Semester IV
Mata Kuliah : Psikolinguistik
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Deliani, Msi
KATA PENGHANTAR
1
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya diakhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak khususnya kepada dosen Psikolinguistik Ibu Dra. Hj. Deliani,
Msi .yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II Hakikat pemerolehan bahasa
A. Hakikat pemerolehan bahasa anak
B. Ragam pemerolehan bahasa anak
C. Strategi pemerolehan bahasa anak
BAB III Perkembangan kognitif anak
A. Pengertian perkembangan kognitif anak
B. Proses perkembangan kognitif anak
BAB IV Perkembangan sosial anak
A. Pengertian Perkembangan sosial anak
B. Ciri-ciri Perkembangan sosial anak
C. Tahap-tahap Perkembangan sosial anak
BAB VI Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerolehan bahasa dan perkembangan bahasa anak mendasari
kemampuan mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia kepada siswa di sekolah
dasar terutama siswa di kelas rendah. Karakteristik setiap anak tidak sama
sehingga dengan mempelajari pemerolehan dan perkembangan bahasa anak
guru dapat mengatasi perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya.
Siswa sekolah dasar pada umumnya berlatar belakang dwibahasa bahkan
multi bahasa, sehingga dengan mempelajari materi pemerolehan dan
perkembangan bahasa anak, guru dapat benar-benar memahami konteks sosial
budaya lingkungan anak didiknya dan menghargai keragaman budaya
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan beberapa permasalahan,
diantaranya:
A. Apa yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa anak?
B. Apa saja ragam pemerolehan bahasa anak?
C. Bagaimanakah strategi pemerolehan bahasa anak?
D. Apa pengertian perkembangan kognitif ?
4
E. Bagaimana proses perkembangan kognitif anak?
F. Apa pengertian perkembangan sosial anak?
G. Apa ciri ciri perkembangan social anak ?
C. Tujuan
Dengan mempelajari materi pemerolehan dan perkembangan bahasa anak,
mahasiswa diharapkan mampu :
A. Menjelaskan hakikat pemerolehan bahasa anak.
B. Menjelaskan ragam pemerolehan bahasa anak.
C. Menjelaskan strategi pemerolehan bahasa anak.
D. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif anak
E. Mengetahui proses perkembangan kognitif anak
F. Mengetahui pengertian perkembangan sosial anak
G. Mengetahui ciri ciri perkembangan sosial anak
H. Mengetahui tahap tahap perkembangan sosial anak
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
4. Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa
yang bermakna bagi anak.
7
struktur bahasanya. Anak akan mengucapkan kata berikutnya untuk keperluan
komunikasinya dengan orang tua atau kerabat dekatnya.
Anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa pada umumnya
menggunakan 4 strategi. Strategi pertama adalah meniru/imitasi. Berbagai
penelitian menemukan berbagai jenis peniruan atau imitasi, seperti:
1. Imitasi spontan
2. Imitasi perolehan
3. Imitasi segera
4. Imitasi lambat
5. Imitasi perluasan
Strategi kedua dalam pemerolehan bahasa adalah strategi produktivitas.
Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa
melalui sarana komunikasi linguistik dan nonlinguistik (mimik, gerak, isyarat,
suara dsb).
Strategi ketiga adalah strategi umpan balik, yaitu umpan balik antara
strategi produksi ujaran (ucapan) dengan responsi.
Strategi keempat adalah apa yang disebut prinsip operasi. Dalam strategi
ini anak dikenalkan dengan pedoman, ”Gunakan beberapa prinsip operasi
umum untuk memikirkan serta menggunakan bahasa”( hindarkan kekecualian,
prinsip khusus: seperti kata: berajar menjadi belajar).
8
politik, ekonomi dan pendidikan. Terdapat perbedaan dalam proses belajar
bahasa pertama dan bahasa kedua.
Proses belajar bahasa pertama memiliki ciri-ciri:
1. Belajar tidak disengaja.
2. Berlangsung sejak lahir.
3. Lingkungan keluarga sangat menentukan.
4. Motivasi ada karena kebutuhan.
5. Banyak waktu untuk mencoba bahasa.
6. Banyak kesempatan untuk berkomunikasi.
Pada proses belajar bahasa kedua terdapat ciri-ciri:
1. Belajar bahasa disengaja, misalnya karena menjadi salah satu mata
pelajaran di sekolah.
2. Berlangsung setelah pelajar berada di sekolah.
3. Lingkungan sekolah sangat menentukan.
4. Motivasi pelajar untuk mempelajarinya tidak sekuat mempelajari
bahasa pertama. Motivasi itu misalnya ingin memperoleh nilai baik
pada waktu ulangan atau ujian.
5. Waktu belajar terbatas.
6. Belajar tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan
bahasa yang dipelajari.
7. Bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua.
8. Umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang telah lewat
sehingga proses belajar bahasa kedua berlangsung lama.
9. Disediakan alat bantu belajar.
10. Ada orang yang mengorganisasi
Dalam kaitannya dengan proses belajar bahasa kedua perlu
diperhatikan beberapa strategi yang dapat diterapkan. Stern (1983)
menjelaskan ada sepuluh strategi dalam proses belajar bahasa, yaitu:
1. Strategi perencanaan dan belajar positif.
2. Strategi aktif, pendekatan aktif dalam tugas belajar, libatkan siswa
Anda secara aktif dalam belajar bahasa bahkan melalui pelajaran yang
lain.
3. Strategi empatik, ciptakan empatik pada waktu belajar bahasa.
4. Strategi formal, perlu ditanamkan kepada siswa bahwa proses
belajar bahasa ini formal/terstruktur sebab pendidikan yang sedang
ditanamkan adalah pendidikan formal bukan alamiah.
5. Strategi eksperimental, mencoba sesuatu hal yang baru untuk
peningkatan belajar siswa.
9
6. Strategi semantik, yakni menambah kosakata siswa dengan
berbagai cara, misalnya permainan (contoh: teka-teki); permainan
dapat meningkatkan keberhasilan belajar bahasa.
7. Strategi praktis, pancinglah keinginan siswa untuk mempraktikan
apa yang telah didapatkan dalam belajar bahasa, Anda sendiri harus
dapat menciptakan situasi yang kondusif di kelas.
8. Strategi komunikasi, tidak hanya di kelas, motivasi siswa untuk
menggunakan bahasa dalam kehidupan nyata meskipun tanpa
dipantau, berikan pertanyaan-pertanyaan atau PR yang memancing
mereka bertanya kepada orang lain sehingga strategi ini terpakai.
9. Strategi monitor, siswa dapat saja memonitor sendiri dan
mengkritik penggunaan bahasa yang dipakainya, ini demi kemajuan
mereka.
10. Strategi internalisasi, perlu pengembangan/pembelajaran bahasa
kedua yang telah dipelajari secara terus-menerus/berkesinambungan.
BAB III
Perkembangan Kognitif Anak
10
pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan
tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar
secara aktif dilingkungan sekolah.
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda
dengan piaget. Vygotsky lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu
konteks sosial dan interaksi dengan orang lain dalam proses belajar anak.
Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau
dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja
menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas
itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami
bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi
untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan,
atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya.
11
tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan
tindakan fisik.
BAB IV
Perkembangan Sosial Anak
12
Muhibin (1999:35) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan
proses pembentukansocial self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam
keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978:250)
mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan
berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. “Sosialisasi adalah kemampuan
bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial”.Abu Ahmadi
juga berpendapat bahwa perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia itu
lahir.Sebagai contoh, anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat
disapa.Hal ini membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan
lingkungannya.
Perkembangan sosial-emosional meliputi perkembangan dalam hal
emosi,kepribadian, dan hubungan interpersonal (Papalia, dkk., 2004). Selama
tahun kanak-kanak awal, perkembangan sosial-emosional berkisar tentang proses
sosialisasi, yaitu proses ketika anak mempelajari nilai-nilai dan perilaku yang
diterima dari masyarakat (Dodge, dkk., 2002).
Anak itu merupakan pribadi-sosial yang memerlukan relasi dan
komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai,
ingin diakui dan dihargai. Berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan
tempat dalam kelompoknya (Kartini Kartono,1982:50).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial adalah
serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman, baik dalam hal emosi, kepribadian, maupun
hubungan interpersonal yang diterima dari lingkungan sosial. Lingkungan sosial
inilah yang memberikan fasilitas dan arena bermain pada anak untuk pelaksanaan
realisasi diri. Seorang anak yang berdiri sendiri, terpisah secara total dari
masyarakat dan dari pengaruh kulturil orang dewasa, tidak mungkin jadi anak
normal. Tanpa bantuan orang dewasa, anak akan mati. Tanpa bantuan manusia
lain, anak tidak mungkin mencapai taraf kemanusiaan yang normal.
13
telur bisa langsung berenang, tetapi bayi tidak mungkin langsung berjalan.Ia
masih belum berdaya meskipun memiliki potensi untuk berkembang. Karena itu
ia memerlukan bantuan dari orang dewasa agar ia bisa tumbuh mengenal dan
memahami lingkunganya.
Dalam perkembangan sosial anak terdapat beberapa ciri dalam setiap
periodenya, yaitu sebagai berikut.
1. Periode Bayi (0-2 tahun)
Masa bayi adalah fase pertumbuhan dan perkembangan yang penting dalam
sejarah kehidupan manusia.Periode ini juga dianggap periode vital karena masa
ini merupakan masa pembentukan awal anak baik jasmani maupun mentalnya.
Pada saat bayi lahir, kemampuan otak telah terbentuk selama dalam kandungan
sekitar 50% dan kemampuan itu terus bertambah sampai dengan umur lima tahun.
