Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

POKOK BAHASAN : Gizi Buruk pada Anak


SUB POKOK BAHASAN : Gizi Seimbang untuk Anak
SASARAN : Keluarga Anak
HARI/TANGGAL :
WAKTU : 30 menit
TEMPAT : Ruang 7A

I. LATAR BELAKANG
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh
seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal
menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia
tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor
yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai
problema makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang
dewasa. Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak
memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus
berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang
menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan
badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup
pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya
pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa
pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada
anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang
cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang
mengandung banyak gizi.
II. TUJUAN PENYULUHAN UMUM
Setelah selesai mengikuti penyuluhan tentang gizi seimbang untuk
anakselama 1 x 30 menit keluarga mengetahui makanan yang baik pada anak
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

III. TUJUAN PENYULUHAN KHUSUS


Setelah selesai mengikuti penyuluhan, peserta mampu:
1. Mengetahui manfaat gizi seimbang pada anak
2. Mengetahui gizi yang baik bagi anak
IV. SETTING/TEMPAT

V. MEDIA DAN ALAT


Laptop, leaflet, PPT, LCD
VI. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab
VII. KISI-KISI MATERI
1. Definisi makanan seimbang
2. Kebutuhan gizi balita
3. Hal yang mendorong terjadinya gangguan gizi
4. Makanan selingan bagi balita
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
KEGIATAN
NO WAKTU PENYULUH PESERTA
1. 5 Menit Pembukaan
a. Salam pembukaan - Menjawab salam
b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Apersepsi - Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan - Memperhatikan
tujuan

2. 15 Menit Kegiatan inti penyuluhan


a. Menjelaskan dan
- Memperhatikan
menguraikan materi
b. Membuka sesi Tanya
jawab - Bertanya
c. Menjawab pertanyaan
peserta penyuluhan yang
berkaitan dengan materi
yang belum jelas.

3. 10 menit Penutup
a. Menyimpulkan materi - Menjawab
yang telah disampaikan. pertanyaan
b. Melakukan evaluasi - Menjawab salam
penyuluhan dengan
pertanyaan secara lisan.
c. Mengakhiri kegiatan
penyuluhan.
Lampiran Materi

MATERI PENYULUHAN GIZI SEIMBANG UNTUK ANAK

A. DEFINISI
Gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari
sehingga tubuh bisa aktif dan sehat optimal, serta tak terganggu penyakit
atau tubuh tetap sehat
B. KARAKTERISTIK BALITA
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian,
sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju
pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang
masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya
dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh
karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi
sering
C. PERAN MAKANAN BAGI BALITA
Makanan sebagai sumber zat gizi Didalam makanan terdapat enam jenis zat
gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini
diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
1. Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat ,
lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan
aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu,
kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada
orang dewasa.
2. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik
dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan
jaringan yang aus atau rusak.
3. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh
termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat
yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C )
maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
D. KEBUTUHAN GIZI BALITA
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.
Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan
menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan
orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat
pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangu
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.
E. BEBERAPA HAL YANG MENDORONG TERJADINYA GANGGUAN
GIZI
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung
gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah
lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh
dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan
gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang
sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang
dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi
tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan
tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup).
Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan
bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan
keluarga, khususnya makanan anak balita. Menurut Dr. Soegeng Santoso,
M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan
dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan
keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya
kebosanan.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi
tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya
prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan
bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis
sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan
zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap
sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan
tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan
terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya
berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara
dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan
bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
d. Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil
membuat anak sulit mendapat cukup protein.
Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan
protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang
terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan
seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
e. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau
disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak
memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
f. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang
menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau
adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya
secara baik.
g. Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan
ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih
sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan
saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air
susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
h. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan
pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga
sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI
berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang
menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan
menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan
usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
i. Sosial Ekonomi Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan
mutu makanan yang disajikan.
Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut
menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik
kualitas maupun jumlah makanan.
j. Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan
tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang
seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat
menghalangi penyerapan makanan.
k. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare,
infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan,
malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).
F. KEKURANGAN ENERGI DAN PROTEIN (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
a. Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
b. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
c. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari
makanan dalam usus terganggu
d. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang
tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut
menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu
berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini
bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka
waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak
menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara
sekilas anak tidak kurus.
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
a. Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi
dan menangis
b. Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran
tertentu sehingga anak menjadi tertekan
c. Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan /
membosankan
d. Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang
diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak
dihabiskan
e. Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama
kedua orang tuanya.
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor
organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan )
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan
menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat
dilakukan.
a. Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis
sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik
mungkin.
b. Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus
sabar saat memberi makan anak.
c. Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan
disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat
untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga
(orangtua)
d. Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis
makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih
bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan
beberapa hal berikut ini.
a. Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak
benar-benar lapar dan haus
b. Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak
membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
c. Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya
didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan
jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
d. Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan
dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi
kurang atau gizi lebih.
e. Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan
tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
G. MENU MAKANAN BALITA
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu
diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan
variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai
berikut :
a. Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari
sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
b. Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan
asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu
yang disarankan adalah:
1) Pagi hari waktu sarapan.
2) Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
3) Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
4) Pukul 16.00 sebagai selingan
5) Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
6) Sebelum tidur malam, tambahkan susu.Jangan lupa kumur-kumur
dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1
TahunPerlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat
bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
1) Pukul 06.00 : Susu
2) Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
3) Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
4) Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
5) Pukul 14.00 : Susu
6) Pukul 16.00 : Makanan selingan
7) Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
8) Pukul 20.00 : Susu.
H. MAKANAN SELINGAN BALITA
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan
seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas
pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel
otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu
diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil.
Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan
makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah
diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai
makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga.
Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang
sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu
menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak
akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya
dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara
makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup
menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang
berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu
nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap
yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem
nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran,
piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
a. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan
makanan selingan.
b. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya
(pagi, siang dan malam).
c. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia
balita.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat
higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih
yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya
mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat
berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka
kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan
menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang
relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.

Anda mungkin juga menyukai