Oleh :
Kelompok 4
Efrans Caesar 1658011011
Agustina Fadilla Gunata 1658011019
Maharani Amanulloh 1618011060
Rika Mutiara Gemiralda 1618011132
M. Amin Bayu O.A 1618011105
Dinda Annisa Fitria 1618011185
Arif Naufal 1658011039
Adellia Risda Sativa 1618011092
Danang Samudro W. 1618011186
Edwina Nabila 1618011095
Olivia Putri 1658011001
Jyoti Krisna Murti 1658011020
Pembimbing :
dr. Fitria Saftarina, S.Ked.,M.Sc
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
Bandar Lampung
2019
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Laporan Walkthrough Survey di Industri Tahu Obi Gedung Air Bandarlampung
Penyusun : Kelompok 4
Efrans Caesar 1658011011
Agustina Fadilla Gunata 1658011019
Maharani Amanulloh 1618011060
Rika Mutiara Gemiralda 1618011132
M. Amin Bayu O.A 1618011105
Dinda Annisa Fitria 1618011185
Arif Naufal 1658011039
Adellia Risda Sativa 1618011092
Danang Samudro W. 1618011186
Edwina Nabila 1618011095
Olivia Putri C. 1658011001
Jyoti Krisna Murti 1658011020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun Laporan
Walkthrough Survey ini yang berjudul “Laporan Walkthrough Survey di Industri Tahu Obi
Selanjutnya, Laporan Walkthrough Survey ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
dalam Blok Agromedicine. Kepada dr. Fitria Saftarina, M.Sc., sebagai dosen pembimbing
laporan, kami ucapkan terima kasih atas segala pengarahannya sehingga laporan ini dapat kami
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik dari segi isi,
bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, kami meminta maaf atas segala kekurangan
tersebut, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan keterampilan
kami. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, guna memperbaiki laporan
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu
Penulis
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Kesehatan dan kesehatan kerja dideskripsikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berhubungan erat dengan proses produksi baik jasa
menimbulkan konsekuensi berupa tuntutan kerja yang tinggi. Tuntutan kerja yang tinggi
Menurut Undang Undang No. 13 Tahun 2003, setiap pekerja mempunyai beberapa hak untuk
memperoleh perlindungan salah satunya ialah keselamatan dan kesehatan kerja. Hal tersebut
diatur guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal (DPR RI, 2003).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam
upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
Pendekatan-pendekatan ilmiah yang ada dalam lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja
tidak saja terbatas pada ilmu keselamatan (safety sciences) dan ilmu kesehatan (health
sciences) seperti ilmu kesehatan kerja (occupational health science), tetapi juga keilmuan
lainnya seperti: higiene industri (industrial hygiene), ergonomi, human factors, epidemiologi,
Salah satu cara untuk mengidentifikasi bahaya potensial kesehatan dan keselamatan kerja
ialah Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC). HIRARC
merupakan elemen pokok dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. Aktivitas dalam
HIRARC mencakup aktivitas identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko.
Tujuan identifikasi bahaya yaitu untuk menjamin bahwa proses produksi bisa berjalan secara
Identifikasi bahaya potensial kerja dan upaya pencegahan diharapkan dapat meminimalkan
kecelakaan yang terjadi sehingga dapat dicapai tingkat kecelakaan. Identifikasi meliputi jenis
pekerjaan, keberadaan dari peralatan, dan keberadaan pekerja sebagai operator. Dengan
demikian pekerja menjadi sadar akan potensi bahaya yang ada dalam menjalankan kegiatan
kerja tersebut, sehingga pekerja dapat berusaha untuk menghindari dan menanggulangi
semua unsur yang berpotensi mengganggu jalannya proses produksi. Penilaian risiko
3
dinilai berupa risiko bahaya yang telah diidentifikasi sebelumnya (Handayani, 2014)
Industri Tahu Obi Gedung Air Bandarlampung ini merupakan milik perorangan yang
bergerak dalam bidang produksi pangan. Aktivitas produksi di industri menggunakan sistem
manual dan beberapa mesin tradisional dan mesin modern seperti mesin penggilingan kedelai
yang mereka punya. Dimana pada setiap aktivitasnya yang mereka jalankan terdapat risiko
bahaya bagi mereka, baik dari segi manusia (pekerja), mesin dan peralatan, maupun
lingkungan kerja.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah, antara lain:
1. Bagaimana alur produksi pembuatan tahu di Industri Tahu Obi Gedung Air
Bandarlampung
2. Apa saja bahaya potensial fisik, biologis, kimia, dan ergonomi pada proses produksi
tahu di Pabrik Tahu Obi Gedung Air Bandarlampung?
1. Mengetahui alur produksi pembuatan tahu di Industri Tahu Obi Gedung Air
Bandarlampung.
2. Mengetahui bahaya potensial fisik, biologis, kimia, dan ergonomi pada proses produksi
Mengetahui aspek bahaya potensial meliputi : fisik, biologis, kimia, dan ergonomi pada
industri tahu.
Tujuan Walkthrough Survey yang dipilih oleh kelompok 4 adalah pabrik pembuatan tahu
yang bertempat di daerah pemukiman padat penduduk di Jl. Abdul Mutolib, Gedung Air,
bersampingan dengan rumah pemilik pabrik, dengan jumlah satu bangunan pabrik untuk
produksi pembuatan tahu yang terbagi menjadi dua buah ruangan. Ruangan 1 untuk
penggilingan kedelai, pemasakan kedelai yang sudah digiling, dan penyaringan kedelai giling
masak menjadi sari kedelai. Ruangan 2 melakukan proses lanjutan dari ruangan pertama
Pabrik pembuatan tahu ini merupakan usaha keluarga Bapak Adin dan Ibu Yani selaku
pemilik perusahaan dengan jumlah pekerja 4 orang. Setiap harinya pabrik ini beroperasi dari
pukul 08.00-15.00 WIB, mengolah 80-100 kilogram biji kedelai putih untuk dibuat menjadi
25 kotak cetakan besar tahu. Bahan limbah dari Pabrik Pembuatan Tahu ini yang berupa
ampas kedelai dapat dijual sebagai bahan pembuatan oncom. Pekerja pabrik ini mendapat
Pada awalnya kedelai dicuci hingga bersih kemudian direndam dalam air selama 2-3 jam.
Setelah itu kedelai digiling menggunakan mesin penggiling hingga halus. Kedelai yang
sudah digiling sampai halus kemudian dimasak selama 30 menit sambil diaduk. Sesudah
dimasak kedelai disaring menggunakaan kain selama 10-20 menit. Ampas yang tersaring di
dalam kain selanjutnya akan dijual pada penjual oncom atau peternak sapi, sedangkan air
yang lolos dari saringan akan ditampang dalam suatu bak. Air tersebut kemudian akan
ditambahkan dengan sari tahu dan terigu tahu lalu dipindahkan dari bak ke dalam suatu
cetakan berbentuk kotak untuk dicetak menjadi tahu selama 5 menit. Hasil cetakan akan
dibawa ke tempat pemotongan tahu untuk dipotong menjadi kotak-kotak kecil. Satu tempat
cetakan dapat menghasilkan 64 tahu. Tahu yang telah dipotong menjadi kotak-kotak kecil
akan dijual dalam bentuk mentah dan matang. Tahu yang mentah akan didistribusikan ke
penjual sayuran maupun rumah-rumah sekitar, sedangkan tahu yang matang akan digoreng
pada sore hari dan dijual di tempat produksi tahu tersebut. Alur produksi tahu dapat dilihat
pada gambar 1.
7
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena
dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Keselamatan kerja berarti proses
melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja. kesehatan
kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang
Terdapat beberapa elemen pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu
jaminan keselamatan dan kesehatan, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, alat
pelindung diri, beban kerja dan jam kerja. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para
tenaga kerja harus diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja
merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko maupun tidak
(Adia, 2010). Di pabrik ini para pekerjanya belum memiliki jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja apapun, sehingga hal ini dapat membuat para pekerja menjadi kurang merasa
aman dan nyaman dalam bekerja. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada pekerja untuk dapat menerapkan K3 di
tempat kerja. Di pabrik ini belum ada Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja seperti
melakukan pencegahan kecelakaan kerja, mengelola bahan bahan beracun berbahaya dan
Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan
untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya (Sabir, 2009). Alat
pelindung diri yang digunakan pada pekerja di pabrik ini baru sebatas penggunaan sepatu
pelindung (Safety Shoes) karena para pekerjanya menyadari kondisi pabrik yang licin. Beban
kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit
organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. beban kerja berpengaruh
positif terhadap stres kerja. Semakin berat beban kerja yang ditanggung, maka akan semakin
besar risiko pekerja di tempat tersebut terkena stres (Kurnia, 2010). Untuk karyawan yang
bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam
satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban
bekerja mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Pekerja di
pabrik ini bekerja mulai pukul 08:00 sampai 16.00 atau 8 jam sehari mulai dari hari Senin
sampai Sabtu. Jam kerja pekerja di pabrik tersebut sudah melebihi batas ideal jam kerja
1. Faktor Fisik
Faktor fisik yang di temukan pada industri tahu yang di observasi adalah panas dan asap.
Faktor panas berasal dari api kayu bakar pada saat proses penggorengan tahu. Selain
panas didapatkan pula faktor fisik berupa asap, yang dihasilkan oleh kayu yang di bakar
dalam tungku untuk menggoreng tahu, selama proses pengolahan jika dilakukan monoton
10
terus menerus akan berdampak buruk seperti halnya mengalami gangguan pada saluran
2. Faktor Ergonomi
Faktor risiko potensi bahaya ergonomi akan meningkat apabila pekerja mengerjakan
tugas yang dilakukannya secara monoton terus-menerus. Pada industri tahu yang
diobservasi pada kelompok kami terdapat bahaya potensial ergonomi seperti halnya cara
mengangkat suatu benda-benda yang berat di pabrik tersebut seperti ember berisi olahan
tahu yang dengan posisi agak sedikit membungkuk atau posisi kerja yang tidak
ergonomis. Hal ini jika tidak diperhatikan akan menyebabkan sprain pada pekerja.
3. Faktor Biologis
Bahaya faktor biologi yang dievaluasi dari hasil observasi atau pengamatan pada industri
tahu adalah air yang kurang bersih terlihat seperti ada jamur dan lumut yang menempel
pada wadah penampungan tahu yang telah diuapkan, dan tempat pengepresan tahu yang
menggunakan kain yang tidak bersih sehingga dapat menjadi sumber penyakit pada
produk tahu. Tempat produksi tahu juga sangat terbuka sehingga semua bahan dapat
Tempat penampungan air untuk kebutuhan setiap produksi tahu yang digunakan setiap
harinya tidak pernah dibersihkan dan selain itu terdapat genangan air yang dimana akan
bisa menjadi tempat sarang jentik nyamuk sehingga akan bisa menjadi masalah penyakit
4. Faktor Kimia
Bahaya faktor kimia ditemukan, bahwa air perendaman tahu menyebabkan pekerjanya
sering gatal-gatal pada tangan pekerja yang kemungkinan disebabkan oleh adanya zat
kimia pada kedelai yang baru direndam. Sering terpaparnya pada rendaman air tersebut
Aspek yang menjadi faktor masalah utama pada pembahasan kelompok kami yaitu faktor
ergonomi mengenai cara mengangkat yang masih salah jika tidak di perhatikan maka hal ini
2.6 Intervensi
Intervensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan suatu perlakuan yang
melibatkan campur tangan oleh suatu pihak dengan maksud untuk mengevaluasi suatu
keadaan yang telah dilakukan agar menjadi lebih baik. Bekerja merupakan suatu kegiatan
yang mencakup proses kerja, cara kerja, dan hasil kerja. Dalam kehidupan sehari-hari bekerja
menjadi suatu kegiatan rutin dilakukan sehingga sulit untuk dipisahkan. Ketika melakukan
pekerjaan banyak potensi bahaya yang timbul seperti fisik, kimia, biologi, dan ergonomi
sehingga dalam hal ini perlu dilakukan upaya promosi kesehatan untuk mencegah timbulnya
berbagai potensi bahaya tersebut melalui intervensi. Pada kesempatan kali ini kami
melakukan intervensi pada kelompok pekerja industri pengolahan tahu yang berlokasi di
Gedung Air, Bandarlampung pada Hari Jum’at, 18 Oktober 2019. Kegiatan intervensi yang
kami terapkan yaitu dalam bentuk penyuluhan dan simulasi dengan menggunakan media
intervensi berupa poster dan pemberian sabun cuci tangan. Pada poster terbagi dalam lima
yakni poster mengenai poster mengangkat barang secara ergonomis, risiko kesehatan kerja
Pada poster risiko kesehatan kerja tertera penjelasan tentang gangguan kesehatan yang
bahaya yang ditimbulkan jika bekerja dengan posisi yang tidak ergonomis meliputi
kelelahan, low back pain, cedera tendon tangan, dan nyeri sendi bahu.
13
Pada poster mengaduk dan mengangkat barang dengan ergonomis terdapat informasi mekanisme
dan simulasi cara mengaduk dan mengakat barang dengan ergonomis sehingga para pekerja
dapat terhindar dari bahaya penyakit akibat perlakuan yang tidak ergnomis.
3.1 Ergonomi
yunani yaitu kata ergon yang berarti kerja dan nomos ang berarti hukum atau aturan.
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan
desain atau perancangan. Ergonomi merupakan aplikasi ilmu pengetahuan biologi manusia
dengan pengetahuan rekayasa untuk mencapai sejumlah penyesuaian dan timbal baik dari
pekerja baik wanita maupun pria dalam melaksanakan pekerjaannya, manfaatnya dapat
(ILO). Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga
Ergonomi dapat diterapkan pada aspek apa saja, di mana saja dan kapan saja. Sebagai
ilustrasi, bahwa sehari semalam kita mempunyai 24 jam dengan distribusi secara umum
adalah 8 jam di tempat kerja, 2 jam di perjalanan, 2 jam di tempat rekreasi, olah raga dan
lingkungan sosial serta selebihnya (12 jam) di rumah. Sehingga penerapan ergonomi tidak
15
boleh hanya berfokus pada 8 jam di tempat kerja dan melupakan 16 jam lainya. Untuk
mencapai kualitas hidup yang lebih baik, maka siklus ke-24 jam tersebut harus menjadi
Kohar Sulistiadi dan Sri Lisa Susanti (2003) menyatakan bahawa fokus ilmu ergonomi
adalah manusia itu sendiri dalam arti dengan kaca mata ergonomi, sistem kerja yang
terdiri atas mesin, peralatan, lingkungan dan bahan harus disesuaikan dengan sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia tetapi bukan manusia yang harus menyesuaikan
dengan mesin, alat dan lingkungan dan bahan. Ilmu ergonomi mempelajari beberapa hal
yang meliputi:
1. Lingkungan kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu, pencahayaan, sirkulasi udara ,
2. Persyaratan fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan sebuah pekerjaan:
4. Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja, kesehatan dan
keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat kerja dengan pekerja, standar operasional
prosedur dan lainnya. Sasaran dari ilmu ergonomi adalah meningkatkan prestasi kerja
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan
sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan ergonomi (Anies, 2005) :
1. Kondisi fisik, mental dan sosial harus diusahakan sebaik mungkin sehingga didapatkan
3. Lingkungan kerja harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota
4. Pembebanan kerja fisik dimana selama bekerja peredaran darah meningkat 10-20 kali.
Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja memaksa jantung untuk
5. Sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat
duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan
Cedera saat mengangkat beban adalah salah satu penyebab paling umum dari sakit
punggung. Dengan mengikuti beberapa aturan sederhana, cedera pada tulang belakang
dengan kebiasaan mengangkat beban pun dapat dikurangi. Menurut The Australian
akan membungkuk ke depan, sehingga cairan pada bantalan sendi akan terdorong ke
belakang. Jika tekanan ini cukup besar, cincin fibrosa atau ligamen pendukungnya menjadi
robek dan pecah kemudian timbulah nyeri pada punggung. Gerakan lainnya yang dapat
memperparah cedera tulang punggung adalah saat mengangkat beban disertai gerakan
memutar atau terhentak ketika mengangkat atau membawa beban, gerakan ini dapat
melukai sendi kecil, ligamen dan bantalan sendi pada tulang belakang.
1. Mula-mula berjongkok untuk mencari posisi seimbang dengan kaki setengah terbuka,
merapatkan badan kearah benda, pada saat benda akan terangkat punggung harus lurus,
dagu diangkat agar kepala dan badan tidak cenderung membungkuk atau sedapat
2. Langkah mengangkat, pegangan tangan harus kuat dan mengerahkan tenaga yang
ditanggung oleh tulang dan otot, tegakkan dan luruskan kaki, maka terangkatlah benda
tersebut.
3. Langkah terakhir, meluruskan badan bagian atas sehingga lurus dengan kaki dan
Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu adanya
suatu batasan angkat untuk seseorang. Beban angkat yang direkomendasikan oleh standar
Healh Safety Executive, bergantung pada jenis kelamin dan posisi beban selama proses
pengangkatan. Posisi pengangkatan yang baik (ditunjukkan dengan batas beban yang
paling tinggi) adalah peletakan beban di dekat tubuh antara bahu dan pinggang.
19
Gambar 5. Beban angkat yang direkomendasikan berdasarkan jenis kelamin dan posis beban.
Aturan tambahan yang perlu diperhatikan yaitu pada operasi pengangkatan yang
membutuhkan gerakan memutar, batas beban dikurangi 10% jika memutar 45% dan 20%
jika memutar 90%. Batas beban dikurangi 30% apabila operasi pengangkatan diulangi
sekali atau dua kali selama 1 menit, dikurangi 50% apabila frekuensi pengangkatan 5-8
kali per menit, dan dikurangi 80% apabila frekuensi pengangkatan lebih dari 12 kali per
Untuk batasan angkat yang dianjurkan International Labour Organization (ILO) adalah
sebagai berikut: (1) Laki-laki dewasa 40 kg; (2) Wanita dewasa 15-20 kg; (3) Laki-laki
(16-18 tahun) 15-20 kg; (4) Wanita (16-18 tahun) 12-15 kg. Batasan angkat ini membantu
mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada tulang belakang dan mengurangi resiko
3.2.1 Kelelahan
Menurut Occupational Safety and Health (2003), kelelahan adalah ketidakmampuan atau
penurunan sementara, kurangnya keinginan dalam menanggapi suatu situasi atau kondisi
akibat aktivitas fisik dan mental yang berlebihan. Menurut L.R Hartley, kelelahan
merupakan keadaan individu merasa dirinya tidak ingin melanjutkan tugas kembali
diakibatkan tuntutan tugas yang harus dikerjakan meningkat dan membuat kinerja mereka
menurun. Kelelahan akibat kerja sering diartikan sebagai penghambat kerja thalamus
Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptons) secara subyektif dan obyektif
yaitu : (1) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing; (2) kurang mampu berkonsentrasi; (3)
berkurang tingkat kewaspadaan; (4) persepsi yang buruk dan lambat; (5) berkurang
gairah untuk bekerja; (6) penurunan kinerja jasmani dan rohani (Budiono, dkk., 2003).
Adapun gejela kelelahan menuru Suma’mur (2009) adalah perasaan berat di kepala,
menjadi lelah seluruh tubuh, kaki merasa berat, menguap, pikiran menjadi kacau,
mengantuk, merasakan beban pada mata, kaku dan canggung gerakan, tidak seimbang
ketika berdiri, susah dalam berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat
Kelelahan otot adalah suatu kegiatan membutuhkan kontraksi otot, dimana apabila
kontraksi otot lama dan kuat dan proses metabolisme tidak mampu untuk memasok
energi yang dibutuhkan untuk membuang metabolisme, khususnya asam laktat. Asam
laktat yang banyak akan menumpuk sehingga otot akan kehilangan kemampuan.
3. Interval antara stimuli dan awal kontraksi menjadi lebih lama (Budiono, 2003).
Kelelahan umum memiliki gejala utama yaitu perasaan letih luar biasa dan aneh sehingga
semua aktivitas terganggu dan terlambat. Kelelahan utama ditandai dengan perasaan
lamban dan keengganan untuk melakukan aktivitas (Budiono, 2003). Menurut Sugeng
2. Kelelahan seluruh tubuh, karena beban fisik bagi seluruh organ tubuh.
6. Kelelahan siklus hidup, bagian dari irama hidup siang dan malam.
22
a. Beban Kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud adalah fisik,
mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam
hubungan dengan beban kerja. Akibat beban kerja yang terlalu berat dapat
mengakibatkan pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja (Depkes dan
b. Waktu Kerja
Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitas. Lama seseorang
bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam. Sisa (14-18 jam) dipergunakan
c. Sikap Kerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksi terhadap sarana kerja akan
menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang
tidak alamiah dalam bekerja, misal sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan
d. Jenis kelamin
Pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap bulan didalam mekanisme
tubuhnya sehingga akan mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini
akan menyebabkan tingkat kelelahan wanita lebih besar dari pada tingkat kelelahan
e. Usia
Faktor umur dapat berpengaruh terhadap waktu reaksi dan perasaan lelah pekerja.
Pekerja yang berumur lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi keadaan ini
diimbangi dengan stabilitas emosi yangn lebih baik dibanding pekerja yang berumur
muda, sehingga dapat berakibat positif dalam melakukan pekerjaan (Setyawati, 2007).
f. Status kesehatan
Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu pekerjan. Tidak mungkin
seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik jika sering sakit (Hasibuan, 2013).
g. Penerangan
h. Kebisingan
Kebisingan merupakan bunyi yang didengar sebagai rangsangan pada sel saraf
pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari
sumber bunyi dan gelombang tersebut merambat melalui media penghantar lainnya
Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berupa nyeri akut
maupun kronik yang dirasakan didaerah punggung bawah dan biasanya merupakan nyeri
lokal maupun nyeri radikular atau keduanya di daerah lumbosacral yang dapat
24
metabolik (Mahadewa dan Maliawan, 2009). Gangguan ini paling banyak ditemukan
ditempat kerja, terutama pada mereka yang beraktivitas dengan posisi tubuh yang salah.
Rice dalam Shocker (2008) juga menyebutkan bahwa kekakuan dan spasme otot
punggung akibat aktivitas tubuh yang kurang baik serta tegangnya postur tubuh
Low back pain terdiri dari tiga jenis yaitu lumbar Spinal Pain atau nyeri di daerah yang
dibatasi superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus
dari vertebreae thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebrae sacralis pertama dan lateral oleh garis vertikal
tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis, sacral spinal pain atau nyeri didaerah
yang dibatasi superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung processus
spinosus vertebreae sacralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang
melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina
iliaka superior posterior dan inferior dan lumbosacral pain, nyeri didaerah 1/3 bawah
daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain.
a. Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini
mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi
pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi
berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut
mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala
LBP.
b. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan laki-laki,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja
karena LBP.
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan
seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari
tinggi dalam meter (kg/m2). Panduan terbaru dari WHO tahun 2000 mengkategorikan
indeks masa tubuh untuk orang Asia dewasa menjadi underweight (IMT <18.5), normal
range (IMT 18.5-22.9) dan overweight (IMT ≥23.0). Overweight dibagi menjadi tiga
yaitu at risk (IMT 23.0-24.9), obese 1 (IMT 25-29.9) dan obese 2 (IMT ≥ 30.0).
d. Masa kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja di suatu
tempat. Terkait dengan hal tersebut, LBP merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau
semakin lama seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin besar pula risiko untuk
mengalami LBP.
26
e. Kebiasaan merokok
World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kematian akibat merokok akibat
tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang tahun 2020 mencapai 10 juta orang per
tahunnya. Hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot
pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin
f. Riwayat pendidikan
dengan postur yang tepat. Pendidikan seseorang menunjukkan tingkat pengetahuan yang
diterima oleh orang tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
g. Tingkat pendapatan
Pada beberapa perusahaan, pendapatan juga berkaitan dengan hari kerja. Terdapat sistem
6 hari kerja dan 5 hari kerja (lebih dominan) dalam seminggu. Akan tetapi, penerapan
sistem 5 hari kerja sering menjadi masalah apabila diterapkan di perusahaan di Indonesia.
h. Aktivitas fisik
Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko terjadinya berbagai keluhan dan
penyakit, termasuk di dalamnya LBP. Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang
Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang merupakan salah
satu faktor risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus spondylolisthesis akan lebih
berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat, tetapi kondisi seperti ini sangat langka.
27
Kelainan secara struktural seperti spina bifida acculta dan jumlah ruas tulang belakang
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan aspek penting dalam
mengendalikan semua risiko kecelakaan kerja pada saat proses produksi. Adanya program K3
dapat meminimalisir angka kejadian kecelakaan kerja, selain itu adanya K3 juga dapat
membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang dapat memicu kecelakaan kerja.
Identifikasi dan analisis faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja saat awal diharapkan dapat
mengurangi dan melindungi bahkan menghilangkan risiko kecelakaan kerja (zero accident) pada
saat proses produksi (Handayani, 2014). Kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja sebagian
besar 88% disebabkan karena perilaku yang tidak aman (unsafe action), 10% kondisi lingkungan
kerja yang tidak aman (unsafe condition) dan 2% tidak diketaui penyebabnya (Handayani, 2014).
Walkthrough survey merupakan salah satu cara untuk menganalisis dan mengenali bahaya
potensial yang terdapat di tempat kerja, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengontrol risiko
pada pekerja (Quizon et al., 2015). Kami telah melaksanakan kegiatan ini sebanyak dua kali
yakni pada hari Jumat tanggal 11 Oktober dan hari Jumat tanggal 18 Oktober 2019. Kegiatan
pertama kami melakukan identifikasi bahaya potensial. Bahaya potensial yang kami dapatkan
yakni bahaya potensial fisika, bahaya potensial biologi, bahaya potensial kimia dan bahaya
potensial ergonomis. Pada bahaya potensial fisika didapatkan lantai yang licin akibat air tahu dan
juga uap panas akibat proses pemasakan tahu. Bahaya potensial biologi yang kami dapatkan
adalah jamur dan lumut yang menempel pada wadah penampungan tahu yang telah diuapkan dan
29
tempat pengepresan tahu yang menggunakan kain yang tidak bersih sehingga menjadi sumber
mikroorganisme. Bahaya potensial kimia yang kami dapatkan adalah cairan yang digunakan
untuk membuat tahu. Bahaya potensial ergonomi yang kami dapatkan adalah cara mengangkat
beban yang salah dan tidak ergonomis dan posisi berdiri yang lama.
Dari semua bahaya potensial yang kami dapatkan, kami sepakat mengambil bahaya potensial
ergonomi sebagai bahaya potensial utama yang ingin kami bahas. Bahaya potensial ergonomi
dirasa sangat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja serta berpotensi terjadinya kecelakaan
kerja. Hal ini didukung dengan terdapatnya salah satu pekerja yang mengalami penyakit hernia.
Hernia merupakan suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang. Keadaan ini
terjadi ketika intraabdominal mengalami peningkatan tekanan seperti tekanan pada saat
mengangkat sesuatu yang berat (Oswari, 2009) Posisi kerja atau kegiatan kerja yang tidak
ergonomis dapat mengakibatkan terjadinya hernia. Pada hasil pengamatan, kami melihat pekerja
melakukan pengangkatan beban dengan cara membungkuk dimana hal itu membuat cairan pada
bantalan sendi akan terdorong ke belakang. Jika tekanan cukup besar, cincin fibrosa atau
ligament pendukungnya menjadi robek dan pecah sehingga bisa berpotensi terjadinya nyeri pada
punggung. Selain itu pekerja juga mengangkat beban sambil memutar badan dimana ini bisa
menambah cedera pada tulang belakang. Beban yang harus dibawa pekerja yaitu sebesar 35 kg
hal ini masih dianggap normal. Maksimal beban pekerja untuk mengangkat beban pada laki laki
Berdasarkan hasil penilaian bahaya potensial yang telah dilakukan, kami menentukan bahaya
potensial ergonomis untuk kami lakukan intervensi untuk mengendalikan bahaya potensial.
30
Intervensi yang kami lakukan berupa edukasi mengenai posisi ergonomis yang baik dan benar,
yaitu mula-mula berjongkok untuk mencari posisi seimbang dengan kaki setengah terbuka,
merapatkan badan kearah benda, pada saat benda akan terangkat punggung harus lurus, dagu
diangkat agar kepala dan badan tidak cenderung membungkuk atau sedapat mungkin tegak lurus.
Langkah mengangkat, pegangan tangan harus kuat dan mengerahkan tenaga yang ditanggung
oleh tulang dan otot, tegakkan dan luruskan kaki, maka terangkatlah benda tersebut. Langkah
terakhir, meluruskan badan bagian atas sehingga lurus dengan kaki dan sedapat mungkin tegak
lurus dengan lantai. Lalu kami memaparkan mengenai batasan beban maksimal yang diangkat
diharapkan akan mencegah kejadian kesakitan akibat kerja atau pun kecelakaan kerja, yaitu
menurut International Labour Organization (ILO) batasan angkat yang dianjurkan adalah
sebagai berikut: (1) Laki-laki dewasa 40 kg; (2) Wanita dewasa 15-20 kg; (3) Laki-laki (16-18
tahun) 15-20 kg; (4) Wanita (16-18 tahun) 12-15 kg. Selanjutnya, poster yang kami paparkan
juga memuat mengenai masalah yang dapat ditimbulkan apabila posisi kerja yang tidak
ergonomis ini dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang, penjelasan mengenai masalah
dan efek samping yang ditimbulkan ini diharapkan akan memberikan efek jera pada pekerja
sadar akan pentingnya posisi ergonomi saat bekerja, yaitu kelelahan, low back pain, cedera
Menurut Occupational Safety and Health (2003), kelelahan adalah ketidakmampuan atau
penurunan sementara, kurangnya keinginan dalam menanggapi suatu situasi atau kondisi akibat
aktivitas fisik dan mental yang berlebihan. Hal ini dapat terjadi mengingat pekerja harus
melakukan pekerjaan selama 8 jam setiap harinya. Selain itu Low Back Pain (LBP) juga
merupakan salah satu masalah kesehatan yang berupa nyeri akut maupun kronik yang dirasakan
31
didaerah punggung bawah dan biasanya merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau
keduanya di daerah lumbosacral yang dapat disebabkan oleh inflamasi, degeneratif, kelainan
ginekologi, trauma dan gangguan metabolik (Mahadewa dan Maliawan, 2009). Low back pain
dapat terjadi mengingat beban kerja yang cukup berat saat mengangkat beban dan juga gerakan
memutar yang dapat merusak sendi pada tulang belakang. Selain itu, pekerja merupakan perokok
aktif dimana hal ini menjadi salah satu faktor terjadinya low back pain. Masa kerja yang lama
juga dapat menyebabkan terjadinya low back pain dimana pekerja sudah melakukan pekerjaan
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari kegiatan Walkthrough Survey ini adalah: Bahaya
potensial yang terdapat pada usaha pembuatan tahu Gedung Air Bandarlampung, yaitu:
1. Faktor fisik yang di temukan pada industri tahu yaitu paparan panas dan asap pada saat
2. Faktor biologi yang ditemukan pada observasi industri tahu adalah air yang kurang
bersih, tempat produksi tahu juga sangat, tempat penampungan air yang jarang di
bersihkan dan selain itu terdapat genangan air yang dapat menjadi tempat sarang jentik
nyamuk.
3. Faktor ergonomi yang ditemukan pada pabrik ini adalah cara mengangkat benda yang
berbeban berat seperti ember berisi olahan tahu dengan posisi agak sedikit
4. Faktor kimia dari hasil evaluasi ditemukan bahwa air perendaman tahu menyebabkan
pekerja, mengalami iritasi kulit yang kemungkinan disebabkan oleh rendaman kedelai.
Intervensi yang dilakukan pada pekerja di usaha pembuatan tahu Gedong Air
Bandarlampung yaitu penyuluhan mengenai posisi kerja yang tidak ergonomis, peragaan
cara mengangkat dan menurunkan barang, cara peregangan tubuh, penanganan kaki terkilir,
dan diskusi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, bahaya potensial yang perlu
33
diperhatikan pada tahap awal produksi dan pengemasan serta upaya pencegahan kejadian
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang sudah dijelaskan, maka kami memberikan saran sebagai
berikut :
1. Perlu ditetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dilaksanakan semua anggota
pekerja yang berada dilingkungan kerja untuk meminimalisir dampak dari bahaya
2. Perlu pengkajian dan identifikasi menyeluruh yang berkaitan dengan bahaya potensial di
tempat kerja.
3. Diperlukan penyediaan alat pelindung diri untuk melindungi pekerja dari bahaya
4. Pada proses intervensi sebaiknya dilakukan lebih interaktif sehingga pemilik dan pekerja
Diperlukan evaluasi berkala setelah dilakukan intervensi pada pekerja pabrik ini sehingga
A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003, Bunga Rampai Hiperkes & KK, Semarang: Badan Penerbit
Undip.
Andini F. 2015. Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. Juke Unila.
Bridger RS. Introduction to Ergonomics International Edition. Singapore: McGraw- Hill Book
Co; 2008.
Davis K dan Anderson VP. 2017. Evaluation of the impact of the revised national institute
occupational safety and health lifting equation. National institute for aoccupational safety
and health. USA.
Departemen Kesehatan dan Kesehatan Sosial RI. 2014. Modul-3 Konsep K3, Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2013. Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat, Jakarta: Depkes RI.
Depnaker. UU No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Kerja .Jakarta.
Hadiguna, RA. 2009. Managemen Pabrik : Pendekatan Sistem untuk Efisiensi dan Efektifitas.
Jakarta : Bumi Aksara.
Handayani, Dwi Iryaning; Adi Purwanto. 2014. Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Dinamika Rekayasa : 10 (2).
35
Health Safety Executive. 2012. Manual material handling at work: a brief guide, Health Safety
Executive.
Hargiyarto P. 2010. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan
Kerja.
Health Safety Executive. 2012. Manual material handling at work: a brief guide, Health Safety
Executive.
Ihsan MZ. 2015. Gambaran Sikap Ergonomi dan Proporsi Keluhan Muskuloskeletal pada
Tenaga Kerja Bongkat Muat di Pelabuhan Bongkar Muat Barang Jalan Tanjung Batu
Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru. JOM FK. 2(2):1-15.
International Labour Organization. 2009. Pedoman Praktis : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Bidang Konstruksi. Jakarta.
International Labour Organization. 2017. Jam Kerja, Cuti dan Upah. Jakarta.
Irawati R dan Dini AC. 2017. Analisis Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Operator Pada PT Giken Precision Indonesia. Jurnal Inovasi dan Bisnis.
Oswari. 2009. Bedah dan Perawatannya Ed ke-4. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Setyawati L. 2007. Prinsip dan Metode Kesehatan Lingkungan Kerja, Yogyakarta: UGM.
Soehatman Ramli. 2014. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001.
Jakarta: PT. Dian Rakyat.
36
Suma’mur P.K.. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT. Sagung Seto.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press. hlm.282-300.
WHO. 2003. Low back pain: Bulletin of the World Health Organization. 81: 671-6.
Yuliana. 2011. Low back pain. Cermin Dunia Kedokteran; 38(4): 273
37
LAMPIRAN
38
1. Dokumentasi Kegiatan