Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA

Disusun Oleh :

Addino Ken Dimas (01)

I Gede Putu Pratama (19)

Kynanda Ivandi Ramadhan (22)

Muhammad Baihaki Kurniawan (24)

Muhammad Faishal (25)

Zahran Athalla Zidan (36)

XI MIPA 4

Jalan Raya Ragunan, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540

Telepon: 7806293-78841081 Fax : 7806293 ext. 11

Website : www.sman28jkt.sch.id
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu
zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui
konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam
basa.
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam
tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH.
pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisasi
asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa ini adalah penolphetalein
(pp), yang dapat menunjukkan perubahan warna ketika titik akhir yang dapat terjadi
sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan ketika warna itu
pertama kali berubah, sehingga harus dilakukan secara teliti.
Dalam laporan ini, saya akan melaporkan mengenai praktikum titrasi asam basa
antara HCl dengan NaOH serta CH3COOH dengan NaOH.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persamaan reaksi dari percobaan di atas?
2. Berapakah konsentrasi larutah HCl tersebut?
3. Faktor – faktor apa sajakah yang bisa meyebabkan kesalahan pada percobaan
titrasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui persamaan reaksi dari percobaan.
2. Mengetahui konsentrasi dari larutan HCl serta larutan CH3COOH.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
A.1 Pengertian Titrasi
Titrasi adalah salah satu metode kimia untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume
larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang
konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui disebut larutan baku. Larutan yang belum diketahui
konsentrasinya ditambahkan beberapa tetes indikator, kemudian ditetesi
dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi
adalah tepat pada saat terjadi perubahan warna indikator.
A.2 Pengertian Titrasi Asam Basa
Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi
asam-basa. Ada dua jenis titrasi asam basa, yaitu asidimetri (penetuan
konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam) dan
alkalimetri (penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan
larutan baku basa).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes
sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant
dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik
ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan
keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini
mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik
ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai
titik ekuivalen. (Esdi, 2011)
A.3 Menghitung Kemolaran
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama
dengan mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut:

VA x MA x nA = VB x MB x nB

N = Normalitas

V = Volume

M = Molaritas

n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa).


BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


- Buret 50 ml - Indikator penolphetalein
- Larutan HCl - Statif
(konsentrasi belum diketahui) - Klem (clamp)
- Larutan NaOH 0.1 M - Gelas ukur 50 ml
- 3 Erlenmeyer - Corong
- Larutan CH3COOH
(konsentrasi belum diketahui)

B. Langkah Kerja
1. Jepitlah buret 50 ml kepada klem yg telah dijepit pada statif
2. Isi ketiga Erlenmeyer dengan 10 ml HCl menggunakan gelas ukur
3. Tambahkan 2 tetes larutan penolphetatein pada ketiga Erlenmeyer
4. Isi buret 50 ml dengan NaOH 0.1 M sebanyak 50 ml menggunakan corong
5. Titrasikanlah salah satu erlemneyer tersebut dengan cara meneteskan larutan NaOH dari
buret ke dalam Erlenmeyer selagi diguncangkan (hentikan penetesan NaOH ketika larutan
pada Erlenmeyer berubah warna menjadi merah muda)
6. Catat volume NaOH yang digunakan
7. Buanglah larutan HCl yang telah bereaksi lalu cucilah ketiga Erlenmeyer tersebut
8. Ulangi langkah 4-6 kepada dua Erlenmeyer yang lainnya
9. Ulangi langkah 2-7 namun kali ini menggunakan larutan CH3COOH sebagai larutan yang
ditritasi
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Hasil Pengamatan


A.1 Titrasi larutan HCl menggunakan larutan NaOH

Ulangan
No Prosedur Rata - rata
I II III
1 Volume HCl 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml
2 Volume NaOH terpakai 23 ml 22.4 ml 23.5 ml 23 ml

A.2 Titrasi larutan CH3COOH menggunakan larutan NaOH

Ulangan
No Prosedur Rata - rata
I II III
1 Volume CH3COOH 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml
2 Volume NaOH terpakai 50 ml 49.4 ml 49.8 ml 49.8 ml

B. Perhitungan
B.1 Molaritas HCl dengan larutan NaOH 0.1 M
Ulangan I : V1 . M1 = V2 . M2
23 . 0,1 = 10 . M2
M2 = 23. 10-2 M
= 0,23 M

Ulangan II : V1 . M1 = V2 . M2
22,4 . 0,1 = 10 . M2
M2 = 22,4 . 10-2 M
= 0.224 M

Ulangan III : V1 . M1 = V2 . M2
23,5 . 0,1 = 10 . M2
M2 = 23,5 . 10-2 M
= 0.235 M
B.2 Molaritas CH3COOH dengan larutan NaOH 0.1 M
Ulangan I : V1 . M1 = V2 . M2
50 . 0,1 = 10 . M2
M2 = 5. 10-1 M
= 0,5 M

Ulangan II : V1 . M1 = V2 . M2
49,4 . 0,1 = 10 . M2
M2 = 49,4 . 10-2 M
= 0.494 M

Ulangan III : V1 . M1 = V2 . M2
49,8 . 0,1 = 10 . M2
M2 = 49,8 . 10-2 M
= 0.498 M
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai