Anda di halaman 1dari 8

HIPERBILIRUBINEMIA (ICD 10: P59.

9)

No Dokumen No Revisi Halaman

1/7
RSUD PROF DR.
W.Z. JOHANNES
KUPANG
Ditetapkan
Plt.Direktur RSUD Prof. Dr. WZ Johannes

PANDUAN PRAKTIK Tanggal Terbit Kupang


KLINIS (PPK)

Drg. Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP: 19600731 198812 1 001
1. Pengertian Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi
(Definisi) peningkatan kadar bilirubin dalam darah >5mg/dL, yang
secara klinis ditandai oleh adanya ikterus yaitu warna
kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa
2. Anamnesisi 1. Riwayat keluarga ikterus, anemia, splenektomi,
sferositosis, defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase
(G6PD)
2. Riwayat keluarga dengan penyakit hati menandakan
kemungkinan galaktosemia, defisiensi alfa I antitripsin,
tirosinosis, hipermetioninemia, penyakit gilbert, sindrom
crigler-najjar tipe I dan II atau fibrosis kistik
3. Riwayat saudara dengan ikterus atau anemia,
mengarahkan kemungkinan infeksi virus atau
toksoplasma
4. Riwayat saudara dengan ikterus atau anemia,
mengarahkan kemungkinan inkompabilitas golongan
darah atau breast milk jaundice
5. Riwayat sakit selama kehamilan, menandakan
kemungkinan infeksi virus atau toksoplasma
6. Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi ibu yang
berpotensi menggeser ikatan bilirubin dengan albumin
(sulfonamida) atau mengakibatkan hemolisis pada bayi
dengan defisiensi G6PD (sulfonamida, nitrofurantoin,
antimalaria)
7. Riwayat persalinan traumatik yang berpotensi
menyebabkan perdarahan atau hemolisis. Bayi asfiksia
dapat mengalami hiperbilirubinemia yang disebabkan
ketidakmampuan hati memetabolisme bilirubin atau
akibat perdarahan intrakranial. Keterlambatan klem tali
pusat dapat menyebabkan polisitemia neonatal dan
peningkatan bilirubin

1
8. Golongan darah dan rhesus ibu dan bayi

HIPERBILIRUBINEMIA (ICD 10: P59.9)

No Dokumen No Revisi Halaman

RSUD PROF DR. 2/7


W.Z. JOHANNES
KUPANG
9. Pemberian nutrisi parenteral total dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia direk berkepanjangan
10. Pemberian air susu ibu (ASI). Harus dibedakan antara
breast milk jaundice dan breast feeding jaundice
a. Breastfeeding jaundice adalah ikterus yang
disebabkan oleh kekurangan asupan ASI. Biasanya
timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu produksi
ASI belum banyak.
b. Breast-milk jaundice adalah ikterus yang
disebabkan oleh air susu ibu (ASI). Pada sebagian
besar bayi, kadar bilirubin turun pada hari ke-4,
tetapi pada breast-milk jaundice, bilirubin terus naik,
bahkan dapat mencapai 20-30 mg/dL pada usia 14
hari. Bila ASI dihentikan, bilirubin akan turun secara
drastis dalam 48 jam. Bila ASI diberikan kembali,
maka bilirubin akan kembali naik tetapi umumnya
tidak akan setinggi sebelumnya.
11. Riwayat Asfiksia
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pewarnaan kuning pada tubuh, yang pada awalnya akan
muncul pertama di daerah wajah dan kemudian akan
menjalar ke arah kaudal tubuh dan ekstremitas, dengan
cara mengobservasi warna kulit setelah dilakukan
penekanan menggunakan jari dan pemeriksaan
dilakukan menggunakan cahaya matahari. Derajat
kuning pada neonatus mudah dan sederhana dinilai
dengan penilaian menurut Kramer.
2. Hal-hal yang harus dicari pada pemeriksaan fisik:
a. Prematuritas
b. Kecil masa kehamilan, kemungkinan berhubungan
dengan polisitemia.
c. Tanda infeksi intrauterin, misalnya mikrosefali, kecil
masa kehamilan
d. Perdarahan ekstravaskular, misalnya memar,
sefalhematom
e. Pucat, berhubungan dengan anemia hemolitik atau
kehilangan darah ekstravaskular
f. Petekie, berkaitan dengan infeksi kongenital, sepsis,
atau eritroblastosis

2
g. Hepatosplenomegali, berkaitan dengan anemia
hemolitik, infeksi kongenital, atau penyakit hati
h. Omfalitis
HIPERBILIRUBINEMIA (ICD 10: P59.9)

No Dokumen No Revisi Halaman

3/7

RSUD PROF DR.


W.Z. JOHANNES
KUPANG
i. Korioretinitis, berhubungan dengan infeksi kongenital
j. Tanda hipotiroid
4. Kriteria Diagnosa Kriteria Klinis :
Derajat Ikterus dengan Kramer’s Rule :
Kramer 1: kepala-leher 4-8 mg/dl
Kramer 2: tubuh sebelah atas 5-12 mg/dl
Kramer 3: tubuh sebelah bawah dan paha 8-16 mg/dl
Kramer 4: lengan dan tungkai bawah 11-18 mg/dl
Kramer 5: telapak tangan dan telapak kaki ≥ 18 mg/dl
Kriteria Laboratorium :
Kadar Bilirubin Serum Total > 5mg/dL
Ikterus Patologis
Awitan ikterus sebelum usia 24 jam
Peningkatan bilirubin serum yang membutuhkan fototerapi
Peningkatan bilirubin serum > 5mg/dL/24 jam
Kadar bilirubin terkonjugasi >2mg/dL
Bayi menunjukkan tanda sakit (muntah, letargi, kesulitan
minum, penurunan berat badan, apnea, takipnea,
instabilitas suhu)
Ikterus yang menetap >2 minggu
5. Diagnosis Kerja HIPERBILIRUBINEMIA (ICD 10: P59.9)

6. Diagnosa Banding 1. Peningkatan produksi bilirubin


Penyakit hemolitik; isoimun:
 Inkompatibilitas Rh
 Inkompatibilitas ABO
Sferositosis kongenital
Defek enzim eritrosit:
 Glukosa 6 fosfatase
 Piruvat kinase
 Heksokinase
Infeksi
Hematom tertutup (sefalhematom, ekimosis)
Polisitemia:
 Ibu diabetes
 Transfusi janin (maternal, kembar)

3
 Terlambatnya penjepitan tali pusat
Nutrisi parenteral total

HIPERBILIRUBINEMIA (ICD 10: P59.9)

No Dokumen No Revisi Halaman

4/7

RSUD PROF DR.


W.Z. JOHANNES
KUPANG
2. Penurunan penyerapan, penyimpanan, atau
metabolisme bilirubin
Sindrom Crigler-Najjar (I atau II)
Sindrom Gilbert
Sindrom Lucey-Driscoll
Inhibisi obat
Hipotiroidisme atau hipopituitarisme
Gagal jantung kongestif
Pirau portokava
Hipoksia
Asidosis
Sepsis
3. Resirkulasi Enterohepatik
Ikterus ASI
Obstruksi usus:
 Atresia ileum
 Penyakit Hirschprung
 Fibrosis kistik
4. Pemberian Antibiotik
7. Pemeriksaan Lakukan pemeriksaan laboratorium:
Penunjang 1. Biliruin total, indirek, dan direk
2. Golongan darah (ABO, Rh) Ibu dan Bayi
3. Tes antibody direct (Coombs)
4. Serum albumin
5. Pemeriksaan darah tepi lengkap dengan hitung jenis
dan morfologi
6. Jumlah retikulosit
7. ETCO (bila tersedia)
8. G6PD (bila terdapat kecurigaan (berdasarkan etnis dan
geografis) atau respon terhadap fototerapi kurang)
9. Urinalisis
10. Bila anamnesis dan atau tampilan klinis menunjukkan
kemungkinan sepsis dilakukan pemeriksaan kultur
darah, urin, dan liquor untuk protein, glukosa, hitung sel
dan kultur.

4
HIPERBILIRUBINEMIA (ICD 10: P59.9)

No Dokumen No Revisi Halaman

5/7
RSUD PROF DR.
W.Z. JOHANNES
KUPANG
8. Terapi  Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus
dan dapat rawat jalan dengan edukasi untuk kembali
jika ikterus berlangsung lebih dari 2minggu
 ASI lebih sering minimal setiap 2 jam jika bayi bisa
menghisap
 Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI melalui pipa
nasogastrik atau dengan gelas dan sendok
 Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat sinar
matahari pagi selama 30menit selama 3-4 hari. Jaga
agar bayi tetap hangat
 Kelola faktor risiko (asfiksia dan infeksi) karena dapat
menimbulkan ensefalopati bilirubin
 Ikterus yang timbul 24jam pasca kelahiran adalah
patologis dan membutuhkan pemeriksaan laboratorium
lanjut
 Terapi hiperbilirubinemia sesuai dengan kadar bilirubin
serum total sesuai tabel rekomendasi AAP:

5
HIPERBILIRUBINEMIA (ICD 10: P59.9)

No Dokumen No Revisi Halaman

6/7
RSUD PROF DR.
W.Z. JOHANNES
KUPANG
9. Komplikasi  Dehidrasi
 Hipoalbuminemia
 Ensefalopati Bilirubin
 Kern ikterus
10. Edukasi 1. Menjelaskan kepada orang tua mengenai penyebab
kuning pada bayi
2. Mendukung pemberian ASI sebanyak minimal 8-12
kali/hari untuk beberapa hari pertama usia bayi.
3. Bayi dengan susu formula harus setara 150 kkal/kgBB
per hari atau kurang lebih 1-2 ons per 2-3/jam pada
minggu pertama.
4. Tidak dianjurkan memberikan air dan dextrosa
5. Bila bayi sudah boleh pulang, KIE ibu mengenai cara
menjemur bayi dibawah sinar matahari
6. KIE pada ibu cara menjaga kehangatan bayi
7. Bila ada tanda bahaya pada bayi seperti bayi kuning
lagi, letargis, kejang, demam segera bawa bayi ke
Rumah Sakit

6
11. Prognosis Tanpa komplikasi:
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad malam
Dengan komplikasi :
 Ad vitam : dubia ad malam
 Ad sanationam : dubia ad malam
 Ad fungtionam : dubia ad malam
12. Indikator Medis 1. Gejala klinis ikterus menghilang, kadar bilirubin normal.
2. Hiperbilirubinemia fisiologis terjadi 50-60% pada bayi
cukup bulan dan 80% pada bayi kurang bulan, gejala
klinis keseluruhan menghilang dalam 2 minggu.
3. Pada hiperbilirubinemia non fisiologis, ikterus bertahan >
14 hari.
4. 80% pasien akan sembuh dalam waktu 7 hari.
5.
13. Tingkat Evidens I

14. Tingkat A
Rekomendasi

HIPERBILIRUBINEMIA (ICD 10: P59.9)

No Dokumen No Revisi Halaman

7/7
RSUD PROF DR.
W.Z. JOHANNES
KUPANG
15. Penelaah Kritis 1. dr. Woro I. Padmosiwi Sp.A
2. dr. Hendrikus B. Tokan Sp.A
3. dr. Irene K. Davidz Sp. A, M.Kes
4. dr. Regina M. Manubulu Sp.A, M.Kes
5. dr. Tjahyo Suryanto Sp.A, M.Biomed
16. Kepustakaan 1. Rohsiswatmo R, Amandito R. Hiperbilirubinemia pada
Neonatus >35 Minggu di Indonesia: Pemeriksaan dan
Tatalaksana Terkini. Sari Pediatr. Vol. 20.2018
2. Hegar B, Pudjiadi A, Handryastuti S, Idris NS,
Gandaputra E, Harmoniati ED, et al. Pedoman
Pelayanan Medis. Edisi II. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2011. 114 p.
3. Rohsiswatmo R. Indikasi Terapi Sinar pada Bayi
Menyusui yang Kuning. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2013.
4. Julien H, Rudolph, D C, M A. Buku Ajar Pediatri
Rudolph. Jakarta: EGC; 2006.
5. Sukadi A. Hiperbilirubinemia. Dalam : Kosim MS,
Yunanto A, Dewi R, Santosa GI, Usman A, eds. Buku

7
Ajar Neonatologi, edisi ke 1.Jakarta. Badan Penerbit
IDAI.2008,147-69.
6. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. Neonatology
management, procedures, on call problems disease and
drugs. Edisi ke 7. New York. Lange Books/Mc Graw-
Hill.2013. 288-300.
7. American Academic of Pediatrics. Management of
hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more
weeks of gestation. Pediatrics.2004;114,297-316.

Anda mungkin juga menyukai