Pertumbuhan jasmani otak sangat bergantung kepada kodisi kesehatan.
Pada usia 1-3 bulan, aktivitas bayi dalam sehari semalam 75%, sedangkan
25% sisanya terdiri atas gerak spontan, makan, minum, dan reaksi negatif seperti
menangis.
Pada usia 4-6 bulan 50% aktivitas bayi dalam sehari semalam adalah tidur,
sedangkan 50% lainnya diisi dengan aktivitas gerak spontan, makan-minum,
reaksi negatif, bangun yang tenang, antara bangun dan tidur, dan bereksperimen.
Pada usia 7-10 bulan 50% aktivitas bayi dalam sehari semalam tidur, 50%
lainnya digunakan untuk aktivitas makan, minum, bangun yang tenang, reaksi
negatif, antara bangun dan tidur, gerakan impulsif dan reaksi-reaksi lainnya.
Beberapa perubahan aktivitas bayi pada bulan ke 10, anak sudah jarang menangis,
menampilkan ekspresi muka yang lucu, dari merangkak mencoba belajar berdiri,
berupaya menjangkau dan memegang benda sekitarnya dan memasukannya ke
mulut, mulai belajar mengucapkan kata-kata untuk menyatakan pikiran dan
perasaannya.
Berikut rincian perkembangan sosial anak pada periode sampai 2 tahun.
14
bicara, membuat penyesuaian dengan tertawa padanya.
4-6 bulan Tersenyum dengan bayi lain
5-6 bulan Bereaksi berbeda terhadap suara yang ramah dan tidak.
7 bulan Kadang-kadang agresif, menjambak, mencakar, dan sebagainya.
6-8 bulan Memegang, melihat, merebut benda dari bayi lain
7-9 bulan Mengikuti suara-suara, tingkah laku yang sederhana
9-13 Meniru suara, mengeksplorasi bayi lain, menjambak, dan sebagainya.
bulan Bisa bermain dengan permainan tanpa komunikasi.
12 Mengenal larangan.
bulan/1
tahun
13-18 Mulai minat terhadap bayi lain.
bulan
15 bulan Memperlihatkan minat yan tinggi terhadap orang dewasa dan selalu
ingin dekat serta mutasi dengan mereka.
24 bulan Dapat membantu melakukan aktivitas sederhana.
(2 tahun) Menggunakan permainan sebagai alat untuk hubungan sosial. Disini
mereka bermain bersama, tetapi tidak ada interaksi- salutary a
paralel play.
16
d. Pola bermain anak prasekolah lebih bervariasi fungsinya sesuai dengan kelas
sosial dan gender. Anak dari kelas menengah lebih banyak bermain asosiatif,
kooperatif, dan konstruktif, sedangkan anak perempuan lebih banyak bermain
soliter, konstruktif, paralel, dan dramatik. Anak laki-laki lebih banyak bermain
fungsional soliter dan asosiatif dramatis.
e. Perselisihan sering terjadi. Akan tetapi sebentar kemudian mereka berbaikan
kembali. Anak laki-laki banyak melakukan tindakan agresif dan menantang.
f. Setelah masuk TK, pada umunya kesadaran mereka terhadap peran jenis kelamin
telah berkembang. Anak laki-laki lebih senang bermain di luar, bermain kasar dan
bertingkah laku agresif, sedangkan anak perempuan lebih suka bermain yang
bersifat kesenian, bermain boneka atau menari.
17
mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil,
sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.
18
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerolehan bahasa adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak
seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa anak
dimulai dari lingkungannya terutama lingkungan keluarga, ini disebut
pemerolehan bahasa pertama yang terjadi dalam kehidupan awal anak. Anak-
anak dalam proses pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4
strategi, yaitu imitasi, produktivitas, umpan balik dan prinsip operasi.
Sedangkan pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh
bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa
ibu (bahasa pertama).
Setiap anak mempunyai language acquisition device (LAD), yaitu
kemampuan alamiah anak untuk berbahasa. Tahun-tahun awal masa anak-anak
merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa (critical-period). Jika
pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja, maka ketidakmampuan
dalam menggunakan tata bahasa yang baik akan dialami seumur hidup.
B. Saran
Sebagai calon pendidik, mahasiswa diharapkan benar-benar memahami
materi pemerolehan dan perkembangan bahasa anak. Karena materi ini akan
memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang bagaimana sesungguhnya
cara anak-anak belajar bahasa dan sejak kapan anak anak mulai belajar
bahasa. Pemahaman yang baik mengenai hal itu, tentu akan memudahkan
mahasiswa untuk menciptakan suasana pembelajaran bahasa Indonesia yang
sesuai dengan ssituasi, kebiasaan, dan strategi belajar bahasa anak yan
memungkinkannya menguasai bahasa dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
19
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik).
Bandung: CV Pustaka Setia.
20