).
b. Di tengahnya dipakai spasi san tand baca seperti koma (,), titik dua (:), titik koma
(;), tanda hubung (-).

Contoh kalimat (1) sampai dengan (5) adalah kalimat yang utuh. Untuk mengetahui
keutuhan sebuah kalimat, kita dapat mengamati contoh kalimat (1) Ujian telah lama
berakhir. Misalnya. Kata Ujian dan berakhir dalam kalimat itu merupakan kata-kata
yang diperlukan. Jika salah satu di antaranya kita hilangkan sehingga kalimat itu
menjadi (a) Ujian telah lama atau (b) telah lama berakhir, pernyataan (a) dan (b)
merupakan bentuk pengungkapan pikiran yang tidak utuh lagi. Dengan perkataan lain,
bentuk pengungkapan pikiran itu merupakan kalimat yang tidak benar.
Kebenaran sebuah kalimat, selain ditentukan oleh keutuhan unsur-unsur pikiran,
ditentukan juga oleh
a. Kelugasan penyusunannya (tidak rancu);
b. Urutan kata-katanya;
c. Ketepatan pemakaian kata-kata penghubungnya atau perangkainya;
d. Kecermatan memilih kata-katanya;
e. Kebenaran menggunakan bentuk kata-katanya.

Berikut ini dikemukakan beberapa kesalahan kalimat yang disebabkan ileh (1) penulisan
kalimat yang tidak utuh, (2) pemakaian bentuk kata yang rancu, (3) pemakaian
keterangan yang tidak lengkap, (4) urutan kata yang menyalahi aturan berbahasa
Indonesia, (5) pemakaian kata atau ungkapan penghubung yang tidak tepat, dan (6)
pemakaian bentuk dan pilihan kata yang tidak cermat.

B. Penulisan Kalimat yang Tidak Utuh


Yang tergolong ke dalam jenis kesalahan seperti ini adalah kalimat yang menghilangkan
salah satu atau beberapa bagian kalimat yang kehadirannya wajib atau menentukan
kelengkapan kalimat itu.
Contoh :
(1) Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama.
(2) Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap.
(3) Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.

Ketidakbenaran kalimat (1) adalah bahwa kalimat itu tidak menampilkan apa atau siapa
yang menghasilakan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama. Bagian itu dalam
kalimat (1) dihilangkan sehingga pikiran yang diungkapkan kalimat tersebut menjadi
tidak utuh lagi.
Dalam kalimat (2) kita tidak melihat bagian kalimat yang menyatakan perbuatan apa
atau dalam keadaan apa yang dilakukan atau dialami oleh kegagalan proyek itu sehingga
dengan hilangnya bagian itu, kalimat menjadi tidak utuh lagi. Lebih-lebih lagi, dalam
kalimat (3) ada beberapa bagian yang dihilangkan, yaitu bagian yang menyatakan siapa
yang berbuat dan jenis perbuatan apa yang dilakukannya yang diterangkan oleh tenun
ikat yang khas Timor Timur itu.
Jika kalimat (1), (2), dan (3) kita betulkan menjadi kalimat yang utuh, kalimat-kalimat
itu kita ubah menjadi
(1) Dalam musyawarah itu mereka menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi
bersama.
(2) Kegagalan proyek itu terjadi karena perancangan yang tidak mantap.
(3) Tenun ikat yang dipakai oleh Raja Los Palos tergolong ke dalam tenun ikat yang
khas, yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.

Kalimat (1) dapat juga kita betulkan dengan tidak menambahkan bagian lain ke dalam
kalimat, tetapi dengan mengubah bentuk menghasilkan menjadi dihasilkan sehingga
kalimat itu menjadi

Dalam musyawarah itu dihasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama.
Atau dapat juga dibetulkan dengan cara menghilangkan kata dalam sehingga kalimat
menjadi
Musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama.

C. Pemakaian Bentuk Kata yang Rancu


Kesalahan kalimat seperti itu dimungkinkan karena penulis (pemakai bahasa)
mengacaukan dua macam pengungkapan kalimat atau lebih. Misalnya :
(4) Meskipun negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, tetapi harga
tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.

Yang dirancukan dalam kalimat (4) itu adalah


Meskipun negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, tetapi harga
tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.
Dan
Negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, tetapi harga tekstil untuk
keperluan rakyatnya sangat tinggi.

Jadi, kerancuan yang tampak pada kalimat (a) itu adalah pemakaian sekaligus kata
meskipun dan tetapi dalam sebuat kalimat.

D. Pemakaian Keterangan yang Tidak Lengkap


Jenis kesalahan seperti ini pada umumnya terdapat dalam penulisan surat resmi (surat
dinas dan surat niaga). Misalnya :

Memenuhi permintaan Saudara, bersama ini kami kirimkan sebuah daftar harga terbitan
kami.
Kalimat di atas terasa janggal jika urutan bagian-bagiannya diubah menjadi
(5a) Bersama ini kami kirimkan sebuah daftar harga terbitan kami memenuhi
permintaan Saudara.

Kalimat (5a) itu akan terasa lebih lancar jika bagian memenuhi permintaan Saudara itu
didahului dengan kata untuk sehingga kalimat itu menjadi

(5b) Bersama ini kami kirimkan sebuah daftar harga terbitan kami untuk memenuhi
permintaan Saudara.
Apabila dikembalikan posisinya ke posisi semula, kalimat itu menjadi
(5c) ) Untuk memenuhi permintaan Saudara, bersama ini kami kirimkan sebuah daftar
harga terbitan kami

E. Urutan Kata yang Menyalahi Aturan Berbahasa Indonesia


Kesalahan penulisan kalimat juga terjadi karena urutan katanya tidak sesuai dengan
kaidah kalimat bahasa Indonesia. Kesalahan seperti itu dapat dilihat pada contoh berikut.

(6) Saya telah umumkan bahwa pada hari ini juga panggung itu kita bangun untuk
merayakan hari ulang tahun negara kita yang ke-45.
Kesalahan urutan kata pada kalimat (6) tampak pada bagian saya telah umumkan pada
hari ini, dan ulang tahun negara kita yang ke-45. Menurut kaidah penulisan kalimat
bahasa Indonesia, urutan kata pada bagian-bagian itu hendaklah diubah menjadi telah
saya umumkan, pada hari ini, dan ulang tahun ke-45 negara kita.
Dengan perubahan urutan kata seperti yang telah dilakukan itu, kalimat berikut ini
menjadi kalimat yang benar.

(6a) Telah saya umumkan bahwa pada hari ini juga panggung itu kita bangun untuk
merayakan hari ulang tahun ke-45 negara kita.

F. Pemakaian Kata atau Ungkapan Penghubung yang Tidak Tepat


Yang dimaksud dengan kata atau ungkapan penghubung dalam pembicaraan ini ialalah
semua kata atau ungkapan yang dipergunakan oleh penulis (pemakai bahasa) untuk
menghubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat yang satu dengan
kalimat yang lain. Kata penghubung antarbagian kalimat yang lazim dipakai dalam
penulisan kalimat antara lain kata dan, atau, tetapi, ketika, jika, asalkan, agar, supaya,
meskipun, sebagai, sebab, karena, dan bahwa.
Pemakaian kata penghubung antarbagian kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
(1) Bu Siska adalah seorang guru teladan dan anak-anaknya pun pandai-pandai pula.
(2) Fernadez ingin menjadi juara umum di sekolahnya tetapi ia hanya berhasil
menjadi juara tiga.
(3) Pa Mario tidak masuk kantor hari ini karena sakit.
(4) Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya berusaha keras untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(5) Gubernur mengumumkan bahwa kota Mataram, tahun depan akan menjadi kota
wisata.
(6) Pembangunan di bidang pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Timur terus
ditingkatkan agar kehadiran para wisatawan asing terus meningkat.
(7) Di kampung kami dipasang dua puluh sumur pompa ketika musim kemarau
sangat panjang.
Menurut kenyataannya, dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari sering ditemukan
beberapa kesalahan, yaitu makin kaburnya batas pemakaian penghubung antarbagian
kalimat dan penghubung antarkalimat.
Contoh :
(a) Pak Carlos menghadapi persolalan yang berat di kantornya. Tapi ia pun dengan
sabar dapat menyelesaikannya.
(b) Kabupaten Los Palos dikenal dengan kain tenun ikatnya. Yaitu tenun ikat khas
Timor Timur yang dahulu hanya dipakai raja-raja.
Kata tapi dan yaitu yang seharusnya berfungsi sebagai penghubung antarbagian kalimat,
dipakai juga sebagai penghubung antarkalimat. Bandingkan dengan kalimat di bawah
ini.
(c) Pak Carlos menghadapi persoalan yang berat di kantornya, tetapi ia pun dengan
sabar dapat menyelesaikannya.
(d) Kabupaten Los Palos dikenal dengan kain tenun ikatnya, yaitu tenun ikat yang
khas Timor Timur yang dahulu dipakai oleh raja-raja.
Ungkapan penghubung yang berfungsi menghubungkan kalimat yang satu dengan
kalimat yang lain tidak banyak jumlahnya.
Yang lazim dipakai dalam bahasa Indonesia antara lain (oleh) karena itu, namun,
kemudian, setelah itu, bahkan, selain itu, sementara itu, walaupun demikian, sehubungan
dengan itu.

Contoh pemakaiannya dapat dilihat seperti di bawah ini.


(e) Pembangunan di bidang pariwisata terus ditngkatkan. Oleh karena itu, kehadiran
wisatawan asing di Indonesia setiap tahun terus bertambah.
(f) Musim kemarau tahun ini di desa kami sangat lama. Walaupun demikian, berkat
pemasangan sumur pompa bahasa kekeringan dapat diatasi.
Kesalahan pemakaian ungkapan penghubung antarkalimat sama halnya dengan
kesalahan pemakaian kata penghubung antar bagian kalimat yaitu pemakaian kedua
jenis penghubung itu dikaburkan seperti contoh berikut ini.
(g) Saya tidak sependapat dengan mereka, namun demikian saya tidak akan
menentangnya.
(h) Fernadez anak yang tergolong pandai di sekolahnya bahkan ia pernah menjadi
juara ketiga.

Jika ungkapan penghubung antarkalimat digunakan dengan benar, kalimat itu


seharusnya ditulis sebagai berikut.
(g1) Saya tidak sependapat dengan mereka. Namun, saya tidak akan menentangnya.
(g2) Fernandez anak yang tergolong pandai di sekolahnya. Bahkan, ia pernah menjadi
juara ketiga.

KALIMAT DAN PENGEMBANGANNYA


A. Paragraf
Paragraf/alinea merupakan bagian dari wacana yang merupakan satu kesatuan kalimat-
kalimatpenjelas. Paragraf yang baik harus memenuhi kriteria yaitu memiliki satu ide
pokok atau satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas antarkalimat saling
berkaitan/berkoherensi sehingga merupakan satu kesatuan. Kalimat yang memuat ide
pokok/pikiran utama disebut kalimat utama. Kalimat yang mengandung pikiran penjelas
disebut kalimat penjelas. Paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf
disebut paragraf deduktif. Paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf
disebut paragraf induktif.

B. Jenis karangan
Jenis karangan ada lima, yaitu:
1. Eksposisi adalah karangan yang berisi uraian/penjelasan tentang suatu topik dengan
tujuan memberi informasi. Tidak jarang eksposisi berisi tentang langkah/cara/proses
kerja. Eksposisi demikian disebut paparan proses.
2. Argumentasi adalah karangan yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu
pendapat/kesimpulan dengan data/fakta konsep sebagai alasan/bukti.
3. Deskripsi adalah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan
sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal tersebut.
4. Persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi emosi pembaca
untuk berbuat sesuatu.
5. Narasi adalah karangan yang berisi rangkaian peristiwa yang susul menyusul
sehingga membentuk alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan
imajinasi.

C. Ide pokok/pikiran utama/gagasan utama


Ide pokok/pikiran utama/gagasan utama adalah gagasan yang menjiwai paragraf. Cara
menentukan gagasan utama dalam paragraf adalah: merupakan pernyataan yang paling
umum, paling penting atau penyataan yang merupakan kesimpulan, dan terdapat
bagianbagian yang diulang pada kalimat-kalimat yang lain.

D. Makna Istilah/kata/gabungan kata


Istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep,
keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah ada yang berupa kata, ada
pula yang berupa idiom atau ungkapan. Idiom adalah gabungan kata yang membentuk
kesatuan arti baru sehingga sering tidak dapat ditelusuri artinya berdasarkan arti unsur
pembentuknya.

E. Pendapat/komentar/tanggapan
Dalam mengemukakan pendapat/komentar/memberi tanggapan harus memperhatikan
hal sebagai berikut:
1. Didasari pengetahuan yang cukup mengenai masalah yang dibicarakan.
2. Sopan dan tidak emosional.
3. Pendapat harus logis, sistematis, berdasarkan fakta.
4. Kalau komentar bersifat positif hendaknya mengungkap pada/dari aspek makna
dukungan, persetujuan atau optimisme diberikan.
5. Kalau komentar bersifat negatif (berisi penolakan) gunakan kalimat yang sifatnya
tidak langsung, berilah alasan yang logis dan kuat serta solusinya.

F. Menarik Kesimpulan
Dalam menyusun pendapat untuk menarik kesimpulan yang benar, kita harus
menggunakan pola berpikir/penalaran yang benar pula. Pola penalaran dibagi menjadi
dua, yaitu deduktif dan induktif.
1. Penalaran deduktif yaitu; dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang umum
(premis umum/mayor) diikuti pernyataan khusus (premis khusus/minor) menarik
kesimpulan terhadap hal yang khusus. Penalaran demikian disebut juga silogisme.
2. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa khusus
menuju kepada kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus tersebut. Macam-
macam penalaran induktif:
Generalisasi: perumusan kesimpulan umum berdasarkan data/kejadian-kejadian yang
bersifat khusus.
Sebab-akibat: dimulai dengan fakta-fakta yang menjadi sebab menuju kesimpulan
yang menjadi akibat.
Akibat-sebab: dimulai pada fakta-fakta yang menjadi akibat lalu kita analisis untuk
mencari sebabnya.
Analogi adalah pengambilan kesimpulan dengan asumsi bahwa jika dua atau beberapa
hal memiliki banyak kesamaan, maka aspek lain pun memiliki kesamaan.
LAPORAN DAN KARYA ILMIAH
A. Laporan
Laporan merupakan salah satu alat untuk menyampaikan informasi baik formal maupun
nonformal. Laporan juga berfungsi sebagai:
– pertanggungjawaban bagi orang yang diberi tugas
– landasan pimpinan dalam mengambil kebijakan/keputusan
– alat untuk melakukan pengawasan
– dokumen sebagai bahan studi dan pengalaman bagi orang lain.
Macam-macam laporan menurut bentuknya:
– laporan berbentuk formulir
– laporan berbentuk surat
– laporan berbentuk memorandum (memo)
– laporan berbentuk naskah
– laporan berbentuk buku

B. Proposal
Proposal adalah suatu usulan kegiatan perlu dukungan atau persetujuan pihak lain. Hal-
hal yang perlu dimuat dalam proposal antara lain:
1. nama proposal
2. pendahuluan
3. tujuan
4. bentuk/jenis kegiatan
5. pelaksanaan
6. panitia pelaksana (terlampir)
7. biaya/dana (rincian terlampir)
8. harapan
9. lampiran
Panduan Materi Bahasa dan Sastra Indonesia

C. Karya Tulis
Karya tulis ilmiah ialah tulisan atau karangan yang penyusunannya didasarkan pada
kajian ilmu pengetahuan. Kajian tersebut biasanya dilakukan melalui kegiatan penelitian
di laboratorium, di lapangan, atau penelitian kepustakaan.
Ciri-ciri karya tulis ilmiah:
1. menarik (masalah yang dibahas harus menarik)
2. objektif (harus sesuai dengan fakta yang ada)
3. sistematis (mudah dipahami/dimengerti pembaca)
4. argumentatif (dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya)
5. lugas (bahasa yang digunakan efektif dan logis)
Karya tulis ilmiah terbagi atas tiga bagian, yaitu…
1. Bagian pendahuluan, berisi tentang halaman judul; halaman kata pengantar,
halaman daftar isi; halaman daftar tabel; halaman daftar grafik; diagram/gambar.
2. Bagian pokok/inti, bagian ini berisi tentang bab pendahuluan; bab-bab pembahasan
masalah; bab penutup.
3. agian akhir/penutup adalah bagian yang memuat bahan-bahan yang tidak bersifat
wajib. Dalam bagian ini tercantum daftar pustaka; lampiran; indeks; daftar istilah;
riwayat penulis.

D. Kutipan
Kutipan adalah pencatatan sumber-sumber tertulis untuk menyusun sebuah karya tulis.
Pencatatan sumber-sumber tertulis itu dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu kutipan,
ringkasan, dan parafrase.
Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan menjadi kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung. Kutipan langsung yang banyak barisnya tidak lebih dari empat baris ketikan
dimasukkan ke dalam teks karya tulis dengan cara sebagai berikut:
1. kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks
2. jarak baris dengan baris sama dengan teks, yaitu dua spasi
3. kutipan itu diapit dengan tanda kutip
4. sesudah kutipan selesai, berilah nomor urut penunjuk catatan kaki yang diketika
setengah spasi ke atas
Sedangkan kutipan tidak langsung berisi intisari pendapat yang dikemukakan kembali
dengan kata-kata sendiri. Oleh karena itu kutipan tidak langsung tidak boleh
menggunakan tanda kutip.
Catatan kaki/footnote merupakan penjelasan sumber semua kutipan, baik kutipan
langsung maupun kutipan tidak langsung diletakkan di kaki. Fungsi catatan
kaki/footnote adalah sebagai berikut:
1. pembuktian atas sumber informasi
2. penghargaan kepada pengarang yang pendapatnya dikutip
3. pemberian keterangan tambahan untuk memperjelas pembahasan
4. penunjukan bagian lain dlam naskah
Catatan kaki berisi tentang nama pengarang, judul buku, (kota penerbit: nama penerbit,
tahun terbit), halaman.

E. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar sumber tertulis yang dijadikan acuan dalam
pembahasan karya tulis.
Cara menulis daftar pustaka yaitu…
1. Nama pengarang ditulis dengan mendahulukan nama akhir. Nama akhir (keluarga)
ditulis lebih dahulu dipisahkan dengan tanda koma dari nama pertama yang ditulis
kemudian.
2. Tahun penerbitan (.)
3. Judul buku (.)
4. Kota penerbit (:)
5. Nama penerbit (.)

Anda mungkin juga menyukai