Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“CA LARING”
DI RUANG 21 RS SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH
KELOMPOK 5 :
1. YULIDA KENCANA SARI
2. TITIN AYU LESTARI
3. SUCI ARTHAYANI
4. RATNA DWI AYUNINGTYAS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Satuan Acara Penyuluhan CA Laring
Di Ruang 21 RS Saiful Anwar Malang

Telah Disetujui Pada


Hari:
Tanggal: Maret 2020

Pembimbing Instansi Pembimbing CI Lahan

..................................... ........................................

Kepala Ruangan 21

....................................
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Pokok Pembahasan : CA Laringan
Sub pokok pembahasan : Pencegahan CA Laring
Sasaran : Semua pasien dan keluarga di Ruang 21 RSSA Malang
Hari/tanggal : Kamis, 05 Maret 2020
Tempat : Depan Ruang 21 RSSA Malang
Pukul : 10.00-11.00

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang CA Laring diharapkan keluarga
pasien mengetahui tentang cara pencegahan CA Laring.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga pasien mampu :
a. Menjelaskan pengertian CA Laring
b. Mengetahui penyebab CA Laring
c. Mengetahui faktor risiko CA Laring
d. Menyebutkan tanda dan gejala CA Laring
e. Mengetahui cara pencegahan CA Laring
B. Materi (terlampir)
Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi :
1. pengertian CA Laring
2. penyebab CA Laring
3. Mengetahui faktor risiko CA Laring
4. Menyebutkan tanda dan gejala CA Laring
5. Mengetahui cara pencegahan CA Laring
C. Media
1. LCD/Proyektor
2. Leaflet
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Setting Tempat

: Moderator

: LCD/Proyektor

: Penyuluh

: Peserta

: Fasilitator

: Observer
F. Pengorganisasi
1. Moderator :
2. Penyuluh :
3. Fasilitator :
4. Observer :
Pembagian Tugas
1. Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir
2. Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan
3. Fasilitator : Memotifasi peserta untuk bertanya
4. Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir
G. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta

1 Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam


(5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menggali memperhatikan
pengetahuan 3. Menjawab pertanyaan
keluarga pasien 4. Mendengarkan dan
tentang CA Laring memperhatikan
4. Menjelaskan tujuan 5. Menyetujui kontrak
Penyuluhan waktu
5. Membuat kontrak
waktu
2 Kegiatan Inti 1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan dan
(20 menit)  Pengertian CA memperhatikan
Laring penjelasan Penyuluh
 Penyebab CA
Laring
 Faktor resiko CA
Laring
 Tanda dan gejala
CA Laring
 Cara Pencegahan
CA Laring
2. Memberikan 2. Aktif bertanya

kesempatan untuk
bertanya
3. Menjawab 3. Mendengarkan

pertanyaan peserta
3 Penutup 1. Menyimpulkan 1. Mendengarkan dan
(5 menit) materi yang Memperhatikan
disampaikan oleh
penyuluh
2. Mengevaluasi 2. Menjawab pertanyaan
peserta atas yang diberikan
penjelasan yang
disampaikan dan
penyuluh
menanyakan kembali
mengenai materi
penyuluhan
3. Salam Penutup 3. Menjawab salam

H. Evaluasi
1. Evaluasi Lisan
a. Apa pengertian CA Laring?
b. Apa saja yang bisa menyebabkan terjadinya CA Laring ?
c. Apa saja Faktor resiko CA Laring?
d. Sebutkan tanda dan gejala CA Laring ?
e. Bagaimana cara pencegahan CA Laring ?
2. Evaluasi struktur
Struktur persiapan sarana dan prasarana keluarga pasien.
3. Evaluasi proses
Evaluasi yang dilakukan saat penyuluhan berlangsung apakah keluarga pasien
mendengarkan dengan baik dan menfeedback.
4. Evaluasi akhir
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui keluarga pasien memahami dari
penyuluhan yang telah disampaikan.
MATERI CA LARING

A. Definisi Kanker
Kanker merupakan penyakit dengan karakteristik adanya gangguan atau kegagalan
mekanisme pengaturan multiplikasi pada organisme multiseluler sehingga terjadi perubahan
perilaku sel yang tidak terkontrol.Perubahan tersebut disebabkan adanya perubahan atau
transformasi genetik, terutama pada gen-gen yang mengatur pertumbuhan, yaitu
protoonkogen dan gen penekan tumor.
Sel-sel yang mengalami transformasi terus-menerus berproliferasi dan menekan
pertumbuhan sel normal.Kanker merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang
tinggi. Data Global action against canser(2005) dari WHO(World Health
Organization)menyatakan bahwa kematian akibat kanker dapat mencapai angka 45% dari
tahun 2007 hingga 2030, yaitu sekitar 7,9 juta jiwa menjadi 11,5 juta jiwa kematian. Di
Indonesia, menurut laporan Riskesdes (2007) prevalensi kanker mencapai 4,3 per 1000
penduduk dan menjadi penyebab kematian nomor tujuh (5,7%) setelah sroke, tuberkulosis,
hipertensi, trauma, perinatal dan diabetes melitus.
Di negara berkembang, kanker merupakan penyebab utama kematian yang
disebabkan oleh penyakit pada anak diatas usia enam bulan. Data kanker laporan Riskesdes
tahun 2007 menyatakan bahwa Indonesia setiap tahunnya ditemukan sekitar 4.100 pasien
kanker anak yang baru. Dari keseluruhan kasus kanker yang ditemukan, meskipun kanker
masih jarang ditemukan terjadi pada golongan usia anak atau masih sekitar 2-6%, namun
kanker merupakan penyakit degenerative yang menyebabkan 10% kematian pada anak.
Kanker yang berasal dari jaringan epitel disebut karsinoma..Karsinoma sel skuamosa
adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan epithelium dengan struktur sel yang
berkelompok, mampu berinfiltrasi melalui aliran darah dan limfatik yang menyebar keseluruh
tubuh(Cancer Biology, 2000).Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis kanker yang paling
sering terjadi di rongga mulut yaitu sekitar 90-95% dari total keganasan pada rongga mulut.
Lokasi Karsinoma sel skuamosa rongga mulut biasanya terletak pada lidah (ventral, dan
lateral), bibir, dasar mulut, mukosa bukal, dan daerah retromolar.Karsinoma sel skuamosa
pada lidah merupakan tumor ganas yang berasal dari mukosa epitel rongga mulut dan
sebagian besar merupakan jenis karsinoma epidermoid.
B. Jenis-jenis Kanker
Adapun jenis-jenis kanker antara lain sebagai berikut :
1. Kanker Laring
2. Kanker leher rahim (kanker serviks)
3. Kanker payudara
4. Penyakit Trofoblas ganas
5. Kanker kulit
6. Kanker nasofaring
7. Kanker paru
8. Kanker hati
9. Kanker kelenjar getah bening (Limfoma Malignum)
10. Kanker usus besar
11. Kanker darah (Leukemia).

