Anda di halaman 1dari 18

STUDI ETNOMETODOLOGI GAYA MENCATAT TRANSAKSI PADA

PENGUSAHA KECIL MENENGAH

ARTIKEL ILMIAH

Oleh :

DWI PUTRI PANGESTUNINGTYAS


NIM: 2008310266

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2012
STUDI ETNOMETODOLOGI GAYA MENCATAT TRANSAKSI
PADA PENGUSAHA KECIL MENENGAH

Dwi Putri Pangestuningtyas


STIE Perbanas Surabaya
Email : ceypz.putry@yahoo.com
Jl. Nginden Semolo 34-36 surabaya

ABSTRACT
This research aims to find out the daily behavior of small and medium entrepreneurs in
recording transactions and the reasons underlying the behavior of small and medium
businesses to record transactions. This study used a qualitative approach etnometodologi
study. The research data obtained by direct observation in SMEs, interviews and
documentation. The behavior observed is a style of writing to small and medium
entrepreneurs. The results showed the existence of differences behavior of writing in the small
and medium entrepreneurs. This difference is due to the intentions and motivations are
different in each of the small and medium entrepreneurs to do the recording.

Keywords: Etnometodologi, behavior, style of writing, SMEs

PENDAHULUAN dalam suatu organisasi (Sumadji dalam


Tidak adanya peraturan yang Reni, 2010).
mewajibkan penyusunan laporan bagi Para pelaku UKM pada dasarnya
UKM menyebabkan rendahnya praktek malas untuk mencatat,
akuntansi pada UKM di Indonesia. Bukan mengadministrasikan dan mengarsipkan
hanya itu penyusunan laporan keuangan keuangan mereka, sehingga hal inilah yang
pun saat ini bisa dibilang sangat jarang mendasari anggapan mereka mengenai
dilakukan. Rendahnya praktek akuntansi pencatatan keuangan (Evi, 2011). Banyak
pada UKM di Indonesia disebabkan karena usaha yang dibangun tidak didasari oleh
pengusaha UKM masih belum menyadari sistem pencatatan keuangan yang baik,
sepenuhnya kegunaan akuntansi (Muntoro, bahkan untuk mencatat setiap transaksi
dalam Wahdini, 2006). Beberapa pengusaha usahanya saja tidak mau apalagi untuk
UKM beranggapan bahwa kegiatan melakukan pencatatan keuangan. Penelitian
pencatatan keuangan terlalu meyulitkan Wulan dkk. (2009) membuktikan bahwa
untuk dilakukan. Banyak perusahaan yang dari 110 UKM yang diteliti, terdapat 14,5%
menganggap pencatatan keuangan bukanlah UKM yang belum melakukan akuntansi.
hal yang penting dalam UKM tersebut. Penelitian lain juga membuktikan bahwa
Apabila mereka mengerti pencatatan dan para pedagang kecil yang diteliti tidak
pengikhtisaran transaksi sesuai dengan menyelenggarkan dan tidak menggunakan
ketentuan dan penafsiran suatu transaksi informasi akuntansi dalam pengelolaan
maka mereka dapat bertindak sesuai dengan usahanya (Pinasti dalam Margani Pinasti,
ketentuan atau aturan dalam mengukur, 2007). Oleh sebab itu, pencatatan keuangan
prosedur mengumpulkan, dan melaporkan banyak sekali yang tidak menjalankan
informasi yang berguna tentang kegiatan aturan yang ada saat ini. Para pelaku hanya
dan tujuan yang menyangkut keuangan melihat berapa keuntungan yang mereka

1
dapat dari hasil penjualan tiap harinya tanpa 2. Niat juga mengindikasikan seberapa
membuat pengikhtisaran transaksinya. jauh seseorang mempunyai kemauan
Teori beralasan (Theory of Reasoned untuk mencoba.
Action) oleh Ajzen dan Fishbein dalam 3. Niat menunjukkan pengukuran
Jogiyanto (2007) menyatakan bahwa kehendak seseorang.
perilaku dilakukan karena individual 4. Niat berhubungan dengan perilaku
mempunyai minat atau keinginan untuk yang terus menerus.
melakukannya. Adanya pencatatan Tony Wijaya (2008) mengartikan
keuangan pada UKM dapat disebabkan niat sebagai kecenderungan seseorang
karena timbulnya keinginan untuk membuat untuk memilih melakukan atau tidak
catatan atas transaksinya. Grafinkel dan melakukan suatu perilaku. Niat ditentukan
Douglas dalam Mudjiyanto (2009) oleh sejauh mana individu memiliki sikap
mengatakan bahwa seseorang di dalam positif pada perilaku tertentu, dan sejauh
menetapkan sesuatu apakah mana apabila dia memilih untuk melakukan
tindakan/perilaku, bahasa, respon atau perilaku tertentu dia mendapat dukungan
reaksi selalu didasarkan pada apa yang dari orang lain yang berpengaruh dalam
sudah diterima sebagai suatu kebenaran hidupnya.
bersama dalam masyarakat. Salah satu Perilaku untuk melakukan
bentuk penelitian untuk melihat perilaku pencatatan transaksi dapat diprediksi
seseorang/individu sehari-hari adalah melalui niat. Fishben dan Ajzen dalam
dengan menggunakan studi Foedjiawati dan Semuel (2007) mengatakan
etnometodologi. bahwa cara yang paling efektif untuk
Mengacu pada permasalahan yang melakukan atau tidak melakukan suatu
ada maka peneliti tertarik untuk perilaku adalah dengan menanyakan atau
mengangkat sebuah judul ―STUDI mengetahui niat individu tersebut. Dengan
ETNOMETODOLOGI GAYA kata lain, niat merupakan maksud yang
MENCATAT TRANSAKSI PADA dapat digunakan untuk memprediksi suatu
PENGUSAHA KECIL MENENGAH‖. perilaku tertentu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana perilaku mencatat Motivasi
transaksi pada pengusaha kecil menengah Motivasi adalah proses yang
serta apa alas an yang mendasari perilaku dimulai dengan definisi fisiologis atau
pengusaha kecil menengah untuk psikologis yang menggerakkan perilaku
melakukan pencatatan transaksi tersebut. atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan
insentif. Motivasi juga berkaitan dengan
RERANGKA TEORITIS reaksi subjektif yang terjadi sepanjang
Niat Melakukan Pencatatan Transaksi proses ini. Timbulnya motivasi dapat
Niat untuk melakukan pencatatan dikarenakan belum terpuasnya kebutuhan
transaksi dapat dilihat dari beberapa seseorang terhadap sesuatu yang belum
pengertian dari niat (Setyawan dan Ihwan dicapainya (Arfan Ikhsan, 2010 : 84).
dalam Foedjiawati dan Semuel, 2007) Menurut Maslow dalam Arfan
sebagai berikut: Ikhsan (2010: 85), setiap individu memiliki
1. Niat dianggap sebagai sebuah beraneka ragam kebutuhan yang dapat
‗perangkap‘ atau perantara antara mempengaruhi perilaku mereka. Maslow
faktor-faktor motivasional yang juga menjabarkan lima hierarki kebutuhan
mempengaruhi perilaku. manusia yaitu kebutuhan fisiologis yaitu
2
Gambar 1
Proses motivasi

Kebutuhan Motivasi Perilaku Kepuasan

Feed back untuk hubungan yang belum terpuaskan

Sumber: Arfan Ikhsan (2010: 84-85)

kebutuhan fisik, kebutuhan akan keamanan yaitu kebutuhan akan kedudukan, reputasi
yaitu kebutuhan akan keselamatan dari dan prestasi, dan yang terakhir adalah
ancaman dan bahaya, kebutuhan sosial kebutuhan akan aktualisasi diri yaitu
yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kebutuhan pemenuhan diri untuk
kepuasan dalam menjalin hubungan dengan melakukan apa yang sesuai dengan dirinya.
orang lain, kebutuhan akan penghargaan

Gambar 2
Hierarki kebutuhan Maslow’s

5. Aktualisasi diri
4. Harga diri
3. Sosial
2. Rasa aman
1. Fisik

Sumber: Arfan Ikhsan (2010: 85-86)

Sikap individu yang dapat membantu konsistensi


Sikap (attitude) adalah evaluasi, perilaku.
perasaan emosional dan kecenderungan Karakteristik sikap dilihat menurut
tindakan yang menguntungkan atau tidak Engel et al (1995), terhadap lima dimensi
menguntungkan dan bertahan lama dari sikap :
seseorang terhadap beberapa objek atau 1. Valence atau arah ; dimensi ini
gagasan (Setiadi dalam Utami, 2007). berkaitan dengan kecenderungan sikap,
Arfan Ikhsan (2010) mendefinisikan apakah positif, netral, ataukah negatif.
sikap sebagai tendensi tindakan, baik yang 2. Ekstremitas (extremity): yaitu intensitas
menguntungkan maupun yang kurang ke arah positif atau negatif. Dimensi ini
menguntungkan dari seseorang terhadap didasari oleh asumsi bahwa perasaan
beberapa objek, gagasan, atau situasi Sikap suka atau tidak suka memiliki tingkatan
menjadi suatu bentuk bagian dari pribadi – tingkatan.

3
3. Resistensi (resistance): yaitu tingkat tertanam secara sangat dalam sehingga
kekuatan sikap untuk tidak berubah. tidak dapat dirumuskan secara verbal.
Sikap memiliki perbedaan konsistensi, Dengan demikian, nilai-nilai dapat
ada yang mudah berubah (tidak didefinisikan sebagai gambaran yang
konsisten) ada yang sulit berubah abstrak, kolektif yang manusia percaya
(konsistensi). bahwa hal itu adalah benar, baik dan layak
4. Persistensi (persistance): dimensi ini untuk dikejar (Pratley dalam Sutono, 2004
berkaitan dengan perubahan sikap : 14).
secara gradual yang disebabkan oleh Buzan (3003, p.22-23)
waktu. Seiring perubahan waktu, sikap mendefinisikan nilai sebagai panduan –
juga berubah. panduan untuk bertindak atau bersikap
5. Tingkat keyakinan (confidence): yang berasal dari dalam diri kita sendiri,
dimensi ini berkaitan dengan seberapa prinsip – prinsip tentang bagaimana kita
yakin seseorang akan kebenaran menjalani hidup dan menganbil keputusan.
sikapnya. Dimensi ini dekat Nilai adalah moral dan dasar perilaku yang
hubungannya dengan perilaku. kita tetapkan untuk diri kita sendiri, yang
Sikap terdiri dari tiga komponen kebanyakan mencakup konsep-konsep
yaitu pengertian (cognition), pengaruh universal seperti kebenaran, kejujuran,
(affect), dan perilaku (behavior) (Arfan ketidakberpihakan, keadilan, kehormatan
Ikhsan, 2010 : 78). Kognitif adalah sikap dan lain – lain.
tertentu yang berisikan informasi yang Nilai dibedakan menjadi dua, yaitu
dimiliki sesuai dengan objek tertentu, nilai personal dan nilai organisasional.
afektif adalah segmen emosional atau Nilai personal diukur melalui empat
perasaan dari suatu sikap yang ditunjukkan dimensi,yaitu: intelektual, kejujuran,
dengan pernyataan, perilaku adalah suatu pengendalian diri, dan religiusitas. Nilai
maksud untuk berperilaku dengan suatu organisasional diukur melalui tiga dimensi,
cara tertentu terhadap seseorang atau yaitu: pelayanan, produktivitas, dan
sesuatu. kepemimpinan. Berdasarkan literatur yang
Menurut Thurstone dalam Edwards ada, baik nilai personal dan nilai organisasi
yang dikutip oleh Nawawi (2009) berdaya guna dalam pengambilan
berpendapat bahwa ―satu sikap seperti keputusan organisasi (Akaah dan Lund
katika derajat tingkat dari hal positif atau dalam Sutono, 2004, p.16).
hal negative memengaruhi yang
dihubungkan dengan beberapa obyek Konsep Perilaku
psikologis. Berdasarkan obyek psikologis, Perilaku (behavior) adalah
Thurstone mengartikan sebagai symbol, tindakan-tindakan (actions) atau reaksi-
ungkapan, semboyan, orang, lembaga, reaksi (reaction) dari suatu obyek atau
idaman atau gagasan yang dapat organisme (Jogiyanto, 2007 : 11). Dari
memengaruhi orang – orang baik sudut pandang biologis semua makhluk
berkenaan dengan hal positif atau negatif‖ hidup mulai dari tumbuhan, binatang
sampai dengan manusia itu berperilaku,
Konsep Nilai karena mereka semua memiliki aktivitas
Sutono (2004) berpendapat bahwa masing-masing. Perilaku dapat dibedakan
nilai-nilai adalah harapan dan gambaran menjadi dua, yaitu: Perilaku tertutup dan
yang lebih umum tentang perilaku perilaku terbuka. Perilaku tertutup adalah
manusia, yang mungkin sadar atau respon atau reaksi terhadap stimulus dalam
4
bentuk terselubung atau tertutup. Perilaku sosial, informasi, pribadi dan psikologis
terbuka adalah respon seseorang terhadap dalam mengambil keputusan mendapatkan
stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau dana maupun alokasi dana untuk mencapai
terbuka. tujuan organisasi.
Menurut Rogers dalam
Notoatmodjo (2007), sebelum orang Gaya Mencatat
mengadopsi perilaku baru (berperilaku Winarto (2011) berpendapat bahwa gaya
baru), didalam diri orang tersebut terjadi mencatat berkaitan dengan media dan alat
proses yang berurutan, yakni. yang digunakan, yakni:
1. Awareness (kesadaran), yakni orang a) Kertas dan alat tulis, media ini
tersebut menyadari dalam arti sangat umum digunakan sebagai
mengetahui setimulus (objek) terlebih alat untuk mencatat. Para
dahulu jurnalis/penulis/peneliti sangat
2. Interest, yakni orang mulai tertarik sering memanfaatkan media ini
kepada stimulus sebagai jalan untuk mencatat.
3. Evaluation (menimbang – nimbang b) Mencatat di
baik dan tidaknya stimulus bagi handphone/smartphone,
dirinya). Hal ini berarti sikap perkembangan teknologi dapat
responden sudah lebih baik lagi membantu seseorang untuk
4. Trial, orang telah mulai mencoba mencatat. Pengusaha kecil
perilaku baru menengah dapat memanfaatkan
5. Adoption, subjek telah berperilaku perkembangan teknologi dengan
baru sesuai dengan pengetahuan, menggunakan handphone sebagai
kesadaran, dan sikapnya terhadap sarana untuk mencatat.
stimulus c) Voice/video recorder, cara lain
Apabila penerimaan perilaku baru yang dapat digunakan untuk
melalui proses seperti ini dan didasari oleh menyimpan, mancatat, dan
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang mendokumentasikan informasi
positif maka perilaku tersebut akan adalah dengan merekam dalam
menjadi suatu kebiasaan (Notoatmodjo, bentuk audio/audio video. Dengan
2007 : 144). voice/video recorder, seseorang
dapat memutar kembali rekaman
Perilaku Pengusaha Kecil dan yang disimpan sebagai media
Menengah pengingat.
Menurut Utami (2007) perilaku pengusaha d) Kamera dan foto, alat ini dapat
UKM pada dasarnya tidak jauh berbeda digunakan sebagai media mencatat.
dengan pengertian perilaku konsumen. Foto atau gambar dapat menjadi
Perilaku konsumen lebih cenderung kepada sebuah penguat sebuah tulisan.
hal yang bersifat individu dan faktor-faktor e) Draft di blog/Microsoft Word,
yang mempengaruhinya seperti budaya, beberapa blogger mencoba untuk
sosial, pribadi dan psikologis dalam menuliskan ide-ide yang muncul
memutuskan untuk membeli suatu produk dengan cara menuliskan ide
yang ditawarkan sedangkan perilaku tersebut sebagai sebuah draft di
pengusaha UKM adalah perilaku pemilik blog atau di Microsoft Word. Hal
perusahaan dengan karakteristik tertentu ini sangat mungkin dilakukan
yang dipengaruhi oleh faktor budaya, karena prinsipnya adalah mencatat.
5
kedua pengertian dari kedua penelitian itu
Etnometodologi jelas-jelas berbeda. etnografi penelitian
Etnometodologi merupakan studi yang menggambarkan seluruh dimensi
tentang bagaimana individu menciptakan (kehidupan) dari satu komunitas budaya
dan memahami kehidupan sehari-hari, (semua anggota budaya menjadi partisipan
metodenya untuk mencapai kehidupan penelitian). Sedangkan etnometodologi
sehari-hari. Etnometodologi didasarkan berkaitan dengan metode penelitian yang
pada ide bahwa kegiatan sehari-hari dan mengamati perilaku individu dalam
interaksi sosial yang sifatnya rutin, dan mengambil tindakan yang disadarinya, cara
umum, mungkin dilakukan melalui mengambil tindakannya atau cara mereka
berbagai bentuk keahlian (Mudjiyanto, belajar dalam mengambil tindakan itu.
2009). Menurut Bogdan dan Biklen dalam Dengan demikian etnometodologi berarti
Mulyana (2008), pengertian studi tentang bagaimana individu-individu
etnometodologi tidaklah mengacu pada menciptakan dan memahami kehidupan
suatu model atau teknik mengumpulkan sehari-hari mereka, cara mereka
data ketika seseorang sedang melakukan menyelesaikan pekerjaan di dalam hidup
suatu penelitian, tetapi lebih memberikan setiap harinya.
arah mengenai masalah apa yang akan
diteliti. Usaha Kecil Menengah
Garfinkel sendiri medefenisikan UKM (termasuk usaha kecil)
etnometodologi sebagai penyelidikan atas didefinisikan dengan berbagai cara yang
ungkapan-ungkapan indeksikal dan berbeda serta mempunyai batasan yang
tindakan-tindakan praktis lainnya sebagai bervariasi. Berbagai definisi mengenai
kesatuan penyelesaian yang sedang UKM (Hubeis, 2009 : 20) yaitu sebagai
dilakukan dari praktek-praktek kehidupan berikut:
sehari-hari yang terorganisir. 1. Badan Pusat Statistik (BPS)
Etnometodologi Garfinkel ditujukan untuk BPS mengkriteriakan jumlah
meneliti aturan interaksi sosial sehari-hari karyawan berdasarkan jumlah tenaga
yang berdasarkan akal sehat. Apa yang kerja atau jumlah karyawan sebagai
dimaksudkan dengan dunia akal sehat tolak ukur. Untuk usaha dengan skala
adalah sesuatu yang biasanya diterima kecil memiliki pekerja antara 5-19
begitu saja, asumsi-asumsi yang berada di orang, untuk usaha skala menengah
baliknya dan arti yang dimengerti bersama. memiliki pekerja antara 20-99 orang,
Inti dari etnometologi Garfikel adalah dan untuk usaha dengan skala besar
mengungkapkan dunia akal sehat dari memiliki pekerja ≥ 100 orang.
kehidupan sehari-hari (Mudjiyanto, 2009). 2. Bank Indonesia (BI)
Pekerjaan etnometodologi menurut Menurut Bank Indonesia UKM adalah
Garfinkel (1967) studi tentang bagaimana perusahaan atau industri dengan
orang-orang sebagai pendukung dari karakteristik berupa:
tatanan yan lazim menggunakan sifat-sifat a) Modalnya kurang dari Rp 20 juta
tatanan itu agar bagi para warga dapat b) Untuk satu putaran dari usahanya
terjadi cirri-ciri terorganisasi yang hanya membutuhkan dana Rp 5 juta
kelihatan nyata. c) Memiliki aset maksimum Rp 600
Seringkali orang beranggapan juta di luar tanah dan bangunan
bahwa etnometodologi merupakan suatu d) Omzet tahunan ≤ Rp 1 miliar
metodologi baru dari etnografi, padahal
6
3. Departemen (sekarang Kantor Menteri a) Usaha pertanian, peternakan,
Negara) Koperasi dan Usaha Kecil perkebunan, kehutanan skala
Menengah (UU No.9 Tahun 1995) menengah,
UKM adalah kegiatan ekonomi b) Usaha perdagangan (grosir)
rakyat berskala kecil dan bersifat termasuk ekspor impor,
tradisional, dengan kekayaan bersih c) Usaha jasa EMKL (Ekspedisi
Rp 50 juta – Rp 200 juta (tidak Muatan Kapal Laut), garment
termasuk tanah dan bangunan tempat dan jasa transportasi taxi dan
usaha), omzet tahunan ≤ Rp 1 miliar, bus antar propinsi,
milik WNI, berdiri sendiri bukan d) Usaha industri makanan dan
merupakan anak perusahaan atau minuman, elektronik dan logam,
cabang perusahaan yang dimiliki, e) Usaha pertambangan batu
dikuasai, atau berafiliasi baik langsung gunung untuk konstruksi dan
maupun tidak langsung dengan usaha marmer buatan.
menengah atau usaha bersama,
berbentuk usaha orang perseorangan, METODE PENELITIAN
badan usaha yang tidak berbadan Pendekatan yang digunakan dalam
hukum, badan usaha yang berbadan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
hukum, termasuk koperasi; dalam UU studi etnometodologi, karena data-data
UMKM tahun 2008 dengan kekayaan yang diperoleh adalah data-data kualitatif
bersih Rp 50 juta – Rp 500 juta dan serta objek dari penelitian ini adalah
penjualan bersih tahunan Rp 300 juta – manusia. Anis Chariri (2009) menjelaskan
Rp 2,5 miliar. bahwa penelitian kualitatif adalah
Beberapa contoh usaha kecil penelitian yang dilakukan dalam setting
menengah tertentu yang ada dalam kehidupan riil
1) Usaha Kecil (alamiah).
a) Usaha tani sebagai pemilik Dasar paradigma dalam penelitian
tanah perorangan yang ini menggunakan pendekatan interpretif.
memiliki tenaga kerja, Pendekatan ini memfokuskan pada sifat
b) Pedagang di pasar grosir (agen) subjektif dari dunia sosial dan berusaha
dan pedagang pengumpul memahaminya dari kerangka berpikir
lainnya, objek yang sedang dipelajari. Tujuan dari
c) Pengrajin industri makanan dan pendekatan ini adalah untuk menganalisis
minuman, industri meubelair, realita sosial dan bagaimana realita sosial
kayu dan rotan, industri alat- itu terbentuk (Ghozali dan Chariri, 2007
alat rumah tangga, industri dalam Chariri, 2009).
pakaian jadi dan industri Etnometodologi berkaitan dengan
kerajinan tangan, metode penelitian yang mengamati
d) Peternakan ayam, itik, dan perilaku individu dalam mengambil
perikanan, tindakan yang disadarinya, cara mengambil
e) Koperasi berskala kecil.
2) Usaha Menengah
tindakannya atau cara mereka belajar dan memahami masyarakat dalam
dalam mengambil tindakan itu kehidupan sehari-harinya, misalnya
(Mudjiyanto, 2009). Etnometodologi bagaimana pola interaksi, cara berpikir,
mengisyaratkan upaya mendeskripsikan perasaan mereka, cara berbicara (Mulyana,
7
2008). Penelitian etnometodologi pertama beberapa sifat, yaitu responsif dimana yang
kali ditemukan dan dipraktekkan secara ingin diungkap adalah bagaimana
langsung oleh Harold Garfinkel pada tahun seseorang menanggapi apa yang pernah
1950-an. Pada waktu itu Garfinkel dialaminya, provokatif yakni ingin
melakukan di sebuah toko, di sana mengungkap reaksi orang terhadap suatu
Garfinkel mengamati setiap pembeli yang situasi atau bahasa, dan subersif
keluar dan masuk di toko tersebut serta menekankan pada perubahan status atau
mendengar apa yang dipercakapkan orang- peran yang biasa dimainkan oleh seseorang
orang tersebut. Sementara untuk simulasi, dalam kehidupan sehari-harinya
Garfinkel melakukan beberapa latihan pada (Mudjiyanto, 2009).
beberapa orang. Latihan ini terdiri dari

Gambar 3
Metode Penelitian

Interpretif

Etnometodologi

Responsif Provokatif

Pertama, latihan responsif yaitu meminta responsif dari pemilik usaha tersebut
orang-orang tersebut menuliskan apa yang dengan meminta pemilik usaha untuk
pernah mereka dengar dari para familinya menceritakan tentang apa yang pernah
lalu membuat tanggapannya. Kedua, mereka dengar dari keluarganya maupun
latihan provokatif yang dilakukan dengan pengalaman apa yang pernah mereka
meminta orang-orang bercakap-cakap alami, lalu membuat tanggapannya tentang
dengan lawannya dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pancatatan
setiap reaksi yang diberikan oleh lawan transaksi. Kemudian melakukan
mereka tersebut. Latihan provokatif sedikit pengamatan provokatif yakni peneliti
mendekati kepada analisis percakapan. langsung mengamati pemilik usaha pada
Ketiga, latihan subersif, dengan menyuruh saat bercakap-cakap dengan lawannya
orang untuk tinggal dirumahnya sendiri (pembeli) dan memperhatikan setiap reaksi
namun dengan perilaku seperti tinggal yang diberikan oleh lawan mereka tersebut.
bukan dirumah sendiri. Pada penelitian ini peneliti tidak
Dari pendapat Garfinkel di atas, langkah- melakukan langkah ketiga yakni subersif
langkah yang dilakukan peneliti dalam karena pemilik usaha merangkap sebagai
melakukan wawancara untuk mengetahui pekerja dalam menjalankan usahanya,
sehingga peneliti tidak dapat mengamati kerja etnometodologi. Hal pertama adalah
perubahan status atau peran pada UKM bahwa studi etnometodologi berlatar
tersebut. Mayrand dan Clayman (Ritzer, belakang analisis institusional (studies of
1966) menggambarkan sejumlah variasi institutional setting). Studi etnometodologi
8
yang pertama kali dilakukan terjadi dalam Metode Pengumpulan Data
setting ‗sambil lalu‘ dan non-institusional, Metode pengumpulan data
seperti dirumah. Tujuan studi semacam ini merupakan teknik untuk memperoleh data
adalah untuk memahami cara pengusaha suatu obyek yang kemudian digunakan
tersebut melakukan tugas-tugas resminya untuk menyusun hasil akhir penelitian.
dalam proses pembentukan institusi. Metode yang digunakan agar data dapat
Kedua, studi etnometodologi menaruh dikumpulkan adalah sebagai berikut:
perhatian pada analisis percakapan 1. Metode Observasi
(conversation analysis), dengan tujuan Observasi merupakan metode
untuk memahami secara detail dari struktur pengumpulan data yang digunakan untuk
fundamental dari interaksi percakapan menghimpun data penelitian melalui
(Mulyana, 2008). pengamatan dan penginderaan. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan
DATA DAN METODE observasi tidak berstruktur yaitu observasi
PENGUMPULAN DATA yang dilakukan tanpa menggunakan guide
Jenis Data Dan Sumber Data observasi sehingga pengamat harus mampu
Agar penelitian dapat berjalan dengan baik, mengembangkan daya pengamatannya
tentu dibutuhkan sejumlah data yang dalam mengamati suatu objek. Pada
berguna untuk mendukung penelitian ini. observasi ini pengamat harus menguasai
Data yang digunakan oleh Peneliti dalam ―ilmu‖ tentang objek secara umum dari apa
penelitian ini hanyalah data yang bersifat yang hendak diamati (Burhan Bungin,
kualitatif. p.117).
Pada penelitian ini, peneliti hanya 2. Metode Wawancara
menggunakan sumber data internal, karena Wawancara merupakan suatu metode
semua data diperoleh dari perusahaan yang pengumpulan data dengan berdialog
menjadi obyek penelitian penulis. Data langsung dengan informan. Tujuan
internal yang diperoleh berupa antara lain: wawancara menurut Anis Chariri (2009)
1. Data Primer merupakan data yang adalah ―mencatat opini, perasaan, emosi
dikumpulkan melalui penelitian dan hal lain yang berkaitan dengan
lapangan dan mengolah sendiri seperti individu yang ada dalam organisasi‖. Pada
hasil wawancara yang dilakukan oleh penelitian ini, Peneliti melakukan
peneliti (Supramono dan Haryanto, wawancara langsung dengan informan
2005). Data primer ini berupa: untuk mendapatkan data yang diperlukan
a) Catatan hasil wawancara yang berkaitan dengan pola perilaku
b) Hasil observasi ke lapangan secara pencatatan transaksi pada pengusaha kecil
langsung dalam bentuk catatan menengah yang berlokasi di Waru
tentang situasi dan kejadian Sidoarjo.
c) Data-data mengenai informan 3. Metode Dokumentasi
2. Data Sekunder merupakan data primer Metode dokumentasi adalah yang
yang sudah diolah lebih lanjut dan digunakan untuk menelusuri data historis.
disajikan oleh pihak pengumpul data Dokumentasi dibagi menjadi dua, yaitu
primer atau pihak lain. Data ini dokumen resmi dan dokumen pribadi
digunakan untuk mendukung (Burhan Bungin, 2007). Dokumen-
informasi primer yang diperoleh baik dokumen yang dipelajari untuk
dari dokumen, maupun dari obsevasi memperoleh data dan informasi dalam
langsung ke lapangan. penelitian ini. Dokumen tersebut meliputi
9
artikel atau jurnal yang berkaitan dengan a) Sejarah singkat berdirinya UKM
topik penelitian. Dokumen-dokumen b) Profil UKM
tersebut digunakan untuk mendapatkan c) Dokumen dan catatan yang digunakan
data sekunder. Sedangkan data primer yang
diperoleh dengan metode dokumentasi
diantaranya adalah:

Gambar 4
Model Penelitian

Niat dan
Motivasi
Mencatat
Mengamati
Perilaku Ditarik Sebuah
Keseharian Kesimpulan
Pelaku UKM
Gaya
Mencatat

Penjelasan Pengalaman informan selama 5


tahun sebagai pengusaha telah membuat
Mengamati perilaku keseharian informan mengerti akan pentingnya
pelaku UKM merupakan langkah yang melakukan pencatatan atas setiap transaksi
diambil oleh peneliti untuk mengetahui usahanya. Keinginan atau niat yang
gaya mencatat pada pengusaha kecil dimiliki informan untuk mengembangkan
menengah akan tetapi sebelum mengetahui usaha telah memotivasi informan untuk
gaya mencatat pengusaha tesebut peneliti selalu melakukan pencatatan. Pencatatan
perlu mengetahui niat dan motivasi dilakukan dengan alasan untuk mengetahui
pengusaha tersebut sehingga dapat peningkatan dan penurunan penjualan yang
mengetahui alasan pengusaha tersebut terjadi pada usahanya.
mengapa mengambil keputusan untuk Meskipun tidak terlalu memahami
melakukan atau tidak melakukan apa itu pencatatan transaksi, akan tetapi
pencatatan. Gaya mencatat pada pengusaha pengusaha ini tetap mencatat dan
kecil menengah dapat dilihat dari media membukukan setiap transaksi usahanya
atau alat yang digunakan pengusaha kecil dengan rapi. Niat atau keinginan pemilik
menengah tersebut untuk melakukan usaha untuk mengembangkan usahanya
pancatatan atas transaksi usahanya. telah membuat pengusaha tersebut
ANALISIS DATA DAN termotivasi untuk melakukan pencatatan
PEMBAHASAN atas setiap transaksinya dengan rapi.
Niat dan Motivasi Mencatat Meskipun format yang digunakan berbeda
Responsif Informan Pertama dan tidak melakukan penjurnalan seperti
10
pencatatan transaksi pada akuntansi, karena yang dilakukan setahun ini telah
pengusaha ini membuat catatan menurut memotivasi pengusaha untuk melakukan
pemahamannya pribadi tanpa mempelajari pencatatan di tahun berikutnya.
pencatatan transaksi pada akuntansi. Provokatif Informan Pertama
Adapun tujuan pemilik usaha melakukan Memberikan pelayanan terbaik
pencatatan transaksinya adalah untuk pada pembeli adalah cara yang tepat untuk
mengetahui jumlah barang yang laku mendapatkan pelanggan. Informan selalu
terjual dan untuk mengetahui peningkatan cepat dan tanggap apabila sedang
dan penurunan yang terjadi pada usahanya. berhadapan dengan pembeli. Kecepatan
Pemilik usaha tetap melakukan untuk menjawab pertanyaan kepada
pencatatan transaksi meskipun pengusaha pembeli dapat membuat pembeli
tersebut menyadari bahwa usaha yang terpuaskan dengan pelayanan yang
dijalaninya mengalami penurunan karena diberikan. Informanpun sangat tanggap
banyaknya pesaing. Tindakan yang dalam membuat bukti transaksi pada saat
dilakukan oleh pengusaha menunjukkan menerima pesanan dari pembeli. Akan
bahwa pengusaha ini memiliki sikap yang tetapi informan tidak memiliki buku
konsisten atas usaha yang dijalankan. Hal khusus untuk mencatat transaksi seperti ini.
ini disebabkan oleh adanya harapan yang Transaksi pembelian yang dilakukan
kuat pada diri pengusaha untuk dengan cara memesan hanya dicatat pada
mempertahankan usahanya dan membuat nota saja tanpa ada tindakan lanjutan.
agar usahanya terus maju dan berkembang. Provokatif Informan Kedua
Responsif Informan Kedua Pengetahuan yang dimiliki
Informan merasa pencatatan informan sesungguhnya sangat luas. Cara
transaksi memang sangat penting untuk informan berkomunikasi kepada pembeli
dilakukan. Akan tetapi pengalaman juga sangat baik sehingga pembeli yang
menjadi pengusaha selama 4 tahun masih ingin mengetahui tentang produk-
belum bisa membuat informan memiliki produknya menjadi paham dan merasa
niat yang kuat untuk melakukan pencatatan puas akan jawaban yang diberikan oleh
atas setiap transaksi yang terjadi pada informan. Informan juga sangat persuasif
usahanya. Meskipun informan menyadari sehingga membuat konsumen tertarik
akan pentingnya pencatatan transaksi, untuk membeli produknya.
informan masih memiliki banyak alasan Gaya Mencatat
untuk tidak melakukan pencatatan Informan Pertama melakukan pen
sehingga informan tidak dapat mengetahui catatan setiap hari, karena informan
pasti transaksi yang terjadi pada usahanya membuka tokonya setiap hari sehingga
terutama untuk transaksi pembelian bahan setiap harinya pasti terjadi transaksi.
baku. Informan tidak melakukan pencatatan
Menyadari pencatatan yang langsung pada saat terjadi penjualan karena
dilakukan selama setahun ini masih kurang informan selalu melakukannya disaat
baik, informan berniat untuk melakukan beliau akan menutup tokonya. Pada saat
pencatatan pada tahun berikutnya. Niat terjadi penjualan, yang dilakukan informan
yang ada pada diri pengusaha bukan hanya menghitung berapa harga yang harus
sekedar angan-angan melainkan sudah dibayar oleh pembeli tanpa melakukan
ditunjukkan dengan membeli buku khusus pencatatan. Pencatatan dilakukan oleh
untuk mencatat setiap transaksi dan informan setiap pukul 11.30 WIB di meja
membukukannya. Ketidakjelasan catatan kerjanya dengan menggunakan alat tulis
11
dan buku. Infoman menghitung barang direkap menjadi satu pada buku yang telah
dagangan yang masih tersisa serta melihat disediakan khusus untuk usahanya. Buku
nota sebagai bukti transaksi masuknya tersebut sudah digaris terlebih dahulu oleh
barang, kemudian dilakukan perhitungan informan sebelum informan melakukan
antara barang yang masuk dikurangi perhitungan atas barangnya dan contohnya
jumlah barang yang tersisa dan selanjutnya adalah sebagai berikut:

Tabel 1
Format Pencatatan

Hari
Tanggal
No Jenis Makanan Ma Si La Ket

Buku yang dipilih untuk mencatat pencatatan pada saat informan


transaksinya adalah buku yang dicetak oleh mendapatkan pesanan dari pelanggan atas
mirage dengan panjang buku sekitar 32 cm barang dagangannya, informan hanya
dengan lebar 11 cm. pada saat pencatatan membuat nota untuk pembeli tanpa dicatat
pihak informan hanya mencatat barang dan direkap menjadi satu pada buku
yang masuk dan barang yang keluar itupun usahanya.
hanya untuk penjualan langsung dengan Informan Kedua tidak memiliki
cara membuat tabel yang berisi 6 kolom. pencatatan yang jelas atas setiap transaksi
Pada kolom pertama terdapat kata No yang yang terjadi pada usahanya. Meskipun
berarti nomor, kolom kedua berisi jenis begitu, informan sangat memahami bahwa
makanan, kolom ketiga bertuliskan Ma pencatatan transaksi sangat penting untuk
yang berarti barang yang masuk, kolom dilakukan. Keseluruhan transaksi tidak
keempat Si yang berarti barang yang sisa, dicatat secara lengkap. Transaksi yang
kemudian kolom kelima La yaitu barang dicatat hanyalah transaksi barang keluar.
yang laku dan yang terakhir Ket yang Pencatatan pada barang yang keluar
berarti keterangan. dilakukan menggunakan nota. Sistem yang
Pencatatan yang dibuat oleh digunakan untuk memasarkan produknya
informan untuk pemesanan barang hanya adalah dengan menitipkan barang ke toko,
menggunakan nota dimana nota tersebut di sehingga nota asli akan diberikan kepada
buat khusus oleh informan dan terdapat penyalur setelah barang tersebut laku
nama dan alamat toko serta logo pada nota terjual. Sebelum menyerahkan nota asli,
tersebut, untuk pemesanan barang yang pihak informan memberikan nota yang
telah di lunasi pembeli diberi nota asli yang berwarna merah terlebih dahulu, kemudian
berwarna putih sedang kan pemesanan setelah beberapa hari pihak informan
yang belum di lunasi pembeli diberikan memeriksa persediaan barang yang
nota yang berwarna biru. Kegiatan dititipkan di toko tersebut sekaligus
mencatat ini sudah dilakukan sejak pertama memeriksa barang yang telah laku terjual
informan mendirikan usahanya. Akan dan selanjutnya pihak informan
tetapi informan tidak melakukan menyerahkan nota asli yang berwarna putih
12
kepada pihak toko. Pada pencatatan format pencatatan yang dibuat oleh
transaksi pembelian bahan baku, informan pengusaha makanan tersebut sesuai dengan
juga tidak melakukan pencatatan secara pengetahuan dan pemahaman diri sendiri.
detil. Rincian pembelian hanya ditulis pada Disamping itu, hasil penelitian juga
secarik kertas yang ada disekitarnya karena menunjukkan bahwa terdapat gaya
informan memang tidak memiliki buku mencatat pada informan pertama.
khusus untuk mencatat transaksi pembelian Pencatatan yang dilakukan oleh informan
bahan baku. Pencatatan tersebut juga tidak pertama sudah dilakukan sejak awal
dapat dipahami, karena yang tertulis pada berdirinya usaha yang dicatat dan
kertas tersebut hanya angka nominal saja dibukukan secara rapi pada buku yang
tanpa memberikan keterangan bahan apa telah disediakan khusus untuk transaksi
saja yang dibeli. Kertas-kertas tersebut penjualan setiap harinya., sedangkan pada
dikumpulkan dan disimpan ke dalam informan kedua hasil penelitian
sebuah kaleng beserta uang kas usaha. menunjukkan bahwa tidak terdapat gaya
Penyimpanan catatan transaksi pembelian mencatat. Pencatatan yang dilakukan oleh
yang dicampur dengan uang kas bertujuan informan kedua masih sangat kurang baik.
untuk mengetahui kecocokan jumlah Sejak awal berdirinya usaha ini tidak
pengeluaran dengan uang kas karena terdapat pencatatan transaksi secara
informan selalu mengadakan evaluasi kronologis. Informan kedua hanya
setiap tiga bulan sekali. Pengusaha juga membuat bukti transaksi tanpa ada
tidak melakukan pencatatan pada kas yang pembukuan khusus untuk mencatat setiap
masuk dan keluar (cash flow). transaksinya.
Biaya yang harus dikeluarkan Adapun keterbatasan peneitian
seperti: biaya listrik, gas, dan ongkos kerja yang dihadapi oleh peneliti adalah proses
sudah ditetapkan oleh pengusaha dari awal wawancara terkadang terganggu dengan
berdirinya usaha ini yang dicatat pada buku kondisi sekitar. Sebaiknya wawancara
khusus untuk menentukan harga jual setiap dilakukan disela-sela waktu senggang
produknya. Akan tetapi tidak ada informan agar tidak mengganggu informan
pencatatan tersendiri untuk transaksi dalam menjalankan usahanya. Selain itu,
pengeluaran biaya ini. jawaban informan terkadang tidak sesuai
dengan pertanyaan yang disampaikan oleh
KESIMPULAN, SARAN, DAN peneliti. Sehingga harus mengulang
KETERBATASAN pertanyaan. Sebaiknya menyiapkan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertanyaan cadangan apabila pertanyaan
bagaimana perilaku mencatat transaksi awal belum dapat dimengerti oleh
pada pengusaha kecil menengah serta apa informan.
alas an yang mendasari perilaku pengusaha Secara umum peneliti juga
kecil menengah untuk melakukan menjelaskan alasan yang mendasari
pencatatan transaksi tersebut. perilaku pengusaha kecil menengah dalam
Hasil penelitian menunjukkan melakukan pencatatan transaksi dengan
bahwa kedua informan sama-sama mengamati dua pengusaha makanan yang
memiliki perilaku mencatat dalam berada di kawasan Tropodo Waru Sidoarjo.
menjalankan usahanya. Perilaku mencatat Pertama, Niat yang kuat untuk
transaksi yang dilakukan oleh pengusaha mengembangkan usahanya. Niat sebagai
makanan ini berbeda dengan perilaku kecenderungan seseorang untuk memilih
mencatat transaksi dalam akuntansi, karena melakukan atau tidak melakukan suatu
13
perilaku. Perbedaan perilaku dapat Arfan Ikhsan Lubis, 2010. Akuntansi
disebabkan oleh perbedaan niat pada Keperilakuan, Edisi Dua. Jakarta:
masing-masing pengusaha. Kedua Salemba Empat.
pengusaha sama-sama melakukan Burhan Bungin. 2007. Penelitian
pencatatan. Akan tetapi karena perbedaan Kualitatif “Komunikasi, ekonomi,
niat, pencatatan yang dilakukanpun kebijakan publik dan ilmu sosial
hasilnya berbeda. Kedua, Adanya lainnya”. Jakarta: Kencana
pengalaman kerja yang diperoleh pada Halim, Abdul. 1997. Pengantar Akuntansi
usaha yang dijalankan sebelum membuka 1. Yogyakarta: Widya Sarana
usaha makanan. Pengalaman yang Informatika.
diperoleh sebelumnya dapat membantu Hubeis, Musa. 2009. Prospek Usaha kecil
pengusaha untuk mengembangkan Dalam Wadah Inkubator Bisnis.
usahanya dengan selalu melakukan Bogor: Ghalia Indonesia.
pencatatan atas transaksinya. Ketiga, Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi
Karena mencari kesibukan. Sambil Keperilakuan. Yogyakarta: Andi.
menunggu pelanggan datang, tidak ada Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi
salahnya untuk merekap-rekap hasil Komunikasi. Bandung: Widya
catatan dan dibukukan dalam satu buku Padjajaran
khusus bisnisnya. Keempat, belajar dari Margani Pinasti. 2007. ―Pengaruh
apa yang pernah dialami dalam Penyelenggaraan dan Penggunaan
menjalankan usaha sehingga pengusaha Informasi Akuntansi Terhadap
termotivasi untuk melakukan pencatatan. Persepsi Pengusaha Kecil Atas
Kelima, untuk mengetahui kelangsungan Informasi Akuntansi: Suatu Riset
hidup usahanya, karena dengan adanya Eksperimen‖. Jurnal Riset
pencatatan dapat membantu pengusaha Akuntansi Indonesia, Vol. 10, No. 3
untuk mengetahui apakah usaha yang : 321-331 (September).
dijalankan saat ini mengalami kemajuan Moleong, Lexy.J. 2005. Metodelogi
atau bahkan kemunduran. Penelitian Kualitatif. Remaja
Rosdakarya. Bandung
DAFTAR PUSTAKA Mudjiyanto, Bambang. 2009. ―Metode
Agus Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Etnometodologi Dengan
Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pendekatan Kualitatif dalam
Tiara Wacana Komunikasi‖. Komunikasi Masa,
Anis Chariri. 2009. ―Landasan Filsafat dan (Online), Vol. 5, No. 2
Metode Penelitian Kualitatif‖, (http://www.balitbang.depkominfo.
Paper disajikan pada Workshop go.id)
Metodologi Penelitian Kuantitatif Mulyana, Ahmad.2008. ―Etnometodologi:
dan Kualitatif, Laboratorium Selayang Pandang‖. Media KOM
Pengembangan Akuntansi (LPA), (Online), Vol. 1 No.2 September
Fakultas Ekonomi Universitas (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurn
Diponegoro Semarang, 31 Juli – 1 al/12084651_1979-0139.pdf).
Agustus 2009. Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi
Arfan Ikhsan. 2008. Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatifi ―Paradigma
Akuntansi Keperilakuan, Edisi Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sosial Lainnya‖. Bandung: Remaja
Rusdakarya
14
Nawawi, Ismail. 2009. Perilaku
Administrasi. Surabaya: ITS Press
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan
Masyarakat “Seni dan Ilmu”.
Jakarta: Rineka Cipta
Supramono & Haryanto, Jony Oktavian.
2005. Desain Proposal Penelitian
Studi Pemasaran. Yogyakarta:
Andi
Sutono. 2004. ―Pengaruh perilaku etis dan
orientasi pelanggan terhadap kinerja
tenaga penjual‖. (online)
Tony Wijaya. 2008. Kajian Model Empiris
Perilaku Kewirausahaan UKM DIY
dan Jawa Tengah. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan,
(Online), Vol. 10, No. 2,
(http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/in
dex.php, diakses 4 Oktober 2011).
Wahdini dan Suhairi. 2006. ―Persepsi
Akuntan Terhadap Overload
Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) Bagi Usaha Kecil dan
Menengah‖. Simposium Nasional
Akuntansi 9. 23-26 (Agustus).
Winarto.2011.(http://edukasi.kompasiana.c
om/2011/06/23/ingin-lancar-
menulis-intimlah-dengan-catatan/)
Judul: Gaya Mencatat, diakses 10
Oktober 2011.

15
CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI
Nama : Dwi Putri Pangestuningtyas
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Surabaya, 11 Mei 1990
Status Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Wisma Tropodo, JL. Progo FL-22
RT. 59 RW. 06
Waru Sidoarjo
Telepon / HP : 031 – 8668621 / 0856 3011 789
Institusi : STIE Perbanas Surabaya
Alamat Institusi : Jl. Nginden Semolo, Gg. Nginden Baru II, No. 36,
Surabaya
No. Telepon / Fax : 031-5947151, Fax: 031-5935937
Alamat E – mail : ceypz.putry@yahoo.com
2008310266@students.perbanas.ac.id
RIWAYAT PENDIDIKAN
2008—Sekarang : S1 Jurusan Akuntansi, STIE Perbanas Surabaya
2005—2008 : SMA Negeri 20 Surabaya
2002—2005 : SLTP Negeri 2 Waru
1996—2002 : SDN Tropodo III Waru
PENGALAMAN ORGANISASI
 Anggota English Club STIE Perbanas Surabaya (2009 – 2011)

Demikian curriculum vitae ini saya buat dengan sebenar – benarnya.

Surabaya, 12 Maret 2012

Dwi Putri Pangestuningtyas

Anda mungkin juga menyukai