Anda di halaman 1dari 21

RUANG LINGKUP PUBLIC SPEAKING DAN KAITANNYA

DENGAN FILM THE KING SPEECH


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Public Speaking Kelas C
Dosen Pengampu : Dr. Nurjanah, M.Si

Disusun Oleh :

Rahmi Deswita Putri

1601110550

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul
mengenai “Ruang Lingkup Public Speaking dan Kaitannya Dengan Film The
King Speech.” Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak
yang telah memberikan dukungan secara moral dan materil. Oleh karena itu saya
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Nurjanah, M.Si selaku dosen mata kuliah Public Speaking
kelas C.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada saya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita semua. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna bagi kita semua yang
membacanya.

Pekanbaru, 07 November 2018

Rahmi Deswita Putri

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6
2. 1 Berbicara di Depan Umum.................................................................. 6
2. 2 Prinsip-Prinsip Penyampaian Pidato ................................................... 9
2. 3 Cara Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri Dalam Public Speaking ... 11
2. 4 Kaitan Public Speaking Dengan Film The King’s Speech.................. 17
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 20
3. 1 Kesimpulan ......................................................................................... 20
3. 2 Saran .................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua orang dapat berbicara, tetapi tidak semua orang dapat berbicara
dengan lancar dan menarik di depan umum. Apalagi ketika berbicara dan menjadi
pusat perhatian dalam suatu acara resmi maupun tidak resmi. Harus dapat
menyajikan isi dari suatu materi yang akan disajikan atau disampaikan dalam
pidato. Cara mengungkapkannya memerlukan teknik-teknik tersendiri dan hal
tersebut dapat dipelajari. Oleh karena itu, pelajaran ini lebih banyak memusatkan
perhatian “bagaimana” berbicara atau menyampaikan gagasannya, bukan pada
“apa” yang dikatakan. Istilah public speaking berawal dari para ahli retorika, yang
mengartikan sama yaitu seni (keahlian) berbicara atau berpidato yang sudah
berkembang sejak abad sebelum masehi. Sebelum ada istilah public speaking,
maka lahirlah “keakhilan berbicara atau berpidato”. Retorika bertitik tolak pada
pemikiran, bahwa manusia dapat menggunakan perasaan atau pendapat yang
umumnya benar.

Dilihat dari sejarah, manusia mempunyai hasrat dan kebutuhan untuk


menyampaikan segala perasaan, pengalaman, pendapat-pendapatnya kepada
sebanyak mungkin orang disamping menceritakan kepada orang tertentu. Para ahli
menganjurkan pentingnya mempelajari “public speaking”, apalagi jika kita
bergerak dibidang usaha, serta kehidupan sosial lainnya, bahkan kemampuan
mempelajari dan mengetahui public speaking dapat bertindak pada waktu tertentu
untuk memutuskan sesuatu dengan segera dan dapat diterima. Setiap kesempatan
secara bertahap bahkan seumur hidup dipergunakan untuk meningkatkan
kemampuan berbicara didepan khalayak. Mengapa public speaking dianggap
sebagai sarana komunikasi? Dalam sarana komunikasi atau sebuah wadah
bergulirnya percakapan yang memerlukan umpan balik. Siapa saja yang terlihat
atau berada dalam wadah itu? Dalam dunia komunikasi terdiri dari komunikator,
pesan, dan komunikan. Semua ini akan berfungsi melalui channel atau saluran

4
yang disebut media. Nah, dimana keberadaan “public speaking”. Kehadirannya
dalam kegiatan komunikasi yang berperan adalah komunikator atau public
speaker.

Menurut Herbert V. Prochnow mengembangkan kemampuan secara


bertahap belajar seumur hidup, tahun demi tahun, dan makin lama makin
berbobot. Hal ini dapat bersamaan dengan bagaimana cara memiliki kepercayaan
pada diri sendiri. Kegiatan lain yang dapat mendukung kemampuan public
speaking, apabila aktif melakukan berbagai kegiatan seperti dalam dunia usaha
dan kehidupan sosial lainnya. Pada kesempatan memberikan saran, mengkritik,
memberikan suara dan mewakili organisasinya serta memberikan keputusan,
maka teknik “public speaking” sama pentingnya dengan kemampuan berdialog
dengan individu-individu lain secara efektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana strategi berbicara yang baik di depan umum ?
2. Apa saja prinsip-prinsip penyampaian pidato ?
3. Bagaimana cara mengatasi rasa tidak percaya diri dalam public speaking ?
4. Bagaimana kaitan film The King Speech dengan public speaking ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui strategi berbicara yang baik di depan umum.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip penyampaian pidato.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi rasa tidak percaya diri dalam public
speaking.
4. Untuk mengetahui kaitan film The King Speech dengan public speaking.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Berbicara di Depan Umum
Bagaimana hubungan dengan orang lain agar hidup ini berhasil?
Sepandai-pandainya otak ini mampu mengungkapkan sesuatu yang akan
disampaikan, akan mengalami hambatan juga apabila orang lain tidak dapat
mengerti yang kita katakan atau dimaksudkan dan akibatnya terjadinya kegagalan
total. Namun, dalam hal ini diperlukan kemampuan yang bisa dikembangkan
secara terus menerus, menggunakan setiap kesempatan yang tersedia untuk
berbicara. Dengan adanya kesempatan tersebut memudahkan, gagasan atau ide
dipahami pendengar.

a. Persiapan Berbicara dan Percaya Diri


Aristoteles yang hidup sebelum Masehi, menulis retorika (kepandaian
berbicara) yang menyatakan bahwa terdapat tiga poin utama sebagai dasar dalam
berbicara adalah topik yang dibicarakan, siapa yang diajak bicara, dan menyusun
menurut urutan awal, tengah, dan akhir. Contoh orang-orang yang mengabaikan
tiga poin dasar ini selalu berkata:
“ Pada kesempatan ini saya akan membicarakan.....................
“ Pertama-tama yang perlu Anda ketahui adalah.....................
“ Tetapi, sebelum Anda mengetahuinya, sebaiknya Anda harus sudah tahu
bahwa.................
Kalimat-kalimat tersebut tanpa arah tujuan, pembicaraan mereka melantur
kemana-mana, karena mereka tidak mengikuti pembicaraan yang memiliki dasar
seperti harapan Aristoteles. Fungsi dasar tersebut, bisa memudahkan untuk
mengorganisir pembicaraan, yang dapat membantu bagaimana menekankan poin-
poin yang penting, dapat mengurangi hal-hal yang tidak perlu, demi
mempertahankan minat pendengar terhadap pesan pembicara. Dasar-dasar
tersebut akan mudah diterapkan setiap berbicara di depan umum, dan secara
otomatis dasar-dasar itu tidak akan terpisah satu sama lain.

6
Bagaimana menyusun berdasarkan awal, tengah, akhir?
Bagian awal, berfungsi untuk menarik minat pendengar, dan memperkenalkan
topik yang dibicarakan. Tujuannya supaya pendengar tertarik untuk mendengar
pembicaraan lebih lanjut.
Bagian tengah, berfungsi untuk menyajikan, topik yang dibicarakan, secara lebih
mendalam lagi. Dibagian inilah, semua informasi dituangkan untuk mendukung
topiknya. Tujuannya supaya pendengar makin berminat untuk mendengarkan
pembicaraan sampai selesai.
Bagian akhir, berfungsi untuk merangkum topik yang dibicarakan, kedalam fakta-
fakta yang menguatkan. Tujuannya: supaya pendengar terkesan oleh bagian
penutup ini, ada hasilnya, ada kelanjutannya.
Bagaimana membangun kepercayaan diri dan dapat dipercaya? Kecemasan
berkomunikasi menurut Jalaluddin Rakhmat (2000) adalah batu sandungan yang
besar bagi seorang pembicara. Ia menghilangkan kepercayaan diri. Kecemasan
berkomunikasi amat memengaruhi kredibilitas komunikator. Penyebab timbulnya
kecemasan berkomunikasi:
 Tidak tahu apa yang harus dilakukan.
 Bagaimana memulai pembicaraan.
 Tidak dapat memperkirakan apa yang diharapkan pendengar.
 Kecemasan ini bukan saja untuk para pemula, juga berlaku bagi pembicara
yang sudah terkenal sebagai pembicara yang baik.
Dalam menghadapi atau mengendalikan kecemasan berkomunikasi, menurut
Jalaluddin Rakhmat ada dua metodenya yaitu:
1. Metode jangka panjang, yaitu secara berangsur-angsur
mengembangkan keterampilan, meningkatkan pengetahuan “public
speaking” dan meningkatkan pengetahuan dengan disiplin ilmu
lainnya.
2. Metode jangka panjang, melalui latihan berbicara, setiap saat
menggunakan kesempatan yang tersedia di depan umum.

7
b. Menentukan Topik dan Tujuan
Sebelum tampil di depan umum, harus diketahui lebih dahulu apa yang
akan disampaikan dan bagaimana tingkah laku audiens yang diharapkan. Dengan
kata lain, diperlukan pokok bahasan (topik) dan tujuan. Antara topik dan tujuan
terdapat hubungan yang erat. Menurut Prof. Wayne N. Thompson, secara
sistematika dalam menyusun sumber topik sebagai berikut: pengalaman pribadi,
hobi dan keterampilan, pengalaman pekerjaan atau profesi, pelajaran sekolah atau
kuliah, pendapat pribadi, peristiwa hangat dan pembicaraan publik, masalah
abadi, kilasan biografi, kejadian khusus, minat khalayak.
Kriteria topik menurut Jalaluddin Rakhmat dipergunakan ukuran berikut:
topik sesuai dengan latar belakang pengetahuan anda, menarik minat pendengar,
sesuai dengan pengetahuan pendengar, topik harus jelas ruang lingkup dan
pembatasannya, sesuai dengan waktu dan situasi, dapat ditunjang dengan bahan
lain.
Merumuskan judul. Judul erat kaitannya dengan topik. Bila topik adalah
pokok bahasan yang akan diulas, maka judul adalah nama yang diberikan untuk
pokok bahasan itu. Judul yang baik memenuhi tiga syarat:
1. Relevan, artinya ada hubungan dengan pokok-pokok bahasan.
2. Provokatif, ialah yang menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme
pendengar.
3. Singkat, berarti mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya dan
mudah diingat.
Menentukan tujuan. Tujuan ada dua macam ialah tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum pidato menurut Jalaluddin Rakhmat biasa dirumuskan
dalam tiga hal:
1. Memberitahukan ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar.
2. Memengaruhi ditujukan kepada orang mempercayai sesuatu.
3. Menghibur ditujukan agar memberi kesenangan kepada orang lain.

8
c. Menganalisis Situasi dan Publik
Situasi adalah semacam wadah tempat kita berbicara. Unsur utamanya
adalah jenis pertemuan, tempat, fasilitas, dan waktunya. Situasi yang dihadapi
bukan situasi yang tidak menentu, tetapi situasi tertentu yang melingkupi jenis
pertemuan, tempat, dan waktu tertentu. Sedangkan publik adalah objek kita, tetapi
juga merupakan subjek yang harus menafsirkan gagasan-gagasan yang kita
sampaikan. Publik adalah sejumlah orang yang dalam kesempatan tertentu akan
berkomunikasi dengan kita.
Maka sewajarnyalah kita mengenal tentang apa dan siapa mereka. Dengan
mengenal siapa mereka, akan memudahkan kelancaran berkomunikasi dengan
mereka, sehingga memudahkan bagi mereka untuk menerima apa yang kita
maksudkan. Namun, untuk lebih mengenal lebih dekat dengan publik, maka
sebaiknya mereka dapat dibedakan, yaitu mengenal hal-hal umum dan hal-hal
yang khusus dari mereka. Hal-hal umum meliputi jumlah, usia, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, agama serta adat dan budaya.

2. 2 Prinsip-Prinsip Penyampaian Pidato


Ada dua cara orang memandang dalam penyampaian pidato. Sebagian
orang yang melihat pidato hanya sebagai suatu percakapan yang diperluas dan
dianggap tidak perlu mempelajarinya dengan menguasai bahan, maka pidato akan
berjalan dengan sendirinya. Sebagian lagi melihat pidato bukan lagi sebagai suatu
percakapan, tetapi sudah merupakan peristiwa yang memerlukan bakat dan
keterampilan. Tidak semua orang dapat menyampaikan pidato. Kedua pandangan
itu ada benar dan salahnya. Memang benar berpidato tidak beda jauh dari
percakapan. Seseorang bertemu dengan orang lain, terjadi percakapan antara
keduanya dengan lancar dan baik. Namun, belum tentu mereka itu bisa berpidato
di depan umum.
Begitu sampai di mimbar untuk menyampaikan pidato, keadaan yang
alamiah tadi hilang lenyap. Mereka jadi berdiri membeku, suara menjadi
monoton, dan keluarnya suara tidak stabil. Jadi, memang diakui pidato itu adalah
peristiwa yang khas. Semua orang dapat menyampaikan pidato dengan baik bila

9
mereka mengetahui dan mempraktikkan tiga prinsip penyampaian pidato sebagai
berikut:
1. Kontak. Pelihara kontak visual dan kontak emosi dengan khalayak.
2. Olah vokal. Gunakan lambang-lambang auditif atau usahakan suara Anda
memberikan makna yang lebih kaya.
3. Olah visual. Berbicara dengan seluruh kepribadian, dengan wajah, tangan,
dan seluruh tubuh.
Kontak mata dan kontak emosi. Mata merupakan bagian yang paling
ekspresif dari seluruh wajah. Pandanglah para pendengar. Hindari menatap langit-
langit atau lantai. Jika ini terjadi maka akan kehilangan kesempatan
berkomunikasi dengan baik. Sebagian pakar komunikasi menyebutnya “rapport”
hubungan erat dengan pendengar. Menurut Eugene Ehrlich & Gene R. Hawes, ada
tiga cara praktik dalam menggunakan kontak mata dapat dipantau kontak batin
sebagai berikut:
1. Pandanglah tepat pada matanya. Ini berarti pembicara secara terus
menerus memandang pendengar. Pandangan bukan pada dahinya,
mulutnya, tapi matanya. Ini dinamakan kontak mata sesungguhnya.
Kontak mata sesungguhnya memudahkan pembicara untuk menyampaikan
maksudnya secara tepat dan mudah mengetahui apakah pendengar
mengerti yang sedang menjadi bahan pembicaraan.
2. Kontak mata dengan sekelompok orang membuat meraka merasa sunggu-
sungguh diperhatikan oleh pembicara. Untuk satu pendengar, adakan
kontak khusus dengan satu kalimat utuh, jangan sampai terbagi. Begitu
kalimat selesai beralihlah kepada pendengar lain dengan kontak mata yang
khusus. Jika pendengar mencapai jumlah ribuan, pembicara akan berpaling
ke kanan dan ke kiri.
3. Berbicara lewat mata. Bila ingin menyampaikan sesuatu yang hangat,
biarlah mata kita yang menunjukkan kehangatan itu. Perasaan atau emosi
apa pun yang akan disampaikan, dukunglah penyampaian itu dengan
bantuan mata, sehingga pendengar lebih percaya.

10
Mengukur kemampuan suara. Suara paling tidak menyuarakan kecemasan.
Dan kecemasan itu menggema kembali ke telingan pembicara yang kemudian
menambah getaran kecemasan pada suara berikutnya. Kebanyakan orang tidak
pernah menyadari bahwa sesungguhnya mereka memiliki potensi untuk
menghasilkan suara yang cukup mempesona, seperti halnya para artis dan pemain
opera. Musuh yang selalu dihadapi adalah rasa kurang percaya diri, ketegangan
dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak menguntungkan.
Suasana batin yang tidak santai dapat merampas rasa percaya diri yang
dimiliki. Bagaimana mengetahui mutu suara sendiri menurut ukuran telinga orang
lain? Diperlukan sebuah “tape-recorder” (alat perekam) dan seorang teman.
Banyak orang terkejut ketika mendengar suaranya sendiri dan tape-recorder.
Mereka merasa suaranya “lain” dan biasa. Memang benar suara yang direkam
akan terdengar lebih tipis dan lebih tinggi nadanya dibandingkan dengan suara
yang sesungguhnya. Ingat bahwa suara adalah suatu vibrasi.

2. 3 Cara Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri Dalam Public Speaking


Perasaan khawatir atau takut adalah hal yang lumrah, yang sebaiknya
dihindari adalah rasa takut yang berlebihan. Jadi dalam public speaking, kita
sebaiknya dapat mengendalikan rasa takut dan justru menjadikan rasa takut
tersebut sebagai daya dorong (energi positif) yang diperlukan dalam persiapan
berbicara dan saat tampil berbicara nantinya.
Dengan membiarkan sedikit “rasa khawatir atau rasa takut” untuk tetap
tinggal dalam diri kita, niscaya kualitas bicara kita akan bertambah baik karena
dengan demikian kita masih menyisakan ruang bagi “tekanan” dari pihak luar
kepada kita. Kekhawatiran itu bisa kita manfaatkan sebetulnya menjadi alat
kontrol bagi diri kita. Kontrol sehubungan dengan apakah kita telah melakukan
persiapan matang. “Kekhawatiran” juga bernilai positif karena ia mampu
berfungsi sebagai penekan ego dan kesombongan diri.
Saat rasa takut menyergap, kita tidak perlu kemudian menjadi takut
berlebihan. Kita juga tidak perlu mengekspresikan rasa takut tersebut kepada
semua orang, apalagi menceritakannya. Kita tidak akan mendapatkan simpati dari

11
siapapun atas ketakutan yang kita alami. Bahkan ketakutan kita akan menjadi
ketidaknyamanan bagi orang lain yang mendengarkan dan memperhatikan kita
saat tampil sebagai pembicara.
Untuk mempersiapkan segala hal dengan baik, beberapa hal berikut perlu
dilakukan sebagaimana dimaksud Affan Ghiffari dalam buku Fitriana Utami
Dewi: Public Speaking Kunci Sukses Bicara di depan Publik-Teori dan
Praktek (2013:99), yaitu
1. Pilih dan tentukan topik yang hendak disampaikan.
2. Perhatikan dan analisis audiens yang akan dihadapi.
3. Cari sumber-sumber penelitian (ilmiah) terkait pilihan topik.
4. Formulasikan poin-poin dan proporsi utama dari tampilan yang
diinginkan.
5. Dukung gagasan pada proporsi utama.
6. Organisasikan material pidato.
7. Pilih kata-kata kunci yang tepat dalam berpidato.
8. Buat introduksi, konklusi dan transisi pembicaraan dengan tepat dan
menarik.
9. Latih diri.
10. Dan sampaikan dengan keyakinan diri.
Menurut Mudjia Rahardjo dalam buku Fitriana Utami Dewi: Public
Speaking Kunci Sukses Bicara di depan Publik-Teori dan Praktek (2013:100) ada
8 (delapan) cara untuk mengatasi rasa takut dan supaya lebih percaya diri saat
menjadi pembicara, sebagaimana berikut :
1. Kuasai benar topik yang akan disampaikan.
Dengan menguasai materi atau topik pembicaraan, seseorang akan merasa
percaya diri. Percaya diri merupakan modal penting bagi seseorang untuk bisa
bicara di hadapan publik dengan tenang dan meyakinkan. Dengan menguasai
pokok masalah yang disampaikan, maka public speaker tidak akan kehilangan
arah dan kendali pembicaraannya.

12
2. Kenali siapa pendengarnya.
Dengan mengetahui berapa jumlah yang akan hadir, mengapa mereka
hadir, tingkat pengetahuan mereka terkait tema yang dibahas, harapan mereka,
jenis kelamin dan usia rerata mereka. Mengenali hal tersebut menjadi penting
terkait penetapan tingkat kesulitan bahan/materi yang akan disampaikan dan
ragam bahasa yang dipakai.
3. Sebelum memulai, tatap mata dan sapa para pendengar.
Melakukan tatapan mata dan menyapa beberapa peserta menjadikan
mereka merasa diperhatikan dan dihormati. Ciptakan suasana yang nyaman dan
hilangkan kesan ada jarak dengan peserta. Dengan menjadi bagian dari mereka,
seorang pembicara akan diterima dengan baik oleh mereka meski mungkin tema
pembicaraan tidak begitu berbobot.
4. Pandai menggunakan bahasa tubuh dan penampilan secara tepat.
Senyum, gerakan tangan, berjalan mendekati peserta dan berpakaian yang
tepat adalah jenis-jenis bahasa non verbal yang penting untuk diperhatikan oleh
seorang public speaker.
5. Jangan merendahkan diri sendiri.
Hargai diri sendiri saat tampil sebagai public speaking. Jadikan materi dan
presentasi berharga dan dibutuhkan oleh peserta yang hadir.
6. Hindari pembicaraan berbau SARA (suku, agama, dan ras)
Membicarakan topik terkait SARA dan menjadikan sebagai bahan
pelecehan akan menjatuhkan harga diri public speaker di hadapan peserta.
7. Jangan membuat humor tentang seks.
Humor memang diperlukan dalam public speaking, untuk mencairkan dan
menyegarkan suasana. Namun perlu disadari bahwa tidak semua orang senang
dan terbuka tentang humor seks. Hindari sejauh mungkin humor dan pembicaraan
tentang seks, karena hal-hal yang bersifat privat, seperti tentang seks, tidak patut
disampaikan di depan publik.

13
8. Jangan menyudutkan seseorang dalam pembicaraan.
Setiap manusia pasti ingin dihargai dan dihormati. Menyudutkan atau
mempermalukan seseorang di depan orang banyak, adalah perbuatan yang tidak
terpuji. Tindakan public speaker ini juga akan menjadikan reputasi yang kurang
bagus dalam penilaian peserta lainnya.
Sedangkan menurut Charles Bonar Sirait dalam buku The Power of Public
Speaking, dijelaskan teknik menundukkan rasa takut, poin-poin penting yang
perlu untuk ditambahkan adalah sebagai berikut :
1. Datang lebih awal
Keputusan bijaksana untuk datang lebih awal sebelum acara dimulai. Hal
ini menimbulkan perasaan tenang, sembari memastikan semua perangkat
pendukung dalam public speaking telah siap digunakan sehingga saat tampil
menjadi lebih percaya diri. Sikap dan tindakan ini juga sebagai wujud
profesionalitas terhadap waktu.
2. Menghilangkan pikiran negatif
Hilangkan pikiran yang tidak-tidak, ambil nafas dalam-dalam dan katakan
pada diri sendiri “its OK semua akan berjalan dengan baik dan lancar”.
Menjabarkan pikiran negatif yang dirasa satu persatu secara ringkas merupakan
salah satu cara mengatasi pikiran negatif dan kemudian tuliskan gagasan untuk
menghilangkan perasaan negatif tersebut, sebagaimana tabel berikut :

14
No Pikiran Negatif Tindak Lanjut
Tuliskan poin-poin utama pidato
(bentuk pointers) pada secarik
Saya takut lupa pesan utama kertas untuk dibaca saat alami
1 acara. pikiran blank (kosong).
Lakukan penelitian, riset kecil-
Saya tidak siap atau tidak kecilan sampai merasa puas.
dalam keadaan yang Jangan lupa istirahat yang cukup
2 mendukung. agar tenang saat tampil.
Harus melakukan riset dan terjun
langsung ke audiens untuk
Apakah saya mampu mengetahui apa yang mereka
3 mengangkat suasana ? butuhkan.
Kuncinya adalah pengetahuan
Anda tentang audiens. Sepanjang
Apakah materi yang akan Anda tahu kondisi dan kebutuhan
saya bawakan cocok dengan audiens, tema pidato Anda dapat
4 tema pidato saya ? tepat sasaran.

15
3. Berpikir positif
Pikiran positif akan menggerakkan zat adrenalin dalam tubuh dan
mengubahnya menjadi rasa percaya diri, yang akan mempengaruhi proses ataupun
pola pikir yang kemudian akan terwujud dalam kata-kata yang dipilih dalam
setiap percakapan.
No Pikiran Negatif Pikiran Positif
1 Saya akan gagal. Saya akan berhasil.
Saya menguasai topik yang saya
bawakan. Saya mampu mengingat
2 Saya akan lupa sesuatu. topik umum pembicaraan saya.
Audiens menginginkan saya berhasil.
Audiens menantikan kejutan dan
3 Audiens akan membenci. mendukung saya.
Akan saya gunakan adrenalin yang
mengalir dalam tubuh untuk
4 Saya benar-benar gugup. memompa semangat.
Para audiens saya akan
Audiens tidak akan menyamankan posisi duduknya untuk
5 menikmati presentasi saya. menantikan kata-kata saya.

4. Memvisualisasikan kesuksesan
Pentingnya melatih kemampuan membayangkan kejadian yang akan
terjadi di masa depan. Seandainya Anda sukses, akan seperti apa penampilan
berbicara Anda ? seberapa ramainya tepuk tangan audiens yang ditujukan bagi
Anda ? akan seperti apa sambutan dan reaksi orang-orang terhadap Anda ?
Bayangkan terus hal tersebut dalam pikiran kita.

16
5. Jadi diri sendiri.
Kita semua diciptakan sebagai manusia yang unik alias berbeda-beda.
Tidak harus meniru karakter orang lain untuk membentuk style sendiri. Biarkan
kemampuan pribadi keluar secara alamiah dan dengan sendirinya.
6. Cintai ketakutan dan transformasikan energi rasa takut menjadi
antusiasme.
Cintailah rasa takut karena rasa takutlah yang akan memberikan inspirasi
kepada kita untuk menjadi kreatif dan melakukan hal-hal baru serta ubahlah rasa
takut menjadi semangat dan antusiasme untuk terus maju meningkatkan
kemampuan diri.
7. Latihan, latihan, latihan
Tidak ada metode terbaik dalam public speaking selain rajin berlatih dan
melakukan persiapan sedini mungkin. Public speaker yang terkenal pun masih
perlu melakukan persiapan dan latihan sebelum tampil. Semakin sering berlatih,
semakin besar kemungkinan untuk sukses.

2. 4. Kaitan Public Speaking Dengan Film The King’s Speech


King's Speech bercerita tentang Raja George VI yang gagap dan sulit
bicara. Dia kemudian belajar bicara dengan seorang terapis. Rakyat Inggris
menginginkan dan membutuhkan seorang raja yang mempunyai kewibawaan,
kepandaian, dan paling tidak pintar berbicara. King George VI sudah yakin
dirinya tidak layak dan tidak akan menjadi raja sejak kecil. Adegan pembukaan
film ini memperlihatkan bagaimana canggungnya dia berpidato di depan rakyat
banyak di stadium.
Semua menunggunya merangkai kalimatnya di dalam keheningan. Istrinya
menunjukkan kesabaran dan supportnya kepada suaminya itu dengan mencari
terapis baru setelah mencoba terapis rekomendasi kerajaan yang tidak membawa
hasil. Setelah usahanya sendiri ke organisasi terapis Inggris, dia pergi bertemu
Lionel, seorang aktor tua yang gagal yang akhirnya membuka praktek terapi
bicara.

17
Mengapa sang Raja dituntut untuk bisa berbicara dengan baik saat pidato
kenegaraan? Bertie pun sadar bahwa rakyatnya bergantung dan mencari sosok
pemimpin padanya. Dengan bantuan Lionel dan istrinya, Bertie pun berusaha
untuk memberikan pidato pertamanya sebagai pemimpin yang akan disiarkan ke
seluruh rakyat Inggris, sehingga persiapan dan latihan keras dilakukan agar pidato
kenegaraan berjalan lancar. Oleh karena itu menimbulkan pertanyan, mengapa
pidato seorang pemimpin menjadi simbol kekuatan negara? Sebagai
perbandingannya, beberapa pemimpin dunia memiliki kemampuan dalam
menyampaikan pidatonya dengan teknik persuasif yang memukau, seperti
Presiden pertama Indonesia Soekarno, yang selalu memukau ribuan bahkan jutaan
orang saat mereka berpidato.
Retorika, berasal dari bahasa Yunani (rhêtôr, orator, teacher) adalah
sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan
dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen. Pada awalnya,
retorika dipercaya sebagai salah satu propaganda yang efektif dengan
mempersuasi khalayak ramai. Menjadi seorang pemimpin dituntut tidak hanya
pandai berbicara menyampaikan pesan didepan publik saja, tetapi dibutuhkan
kharisma kepemimpinan dan ketegasan mengambil tindakan serta gagasan yang
bersangkutan dengan negara.
Sosok tersebut pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia, beliau adalah Bung
Karno yang memiliki kharisma yang luar biasa. Hal ini berbanding terbalik
dengan sosok pemimpin atau raja dalam film The King Speech. Disaat kondisi
negara sedang konflik, raja yang diandalkan jauh dari harapan rakyat hanya
karena gagap saat berbicara didepan publik.

18
Jangankan berbicara, melihat ribuan orang didepannya saja sudah merasa
nervous, bahkan raut muka memerah karena malu, seolah-olah tidak mempunyai
ketegasan dan wibawa sebagai seorang pemimpin. Hal ini menjadi tantangan bagi
Raja George VI, mampukah seorang raja yang gagap mampu memimpin
negaranya dan mengobarkan semangat rakyat di saat negara mendapat ancaman
dari negara lain? Penderita gagap cenderung memiliki rasa malu, rendah diri dan
menyebabkan tekanan sehingga kontra poduktif sehingga serangan gagap makin
berkembang.

19
BAB III

PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Ketika berbicara di depan banyak orang, maka materi yang disampaikan
harus tersusun dengan baik dan sistematis. Seperti diketahui, cikal bakal ilmu
komunikasi adalah retorika, yaitu seni bicara yang menekankan pada kemampuan
berpidato, di mana tujuan utamanya khalayak dapat tertarik perhatiannya dan
terbujuk (Onong Uchjana Effendy, 2007: 53). Dengan demikian, dalam menjadi
pembicara yang handal, selain bakat, juga dapat dikembangkan dengan berlatih
terus-menerus, karena pengalaman yang banyak dapat mempengaruhi bagaimana
seseorang hebat di depan umum.
Ada beberapa orang yang mengartikan retorika sebagai public speaking
atau pidato di depan umum. Pemimpin dunia harusnya memiliki kemampuan
dalam menyampaikan pidatonya dengan teknik persuasif yang memukau serta
memiliki kemampuan dalam menyampaikan pidatonya dengan teknik persuasif
yang memukau.
3. 2 Saran
Sosok pemimpin pada dasarnya harus memiliki kemampuan berbicara di
depan umum yang mampu mempersuasif setiap lapisan rakyatnya agar mampu
memberikan semangat yang positif kepada khalayak ramai. Bukan hanya
pemimpin namun setiap individu harus mampu untuk berani tampil di depan
publik dan membiasakan diri agar tidak gugup saat berdiri di depan orang banyak
karena kemampuan public speaking sangat berguna dalam kehidupan kita sehari-
hari.

20
DAFTAR PUSTAKA
1. Olli, Helena. 2010. Public Speaking. Jakarta Barat: PT INDEKS.
2. Tarigan, Henry Guntur. 2013. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: CV. Angkasa.

21

Anda mungkin juga menyukai