C. Kanker Laring
Papiloma adalah salah satu tumor jinak laring. Tumor ini kecil, tumbuh seperti
jengger yang diduga akibat virus. Papiloma dapat diangkat secara eksisi bedah maupun
dengan laser. Ahli bedah harus berhati-hati karena bagian laring yang tidak ditumbuhi
tumor harus dipertahankan untuk mempertahanka fungsi. Tumor jinak lain pada laring
adalah nodul dan polip sering terjadi pada orang yang menggunakan suaranya secara
berlebihan.
Kanker laring diklasifikasikan dan diterapi berdasarkan lokasi anatomisnya. Kanker
laring (kotak suara) dapat terjadi pada glotis (pita suara sejati), struktur supraglotis (di
atas pita suara) atau struktur subglottis (di bawah pita suara). American Cancer Society
memperkirakan 8.900 kasus baru kanker laring setiap tahun, kebanyakan terjadi pada
pria. Akan tetapi insiden kanker laring pada wanita terus meningkat. Jika tidak diobati,
kanker laring sangat fatal, 90% penderita yang tidak di terapi akan meninggal dalam 3
tahun. Kanker ini sangat mungkin dapat disembuhkan jika terdiagnosis dan diterapi lebih
awal.
D. Etiologi dan Faktor Resiko
Agen etiologi primer kanker laring adalah merokok sigaret. Tiga dari 4 klien yang
mengalami kanker laring adalah mantan perokok atau masih merokok. Alkohol juga bekerja
sinergis dengan tembakau untuk meningkatkan resiko perkembangan tumor ganas pada
saluran pernapasan atas. Faktor risiko tambahan meliputi paparan pekerjaan terhadap asbes,
debu kayu, gas mustard, dan produk petroleum/minyak dan inhalasi asap beracun lain.
Laringitis kronis dan penggunaan suara yang berlebihan juga dapat berkontribusi. Penelitian
menunjukkan kaitan antara paparan tembakau dan mutasi gen p53 pada karsinoma sel
skuamosa dari kepala dan leher.

E. Manifestasi Klinis
Tanda peringatan awal kanker laring bergantung pada lokasi tumor. Secara umum
suara parau atau serat yang berlangsung lebih dari 2 minggu harus dievaluasi. Serak terjadi
ketika tumor menginvasi otot dan kartilago di sekitar laring, menyebabkan kekakuan pita
suara. Kebanyakan klien menunggu sebelum mencari pertolongan karena diagnosis serak
kronis.
Tumor pada glotis mencegah penutupan glotis selama berbicara yang akan
menyebabkan suara serak atau perubahan suara. Tumor supraglotis dapat menyebabkan nyeri
pada tenggorok (terutama saat menelan), aspirasi saat menelan, sensasi benda asing di
tenggorok, massa leher, atau nyeri yang menjalar ke telinga melalui nervus vagus dan
glosofaringeus. Tumor subglotis dapat tidak menunjukkan manifestasi klinis sampai lesi
tumbuh dan mengonstruksi jalan napas.

F. Penatalaksanaan Medis
Kanker laring terjadi pada 2 sampai 3% keganasan. Perawatan klien dengan kanker laring
memberikan tantangan unik pada perawat karena deformitas fungsional sering terjadi akibat
gangguan ini dan terapinya. Tumor jinak dan ganas stadium dini dapat diterapi dengan bedah
terbatas dan klien dapat sembuh dengan sedikit penurunan fungsi. Tumor lanjut
membutuhkan terapi ekstensif, meliputi bedah, radiasi dan kemoterapi. Jika dibutuhkan
laringektomi total, pascaoperasi klien tidak dapat berbicara, bernafas lewat mulut atau hidung
dan makan secara normal. Pembuatan trakeostomi permanen akibat bedah akan menghasilkan
efek yang buruk pada kemampuan fungsional klien dan kualitas hidupnya.
G. Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik
Tujuan dari pemeriksaan adalah untuk menilai perluasan tumor, pergerakan pita suara,
patensi jalan nafas, dan perluasan lokoregional. Untuk tujuan ini dilakukan pemeriksaan
lengkap pada kepala dan leher. Pemeriksaan laring (laringoskopi indirek) dengan kaca dapat
melihat adanya massa di laring, namun tidak jarang sulit menilai secara lengkap pada bagian
komisura anterior, untuk evaluasi lebih lengkap dibutuhkan pemeriksaan dengan laringoskopi
fleksibel atau rigid. Pemeriksaan dengan laringoskopi diperlukan untuk mendapatkan
gambaran yang adekuat dari perluasan permukaan tumor primer seerta pergerakan pita suara.
Gambaran yang didapatkan pada pemeriksaan laringoskopi, disamping dideskripsikan
sebaiknya juga direkam berupa photo atau video atau dilukis yang menggambarkan batas dan
perluasan dari tumor pada rekam medis pasien
a. Laringoskopi dan Stroboskopi
Pemeriksaan laringoskopi dengan serat optik atau laringoskop kaku
merupakan pemeriksaan rutin yang dapat memberikan gambaran lebih jelas struktur
laring. Sementara itu pemeriksaan stroboskopi meskipun bukan pemeriksaan yang
esensi, namun dapat memberikan gambaran adanya gangguan gerakan dan gelombang
mukosa pita suara, sehingga dapat mendeteksi adanya pertumbuhan massa lebih dini
pada pita suara. Neoplasma epitel pada pita suara biasanya akan tampak berupa lesi
keputihan atau lesi kemerahan di pita suara, lesi dapat datar atau eksofitik.
Pemeriksaan laringoskopi direk dilakukan di kamar operasi saat melakukan biopsi,
pada pemeriksaan ini sebaiknya digunakan teleskop rigid 0 0 , 300 , dan 700 atau
dengan mikroskop, sehingga memberikan gambaran yang lebih detail dari tumor.
b. Endoskopi Narrow band imaging
Pemeriksaan narrow band imaging merupakan pendekatan yang menjanjikan
dalam mendeteksi dan menbedakan secara invivo antara lesi maligna dengan
nonmaligna pada laring dengan melakuakan penilaian morfologi dari kapiler mukosa
laring. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada saat pemeriksaan laringoskopi rutin.
c. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi sangat membantu untuk menunjang pemeriksaan fisik,
namun tidak bisa menggantikan pemeriksaan fisik laring, dan periksaan radiologi ini
penting untuk menentukan stadium (staging) tumor. Pemeriksaan Radiologi dapat
menggambarkan anatomi yang tidak dapat dievaluasi secara objektif dengan
pemeriksaan fisik dan endoskopi seperti ruang pre-epiglotik, ruang paraglotik, invasi
kartilago tiroid dan perluasan ke ektra laring. Modalitas utama pemeriksaan radiologi
pada tumor laring adalah CT scan dengan kontras, CT scan potongan tipis akan
memberikan gambaran perluasan tumor, terutama perluasan ke inferior, invasi ruang
paraglotis, ruang pre-epiglotik dan/ atau ekstensi ke kartilago tiroid, jaringan lunak
paralaring, serta metastasis regional. Pemeriksaan MRI menunjang pemeriksaan CT
scan, pemeriksaan MRI mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi namun spesifitas
yang lebih rendah dalam menentukan invasi kartilago laring. Pemeriksaan radiologi
sebaiknya dilakukan sebelum biopsi karena manipulasi pada laring saat laringoskopi
direk dan biopsi dapat menyebabkan inflamasiyang dapat berpengaruh pada
penentuan stadium tumor.
d. Biopsi Tumor
Untuk kepentingan konfirmasi patologi, biopsi dilakukan di kamar operasi
dengan laringoskopi langsung. Sebagian besar tumor ganas di laring berupa
karsinoma sel skuamosa. Biopsi sebaiknya dilakukan setelah pemeriksaan radiologi.
e. Penentuan Stadium (Staging)
Penentuan stadium perlu dilakukan untuk merencanakan penatalaksanaan dan
penentuan prognosis, stadium tumor ganas laring berdasarkan American Joint
Committee of Cancer (AJCC) edisi 8 adalah:
Tumor Primer (T)
Supraglotis
Tx: Tumor primer tidak bisa ditentukan Tis: Karsinoma insitu
T1: Tumor terbatas pada satu subsite dari supraglotis dengan pergerakan pita suara
normal. T2: Tumor menginvasi mukosa lebih dari satu subsite di supraglotis atau
glotis atau diluar supraglotis (seperti mukosa pangkal lidah, valekula, atau dinding
medial sinus piriformis) tanpa fiksasi laring.
T3: Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara dan/ atau menginvasi
postkrikoid, ruang pre-epiglotis, ruang paraglotis dan/ atau korteks dalam dari
kartilago tiroid.
T4: Moderately advanced atau sangat Advanced
T4a: Moderately advanced tumor primer, tumor menginvasi korteks luar tulang rawan
tiroid dan/ atau meluas ke jaringan ekstra laring (trakea, kartilago krikoid, jaringan
lunak leher termasuk otot ekstrinsik dalam dari lidah,otot-otot strap, tiroid atau
esofagus).
T4b: Sangat Advanced tumor lokal, tumor menginvasi ruang prevertebra, arteri
karotis, atau menginvasi struktur mediastinum.
Glotis
Tx: Tumor primer tidak bisa ditentukan
Tis: Karsinoma insitu
T1: Tumor terbatas pada pita suara/ plika vokalis (bisa melibatkan komisura anterior
ataupun posterior), pergerakan normal.
T1a :Tumor terbatas pada satu pita suara
T1b :Tumor melibatkan kedua pita suara
T2: Tumor meluas sampai ke supraglotis dan/ atau subglotis dan atau dengan
gangguan pergerakan pita suara.
T3: Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara dan/ atau menginvasi ruang
paraglotis dan/ atau inner cortex dari kartilago tiroid.
T4: Moderately advanced atau sangat Advanced
T4a: Moderately advanced tumor primer, tumor menginvasi korteks luar tulang rawan
tiroid dan/ atau meluas ke jaringan ekstra laring (trakea, kartilago krikoid, jaringan
lunak leher termasuk otot ekstrinsik dalam dari lidah,otot-otot strap, tiroid atau
esofagus).
T4b: Sangat Advanced tumor lokal, tumor menginvasi ruang prevertebra, arteri
karotis, atau menginvasi struktur mediastinum.
Subglotis
Tx: Tumor primer tidak bisa ditentukan
Tis: Karsinoma insitu
T1: Tumor terbatas pada subglotis
T2: Tumor meluas ke pita suara dengan atau tanpa gangguan pergerakan.
T3: Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara dan/ atau menginvasi ruang
paraglotis dan/ atau korteks dalam dari kartilago tiroid.
T4: Moderately advanced atau sangat Advanced
T4a: Moderately advanced tumor primer, tumor menginvasi korteks luar tulang rawan
tiroid dan/ atau meluas ke jaringan ekstra laring (trakea, kartilago krikoid, jaringan
lunak leher termasuk otot ekstrinsik dalam dari lidah,otot-otot strap, tiroid atau
esofagus).
T4b: Sangat Advanced tumor lokal, tumor menginvasi ruang prevertebra, arteri
karotis, atau menginvasi struktur mediastinum.
Kelenjar Getah bening Regional (N)
Nx: Kelenjar limfe regional tidak tidak bisa ditentukan.
N0: Tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening regional.
N1: Metastasis pada satu kelenjar limfe ipsilateral dengan ukuran diameter terpanjang
≤ 3 cm dan ENE (-).
N2a: Metastasis pada satu kelenjar limfe ipsilateral dengan ukuran diameter
terpanjang lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm dan ENE (-) .
N2b: Metastasis pada multipel kelenjar limfe ipsilateral dengan diameter terpanjang
tidak lebih dari 6 cm dan ENE (-).
N2c: Metastasis bilateral atau kontralateral kelenjar limfe dengan diameter terpanjang
tidak lebih dari 6 cm dan ENE (-).
N3a: Metastasis kelenjar limfe dengan diameter terpanjang lebih dari 6 cm dan ENE(-
N3b: Metastasis pada setiap kelenjar limfe dengan ENE (+)
Metastasis Jauh (M)
M0 : Tidak ada metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh.
Stadium
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III : T3 N0 M0 T1,T2,T3 N1 M0
Stadium IVA : T4a N0, N1 M0 T1,T2,T3 ,T4a N2 M0
Stadium IVB : Semua T N3 M0 T4b semua N M0
Stadium IVC : semua T semua N M1
Ket: ENE: Extra Nodular Extension
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Hermani B. Abdurrahman H. 2001. Tumor laring. Dalam Soepardi EA, Iskandar N Ed. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher. Edisi ke-5. Jakarta.
Balai Penerbit
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sistem Ke Sel Edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai