Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEMINAR GIZI

KELUARGA SADAR GIZI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Gizi
Dosen Pengampu : Cahyani Wira Prayuda., S.KM., M.PH

Disusun Oleh :

Kholid Rifahmi | 17183091008

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLA AL-IHYA KUNINGAN


Jalan Cut Nyak Dien No,38 Kuningan 45511
KATA PENGANTAR
Puju syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah Seminar Gizi tentang


Keluarga Sadar Gizi ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Kuningan, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
Pengertian Keluarga Sadar Gizi .......................................................................
Pembinaan Keluarga Sadar Gizi ......................................................................
Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi ..........................................................
Sasaran Pembinaan Keluarga Sadar Gizi .........................................................
Program Keluarga Sadar Gizi ..........................................................................
Indikator Keluarga Sadar Gizi .........................................................................
Menyusun Menu Seimbang .............................................................................

BAB III
PENUTUP ....................................................................................................... 17
A. Kesimpulan .......................................................................................... 17
B. Saran ..................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu upaya dalam program perbaikan gizi adalah meningkatkan mutu
konsumsi makanan, sehingga berdampak pada perbaikan status gizi masyarakat. Sasaran
program ini adalah mewujudkan pola konsumsi makanan yang baik dan benar . Tahun
1998 telah dicanangkan program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) yang dimotori oleh
Departemen Kesehatan, yang menjadi sasaran utama program Kadarzi adalah keluarga
yang mempunyai kelainan gizi , golongan pra-sejahtera dan sejahtera I. Perencanaan
program Kadarzi bertujuan agar pada tahun 2000 paling tidak setengah keluarga
Indonesia telah menjadi Keluarga Sadar Gizi. Disebut Keluarga Sadar Gizi jika sikap
dan perilaku keluarga dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi sebaik-baiknya
yang tercermin pada pola konsumsi pangan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang.

Sejalan dengan adanya Inpres nomor 8 tahun 1993, tentang Gerakan


Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi yang berisi empat strategi utama yaitu
pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan kerjasama lintas
sektor serta peningkatan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan , di dalam Rencana
Aksi Pangan dan Gizi Nasional (RAPGN) 2001-2005, Undang-Undang nomor 25 tahun
2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan Indonesia Sehat 2010
ditetapkan bahwa 80% keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi, karena keluarga
mempunyai nilai yang amat strategis dan menjadi inti dalam pembangunan seluruh
masyarakat, serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya .

Tingkat sadar gizi keluarga merupakan ukuran dari keberhasilan program Kadarzi,
diharapkan dengan adanya program Kadarzi dapat meningkatkan kesadaran gizi
keluarga. Tingkat sadar gizi keluarga dapat diukur dengan menggunakan indikator
Kadarzi yaitu makan aneka ragam makanan, memantau status gizi dengan cara

3
menimbang berat badan, menggunakan garam beryodium, memberikan ASI Eksklusif
kepada bayi dan biasa sarapan pagi

Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai keluarga sadar gizi, karena
pada umumnya masyarakat belum mengetahui atau belum mengerti apa itu sebenarnya
Kadarzi sehingga perilaku konsumsi pangan masyarakat, baik individu maupun keluarga
belum mengarah pada keseimbangan gizi sehingga timbul masalah gizi kurang dan gizi
lebih, serta penyakit degeneratif yang banyak tejadi sekarang ini. Hal ini terjadi karena
kurang memasyarakatnya Kadarzi dan masyarakat masih belum menerapkan indikator
dari Kadarzi itu secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Keluarga Sadar Gizi ?
2. Bagaimana Pembinaan Keluarga Sadar Gizi ?
3. Apa Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi ?
4. Siapa Sasaran Pembinaan Keluarga Sadar Gizi ?
5. Bagaimana Program Keluarga Sadar Gizi ?
6. Apa Saja Indikator Keluarga Sadar Gizi ?
7. Bagaimana Menyusun Menu Seimbang ?

C. TujuanPenulisan

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Keluarga Sadar Gizi


Kadarzi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan
mengatasi masalah gizi anggota keluarganya. Yang dimaksud perilaku gizi seimbang
adalah pengetahuan, sikap dan praktek keluarga mengkonsumsi makanan seimbang dan
berperilaku hidup sehat. Kadarzi merupakan suatu gerakan yang terkait dengan program
Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga (UPGK). Disebut Kadarzi, jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara
mandiri mewujudkan keadaan gizi yang sebaik-baiknya yang tercermin dari pada
konsumsi pangan yang beraneka ragam dan bermutu gizi seimbang. Dalam keluarga
sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota keluarga yang dengan sadar bersedia
melakukan perubahan ke arah keluarga yang berperilaku gizi baik dan benar. Bisa
seorang ayah, ibu, anak, atau siapapun yang terhimpun dalam keluarga itu.
Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang
dicirikan minimal dengan ;
1. Menimbang berat badan secara teratur
2. memberikan air susu ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan
(ASI eksklusif)
3. makan beraneka ragam
4. menggunakan garam beryodium
5. minum suplemen gizi sesuai anjuran
Anggota keluarga perlu menimbang berat badan secara teratur karena berat
badan merupakan petunjuk yang baik akan keadaan gizi dan kesehatan. Perubahan berat
badan menunjukkan perubahan konsumsi makanan dan/atau gangguan kesehatan.
Menimbang berat badan tidaklah sulit, dan bisa dilakukan di mana saja, di pusat
pelayanan kesehatan atau di rumah sendiri.

5
Makanan beragam sangatlah penting, karena tidak ada satu jenis bahan makanan
pun yang bisa memenuhi semua kebutuhan zat gizi. Sehingga keanekaragaman bahan
makanan menyediakan zat gizi yang beraneka guna memenuhi kebutuhan zat gizi bagi
tubuh. Untuk bisa menemuhi semua kebutuhan zat gizi, makanan sehari-hari terdiri dari
makanan pokok (sumber karbohidrat), lauk-pauk (sumber protein), sayuran dan buah
(sumber vitamin, mineral, serat), serta cukup mengonsumsi cairan/air.
Zat yodium diperlukan tubuh setiap harinya, sedangkan bahan makanan mentah
sehari-harinya secara umum miskin akan zat yodium. Kekurangan zat yodium bisa
menimbulkan penurunan kecerdasan dan tumbuh kembang yang dikenal sebagai
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan hanya diberikan ASI saja, karena ASI
merupakan makanan bayi yang paling sempurna, bersih dan sehat. ASI saja cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan untuk tumbuh kembang normal. ASI
juga praktis dan murah serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi, pun bisa
menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.
Karena kebutuhan zat gizi pada kelompok bayi, balita, ibu hamil dan ibu
menyusui meningkat dan seringkali tidak bisa dipenuhi dari makanan sehari-hari, maka
perlu mengonsumsi suplemen gizi sesuai anjuran. Suplemen zat gizi diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi.
Kebutuhan suplemen gizi adalah: Kapsul vitamin A untuk bayi dan balita 2 kali
setahun (setiap 6 bulan); apsul vitamin A untuk ibu nifas 1 kali selama masa nifas; ablet
Fe (zat besi) untuk ibu hamil – 1 tablet setiap hari selama 90 hari. Tahap awal untuk
mencapai indikator tersebut lanjutnya, adalah setiap keluarga minimal ada seseorang
anggota keluarga yang sadar dan bersedia melakukan perubahan ke arah keluarga yang
berprilaku gizi yang baik. Untuk menilai apakah suatu keluarga sadar gizi dapat kita
lihat dengan kriteria dibawah ini :

 Seluruh anggota keluarga berstatus gizi baik.


 Tidak ada lagi bayi berat lahir rendah ( < 2500 gram).

6
 Keluarga telah menggunakan garam beryodium.
 Semua bayi 0-6 bulan hanya diberi ASI saja.
 Semua balita naik berat badannya.
 Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gizi lebih

Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit
infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup
akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit. Demikian juga bila seseorang sering
sakit akan menyebabkan gangguan nafsu makan dan selanjutnya akan mengakibatkan
gizi kurang. Di tingkat keluarga dan masyarakat, masalah gizi dipengaruhi oleh

a) Kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik jumlah


maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya,
b) Pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam hal :
 Memilih, mengolah dan membagi makanan antar anggota keluarga sesuai
dengan kebutuhan gizinya.
 Memberikan perhatian dan kasih sayang dalam mengasuh anak.
 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dan gizi yang tersedia,
 Terjangkau dan memadai (Posyandu, Pos Kesehatan Desa, Puskesmas, dll).
c) Tersedianya pelayanan kesehatan dan gizi yang terjangkau dan berkualitas.
d) Kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan
lingkungan.

Selama ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi mencakup promosi gizi seimbang
termasuk penyuluhan gizi di Posyandu, fortifikasi pangan, pemberian makanan
tambahan termasuk MP-ASI, pemberian suplemen gizi (kapsul Vitamin A dan Tablet
Tambah Darah/TTD), pemantauan dan penanggulangan gizi buruk. Kenyataannya masih
banyak keluarga yang belum berperilaku gizi yang baik sehingga penurunan masalah
gizi berjalan lamban. Masih banyaknya kasus gizi kurang menunjukkan bahwa asuhan
gizi di tingkat keluarga belum memadai. Masalah lain yang menghambat penerapan

7
perilaku KADARZI adalah adanya kepercayaan, adat kebiasaan dan mitos negatif pada
keluarga. Sebagai contoh masih banyak keluarga yang mempunyai anggapan negatif dan
pantangan terhadap beberapa jenis makanan yang justru sangat bermanfaat bagi asupan
gizi. Oleh sebab itu diperlukan upaya pemberdayaan melalui pendampingan.
Pendampingan keluarga KADARZI adalah proses mendorong, menyemangati,
membimbing dan memberikan kemudahan oleh kader pendamping kepada keluarga
guna mengatasi masalah gizi yang dialami

B. Pembinaan Keluarga Sadar Gizi


Pembinaan keluarga sadar gizi adalah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan keluarga, agar terwujud keluarga yang sadar gizi.
Upaya meningkatkan kemampuan keluarga itu dilakukan dengan penyuluhan,
demo, diskusi dan pelatihan (Depkes RI, 1998).

C. Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi


Tujuan pembinaan keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah:
1. Menimbang balita ke posyandu secara berkala
2. Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi (gizi kurang dan
gizi lebih)
3. Mampu menerapkan susunan hidangan yang baik dan benar, sesuai dengan Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS)
4. Mampu mencegah dan mengatasi kejadian, atau mencari rujukan, manakala terjadi
kelainan gizi di dalam keluarga
5. Menghasilkan makanan melalui pekarangan.
D. Sasaran Pembinaan Keluarga Sadar Gizi
Sasaran pembinaan Kadarzi adalah semua keluarga di wilayah kerja puskesmas.
Namun perhatian utama pembinaan ditujukan kepada keluarga yang memiliki
kelainan gizi, keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera tahap I. Dengan adanya
pembinaan kadarzi maka diharapkan agar :

8
1. Dalam setiap keluarga, setidak-tidaknya terdapat seorang anggota keluarga
yang menjadi kader kadarzi.
2. Semua keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
3. Tidak ada lagi masalah gizi utama dikalangan keluarga (Depkes RI, 1998).
E. Program Keluarga Sadar Gizi
1. Pemetaan Kadarzi
Pemetaan kadarzi dilakukan untuk menganalisis situasi kadarzi di suatu
wilayah kerja puskesmas yang dilakukan pertama kali oleh Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) kemudian untuk berikutnya dilakukan oleh ketua kelompok posyandu.
Pemetaan dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu setiap bulan Februari dan Agustus.
Tujuan pemetaan kadarzi yaitu :
a. Mendapatakan informasi situasi kadarzi dalam satu wilayah atau
dasawisma berdasarkan indikator yang ditentukan.
b. Mendapatkan gambaran masalah gizi dan perilaku gizi yang baik dan benar
yang belum dapat dilaksanakan oleh keluar
c. Sebagai bahan acuan pemantauan dan evaluasi situasi kadarzi dari waktu-
kewaktu
Sasaran Pemetaan Kadarzi Sasaran pemetaan kadarzi adalah semua keluarga
yang ada di wilayah kerja puskesmas.
2. Konseling Kadarzi
Konseling kadarzi adalah dialog atau konsultasi antara kader dasawisma,
tenaga penggerak masyarakat (TPM) untuk membantu memecahkan masalah
prilaku gizi yang belum dapat dilakukan oleh keluarga
Tujuan konseling kadarzi adalah untuk memantapkan kemauan dan
kemampuan keluarga dalam melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar
dengan memanfaatkan yang dimiliki keluarga atau yang ada di lingkungannya.
Pelaksanaan konseling kadarzi, untuk pertama kali konseling dilakukan oleh
tenaga pelaksana gizi (TPG) puskesmas bersama tenaga penggerak masyarakat
dan kader dasawisma. Untuk selanjutnya konseling kadarzi dilakukan oleh kader
dasawisma dan TPM.
9
Sasaran konseling kadarzi Konseling dilakukan pada keluarga yang belum
menerapkan indikator sadar gizi. Konseling ditujukan kepada anggota keluarga
yang sudah dewasa (Depkes RI, 2000)
Strategi untuk mencapai sasaran keluarga sadar gizi (Kadarzi).

3. Strategi untuk mencapai sasaran kadarzi adalah :


a) Meningkatkan fungsi dan peranan posyandu sebagai wahana masyarakat
dalam memantau dan mencegah secara dini gangguan pertumbuhan balita.
b) Menyelenggarakan pendidikan/promosi gizi secara sistematis melalui
advokasi, sosialisasi, dan pendampingan keluarga.
c) Menggalang kerja sama dengan lintas sektor dan kemitraan dengan swasta
dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta pihak lainnya dalam
mobilisasi sumber daya untuk penyediaan pangan.
d) Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan suplemen gizi terutama zat gizi mikro
dan MP-ASI bagi balita dalam keluarga di bawah garis miskin.
e) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas dan
jaringannya dalam pengelolaan dan tatalaksana pelayanan gizi.
f) Mengupayakan dukungan sarana dan prasarana pelayanan untuk meningkatkan
cakupan dan kualitas pelayanan gizi di puskesmas dan jaringannya (Depkes RI,
2007).

F. Indikator Keluarga Sadar Gizi


Indikator keluarga sadar gizi digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi
keluarga. Menurut Depkes (2007), ada 5 indikator kadarzi yang meliputi :
penimbangan berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak
lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan
garam beryodium, memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A pada balita)
sesuai anjuran.

10
G. Menyusun Menu Seimbang
1. Pengertian Menu Seimbang
Menu Seimbang adalah menu yang mengandung semua golongan bahan
makanan yang dibutuhkan dengan memperlihatkan keseimbangan unsur-
unsur gizi yang terkandung di dalamnya Dalam penyusunan menu
makanan perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
a) Jumlah makanan harus sesuai dengan jumlah anggota keluarga
b) Makanan harus dapat menyediakan zat-zat gizi
c) Makanan harus dalam jangkauan keuangan keluarga
d) Hidangan harus dinikmati oleh seluruh keluarga
e) Menyusun daftar menu
f) Menilai hasil konsumsi.
2. Pemilihan Bahan Makanan
Pemilihan bahan makanan hendaknya disesuaikan dengan selaras
kandungan gizi, ketersediaan bahan pangan di daerah setempat, dan yang
cukup penting adalah upaya menganekaragamkan jenis bahan makanan
yang akan dikonsumsi. Pemilihan bahan pangan dilakukan secara
menyeluruh, baik untuk sumber tenaga atau karbohidrat, sumber protein
atau lauk-pauk, sumber vitamin maupun mineral (sayur dan buah).
Penganekaragaman jenis bahan makanan dimaksudkan agar kandungan
gizi dalam masing-masing bahan dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi
individu maupun keluarga.
3. Perencanaan Menyusun Menu
Untuk menyusun menu, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah mengetahui kebutuhan gizi bagi individu atau keluarga. Dengan
memperhatikan ketersediaan bahan makanan, kita dapat merencanakan
menyusun menu. Untuk memudahkan menyusun menu, pemerintah telah
menyusun anjuran makanan sehari yang berpedoman kepada kebutuhan
gizi menurut golongan umur, jenis kelamin, dan berat badan

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah gizi terjadi pada setiap siklus kehidupan manusia, yaitu dimulai
sejak dalam kandungan (janin), lahir menjadi bayi, anak, dewasa dan usia
lanjut. Masalah gizi ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait dan
secara tidak langsung dipengaruhi kualitas dan jangkauan pelayanan
kesehatan.
Keluarga Sadar Gizi adalah suatu keluarga yang mampu mengenal,
mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Keluarga Sadar
Gizi (KADARZI) diharapkan mampu mengatasi masalah gizi diatas. Keluarga
dikatakan sadar gizi apabila sudah mempraktikkan perilaku gizi yang baik.
Yaitu dengan menimbang berat badan secara teratur, memberikan air susu ibu
(ASI) eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan, makan beraneka
ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi sesuai anjuran.
B. Saran
Tahap awal untuk mencapai indikator tersebut adalah setiap keluarga
minimal ada seorang anggota keluarga yang sadar dan bersedia melakukan
perubahan kearah keluarga yang berperilaku gizi yang baik.

2
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai