Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA

Definisi Tanda Gejala


ITP adalah jenis trombositopenia berat yang Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di
dapat mengancam kehidupan dengan jumlah daerah kaki), seringnya bergerombol dan
trombosit < 10.000 mm3 yang ditandai menyerupai rash.
dengan mudahnya timbul memar serta Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau
perdarahan subkutaneus yang multiple. membran mukosa (seperti di bawah mulut)
Biasanya penderita menampakkan bercak- Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan
bercak kecil berwarnan ungu. Karena jumlah pada gusi. Ada darah pada urin dan feses.
trombosit sangat rendah, maka pembentukan Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada
bekuan tidak memadai dan konstriksi wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi,
pembuluh yang terlukan tidak adekuat. dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit.
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan
merupakan suatu kelainan yang berupa nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi,
gangguan autoimun yang mengakibatkan atau gejala yang lain
trombositopenia oleh karena adanya
penghancuran trombosit secara dini dalam PenatalaksanaanITP Akut
sistem retikuloendotel akibat adanya  Ringan: observasi tanpa pengobatan →
autoantibody terhadap trombosit yang sembuh spontan.
biasanya berasal dari Immunoglobulin G.  Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan
jumlah trombosit belum naik, maka berikan
Etiologi kortikosteroid.
ITP kemungkinan juga disebabkan oleh  Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid,
hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi maka berikan immunoglobulin
makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh  Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse
fisis (radiasi, panas), kekurangan factor suspensi trombosit.
pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi A. ITP Menahun
intravascular diseminata (KID), autoimun.  Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2  Missal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari
yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. peroral. Bila tidak berespon terhadap
Berdasarkan penyakit dibedakan tipe akut bila kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan  Imunosupressan:
(umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik  6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari
bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada peroral.
orang dewasa). (ana information center, 2008)
 Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap HIV.
 Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
sedangkan obat-obatan seperti heparin,
 Splenektomi.
minuman keras, quinidine, sulfonamides.

Pemeriksaan Penunjang Komplikasi


1. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan  Hemorrhages
bahwa :  Penurunan
 Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat kesadaran
hypochrome mycrosyter.  Splenomegali
 Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN.
 Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya
abnormal.
 Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak
2. Pemeriksaan darah tepi.
Hematokrit normal atau sedikit berkurang
3. Aspirasi sumsum tulang
Pathway

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan
kapasitas pembawa oksigen darah.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
5. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi.

Perencanaan
1. Diagnosa Kep. I : Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Menghilangkan mual dan muntah
Kriteria hasil: Menunjukkan berat badan stabil
Intervensi Rasional
1. Berikan nutrisi yang adekuat secara 1. Mencukupi kebutuhan kalori setiap
kualitas maupun kuantitas. hari.
2. Berikan makanan dalam porsi kecil 2. Porsi lebih kecil dapat
tapi sering. meningkatkan masukan yang
3. Pantau pemasukan makanan dan sesuai dengan kalori.
timbang berat badan setiap hari. 3. Anoreksia dan kelemahan dapat
4. Lakukan konsultasi dengan ahli diet mengakibatkan penurunan berat
5. Libatkan keluarga pasien dalam badan dan malnutrisi yang serius.
perencanaan makan sesuai dengan 4. Sangat bermanfaat dalam
indikasi. perhitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien.
5. Meningkatkan rasa keterlibatannya,
memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi pasien

2. Diagnosa Kep II : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
Tujuan : Tekanan darah normal.
Pangisian kapiler baik.
Kriteria hasil: Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV
stabil.
Intervensi Rasional
1. Awasi TTV, kaji pengisian kapiler. 1. Memberikan informasi tentang
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai derajat/ keadekuatan perfusi
toleransi. jaringan dan membantu
3. Kaji untuk respon verbal melambat, menentukan kebutuhan intervensi.
mudah terangasang. 2. Meningkatkan ekspansi paru dan
4. Awasi upaya parnafasan, auskultasi memaksimalkan oksigenasi untuk
bunyi nafas. kebutuhan seluler.
3. Dapat mengindikasikan gangguan
fungsi serebral karena hipoksia.
4. Dispne karena regangan jantung
lama/peningkatan kompensasi
curah jantung.

3. Diagnosa Kep. III : Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan


dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
Tujuan : Mengurangi distress pernafasan.
Kriteria hasil: Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
Intervensi Rasional
1. Kaji / awasi frekuensi pernafasan, 1. Perubahan (seperti takipnea,
kedalaman dan irama. dispnea, penggunaan otot
2. Tempatkan pasien pada posisi yang aksesoris) dapat menindikasikan
nyaman. berlanjutnya keterlibatan /
3. Beri posisi dan Bantu ubah posisi pengaruh pernafasan yang
secara periodic. membutuhkan upaya intervensi.
4. Bantu dengan teknik nafas dalam. 2. Memaksimalkan ekspansi paru,
menurunkan kerja pernafasan dan
menurunkan resiko aspirasi
3. Meningkatkan areasi semua
segmen paru dan mobilisasikan
sekresi.
4. Membantu meningkatkan difusi
gas dan ekspansi jalan nafas kecil.

4. Diagnosa Kep. IV : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan pasien untuk 1. Mempengaruhi pilihan intervensi.
melakukan aktivitas normal, catat 2. Manifestasi kardiopulmonal dari
laporan kelemahan, keletihan. upaya jantung dan paru untuk
2. Awasi TD, nadi, pernafasan. membawa jumlah oksigen ke
3. Berikan lingkungan tenang. jaringan.
4. Ubah posisi pasien dengan perlahan 3. Meningkatkan istirahat untuk
dan pantau terhadap pusing. menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh.
4. Hipotensi postural / hipoksin
serebral menyebabkan pusing,
berdenyut dan peningkatan resiko
cedera.
5. Diagnosa Kep. V : Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
Tujuan : Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang
diresepkan.
Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman proses penyakit.
Paham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.
Intervensi Rasional
1. Jelaskan bahwa darah yang diambil 1. Memberikan dasar pengetahuan
untuk pemeriksaan laboratorium tidak sehingga keluarga / pasien dapat
akan memperburuk ITP. membuat pilihan yang tepat.
2. Tinjau tujuan dan persiapan untuk 2. Ketidak tahuan meningkatkan
pemeriksaan diagnostic. stress.
3. Berikan informasi tntang ITP. 3. Merupakan kekwatiran yang tidak
Diskusikan kenyataan bahwa terapi diungkapkan yang dapat
tergantung pada tipe dan beratnya memperkuat ansietas pasien /
ITP. keluarga.

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.


Carpenito, Lynda Jual. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurarif. A.H, Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda NIC NOC. . Jakarta : Mediaction.

Banjarmasin, 06 Juli 2018

Preseptor Klinik

Taufik Akbar, S.Kep., Ns

Anda mungkin juga menyukai