Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

VERTIGO
DI RUMAH SAKIT ISLAM LUMAJANG

Oleh :
DEWI AGUSTINI
NIM. 14201. 10. 18049

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2019

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KERPERAWATAN
“VERTIGO”

NAMA MAHASISWA

DEWI AGUSTINI
NIM 14201.10.18049

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO

A. Pengertian

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan

keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ

tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan

tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya

sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik).

Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3

sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo,

penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak

terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun

kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang

vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya

nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.

(Lumban Tobing. S.M, 2003)

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam

telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam

artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun

melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular.

Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh

kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh

kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.

(www.wikipedia.com)
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,

penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau

bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad

Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)

B. Anatomi

Telinga dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu telinga luar, telinga

tengah atau cavum tympani, dan telinga dalam atau labyrinth (Tortora,

2009; Snell,2006).

1. Telinga

Luar

Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus.

Auricula terdiri dari potongan kartilago tunggal yang ditutupi kulit dan

dihubungkan ke tengkorak oleh otot dan ligamentum vestigial. Meatus

telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai

membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang

telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga

bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari

tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm. Pada sepertiga bagian luar

kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan

rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada

duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen

(Soetirto, Hendarmin, & Bashiruddin, 2007).

Meatus acusticus externus dilindungi oleh rambut-rambut halus

dan terdapat modifikasi kelenjar keringat yang memproduksi serumen

atau lilin (earwax). Secara bersama-sama rambut dan serumen akan

mencegah masuknya partikel-partikel mengganggu seperti debu agar

tidak sampai ke membrana tympani dan telinga dalam (Sherwood, 2010).

2. Telinga Tengah

Telinga tengah terletak di dalam os temporale. Ia terisi udara dan

berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba Eustachii. Ruang ini

mengandung tulang (ossicula) pendengaran, otot pendengaran, saraf

dan pembuluh darah.

Membran timpani berfungsi sebagai resonator yang menghasilkan

ulang getaran dari sumber suara dan akan berhenti bergetas hampir segera

setelah suara berhenti. Gerakan membran timpani disalurkan ke

manubrium malleus (Ganong, 2008).

Membrana tympani memisahkan telinga tengah dan luar.


Membrana Tympani merupakan membrana semi-tembus-pandang yang

berjalan pada sudut yang memotong meatus acusticus externus seperti

kepala drum. Sewaktu melihat membrana tympani, normalnya bisa

melihat proccesus lateralis mallei, yang terbesar dari ketiga ossicula.

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

a. Batas luar : membran timpani

b. Batas depan : tuba eustachius

c. Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

d. Batas belakang : aditus adantrum, kanalis fasialis pars

vertikalis.

e. Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)

f. Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis

semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis,

tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar

(round window) dan promontorium (Soetirto,

Hendarmin, & Bashiruddin, 2007).

Dinding medial atau labyrintus telinga tengah merupakan

prominensia tulang bulat yang dibentuk oleh cochlea. Pada permukaannya

terdapat plexus tympanicus nervi glossopharyngei, yang memasuki telinga

tengah pada dinding labyrinthus. Dua struktur penting lain yang

ditemukan pada dinding medial adalah foramen ovale dan foramen

rotundum.

3. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa

dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis

semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,

menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap

dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Para irisan melintang

koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah

bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli

dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi

endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan

endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli

disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan

dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak

organ corti (Soetirto, Hendarmin, & Bashiruddin, 2007).

Labyrinthus membranaceus terdiri atas sacculus dan utriculus

yang terdapat di dalam vestibulum ossesus. Tiga duktus semicircularis,

yang terletak didalam canalis semicircularis osseus, dan ductus cochlearis

yang terletak di dalam cochlea (Snell, 2006).

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang

disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut

yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang

membentuk organ Corti (Soetirto, Hendarmin, & Bashiruddin, 2007).


Nervus facialis selama perjalanannya melalui os temporale

terdapat di dalam canalis facialis. Di dalam telinga tengah, nervus facialis

memberikan dua cabang: nervus ke musculus stapedius dan chorda

tympani yang serabutnya terdistribusi bersama cabang nervus lingualis

untuk memberikan serabut pengecapan untuk dua pertiga anterior lidah.

Cavitas tympanica mengandung tiga ossicula kecil dan mobil. Malleus,

incus dan stapes. Tiga ossicula ini melakukan fungsi penting menghantar

tenaga mekanis yang dibentuk oleh vibrasi membrana tympani dalam.

Ossicula berartikulasi satu sama lain dan distabilkan di dalam

ruangan telinga tengah oleh ligamentum. Ada dua otot di dalam

cavitas tympanica: tensor tympani yang berinsertio ke manubrium mallei

dan dipersarafi oleh nervus trigeminus serta musculus stapedius yang

berinsertio ke permukaan posterior stapes dan dipersarafi oleh nervus

facialis. Otot-otot ini bertindak melindungi telingan dalam dari cedera

karena bising keras dengan menurunkan gerakan ossicula.

C. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ

keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf

yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh

kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan

otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan

kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara

tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008).

1. Keadaan lingkungan

Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)

2. Obat-obatan

Alkohol

Gentamisin

3. Kelainan sirkulasi

Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena

berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral

dan arteri basiler

4. Kelainan di telinga

Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga

bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)

Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri

Herpes zoster

Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)

Peradangan saraf vestibuler


Penyakit Meniere

5. Kelainan neurologis

Sklerosis multipel

Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya

atau keduanya

Tumor otak

Tumor yang menekan saraf vestibularis.

D. Patofisiologi

Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti

meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi

pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke

VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik.

Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit

neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga

diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan

terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan

sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam

mempertahankan keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).

Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga,

akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan

vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi


pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan

parese N VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat

mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan

tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan

perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat

menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-

beda.
E. Pathway

Vestibuler
a. Fisiologis: motion sickness
VERTIGO Non-vestibuler
a. Cerebeller hem
b. Vestibular neuronitis b. Brainstem isch
c. Meniere's disease Sistem keseimbangan c. Basilar artery
d. Labyrnthitis tubuh (vestibuler) d. Posterior fossa
e. Perilymphatic fistula terganggu e. Arterioskleros
f. Anemia
Sensasi seperti brgerak, g. Intoksikasi
Neuroma akustik berputar

Mengenai N. VIII
Pusing, sakit kepala Gg. di SSP atau Gangguan Ketidakco
SST keseimbangan informasi
Peningkatan Peristaltik sampaika
tekanan intra meningkat Spasme saraf / otak oleh
kranial peningkatan afere
intrakranial MK : Resiko
Mual, muntah tinggi Cidera Prose
pengola
Nyeri, sakit kepala
inform
Anoreksia tergan
Transmisi
MK : ke rese
MK : Gangguan
MK: Perubahan Gangguan. proprioc
pola tidur
nutrisi kurang Rasa nyaman tergan
dari kebutuhan nyeri akut /
kronis Kega
tubuh koordin

Ketidak
kerja

MK : Int
aktif
F. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang

kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu

mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan

selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala,

penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung,

gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu

keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya

berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya,

bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika

kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10

detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa

cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha

menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan

vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara

aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan

berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau

beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada

perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi

pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti

secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum

tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah

dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya

dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak

sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi

dengan gejala :

1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik

dirinya sendiri atau lingkungan

2. Merasakan mual yang luar biasa

3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual

4. Gerakan mata yang abnormal

5. Tiba - tiba muncul keringat dingin

6. Telinga sering terasa berdenging

7. Mengalami kesulitan bicara

8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan

berputar

9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan

penglihatan

(http://perawatyulius.blogspot.com)

G. KOMPLIKASI

1. Cidera fisik

Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat

terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu

mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.


2. Kelemahan otot

Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.

Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring

yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan

kelemahan otot.

H. PENATALAKSANAAN

Menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Meliputi uji tes

keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan

diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo

antara lain:

1. Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan mata

b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh

c) Pemeriksaan neurologik

d) Pemeriksaan otologik

e) Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan khusus

a) ENG

b) Audiometri dan BAEP

c) Psikiatrik

3. Pemeriksaan tambahan

a) Radiologik dan Imaging

b) EEG, EMG
1. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Medikamentosa

Medikasi

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita

seringkali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut,

seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya

pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan

setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :

 Antihistamin

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.

Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat

dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang

mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di

susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada

kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek

samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada

penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak

yang positif.

 Betahistin

Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat

meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk

mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan

di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.


- Betahistin Mesylate (Merislon)

Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.

- Betahistin di Hcl (Betaserc)

Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6

tablet dibagi dalam beberapa dosis.

 Dimenhidrinat (Dramamine)

Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau

parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan

dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping

ialah mengantuk.

 Difhenhidramin Hcl (Benadryl)

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25

mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga

diberikan parenteral. Efek samping mengantuk.

 Antagonis kalsium

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat

antagonis kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine

(Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular

karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan

kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain

seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang

lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.

 Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat

mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis

biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari.

Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau

konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.

 Fenotiazine

Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti

muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.

Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat

efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun

kurang berkhasiat terhadap vertigo.

 Promethazine (Phenergan)

Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif

mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam.

Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali sehari

per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena).

Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk),

sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding

obat Fenotiazine lainnya.

 Khlorpromazine (Largactil)

Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang

berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral

(suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25


mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi

(mengantuk).

 Obat simpatomimetik

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah

satunya obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk

menekan vertigo ialah efedrin.

 Efedrin

Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25

mg, 4 kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila

dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah

insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah –

gugup.

 Obat Penenang Minor

Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi

kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek

samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.

- Lorazepam

Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg

- Diazepam

Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.

 Obat Anti Kholinergik


Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan

aktivitas sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.

1. Skopolamin

Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau

efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin

ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.

b. Non Medikamentosa

Terapi fisik

Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk

mengkompensasi gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang

dijumpai beberapa penderita yang kemampuan adaptasinya kurang

atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan

lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau

proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu,

sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk

mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri

terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah :

 Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau

disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya

secara lambat laun.

 Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.

 Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan

Contoh latihan :
o Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata

ditutup.

o Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi,

ekstensi, gerak miring).

o Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka,

kemudian dengan mata tertutup.

o Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian

dengan mata tertutup.

o Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki

yang satu menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).

o Jalan menaiki dan menuruni lereng.

o Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.

o Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak

dan juga memfiksasi pada objek yang diam.

Terapi Fisik Brand-Darrof

Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan

Brand-Darrof.
Keterangan Gambar:

 Ambil posisi duduk.

 Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan,

kemudian balik posisi duduk.

 Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri.

Masing-masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat

dilakukan berulang kali.

 Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin

bertambah.

2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

a. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan

berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.

b. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi

perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular

perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan

bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang


dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan,

temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.

c. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat

memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil

dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.

d. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk

mencegah dehidrasi.

e. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular

perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada

hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut

mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi

ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis

vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya

adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa

kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo

menghilang setelah beberapa hari.

f. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut

mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem

saraf pusat untuk gangguan vestibular akut

I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1) Identitas
Data klien, mencakup; nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,

pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No

RM/CM, tanggal masuk, tanggal kaji, dan ruangan tempat klien dirawat.

Data penanggung jawab, mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,

pekerjaan, suku bangsa, hubungan dengan klien dan alamat.

2) Riwayat Kesehatan Klien

Riwayat kesehatan pada klien dengan gangguan sistem Persarafan

akibat vertigo hal – hal sebagai berikut :

a) Alasan Masuk Perawatan

Kronologis yang menggambarkan prilaku klien dalam mencari

pertolongan.

b) Keluhan Utama

Pada umumnya klien dengan gangguan sistem Persarafan

akibat vertigo berupa pusing seperti berputar.

c) Riwayat Kesehatan Sekarang

Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data

yang menyertai dengan menggunakan pendekatan PQRST, yaitu :

P: Paliatif / Propokative: Merupakan hal atau faktor yang mencetuskan


terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau memperingan. Pada
klien dengan vertigo biasanya klien mengeluh pusing bila klien
banyak bergerak dan dirasakan berkurang bila klien beristirahat.
Q: Qualitas: Kualitas dari suatu keluhan atau penvakit yang dirasakan.
Pada klien dengan vertigo biasanya pusing yang dirasakan
seperti berputar.
R: Region : daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan. pada klien
dengan vertigo biasanya lemah dirasakan pada daerah kepala.
S: Severity :derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut. Pusing yang dirasakan seperti berputar dengan skala nyeri
(0-5)
T: Time : waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan
lamanya atau kekerapan. Keluhan pusing pada klien dengan vertigo
dirasakan hilang timbul.

d) Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Riwayat penyakit terdahulu, baik yang berhubungan dengan penyakit

sekarang, system persyarafan maupun penyakit sistemik lainnya.

e) Riwayat Kesehatan Keluarga

Penyakit-penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit

sekarang, penyakit turunan dan penyakit menular lainnya.

3) Pengkajian 11 fungsional Gordon

a) Pola persepsi dan penanganan kesehatan

Menggambarkan persepsi klien, penanganan kesehatan dan

kesejahteraan, Arti sehat dan sakit bagi pasien, Pengetahuan status

kesehatan pasien saat ini, Perlindungan terhadap kesehatan :

kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan, pengobatan yang sudah

dilakukan, Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan.

b) Pola nutrisi

a. Mengkaji intake makanan dan cairan klien.

b. Mengkaji gambaran komposisi makan.


c. Mengkaji nafsu makan, dan factor-faktor yang mempengaruhi

nafsu makan.

d. Mangkaji makanan kesukaan, pantangan atau alergi yang ada.

e. Mengkaji apakah menggunakan suplemen makanan.

f. Mengkaji apakah menggunakan obat diet tertentu.

g. Mengkaji perubahan berat badan yang terjadi.

h. Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin,

kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan,

terjadi distensi abdominal, penurunan bising usus.

i. Biasanya klien dengan vertiogo mengalami penurunan nafsu makan

karena terjadinya mual dan muntah, sehingga berat badannya juga

menurun.

c) Eliminasi

- Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi, warna, dan bau.

- Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.

- Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk berkemih.

- Mengkaji pola defekasi yang meliputi: frekuensi, warna,dan

karakteristiknya.

- Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.

- Mengkaji pengeluaran melalui IWL .

- kaji adanya riwayat ISK kronis; Obstruksi sebelumnya (kalkulus).

Penurunan haluan urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat

BAK.Keinginan/dorongan ingin berkemih terus, oliguria, henaturia,

piuri atau perubahan pola berkemih.


d) Aktivitas/latihan

- Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah

pasien terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas, misalnya karena

penyakit yang kronis atau adanya cedera pada medula spinalis.

- klien dengan vertigo akan merasa kesulitan untuk melakukan

aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis serta

merasa mudah lelah, susah beristirahat karena nyeri kepala

e) Tidur dan Istirahat

- Mengkaji pola tidur klien yang meliputi lama waktu tidur, dan

keefektifan.

- Mengkaji apakah mempunyai kebiasaan sebelum tidur.

- Menanyakan apakah mengalami kesulitan dalam tidur.

- Mengkaji kebiasaan jam berapa tidur dan bangun klien.

- Biasanya tidur klien terganggu karena penyakit yang dideritanya.

- Biasanya klien dengan vertigo akan mengalami gangguan istirahat

tidur karena adanya nyeri kepala yang hebat

f) Kognitif dan Persepsi

- Mengkaji kemampuan membaca, menulis dan mendengar klien.

- Menanyakan pada klien atau keluarga apakah mengalami kesulitan

dalam mendengar.

- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu lihat atau dengar.

- Mengkaji apakah ada keluhan pusing atau sebagainya.

g) Persepsi Diri- Konsep Diri


- Mengkaji bagaimana gambaran diri klien.

- Mengkaji apakah sakit yang ia alami mengubah gambaran diri klien.

- Hal-hal apa saja yang membebani pikiran klien.

- Mengkaji apakah klien sering merasa cemas, depresi, dan takut.

- Biasanya klien merasa cemas dan takut jika penyakitnya tidak bisa

disembuhkan.

h) Peran – Hubungan

- Mengkaji pekerjaan klien.

- Apakah hubungan yang dijalin klien dengan rekan kerja, keluarga

dan lingkungan sekitar berjalan dengan baik.

- Apa yang menjadi peran klien dalam keluarga.

- Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.

- Mengkaji bagaimana keadaan ekomoni klien.

- Apakah dalam lingkungan klien mengikuti kegiatan social.

- Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dalam melaksanaan

tugas dan peran tersebut karena penyakitnya sekarang.

i) Seksualitas dan Reproduksi

- Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan pasangan.

- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu atau alat pelindung

saat melakukan hubungan seks.

- Mengkaji apakah terdapat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan

seks.

- Biasanya pada wanita, siklus menstruasinya tidak teratur, karena

terjadinya perdarahan.
j) Koping – Toleransi Stress

- Mengkaji apa yang menjadi visi klien kedepan.

- Mengkaji apakah klien biasa mendapatkan apa yang diinginkannya.

- Mengkaji sejauh mana klien harus berusaha untuk mendaptkan apa

yang diinginkan.

- Mengkaji bagaimana penanganan klien tentang stress yang mungkin

ia hadapi.

k) Nilai- Kepercayaan

- Mengkaji agama klien.

- Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.

- Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia percayai mempengaruhi

kehidupannya.

- Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan merupakan hal yang

penting dalam kehidupan klien.

4) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum

Dikaji mengenai tingkat kesadaran. Klien dengan vertigo biasanya

dalam keadaan sadar, kadang tampak lemas.

 Tingkat kesadaran

1. Compos mentis

2. Samnolen

3. Stupor

4. Apatis
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu

c) Pemeriksaan head to toe

1. Kepala : bentuk kepala, adanya pembengkakkan atau tidak, adanya

lesi atau tidak, warna rambut, bentuk rambut, bersih atau tidak.

2. Wajah : adanya muka memerah atau tidak, adanya berjerawat dan

berminyak atau tidak.

3. Mata : simetris kiri dan kanan, tidak ada kotoran, Konjungtiva:

Anemis, Sklera anikterik, Pupil Tidakdilatasi (isokor).

4. Hidung : simetris kiri dan kanan, Sekret tidak ada, tidak ada polip,

tidak ada pernafasan cuping hidung.

5. Mulut : Membran mukosa pucat, bibir kering.

6. Telinga: simetris kiri dan kanan,lubang telinga ada, tidak ada

serumen.

7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis

distensi, tidak ada pemberngkakkan kelenjer getah bening.

8. Integument : Turgor kulit baik, kulit kemerahan, terdapat bulu

halus.

9. Thorak

a. Paru – paru

 Inspeksi : Tidak terlihat retraksi intercosta hidung,

pergerakan dada simetris

 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan

 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Tidak ada suara tambahan

b. Jantung

a. Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

b. Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4 – 5

midclavicula

c. Perkusi : Pekak

d. Auskultasi : Irama teratur

10. Abdomen

a. Inspeksi : Tidak simetris, dan edema, striae

b. Palpasi : Nyeri tekan

c. Perkusi : Suara redup

d. Auskultasi : adanya Bising usus

11. Ekstremitas : adanya keterbatasan dalam beraktivitas atau tidak,

adanya kekakuan, adanya nyeri atau tidak pada seluruh bagian

ekstremitas.

Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan terjadinya

gangguan fungsi motoris yang dapat berakibat terjadinya

mobilisasi, pusing atau kerusakan pada motor neuron

mengakibatkan perubahan pada kekuatan otot tonus otot dan

aktifitas reflek .

12. Genitalia : genetalia lengkap, bersih tidak ada gangguan.

Tidak terpasang kateter, BAK dan BAB lancer.

d) Data Penunjang

o Farmakoterafi
Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian obat

o Prosedur Diagnostik Medik

o Pemeriksaan Laboratorium

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul :

o Nyeri akut b.d agen cidera biologi

o Intoleransi aktivitas b.d imobilisasi

o Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

ketidakmampuan menelan makanan

o Resiko jatuh berhubungan dengan pusing ketika menggerakkan kepala

o Gangguan pola tidur berhubungan dengan fisiologis (nyeri kepala)


3. Asuhan Keperawatan

NO NANDA NOC
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Manajemen
cidera biologi selama 1x24 jam klien menunjukkan Aktifitas :
perbaikan pada: - Lakukan
- Kontrol nyeri komprehensi
Indikator : karakteristik
 Menilai faktor penyebab - Kaji ketidakn
 Monitor TTV untuk memantau - Tentukan d
perawatan sehari-hari
 Menilai gejala nyeri - Kurangi atau
 Tingkat kenyamanan mempercepa
Indikator : (seperti
 Melaporkan perkembangan fisik membosanka
 Melaporkan perkembangan kepuasan - Ajari untuk
farmakologis
 Melaporkan kepuasan dengan
hypnosis, re
tingkatan nyeri
terapi ber
- Tingkatan nyeri
hangat/dingi
 Melaporkan nyeri
sesudah dan
 Persen respon tubuh puncak nyer
 Frekuensi nyeri meningkat d
atau mening
masih teruku
- Anjurkan un
adekuat untu

b. Pemberian a
Aktifitas :
- Tentukan lo
intensitas ny
- Periksa orde
frekuensi yan
- Cek riwayat
- Utamakan pe
2. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Terapi aktivi
imobilisasi selama 1x24 jam, klien menunjukkan Aktivitas :
perbaikan pada : - Kolaborasi
- Toleransi aktifitas merncanakan
Indikator : aktivitas
 Saturasi oksigen dengan aktivitas - Meningkatka
 Denyut nadi dengan aktivitas beraktivitas
 Tingkat pernapasan dengan aktivitas - Membantu
 Tekanan darah sistolik dengan aktivitas bemanfaat ba
 Temuan elektrocardiogram - Membantu
 Kemudahan aktivitas hidup sehari-hari ( yang dimilik
ADL ) melakukan - Membantu m
Daya tahan disukai
Indikator : - Membantu
 Kinerja kegiatan rutin beradaptasi d
 Aktivitas fisik - Membantu m
 Konsentrasi - Pastikan
 Ketahanan otot pergerakan o
 Pemulihan energy setelah istirahat - Jelaskan
 Kadar oksigen darah saat beraktivitas meningkatka
- Berikan re
 Kelelahan berkurang
beraktivitas
- Monitor resp
spiritual

b. Manajemen
Akivitas :
- Menilai sta
mengurangi
perkembang
- Anjurkan me
tentang keter
- Tentukan pa
dari penyeba
- Periksa st
(kemoterapi-
prioritas utam
- Pilih inter
kelelahan m
farmakologi
untuk ketepa
- Tentukan ap
yang dipe
ketahanan
- Monitor inta
sumber energ
- Konsultasi d
untuk mena
energi tinggi
- Monitor pas
berlebihan d
- Monitor res
(takikardi,
diaphoresis,
pernapasan)
- Monitor/cata
jam tidur
- Monitor
ketidaknyam
bergerak/akt
- Kurangi keti
mengganggu
monitor diri/
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Manajemen
nutrisi kurang dari selama 1x24 jam, klien menunjukkan Aktivitas :
kebutuhan tubuh b.d perbaikan pada - Tentukan sta
ketidakmampuan - Status nutrisi untuk meme
menelan makanan Indikator : - Identifikasi
 Asupan gizi atau intolera
 Asupan makanan - Tentukan pre
 Asupan cairan - Anjurkan pa
 Energy (yaitu , m
 Perbandingan berat / tinggi piramida ma
 Hidrasi - Bantu pasien
atau piram
- Status nutrisi : intake nutrisi piramida m
Indikator : piramida ma
untuk pasien
 Intake Kalori
yang palin
 Intake Protein
kebutuhan gi
 Intake Lemak - Tentukan ju
 Intake Karbohidrat yang dibu
 Intake Vitamin kebutuhan nu
 Intake Mineral - Berikan
 Intake Zat Besi menawarkan
 Intake Kalsium yang lebih se
 Intake Sodium - Atur pola m
menyediakan
menyarankan
rempah-remp
garam, men
meningkatka
menambah
mineral , ata

b. Terapi nutris
Aktivitas :
- Mengontrol
dan menghit
diperlukan
- Memantau k
memenuhi k
- Menetapkan
diet,banyakn
nutrisi untuk
- Menentukan
makanan yan
kebutuhan
dengan ahli m
- Menetukan
mempertimb
- Memilih sup
- Menetukan
nasogastric
- Anjurkan pa
ringan, jik
mengganggu
- Anjurkan i
kalsium, jika
- Anjurkan in
tinggi kalium
- Memastikan
makanan yan
konstipasi
- Memberi pa
tinggi protei
yang siap dik

4 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Environmen


berhubungan dengan selama … x 24 jam pasien diharapakan dan gunak
pusing ketika tidak jatuh meningkatk
menggerakkan kepala NOC: 2. Falls Preven
Kaji penu
 Safeti status: Falls Occurrence yang mu
 Falls prevention: know ledge resiko jatu
personal safety . Kaji ting
 Safety beheviour: Falls prevention kelelahan
Instru
Dengan kreteria: asisten ke
3. Teaching: di
 pasien mampu berdiri, d uduk, jelaska
berjalan tanpa pusing dari penyak
 \Klien mampu menjelaskan jika Anjurk
terjadi serangan dan cara fase akut
mengantisipasinya Jelaska
rehabilitatif
5 Gangguan pola tidur NOC: NIC :
berhubungan dengan:  Anxiety Control Sleep Enhancemen
- Psikologis : usia tua,  Comfort Level 2) Determinasi e
kecemasan, agen  Pain Level 3) Jelaskan pent
biokimia, suhu tubuh,  Rest : Extent and Pattern 4) Fasilitasi untu
pola aktivitas, depresi,  Sleep : Extent ang Pattern Setelah dilakukan tidur (memba
kelelahan, takut, tindakan keperawatan selama …. gangguan pola tidur 5) Ciptakan ling
kesendirian. pasien teratasi dengan kriteria hasil: 6) Kolaburasi pe
- Lingkungan : kelembaban,  Jumlah jam tidur dalam batas normal
kurangnya privacy/kontrol  Pola tidur,kualitas dalam batas normal
tidur, pencahayaan,  Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat
medikasi (depresan,  Mampu mengidentifikasi hal- hal yang
stimulan),kebisingan. meningkatkan tidur
Fisiologis : Demam, mual,
posisi, urgensi urin. DS:
- Bangun lebih awal/lebih
lambat
- Secara verbal
menyatakan tidak
fresh sesudah tidur
DO :
- Penurunan kemempuan
fungsi
- Penurunan proporsi tidur
REM
- Penurunan proporsi
pada tahap 3 dan 4 tidur.
- Peningkatan proporsi
pada tahap 1 tidur
- Jumlah tidur kurang
dari normal sesuai usia
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.(2002). Buku ajar ilmu kesehatan

telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya

Baru

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Rahayu,Nira.(2011).NeuronitisVestibular.(http://niarahayu9.blogspot.com).Online

diakses pada 17 Juli 2012.Pukul 23.50 WIB

Santosa, Budi.(2005).Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Alih

bahasa.Jakarta : Prima Medika

Wilkinson, Judith M.(2007).Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai