Biofarmasi Sediaan IntraUterus
Biofarmasi Sediaan IntraUterus
Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “Biofarmasi Sediaan
Intra Uterus “ ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Biofarmasi Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta. Makalah ini
membahas tentang biofarmasetika dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
pada sediaan intra uterus.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat, terutama dalam mengenal
lebih jauh mengenai perjalanan obat, terutama pada sediaan intra uterus, yang
merupakan salah satu bidang pengajaran mata kuliah Biofarmasi. Demi
menyempurnakan makalah ini, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
dapat bekerjasama team dengan baik serta ibu dosen pembimbing yang
mengarahkan penulis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua
kebaikkan beliau.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui anatomi fisiologi uterus
2. Mengetahui pembuluh darah yang berperan dalam distribusi obat intra uterus.
3. Mengetahui sediaan obat pada intrauterus.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi LDA sediaan intrauterus.
5. Mengetahui evaluasi biofarmasetika sediaan intrauterus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Pembuluh Darah yang Melewati Uterus
Uterus mendapatkan pendarahan dari arteri uterina yang merupakan cabang dari
arteri iliaka interna. Arteri uterina kemudian mempercabangkan arteri arkuata di
ligamentum latum yang akan melingkari miometrium. Arteri ini kemudian akan
membentuk arteri radialis yang akan menembus kedalam miometrium. Tepat sebelum
masuk ke endometrium, cabang tersebut membagi diri menjadi 2 jenis arteri yaitu arteri
lurus (arteri recta) dan arteri spiralis. Arteri lurus akan mensuplai darah ke lapisan basal
endometrium, sedangkan arteri spiralis akan mensuplai darah ke stratum fungsional
endometrium dan akan luruh ketika siklus menstruasi karena peka terhadap perubahan
hormon. Darah akan meninggalkan uterus melewati vena iliaka internal. Pasokan darah
untuk uterus sangat penting untuk pertumbuhan kembali stratum fungsional
endometrium setelah menstruasi, implatasi dan perkembangan plasenta. (Watson, 2002).
4
Desain IUD hormonal lainnya adalah formulasi depot Levonorgestrel.
Levonorgestrel terkandung dalam matriks Silastic yang melekat pada lengan vertical
perangkat yang berbentuk T. Perkiraan pelepasan levonorgestrel adalah 2 – 30 µg / hari
selama 5 tahun atau lebih.
Mekanisme pelepasan dari kedua sediaan ini dengan difusi dan kecepatan
pelepasan didasarkan kelarutan zat aktif dalam polimer dan luas permukaannya (
Beck,1984 )
5
2.5 Evaluasi Biofarmasetik Sediaan Intra Uterus
Evaluasi Biofarmasetik sediaan intra uterus meliputi :
a. Pelepasan
Sediaan intra uterus dievaluasi kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan. Evaluasi
bertujuan untuk mengetahui apakah zat aktif yang dilepaskan sudah sesuai dengan yang
diharapkan. Parameter yang diukur adalah waktu dan jumlah zat aktif yang dilepaskan.
b. Pelarutan.
Evaluasi ini untuk mengetahui apakah zat aktif yang dilepaskan bisa terlarut dalam
cairan atau lendir uterus.
c. Penyerapan.
Evaluasi untuk mengukur kecepatan dan zat aktif yang terserap menuju pembuluh darah.
( Beck, 1984 )
6
BAB III
PEMBAHASAN
Uterus adalah salah satu organ reproduksi pada wanita. Uterus berfungsi sebagai
tempat tumbuhnya janin. Uterus bentuknya mirip buah pir yang terbalik. Uterus adalah
organ muscular sempit, berdinding tebal yang berada di pelvis minor, antara rectum dan
vesika urinaria. Panjangnya 7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm dengan berat sebesar 30
g. Uterus memiliki 3 lapisan, perimetrium, myometrium, dan endometrium. Uterus
mendapatkan pendarahan dari arteri uterina yang merupakan cabang dari arteri iliaka
interna. Darah keluar dari uterus melalui vena iliaka internal menuju jantung. Jadi sediaan
obat yang diserap di uterus akan langsung dialirkan ke jantung, dan selanjutnya dari
jantung dialirkan ke seluruh tubuh.
Sediaan intra uterus diantaranya IUD yang melepaskan hormone. IUD yang
melepaskan hormone menggunakan senyawa polimer sebagai pembawanya. Alza
Progestasert®adalah IUD T- Shaped yang memberikan progesterone 65 µg / hari selama
365 hari. Lengan transversal Progestasert®berbentuk tubular, terbuat dari vinil etilena dan
titanium dioksida, dan inti mengandung 32 mg progesterone yang tersuspensi dalam
minyak silicon dan barium sulfat. IUD hormonal lainnya adalah formulasi depot
Levonorgestrel yang terkandung dalam matriks Silastic yang melekat pada lengan vertical
T. Perkiraan pelepasan levonorgestrel 2 – 30 µg / hari selama 5 tahun atau
lebih.Mekanisme pelepasan dari kedua sediaan ini dengan difusi dan kecepatan pelepasan
didasarkan kelarutan zat aktif dalam polimer dan luas permukaan .
Faktor-faktor yang mempengaruhi LDA ( Liberasi, Disolusi, Absorpsi ) sediaan
intra uterus adalah :
Faktor fisika kimia zat aktif
Senyawa polimer
Luas permukaan
Kecepatan aliran darah pada uterus
7
Evaluasi biofarmasetika sediaan intrauterus meliputi pengukuran terhadap jumlah
dan kecepatan pada saat pelepasan, pelarutan, dan penyerapan zat aktif.
Pada sistem matriks polimer hidrofilik yang bersifat larut air, polimer hidrofilik
dicampur dengan obat dan bahan tambahan lain yang kemudian dikempa menjadi tablet,
dalam kontak dengan cairan, air akan berpenetrasi kedalam matriks merubah polimer menjadi
elastis, lapisan akan mengembang dan membentuk gel, obat dalam lapisan gel akan larut dan
berdifusi ke luar matriks. Pada waktu yang sama, polimer matriks juga akan terlarut.
Oleh karena itu, kecepatan pelapasan sediaan bisa diukur melalui kecepatan difusi
cairan ke matriks polimer. Semakin cepat cairan uterus berdifusi ke dalam polimer, maka
akan semakin cepat juga sediaan zat aktif obat akan terlepas. Kecepatan difusi digunakan
sebagai evaluasi pelepasan obat.
Pada uji disolusi, dilakukan sama dengan uji disolusi pada sediaan lepas lambat
lainnya. Menggunakan disolusion tester untuk mengetahui kecepatan melarutnya zat aktif
sediaan per satuan waktu. Hanya saja karena sediaan intra uterus biasanya berupa sediaan
lepas lambat, jadi pengukuran jumlahnya digunakan per hari dan dalam jumlah yang sangat
kecil.
Untuk evaluasi penyerapan obat dilakukan dengan mengukur kadar obat di dalam
plasma. Apabila kadar obat dalam plasma sudah sesuai dengan ditargetkan itu artinya
penyerapan obat sudah sesuai dengan yang diinginkan.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Anatomi Uterus berbentuk buah pir terbalik dan memiliki 3 lapisanperimetrium,
myometrium, dan endometrium.
2. Peredaran darah pada uterus adalah arteri uterina yang merupakan cabang dari arteri
iliaka interna. Lalu darah keluar dari uterus melalui vena iliaka internal menuju
jantung.
3. Contoh sediaan intra uterus adalah IUD hormonal yakni Progestasert dan IUD
Levonorgestrel.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi LDA sediaan intra uterus sifat fisika kimia obat,
polimer, luas permukaan, dan kecepatan aliran darah.
5. Evaluasi biofarmasetika sediaan intrauterus meliputi kinetika pelepasan, pelarutan,
dan penyerapan. Pelepasan dengan cara mengukur kecepatan difusi cairan ke dalam
polimer, kecepatan pelarutan dengan menggunakan dissolution tester, dan penyerapan
dengan mengukur kadar obat dalam plasma.
9
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati, T. 2018. Perjalanan Obat Peroral dalam Tubuh. Jakarta : Salemba Medika.
Watson,R.2002. Anatomi & Fisiologi Untuk Perawat Ed. 10. Jakarta : EGC
Beck,L.R.et al. 1984. Controlled-Release Delivery Systems for Hormones A Review of their
Properties and Current Therapeutic Use . ADIS Press Limited. Drugs 27: 528-547
10