Anda di halaman 1dari 2

Nama : Septa Rizki Nur L

NIM : 18/430427/PN/15744

Prodi : Akuakultur

Sejarah Perkembangan Bioteknologi

(Bioetanol sebagai Fuel Grade)

Bioteknologi adalah terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu mikrobilogi, biokimia,
genetika, dan biologi monokuler.Definisi bioteknologi secara klasik atau konvensional adalah
teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau bagian-bagiannya untuk menghasilkan barang
dan jasa dalam skala industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan jika ditinjau
secara modern, bioteknologi adalah pemanfaatan agen hayati atau bagian-bagian yang sudah
direkayasa secara in fitro untuk mrenghasilkan barang dan jasa pada skala industri.
Bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah dengan memanfaatkan
kemampuan mikroorganisme atau bagian-bagiannya misalnya bakteri dan kapang. Selain itu
bioteknologi juga memanfaatkan sel tumbuhan atau sel hewan yang dibiakkan sebagai bahan
dasar sebagai proses industri.

Pada abad ke 15M – 20M, sekitar tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika
Serikat. Kemudian pada sekitar tahun 1880an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan
pada tahun 1908 mobil buatannya ini telah dapat menggunakan bioetanol sebagai bahan
bakarnya. Michael faraday membuat etanol dengan hidrasi katalis asam pada etilen, hingga
saat ini penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif masih terus di kembangkan.

Etanol atau Alkohol merupakan bahan bakar yang bersih, dimana pembakaran menghasilkan
co2 dan h20 (Boedoyo,2014). Sedangkan bioetanol sendri merumapakan anhydrus alkohol
yang berasal dari feremntasi jagung, sorgum, sagu atau nira tebu dan tanaman lainnya.
Dikarenakan sumber daya alam yang digunakan untuk pembuatan bioetanol mudah di
dapatkan maka bioetanol dianggap sesuai untuk menggantikan bahan bakar minyak.

Selain sumber pembuatannya yang mudah didapatkan, bioethanol memiliki kelebihan lain
yaitu lebih ramah lingkungan (Jusuf and Ginting, 2014). Beberapa kelebihan bioetanol
dibanding bahan bakar minyak, antara lain lebih aman, memiliki titik nyala tiga kali lebih
tinggi dibanding bensin, dan menghasilkan emisi gas hidrokarbon lebih sedikit. Di balik itu
juga terdapat berbagai kekurangan bioetanol bila dibanding dengan bahan bakar minyak,
antara lain mesin kendaraan akan mengalami kesulitan untuk dihidupkan bila dalam keadaan
suhu dingin, serta mampu bereaksi dengan logam tertentu seperti aluminium, sehingga dapat
merusak komponen kendaraan yang terbuat dari logam tersebut.
DAFTAR PUSTAKAN

Boedoyo, M.S., 2014. Prospek Pemanfaatan Bioethanol Sebagai Pengganti BBM di


Indonesia 10.

Jusuf, M., Ginting, E., 2014. The Prospects and Challenges of Sweet Potato as Bio-ethanol
Source in Indonesia. Energy Procedia 47, 173–179.

Anda mungkin juga menyukai