Crisping Pada Produk Hortikultura Sayuran Berdaun
Crisping Pada Produk Hortikultura Sayuran Berdaun
PENDAHULUAN
4.1 Hasil
Pengamatan terhadap kondisi fisik-visual sayuran bahan percobaan secara
subjektif dilakukan sebelum dan sesudah proses crisping di atas dengan
menggunakan criteria, deskripsi dan skala numeric pada Tabel di bawah ini.
Pengamatan perubahan bobot sayuran dari sebelum dan sesudah crisping
dilakukan dengan menggunakan timbangan, formula di bawah ini digunakan
untuk mencari persentase perubahan bobot.
Dimana, PB = Perubahan Bobot (%)
Ba = Bobot sebelum crisping
Bb = Bobot setelah crisping
PB = Bb-Ba
Tabel 1. Hasil Perubahan Bobot pada Perlakuan Crisping
SUHU WAKTU BERAT AWAL BERAT AKHIR KOMODITI
50oC 1 Menit 52,79 49,75 sawi
30oC 1 Menit 54,57 50,65 sawi
40oC 1 Menit 52,79 30,42 sawi
50oC 3 Menit 65,32 60,75 sawi
30oC 3 Menit 95,20 91,04 sawi
40oC 3 Menit 53,30 49,44 sawi
50oC 5 Menit 106,13 90,12 sawi
40oC 5 Menit 61,87 57,87 sawi
30oC 5 Menit 33,55 20,55 sawi
Control 75,01 70,32 sawi
SUHU WAKTU BERAT AWAL BERAT AKHIR KOMODITI
40oC 1 Menit 61, 92 58,91 kangkung
30oC 1 Menit 62,47 58,47 kangkung
50oC 1 Menit 44,56 39,72 kangkung
40oC 3 Menit 88,36 84,13 kangkung
30oC 3 Menit 102,66 98,57 kangkung
50oC 3 Menit 101 95,18 kangkung
40oC 5 Menit 111,02 107,00 kangkung
30oC 5 Menit 109,70 105,60 kangkung
50oC 5 Menit 58,90 50.50 kangkung
Control 63,45 59,45 kangkung
4.2 Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat terlihat perbedaan perubahan
bobot dari masing-masing suhu (Tabel 1). Rata-rata semua suhu dan sampel
mendapatkan bobot yang bertambah dan turun antara 52,79 sampai 49,75 gr
sedangkan kangkung yang tidak mendapatkan perlakuan atau kangkung control
bobotnya menurun. Hal ini disebabkan karena Proses crisping yang dilakukan
terdiri dari dua tahapan yaitu tahap pertama, perendaman dengan air pada suhu
diatas suhu kamar tetapi dibawah suhu kritis (50 – 40 oC), dengan waktu
perendaman tertentu. Tahap kedua adalah pendinginan pada suhu dibawah 50oC.
Menurut Kays (1991), pada kondisi dimana suhu suatu bahan hasil pertanian
meningkat (lebih besar dari suhu lingkungannya) maka stomata atau lentiselnya
cendrung membuka dan sebaliknya pada keadaan suhu relatif rendah maka
stomata atau lentiselnya mengalami penutupan. Perlakuan perendaman akan
mengakibatkan suhu sayuran dan buah mengalami peningkatan, sehingga dengan
kondisi tersebut, stomata atau lentiselnya akan membuka. Disaat yang bersamaan
lebih tingginya suhu air di lingkungan luar dibandingkan dengan suhu air dalam
sayuran dan buah, mengakibatkan tekanan uap air dilingkungan pun menjadi lebih
besar dari tekanan uap dalam sayur, sehingga terjadi proses perpindahan massa
(air) dari lingkungan ke dalam sayuran dan buah melalui proses difusi.
Perpindahan massa secara difusi dari luar kedalam sayuran dan buah akan menjadi
lebih optimal pada saat stomata atau lentisel membuka, sehingga air bisa berdifusi
sebanyak-banyaknya, dengan proses inilah yang menyebabkan bobot dari sawi
dan kangkung menurun.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Metode Crisping adalah metode penyegaran dengan 2 tahapan, pertama
perendaman dengan suhu 30-40oC, kedua pendinginan dengan suhu 50oC
2. Dengan proses crisping bobot sayuran akan menurun,karena perpindahan
massa air.
3. Suhu yang efektif untuk metode crisping adalah 30oC-40oC
5.2 Saran
1. Laporan praktikum dibuat bentuk file, untuk menghemat penggunaan kertas
DAFTAR PUSTAKA