Anda di halaman 1dari 10

KOMPARATIF SISTEM PENDIDIKAN DI AUSTRALIA DAN INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Komparatif

Dosen Pembimbing :

Dra. Sudaryanti, M.Pd

Nama Anggota Kelompok :

1. Afrilia Apta Purwanti 17111241010


2. Taat Tiasah Muhlisoh 17111241024
3. Arinda Dias Prasteyaningrum 17111241026
4. Reisya Yuniantari 17111244001
5. Sekar Pangesti Nurhadi 17111244006
6. Feni Riski Utami 17111244009
7. Anggi Prahastuti 17111244016
8. Viny Anggradini Puspitaloka 17111244019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FEBRUARI 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi seluruh umat manusia,
karena pada dasarnya pendidikan merupakan hak asasi bagi manusia. Manusia
mendapatkan ilmu pengetahuan melalui kegiatan belajar dalam pendidikan baik
lembaga formal maupun informal. Hakikatnya, manusia akan terus belajar sejak lahir
sampai akhir hayat nantinya dimana belajar merupakan sebuah cara manusia agar
menjadi pribadi yang semakin baik dari hari ke hari. Pendidikan adalah salah satu
kunci keberhasilan sebuah negara, bahkan kemajuan sebuah negara, karena dapat
dilihat dari bagaimana pemerintahan sebuah negara memuliakan di bidang pendidikan
dan pemerataannya.
Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan
minat dan bakat tanpa memandang gender, status sosial, status ekonomi, suku, etnis,
dan agama.
A. Sistem Pemerintahan di Australia

Sistem pemerintahan Australia dibangun di atas tradisi demokrasi liberal.


Berdasarkan nilainilai toleransi beragama, kebebasan berbicara dan berserikat, dan
supremasi hukum, lembaga-lembaga Australia dan praktik-praktik pemerintahannya
mencerminkan model Inggris dan Amerika Utara. Pada saat yang sama, mereka khas
Australia. Pemerintah yang bertanggungjawab Salah satu demokrasi yang tertua dan
lestari di dunia, Persemakmuran Australia didirikan pada 1901 ketika bekas koloni
Inggris ini – kini enam negara bagian – sepakat untuk menjadi federasi. Praktik dan
prinsip demokrasi yang membentuk parlemen kolonial pra-federasi (seperti ‘satu
orang, satu suara’ dan hak pilih wanita) diberlakukan oleh pemerintah federal
Australia yang pertama. Koloni Australia mewarisi tradisi pemilu dari Inggris yang
mencakup hak pilih terbatas dan pemungutan suara umum dan ganda. Pelanggaran
seperti suap dan intimidasi pemilih mendorong perubahan pemilihan umum. Australia
mempelopori reformasi yang menopang praktik pemilu demokrasi modern. Pada
1855, Victoria memperkenalkan pemilihan umum secara rahasia, yang menjadi
terkenal di seluruh dunia sebagai ‘pemilu Australia’.

Pada 1856, Australia Selatan menghapuskan persyaratan profesional dan harta


serta memberi hak pilih kepada seluruh pria dewasa, kemudian pada 1892 memberi
wanita dewasa hak pilih. Pada dasawarsa 1890an kolonikoloni tersebut
memberlakukan prinsip satu suara per orang, menghentikan praktik pemungutan suara
ganda. Pemerintah Australia didasarkan pada parlemen yang dipilih secara populer
dengan dua majelis: Dewan Perwakilan dan Senat. Para menteri yang diangkat dari
kedua majelis ini menjalankan fungsi eksekutif, dan keputusan kebijakan dibuat
dalam rapat-rapat Kabinet. Selain pengumuman keputusan, diskusi Kabinet tidak
disebarluaskan.

Para menteri terikat oleh prinsip solidaritas Kabinet, yang sangat


mencerminkan model Inggris yakni Kabinet bertanggungjawab kepada parlemen.
Walaupun Australia adalah bangsa yang merdeka, Ratu Elizabeth II dari Inggris
secara resmi juga merupakan Ratu Australia. Ratu menunjuk Gubernur Jenderal (atas
saran dari Pemerintah Australia terpilih) untuk mewakilinya. Gubernur Jenderal
memiliki kekuasaan yang luas, tetapi berdasarkan konvensi hanya bertindak atas saran
para menteri dalam hampir semua urusan.
B. Filsafat Pendidikan Dan Orientasi Pendidikan

Orang Australia bangga akan percampuran multi budaya yang ada di kota-kota
mereka. Mereka sangat menghargai perbedaan, tidak ada larangan bagi setiap orang
yang beragama untuk menjalankan agamanya masing-masing. Dengan dasar ini
pengembangan dasar pendidikan di Australia di serahkan pada masing-masing
sekolah untuk mengembangkan pendidikannya disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat local. Pemerintah hanya memberi pedoman yang berupa tujuan umum
pendidikan yang kemudian dikembangkan oleh masing-masing lembaga. Sedangkan
untuk lembaga pendidikan agama dikelola oleh pihak swasta tidak ada kurikulum
yang pasti dalam pendidikan agama.
Tujuan berbagai sector pendidikan Australia digariskan dalam Undang-undang
yang membentuk Departemen pendidikan negara bagian universitas dan lembaga-
lembaga pendidikan lainnya. Tujuan umum ini biasanya dilengkapi dengan tujuan-
tujuan yang lebih rinci oleh badan-badan yang relevan. Tujuan pendidikan ini
mengisyaratkan perlunya keseimbangan antara pelayanan kebutuhan individu dan
kebutuhan masyarakat melalui sistem pendidikan. Pada level sekolah tekanan adalah
pada pengembangan potensi murid sebaik mungkin. Pada tingkat pendidikan tinggi
tekanan yang lebih besar diarahkan pada pencapaian kebutuhan pendidikan untuk
kepentingan ekonomi serta masyarakat secara umum. Untuk mencapai tujuan umum
ini, berbagai sector pendidikan tinggi harus mempunyai focus program yang berbeda-
beda. Misalnya, Universitas lebih mengutamakan pengembangan ilmu pengetahuan,
sedangkan sector pendidikan teknik dan pendidikan lanjutan lainnya lebih
memusatkan perhatian pada pendidikan kejuruan.
Pada dasarnya pemerintah federal Australia tidak campur tangan langsung
tentang tujuan pendidikan kecuali hanya melalui tujuan umum yang dinyatakan dalam
undang-undang. Tetapi, Pemerintah federal menyediakan hamper seluruh dana
pendidikan, dan memberikan arah pendidikan.

C. Kebijakan di Bidang Pendidikan Agama di Australia

Muslim di Australia merupakan kelompok agama terbesar keempat, setelah


Kristen, Atheisme (Tanpa Agama), dan Buddhisme. Menurut sensus penduduk pada
tahun 2006, sekitar 340.392 orang atau 1.71% dari penduduk Australia adalah
Muslim. Menurut komunitas identitas keagamaan, masyarakat Muslim Australia
merupakan masyarakat yang paling beragam secara etnis atau secara ras, dengan
anggota dari berbagai macam latar belakang yang berbeda. (Sehat, 2013)

Seiring dengan bertambahnya jumlah muslim di Australia, sekolah-sekolah


Islam di Australia juga terus bermunculan. Bahkan faktanya sekolah-sekolah Islam di
Australia sudah mulai didirikan sejak tahun 1970-an oleh orang-orang muslim. Data
dari Dewan Pendidikan Islam di Sekolah Australia atau Australian Islamic Education
in Schools menyebut saat ini ada lebih dari 30 sekolah Islam di seluruh Australia.
Salah satu negara bagian yang cukup cepat tingkat perkembangan sekolah islamnya di
Australia adalah kawasan New South Wales (NSW).

Data menyebutkan jumlah sekolah Islam di NSW telah meningkat tiga kali
lipat dalam kurun waktu 15 tahun terakhir menjadi 22 buah. Dan begitu juga populasi
siswa sekolah Islam juga nak hampir 200 persen menjadi lebih dari 10-ribu siswa.

Di Brisbone didirikan tempat pendidikan agama “Queenssland Islamic


Society” untuk menyadarkan anak-anak muslim mendirikan shalat dan meningkatkan
silaturahmi. Pelajarnya berasal dari Indonesia, India, Pakistan, Turki, Afrika, Lebanon
dn Australia sendiri. Kemudian di Goulbourn didirikan “Goulbourn College of
Advanced Education” yakni pendidikan guru yang telah melahrkan sarjana muda,
sarjana lengkap master. Tokoh Goulboutn College antara lain Dr. El-Erian (pelarian
dari Mesir ketika Gamal Abdul Nasser berkuasa).

Organisasi-organisasi Islam di Australia antara lain:

1) Australian Federation of Islamic Councils (AFIC) adalah himpunan dewan-dewan


Islam Australia berpusat di Sydney.
2) Federation of Islamic Societies adalah Himpunan masyarakat muslim, terdiri atas 35
organisasi masyarakat muslim lokal dan 9 dewan Islam di negaranegara bagian.
3) Moslem Student Asociation adalah himpunan muslim yang menerbitkan majalah “Al-
Manaar” berbahasa Arab, Australia dan Mimaret (berbahasa Inggris).
4) Moslem Women’s Center (pusat wanita Islam) yang bertujuan memberikan pelajaran
keislaman dan pelajaran bahasa Inggris bagi kaum musliin yang baru datang ke
Australia sedang bahasa Inggrisnya kurang lancar.
D. Kebijakan di Bidang Pendidikan Manajemen Pendidikan Formal di Australia

 Tinjauan Dasar Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan di sekolah yang diperoleh secara


teratur, sistematis, bertingkat, atau berjenjang, dan dengan mengikuti syarat-syarat
yang jelas. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang
secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, merupakan perangkat
yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada generasi muda dalam mendidik
warga negara.Jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (UU Sisdiknas No.20
Tahun 2003)

“A formal education program is the process of training and developing people


in knowledge, skills, mind and character in a structured and certifited program”
(Linguistic Literature)

Sama dengan sekolah atau persekolahan, diambil dari kata latin, skhole, scola,
scolae = waktu luang, waktu senggang.

 Satuan Pendidikan Penyelenggara Pendidikan Formal


1. Taman Kanak-Kanak (TK)
Jenjang pendidikan anak usia dini (usia 6 tahun atau dibawahnya) dalam bentuk
pendidikan foemal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Tingkat program di TK selama dua tahun yaitu :
- TK 0 (nol Kecil) TK Kecil selama 1 tahun
- TK 0 (nol Besar) TK Besar selama 1 tahun
2. Raudatul Athfal (RA)
Jenjang pendidikan anak usia dini (usia 6 tahun atau dibawahnya) dalam bentuk
pendidikan formal, dibawah pengelolaan Kementrian Agama (Kemenag).
Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
3. Sekolah Dasar (SD)
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga
negara berusia 6-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar
(atau sederajat) 6 tahun. Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun
swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan
sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada dibawah
Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggungjawab pemerintah
daerah kabupaten/kota.

4. Madrasah Ibtidaiyah (MI)


MI adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia, setara
dengan SD yang pengelolaannya dilakukan oleh kemetrian agama.
5. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Jenjnag pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus
sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu
3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9.
6. Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia dibawah
(Kementrian Agama) setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). MTS ditempuh
dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9.
7. Sekolah Menengah Atas (SMA)
Jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus
sekolah menegah pertama (atau sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh
dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.
8. Madrasah Aliyah Negri (MAN)
Jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus
sekolah menegah pertama (atau sederajat) dibawah Kementrian Agama. MAN
dtempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.
9. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Pendidikan Formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. Di
SMK terdapat banyak sekali Program Keahlian yang diesediakan.
Contohnya : Teknik Mesin, teknik otomotif, tata kecantikan, tata busana, seni
rupa, tata boga, dll.
10. Pendidikan Tinggi
Jenjang penddiikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program
profesi yang diselenggrakan perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa
Indonesia. Contohnya
- Perguruan Tinggi
- Akademi
- Institut
- Politeknik
- Sekolah Tinggi
- Universitas

 Fungsi Pendidikan Formal

Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa


yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembanganya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab (UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003,
mengenai tujuan pendidikan nasional).

 Data Statistik Pendidikan Formal


- Sampai saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia mampu mengasup pendidikan
dasar di tingkat sekolah dasar
- Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan oleh bank dunia pada tahun 2005,
tinggal 8% anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan dasar (World Bank).
- Sampai dengan 2009 angka partisipasi pendidikan tinggi baru mencapai 18% dari
seluruh penduduk Indonesia. Angka partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia masih
sangat kurang khususnya bila dibandingkan dengan Malaysia (30%) dan Thaliand
(45%).
E. Pembiayaan Pendidikan
Fungsi pemerintah dalam pengadaan pendidikan tercermin pada sumber dan
sistem pendanaan. Secara konstitusional pendanaan pendidikan menjadi tanggung
jawab pemerintah negara bagian, tetapi pada prakteknya pendanaan pendidikan itu
merupakan tanggung jawab yang bersifat amalgam yaitu gabungan dari berbagai
sumber dana.
Negara bagian mempunyai tanggung jawab utama membiayai pendidikan
prasekolah sekolah dasar dan sekolah menengah negeri dan TAPE serta menyediakan
bantuan bagi seko kih-sekolah swasta termasuk pra sekolah swasta (taman kanak-
kanak). Sedangkan pemerintah Commonwealth punya tanggung jawab penuh atas
pembiayaan universitas dan institusi CAE dan memberikan dana-dana tambahan bagi
pendidikan prasekolah, sekolah negeri dan swasta serta TAFE. Badan-badan
pemerintah setempat pada negara bagian punya peran yang sangat terbatas untuk
memberi bantuan pada pusat-pusat pendidikan prasekolah.
Mahasiswa purnawaktu tingkat Sarjana Muda (S1) berhak mendapat bantuan
biaya hidup. Kira-kira sepertiga dari mahasiswa mendapatkan bantuan ini. Pada 1983.
bantuan maksimal pertahun bervariasi antara A$ 2.000 bagi yang tinggal bersama
orang tua dan A$ 3.000 bagi yang keuangannya tergantung pada kiriman orang tua.
Mahasiswa pascasarjana purnawaktu juga berhak mendapatkan bantuan (award) yang
sifatnya kompetitif yang jumlahnya A$ 6.900 pertahun ditambah bantuan untuk
tanggungan. Bantuan ini mencapai 30% dari mahasiswa pascasarjana yang berhak
menerima.
Bantuan keuangan bagi siswa pendidikan menengah yang purnawaktu
diberikan kepada siswa yang berusia 19 tahun dengan harapan agar mereka mampu
menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya. Kira-kira 45% siswa mendapatkan
bantuan jenis ini
Mulai tahun 1989. mahasiswa perguruan tinggi di Australia diharuskan
membayar sebagian dari uang kuliahnya. Pembayaran ini dapat dilakukan dengan dua
cara. Pertama, mahasiswa dapat membayarnya sekaligus pada waktu pendaftaran
(dengan mendapat sedikit diskon) atau membayarnya melalui pajak penghasilan
setelah meninggalkan kampus. Pada pilihan kedua ini. pembayaran pertama dimulai
apabila penghasilan yang bersangkutan telah mencapai A$ 7.000 per-tahun (jumlah
rata-rata penghasilan masyarakat).
file:///D:/Downloads/Sistem%20pemerintahan%20Australia.pdf

http://m.radioaustralia.net.au/indonesian/radio/onairhighlights/mengenal-sekolah-islam-di-
australia/126208, diakses pada hari Minggu 9 Februari 2020.

http://hbis.wordpress.com/2007/12/11/perkembangan-islam-di-dunia/ , diakses pada hari


Minggu 9 Februari 2020.

Nur, Agustiar Syah. 2001. Perbandingan Sistem 15 negara. Bandung: Lubuk Agung
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai