Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KELUARGA SADAR GIZI


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi
Dosen Pengampu : Sulistiyawati, S.Pd.I., M.Si.

Disusun oleh:
1. Erika Fitriningsih (21104070005)
2. Alya Prosalina Azhar (21104070015)
3. Sulistyowati Wulandari (21104070024)
4. Assyifa ‘Inayah Putri (21104070026)
5. Natasya Kurniawaty K. (21104070028)
6. Dwi Fatmawati (21104070033)
7. Shafa Mayda Iswirani (21104070041)
8. Zalfaa Roziah Farkhah (21104070044)
9. Azfa Satria Julendra (21104070045)
10. Wahyu Nur Kamaludin (21104070046)
11. Fauziyyah Nida Arifah (21104070052)
12. Alifa Salsabila (21104070060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Keluarga Sadar Gizi” dapat terselesaikan
dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi yang diampu oleh Ibu Sulistiyawati, S.Pd.I., M.Si. dan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai keluarga sadar gizi.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sulistiyawati, S.Pd.I, M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah dan semua pihak yang telah membimbing dalam penyusunan makalah
ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan dan penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 14 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………. i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat ………………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………… 3
2.1 Pengertian Keluarga Sadar Gizi …………………………………………………. 3
2.2 Indikator Keluarga Sadar Gizi …………………………………………………… 3
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Sadar Diri Keluarga ……………………… 5
2.4 Hambatan Dalam Penerapan Keluarga Sadar Gizi ……………………………… 6
2.5 Strategi Mengatasi Hambatan Dalam Penerapan Keluarga Sadar Gizi …………. 7
2.6 Pembinaan Keluarga Sadar Gizi ………………………………………………… 7
2.6.1 Pengertian Pembinaan Keluarga Sadar Gizi …………………………... 7
2.6.2 Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi ………………………………. 8
2.6.3 Sasaran Pembinaan Keluarga Sadar Gizi ……………………………… 8
2.6.4 Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Keluarga Sadar Gizi …………. 9
2.6.5 Strategi Untuk Mencapai Sasaran Keluarga Sadar Gizi ……………… 11
2.7 Contoh Penerapan Keluarga Sadar Gizi Dalam Kehidupan Sehari-hari ……….. 12
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………….. 14
3.3 Kesimpulan ……………………………………………………………………... 14
3.4 Saran ……………………………………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………… 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak tahun 1980 Indonesia telah menunjukkan perbaikan gizi meskipun dengan
kecepatan penurunan prevalensi kurang gizi yang lambat. Walaupun demikian, saat ini
diperkirakan lebih dari 100 juta (lebih dari 50 persen) penduduk Indonesia masih menderita
berbagai jenis kekurangan gizi. Demikian pula halnya dengan masalah gizi Kurang Energi
Protein (KEP) pada anak balita di mana selama 5 tahun terakhir sejak tahun 1999 sampai
2004 tidak banyak mengalami perubahan.
Prevalensi kurang gizi lainnya, seperti berat badan lahir rendah (BBLR), anak balita
pendek (stunted), gizi kurang (underweight), anemia, dan gangguan akibat kurang yodium
(GAKY) masih tinggi. Masalah gizi di Indonesia menjadi semakin kompleks dengan
meningkatnya masalah kegemukan pada anak-anak dan meningkatnya insiden Penyakit
Kardio Vaskuler (PKV) pada orang dewasa yang berkaitan dengan masalah gizi lebih.
Gizi Seimbang merupakan susunan asupan makanan sehari-hari dalam jenis dan
jumlah zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan harian tubuh, dengan melihat prinsip aneka
jenis pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan monitoring berat badan secara teratur
untuk menjaga berat badan normal serta mencegah masalah gizi.
Pada era globalisasi saat ini, orang terbiasa melakukan berbagai hal serba praktis
begitu pula dengan makanan yang dikonsumsi. Mereka lebih menyukai makanan cepat saji
seperti kentang goreng, pizza, burger, dan lain sebagainya. Makanan cepat saji ini
mengandung kalori yang tinggi dan hanya memiliki sedikit kandungan gizi yang diperlukan
tubuh. Makanan bergizi seimbang sebenarnya tidak selalu mahal, kita bisa menggunakan atau
mengganti bahan pangan yang lebih murah dan mudah didapat seperti daging bisa digantikan
dengan ikan sebagai sumber protein. Bila terlalu sering mengkonsumsi makanan cepat saji,
maka akan berisiko mengalami penyakit seperti obesitas, diabetes tipe 2, gangguan
pencernaan dan pernapasan, kerusakan gigi, dan lain sebagainya.
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) merupakan program pemerintah yang diterapkan
untuk mengatasi masalah gizi. Keluarga diharapkan dapat secara mandiri mewujudkan
keadaan gizi baik untuk meningkatkan kesehatan orang tua atau anak. Keluarga Sadar Gizi
adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap
anggotanya, sebagai salah satu upaya preventif dan promotif diharapkan program Kadarzi
mampu menurunkan masalah gizi yang terjadi di Indonesia pada saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan keluarga sadar gizi?
2. Apa saja indikator keluarga sadar gizi?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi tingkat sadar gizi keluarga?
4. Apa saja hambatan yang ada dalam penerapan keluarga sadar gizi?
5. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang ada dalam penerapan keluarga sadar
gizi?
6. Apa yang dimaksud dengan pembinaan keluarga sadar gizi?
7. Apa saja contoh penerapan keluarga sadar gizi dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan pengertian keluarga sadar gizi.
2. Dapat menyebutkan indikator keluarga sadar gizi.
3. Dapat memaparkan faktor yang mempengaruhi tingkat sadar gizi keluarga.
4. Dapat menjelaskan hambatan yang ada dalam penerapan keluarga sadar gizi.
5. Dapat menjabarkan strategi dalam mengatasi hambatan yang ada dalam penerapan
keluarga sadar gizi.
6. Dapat mengetahui pengertian, tujuan, sasaran, kegiatan, dan strategi dalam program
pembinaan keluarga sadar gizi.
7. Dapat menyebutkan contoh penerapan keluarga sadar gizi dalam kehidupan
sehari-hari.

1.4 Manfaat
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai
berikut:
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai keluarga sadar gizi.
2. Agar masyarakat mengetahui pola makan yang baik, sehingga gizi buruk di Indonesia
bisa mengalami penurunan.
3. Dapat menjadi acuan dalam memberikan gizi seimbang dan menjalani keluarga sadar
gizi.
4. Dapat memberikan solusi agar gizi buruk tidak terus menerus terjadi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keluarga Sadar Gizi


Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.747/ Menkes/SK/2000
tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga dijelaskan bahwa keluarga
sadar gizi (KADARZI) merupakan suatu keluarga yang mampu memahami, menangkal, dan
memecahkan permasalahan gizi pada setiap anggota keluarganya. Keluarga diharapkan
memiliki pengetahuan, sikap, dan mempraktikkan konsumsi makanan seimbang serta
berperilaku hidup sehat sebagai bentuk pelaksanaan perilaku gizi seimbang. Pemenuhan gizi
seimbang dalam keluarga sangat penting dan harus tercukupi, tidak dinilai dari
keanekaragaman pangan yang dikonsumsi, tetapi didasarkan pada jumlah sesuai proporsi
kebutuhan tubuh. Suatu keluarga yang telah menjalankan pemenuhan gizi yang baik dapat
dinyatakan sebagai KADARZI. Hal tersebut dicirikan minimal dengan memberikan ASI
eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan, menimbang berat badan secara teratur, mengonsumsi
garam beryodium, mengonsumsi suplemen gizi, dan lain sebagainya.

2.2 Indikator Keluarga Sadar Gizi


7 indikator keluarga sadar gizi, yaitu:
1. Pemantauan Status Gizi (PSG) Dengan Menimbang Berat Badan Secara Teratur
Menimbang bertujuan untuk mengetahui naik turunnya berat badan anggota keluarga,
terutama balita dan menilai status gizi balita. Menimbang berat badan pada balita dapat
dilakukan di posyandu agar meningkatkan pengetahuan tentang Kesehatan, tanda, dan gejala
yang berhubungan dengan pertumbuhan balita. Pada posyandu dapat diberikan Kartu Menuju
Sehat (KMS) berdasarkan berat badan menurut umur untuk mengetahui dengan segera
apabila ada kelainan atau ketidaksesuaian. Selain itu, status gizi pada balita dapat diukur dari
indikator Z-score status gizi BB/TB, TB/U, dan BB/U pada WHO (world health organization)
(Abitho, 2009).
2. Memberikan ASI dan MP-ASI
Balita dengan status gizi baik lebih dipengaruhi pada pemberian ASI eksklusif.
Pemberian ASI eksklusif diberikan dari lahirnya bayi hingga balita berusia minimal 6 bulan.
Pemberian ASI akan memberikan hubungan yang signifikan dengan status gizi balita. ASI
merupakan makanan yang higienis, murah, mudah diberikan, dan tersedia bagi bayi, serta
merupakan sumber gizi yang ideal dengan komposisi seimbang dan disesuaikan dengan
kebutuhan pertumbuhan bayi. Kemudian setelah 6 bulan mulai diberikan MP-ASI dilakukan
untuk proses adaptasi usus dan perut bayi, jenis MP-ASI ini seperti biskuit, bubur saring,
bubur tim, SUN, dan makanan lunak.
3. Makanan Beraneka Ragam
Makanan yang beragam dapat dilihat dari makanan yang dapat memenuhi gizi
seimbang. Gizi seimbang adalah yang mengandung zat pembangun dan pemelihara jaringan
(lauk pauk), zat tenaga (kebutuhan pokok), serta zat pengatur (sayuran dan buah). Makanan
yang beraneka ragam dimaksudkan untuk menghindari kebosanan sehingga perlu melakukan
kreativitas dan variasi terhadap olahan makanan. Mengonsumsi makanan 4 sehat lima
sempurna (seperti telur, tempe, sayuran, lauk pauk, tahu, ikan laut, ayam), makanan yang
mengandung vitamin, makanan alami, makanan bergizi seimbang (ada protein, karbohidrat,
mineral, dan vitamin). Tujuan mengonsumsi makanan bergizi adalah untuk pertumbuhan
tubuh, menambah makanan bila bosan, badan tidak lemas,menambah tenaga, dan untuk
pertumbuhan tubuh.
4. Menggunakan Garam Yodium
Yodium adalah nutrien esensial yang digunakan dalam memproduksi hormon tiroid.
Hormon tiroid berfungsi dalam meregulasi metabolisme dengan mengendalikan produksi
energi dan penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Garam yodium memiliki ciri rasa asin,
warna putih bersih dan halus, berlogo yodium pada kemasan, bila ditetesi cairan akan
berwarna biru. Penggunaan garam yodium yang benar untuk menambahkan garam meja
beryodium setelah memasak untuk mencegah kehilangan akibat suhu panas, serta menyimpan
dalam ruangan tertutup, suhu ruangan, dan jauh dari sinar matahari. Tujuan penggunaan
garam yodium ini untuk mencegah gondok, amandel, dan mencegah dari berbagai macam
penyakit, serta baik untuk kelenjar.
5. Kebiasaan Sarapan Pagi
Sarapan pagi bertujuan untuk menjaga tubuh agar lebih segar, tidak mudah terserang
penyakit Maag, sebagai sumber tenaga untuk beraktivitas, meningkatkan konsentrasi, serta
mencegah gangguan belajar pada anak. Sarapan yang baik adalah yang mengandung tinggi
kalori.
6. Pemberian Suplemen Gizi Sesuai Anjuran
Menurut pasal 1 ayat 2 peraturan Menteri Kesehatan tentang standar produk
suplementasi gizi adalah sebagai berikut:
Suplementasi gizi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan penambahan makanan atau
zat yang diberikan dalam bentuk:
a. Makanan tambahan
b. Tablet tambah darah
c. Kapsul vitamin A; dan
d. Bubuk tabur gizi
7. Menjaga Kebersihan Makanan/Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Penerapan hidup bersih dan sehat ini dapat dilakukan dengan cara penggunaan air
bersih, memberantas jentik, melakukan aktivitas fisik atau berolahraga, pengelolaan sampah
dengan baik, menjaga kebersihan, dan mengonsumsi makanan yang sehat.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Sadar Diri Keluarga


1. Kualitas Posyandu
Kualitas posyandu yang baik yakni posyandu dengan prasarana dan sarana yang
lengkap, serta layanan yang tersedia mencukupi. Sehingga memudahkan para petugas
posyandu dalam melakukan pengecekan kesehatan kepada masyarakat.
2. Tingkat Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap gizi anggota keluarganya,
terlebih untuk anaknya. Ketika ibu dengan pendidikan rendah, ibu cenderung mengalami
kesulitan karena kurangnya pengetahuan mengenai gizi, kesehatan keluarga dan cara
mengasuh anak. Hal ini mengakibatkan kurangnya pemberian gizi yang seimbang oleh ibu
terhadap anak dan seluruh anggota keluarganya.
3. Tingkat Pendapatan Keluariga
Tingkat pendapatan keluarga berpengaruh terhadap perilaku sadar gizi, karena jumlah
pendapatan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas daya beli keluarga terhadap
bahan-bahan makanan yang baik dan bergizi. Sehingga jika pendapatan rendah kemungkinan
akan tidak sebanding dengan banyaknya kebutuhan untuk kehidupan yang lebih layak.
4. Rutinitas Keluarga Datang di Posyandu.
Rutinitas keluarga yang datang ke Posyandu juga sangat berpengaruh terhadap gizi
anak atau balita. Karena ketika keluarga tersebut tidak rutin, jarang bahkan enggan
memeriksakan anaknya atau mengecek kesehatan gizi anak ke posyandu akan mengganggu
tumbuh kembang dan gizi yang dibutuhkan karena ketidaktahuan informasi mengenai
pemberian gizi yang tepat.
5. Jarak Keluarga Dengan Posyandu Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
Jarak rumah dengan posyandu juga menjadi faktor yang terhubung dengan faktor yang
lain, Jarak rumah ke Posyandu juga penting untuk diperhatikan, karena akan meningkatkan
biaya transport keluarga. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan Posyandu melalui berbagai
program, diantaranya perbaikan sarana dan perbaikan layanan, baik yang dilakukan oleh
masyarakat sendiri, petugas kesehatan maupun para pengambil kebijakan.

2.4 Hambatan Dalam Penerapan Keluarga Sadar Gizi


Hambatan dari penerapan keluarga sadar gizi dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Ditinjau dari implementasi suatu kebijakan menurut George C. Edward III hambatan dalam
penerapan keluarga sadar gizi dibagi menjadi 4 faktor (Septianingrum & Tauran, 2016), yaitu:
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan hal terpenting di dalam suatu kehidupan bersosial. Hal ini
juga berlaku kepada suatu kebijakan, penerapan kebijakan tidak akan berjalan dengan lancar
ketika komunikasi juga tidak baik. Dengan adanya komunikasi alur koordinasi yang sudah
dibuat akan terarah dengan teratur. Menurut Edward III faktor ini mempunyai sub faktor yaitu
transmisi, konsistensi, dan kejelasan.
● Transmisi
Transmisi merupakan penyampaian informasi yang terjadi mengenai suatu hal antara
satu dengan lainnya. Dalam hal keluarga sadar gizi, tingkatan paling atas adalah departemen
kesehatan tingkat provinsi, puskesmas, dan kemudian pada masyarakat umum.
● Konsisten
Konsisten dalam hal ini diartikan sebagai keseragaman informasi yang disampaikan,
artinya informasi tersebut sama sehingga tidak menimbulkan salah paham pada masyarakat.
Oleh karena itu, jika tidak adanya suatu konsistenan dari informasi maka akan menghambat
suatu kebijakan.
● Kejelasan
Kejelasan disini dapat diartikan penyampaian informasi dari pelaksana ke pelaksana
lainnya maupun pelaksana kepada masyarakat.

2. Sumber Daya
Faktor lain yang mempengaruhi yaitu sumber daya baik sumber daya manusia ataupun
lainnya. Dalam hal penyaluran informasi sumber daya staf lah yang menjadi indikator penting
suatu keberhasilan. Disisi lain sumber daya yang perlu diperhatikan adalah wewenang dan
fasilitas yang ada. Wewenang yang umumnya memiliki sifat formal ini ditujukan agar
perintah dapat dilaksanakan serta fasilitas yang menunjang suatu program juga dibutuhkan.
Sumber daya lainnya yang juga perlu diperhatikan adalah masyarakat sebagai peran utama
dalam keluarga sadar gizi. Bagaimana kondisi pengetahuan dan ekonomi dari suatu
masyarakat juga mempengaruhi suatu kebijakan (Sadar et al., 2005).
3. Disposisi
Disposisi merupakan komitmen dari pelaksana suatu kebijakan. Komitmen juga
diperlukan agar tujuan dari suatu kebijakan dapat tercapai. Hal ini dapat dicapai melalui
pengangkatan birokrat yang berkompeten dan memiliki komitmen tinggi.
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan atau program, maka hal ini akan
menyebabkan sumber daya - sumber daya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya
kebijakan.

2.5 Strategi Mengatasi Hambatan Dalam Penerapan Keluarga Sadar Gizi


1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi
kepada anak,
2. Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan balita di
posyandu,
3. Mengupayakan peningkatan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di
puskesmas/Rumah sakit dan rumah tangga, .
4. Dibutuhkan adanya kebijakan khusus untuk mempercepat laju percepatan peningkatan
status gizi. Dengan peningkatan status gizi masyarakat diharapkan kecerdasan,
ketahanan fisik dan produktivitas kerja meningkat, sehingga hambatan peningkatan
ekonomi dapat diminimalkan.
5. Menyediakan pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) kepada balita
kurang gizi dari keluarga ekonomi rendah,

2.6 Pembinaan Keluarga Sadar Gizi


2.6.1 Pengertian Pembinaan Keluarga Sadar Gizi
Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an, sehingga menjadi
kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara
efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan merupakan proses,
cara membina dan penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah, dan teratur secara bertanggung
jawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan dan mengembangkan kemampuan serta
sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan.
Kemudian pengertian pembinaan keluarga sadar gizi adalah melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan keluarga, agar terwujud keluarga yang sadar gizi.
Upaya meningkatkan kemampuan keluarga itu dilakukan dengan penyuluhan, demo, diskusi
dan pelatihan (Depkes RI, 1998).

2.6.2 Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi

1. Mampu menimbang balita ke posyandu secara berkala.


2. Mampu mengenali tanda sederhana keadaan kelainan gizi.
3. Mampu mengenali susunan hidangan yang baik dan benar, sesuai dengan Pedoman
Umum Gizi Seimbang.
4. Mampu mencegah dan mengatasi kejadian atau mencari rujukan, jika terjadi kelainan
gizi di dalam keluarga.
5. Menghasilkan makanan melalui pekarangan (Depkes, 2010)

➢ Tujuan umum program Kadarzi adalah seluruh keluarga berperilaku sadar gizi.
➢ Tujuan khusus Kadarzi adalah meningkatkan kemudahan keluarga dan masyarakat
untuk memperoleh informasi gizi dan pelayanan gizi yang berkualitas.

Kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional tahun 2015-2019 bertujuan


untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.
Adapun tujuan akhir rencana tersebut adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Tujuan tersebut tercapai jika penduduknya berperilaku sehat dan
dalam lingkungan yang sehat (Nining & Abdullah Syafei, 2016).

2.6.3 Sasaran Pembinaan Keluarga Sadar Gizi


Menurut Departemen Kesehatan RI, sasaran program Kadarzi meliputi:
1. 80% balita ditimbang setiap bulan.
2. 80% bayi 0-6 bulan diberi ASI saja (ASI eksklusif).
3. 90% keluarga menggunakan garam beryodium.
4. 80% keluarga makan beraneka ragam sesuai kebutuhan.
5. Semua balita gizi buruk dirawat sesuai standar tata laksana gizi buruk.
6. Semua anak 6-24 bulan GAKIN mendapatkan MP-ASI.
7. 80% balita (6-59 bulan) dan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A sesuai
anjuran.
8. 80% ibu hamil mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama kehamilannya.

Dalam pelaksanaannya, Kadarzi membutuhkan kontribusi dan kerja sama yang baik
dari tiap sektor administrasi pemerintah, baik tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan
kecamatan. Dinas Kesehatan kabupaten/kota bertugas untuk mengkoordinir berjalannya
program yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh kelembagaan terkait, misalnya Pokja
Posyandu, Tim Pangan dan Gizi, Penggerak PKK, dll.. Puskesmas biasanya dijadikan sebagai
tempat pelaksanaan program Kadarzi pada tingkat kecamatan. Sasaran program Kadarzi
disesuaikan oleh lokasi penerapan program tersebut. Pihak yang berhak menentukan sasaran
program Kadarzi adalah Dinas Kesehatan setempat dan dibantu oleh petugas gizi dalam
melakukan identifikasi (Ridwan et al., 2013; Septianingrum & Tauran, 2016).

Sasaran program Kadarzi secara umum adalah keluarga. Namun secara khusus
program Kadarzi menyasar ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi, dan balita. Sasaran
Kadarzi yang lebih spesifik ini karena kelompok tersebut perlu diperhatikan pemenuhan
gizinya. Misalnya pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil dan vitamin A pada
ibu nifas. Sasaran program Kadarzi pada kelompok bayi dan balita bertujuan untuk mengatasi
permasalahan stunting di Indonesia yang masih tergolong tinggi (Ridwan et al., 2013;
Sulistyaningsih et al., 2021).

2.6.4 Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Keluarga Sadar Gizi

❖ Pemetaan Keluarga Sadar Gizi

Pemetaan keluarga sadar gizi (kadarzi) dilakukan sebagai upaya dalam menganalisis
situasi kadarzi pada suatu wilayah kerja di puskesmas yang dilakukan Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) setelah itu dilanjutkan oleh ketua kelompok posyandu. Pemetaan ini biasanya
dilakukan setiap 6 bulan sekali (Februari dan Agustus)
➢ Tujuan pemetaan kadarzi :
● Mendapatkan informasi mengenai situasi kadarzi pada satu wilayah atau dasawisma
berdasarkan indikator yang telah ditentukan.
● Mendapatkan gambaran masalah gizi dan perilaku gizi yang baik dan benar yang
belum dapat dilakukan oleh keluarga.
● Sebagai bahan acuan pemantauan dan evaluasi situasi kadarzi dari waktu ke waktu.

➢ Sasaran Pemetaan Kadarzi:

Sasaran pemetaan kadarzi yaitu seluruh keluarga yang ada di wilayah kerja puskesmas
(kelompok Dasawisma/RT/RW).

➢ Pelaksana : Petugas Gizi Puskesmas/Kader Posyandu yang telah dilatih.


➢ Tempat : Wilayah kerja (kelompok Dasawisma/RT/RW).

❖ Konseling Kadarzi

Konseling kadarzi merupakan dialog atau konsultasi antara kader dasawisma, tenaga

penggerak masyarakat (TPM) untuk membantu memecahkan masalah perilaku gizi yang

belum dapat dilaksanakan oleh keluarga. Pelaksanaan konseling kadarzi, untuk pertama kali

konseling dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi (TPG) puskesmas bersama tenaga penggerak

masyarakat dan kader dasawisma. Untuk selanjutnya konseling kadarzi dilakukan oleh kader

dasawisma dan TPM.

➢ Tujuan konseling kadarzi :


● Untuk memantapkan kemauan dan kemampuan keluarga pada melaksanakan perilaku

gizi yang baik dan benar yaitu dengan memanfaatkan apa yang dimiliki keluarga atau

yang ada di lingkungannya.

➢ Sasaran konseling kadarzi:

Konseling dilakukan pada keluarga yang belum menerapkan indikator sadar gizi.
ditujukan kepada anggota keluarga yang sudah dewasa.
➢ Pelaksana : Petugas Gizi Puskesmas/Kader Posyandu yang telah dilatih.
➢ Tempat pelaksanaan : Rumah keluarga sasaran.

❖ Deteksi Dini Pertumbuhan & Perkembangan Balita.

➢ Tujuan : Diketahuinya dengan tepat berat badan balita yang ditimbang.


➢ Sasaran : Semua balita yang ada di wilayah (RT/RW).
➢ Tempat : Penimbangan balita dilakukan di Posyandu.
➢ Waktu pelaksanaan penimbangan : Penimbangan dilaksanakan setiap bulan satu kali
➢ Pelaksana : Kader Posyandu (Ri, 2004)

2.6.5 Strategi Untuk Mencapai Sasaran Keluarga Sadar Gizi


Menurut (Departemen Kesehatan RI. 2007), strategi untuk mencapai Keluarga Sadar
Gizi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan fungsi dan peran posyandu sebagai sarana masyarakat dalam menjaga
dan mencegah gangguan pertumbuhan pada balita sejak usia dini.
2. Menyelenggarakan penyuluhan dan pengarahan tentang pemenuhan gizi secara
sistematis dengan mengadakan advokasi, sosialisasi, Komunikasi Informasi Edukasi
(KIE) dan pendampingan keluarga.
3. Melakukan Kerjasama dengan lintas sektor dan kemitraan dengan swasta dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta pihak-pihak lainnya dalam pengerahan
sumberdaya guna menyediakan pangan rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga,
dan perbaikan asupan gizi dalam keluarga.
4. Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan gizi keluarga terutama zat gizi mikro dan
MP-ASI bagi balita pada keluarga yang kurang mampu.
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas Puskesmas dan tenaga
Kesehatan lainnya dalam mengelola dan memanajemen pelayanan gizi.
6. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan
cakupan dan kualitas pelayanan gizi di puskesmas dan layanan kesehatan lainnya.
7. Peningkatan pengawasan masyarakat melalui Pemantauan Wilayah Setempat Gizi,
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk dan Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi.
2.7 Contoh Penerapan Keluarga Sadar Gizi Dalam Kehidupan Sehari-hari
Menurut (Hariyadi D, Damanik R M & Ekayanti I. 2010) contoh penerapan keluarga
sadar gizi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
A. Makan Beraneka Ragam

Pemberian makanan yang tepat pada anggota keluarga dapat menurunkan masalah
gizi, dengan mengkonsumsi makanan secara beragam setiap harinya maka tingkat kesehatan
keluarga akan terjaga. Seorang ibu dianjurkan untuk memberikan makanan kepada
keluarganya setiap hari dengan menu yang berbeda misalkan sudah terdapat menu utama
makanan yaitu nasi yang mengandung karbohidrat maka carilah lauk yang mengandung
protein, lemak, atau vitamin. Dengan memakan makanan yang beragam dapat meningkatkan
asupan zat gizi serta mencegah terjadinya stunting pada balita.

B. Makan Makanan Untuk Mencukupi Kebutuhan Energi

Dalam suatu anggota keluarga pasti memiliki aktivitasnya masing-masing misalkan


seorang ayah bertugas untuk bekerja, dan ibu mungkin ada yang bekerja juga atau menjadi
ibu rumah tangga yang mengurusi keperluan rumah, serta anak yang bersekolah. Segala
aktivitas tersebut membutuhkan energi yang banyak sehingga bisa dipenuhi dengan memakan
makanan yang kaya akan karbohidrat, protein dan lemak.

C. Batasi Konsumsi Garam, Gula dan Lemak/Minyak

Ketika ibu memasak makanan perhatikan lah kandungan ketiga unsur bumbu masakan
diatas. Walaupun garam beryodium memiliki manfaat yang baik seperti yang tertera pada
indikator KADARZI, tetapi sesuatu yang berlebihan itu tidak baik efeknya terutama jika
dikonsumsi dalam jangka panjang maka ibu harus pintar dalam mengolah makanan cukup
berikan garam, gula, dan lemak atau minyak secukupnya saja atau bisa menggantikan garam
dengan kaldu jamur yang lebih aman dikonsumsi karena mengandung magnesium, nutrisi,
kalsium dan lemak tak jenuh. Proses pembuatan masakan bisa dibedakan setiap harinya
misalkan kemarin sudah menggoreng makan buatlah masakan keesokan harinya dengan
dibakar, direbus atau dikukus, serta dalam penggorengan minyaknya harus selalu diganti
maksimal 2 kali pemakaian jangan digunakan terus menerus karena berbahaya bagi kesehatan
khususnya tekanan darah dan kolesterol.
D. Minum Cukup Air

Air merupakan elemen yang sangat dibutuhkan dalam tubuh untuk mengatur
keseimbangan cairan serta garam mineral dalam tubuh sehingga melancarkan pencernaan.
Usahakan untuk minum air 6-8 gelas per hari. Biasanya seorang anak lupa untuk meminum
air putih secara teratur karena terlalu mementingkan aktivitas yang dia kerjakan sehingga
orang tua perlu untuk mengingatkan minum air putih agar tubuh tidak dehidrasi. Dalam
pemilihan air mineral untuk dikonsumsi juga pilihlah yang berstandar nasional Indonesia atau
BPOM usahakan jangan air isi ulang karena air isi ulang walaupun berasal dari pegunungan
alami tetapi proses air untuk dibawa menggunakan truk tangki sehingga mudah tercemar
bakteri atau mikroba dan galonnya pun tidak diganti.

E. Olahraga Teratur

Dalam pemenuhan KADARZI harus mengkombinasikan antara pemenuhan nutrisi


dengan aktivitas fisik secara teratur. Hal ini bisa dilakukan secara bersama-sama dengan
anggota keluarga, jika di hari-hari biasa tidak dapat olahraga karena aktivitas pekerjaan atau
bersekolah maka dapat dilakukan di hari sabtu atau minggu tidak perlu olahraga yang berat
dan mahal cukup misalkan bersepeda atau berjalan kaki dengan lari kecil atau jogging selama
30 menit sudah cukup untuk menjaga keseimbangan tubuh.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara umum, masalah gizi di Indonesia masih tergolong tinggi dan masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat (public health problem). Sampai saat ini, upaya program gizi
yang dilaksanakan di Indonesia masih belum memberdayakan masyarakat secara optimal dan
belum memanfaatkan potensi masyarakat yang ada secara optimal. Meningkatkan dan
memperkuat koordinasi antar sektor dan melibatkan potensi yang ada di masyarakat dalam
berbagai upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan kunci penting bagi keberhasilan
menuju Keluarga Sadar Gizi (kadarzi). Paradigma upaya perbaikan gizi menuju Keluarga
Sadar Gizi merupakan solusi yang tepat. Namun, perlu adanya dukungan penelitian dan
pengembangan, terutama dalam mengembangkan sarana pendidikan gizi bagi masyarakat
yang sesuai dengan kondisi sosial-budaya masyarakat. Upaya mencapai Keluarga Sadar Gizi
bukan saja ditujukan langsung kepada keluarga-keluarga, melainkan juga kepada pelaksana
program pembangunan yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Dinas Kesehatan, sebaiknya meningkatkan sosialisasi dan promosi program


KADARZI yang mencakup pengoptimalan tugas Tenaga Pelaksana Gizi TPG dan
kader posyandu, sehingga dapat mengurangi angka gizi kurang dan gizi buruk.
2. Bagi pihak puskesmas, sebaiknya memberikan penyuluhan secara rutin mengenai
penganekaragaman makanan dengan menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan
lahan pekarangan untuk menanam sayur atau buah. Selain itu, perlu dilakukan
pendekatan khusus pada para ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan, untuk memberikan
kesadaran akan pentingnya ASI eksklusif. Serta perlu dilakukannya peningkatan
pendampingan kepada keluarga yang belum melaksanakan praktek KADARZI.
3. Bagi masyarakat, sebaiknya segera melakukan dan menerapkan KADARZI agar
anggota keluarga tidak mengalami gizi buruk.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, D., Kusuma, I., & Pangesti, W. (2019). Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) Sebagai

Sarana Meningkatkan Status Gizi Ibu dan Anak. Pengembangan Sumberdaya Menuju

Masyarakat Madani Berkearifan Lokal, 35–37.

Departemen Kesehatan RI. BUKU PEDOMAN SADAR GIZI. Jakarta; 2010

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.

Fitri, I., & Wiji, R. N. (2019). Efektivitas Media Poster Sebagai Implementasi Keluarga Sadar
Gizi (KADARZI). Meningkatkan Kemampuan Literasi Digital Dalam Publikasi Ilmiah
Di Era Revolusi Industri 4.0, 242–252.

Galih, W., & Pamungkas, T. S. (1981). “Digital Repository Universitas Jember Digital
Repository Universitas Jember.” Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.

Hariyadi D, Damanik R M & Ekayanti I. (2010). Analisis Hubungan Penerapan Pesan Gizi
Seimbang Keluarga Dan Perilaku Keluarga sadar Gizi Dengan Status Gizi Balita Di Provinsi
Kalimantan Barat. Jurnal Gizi dan Pangan, 5(1): 61-68.

Nining, A., & Abdullah Syafei, R. (2016). Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
terhadap Status Gizi Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 81, 174–184.

Ri, D. K. (2004). Keluarga Sadar Gizi ( kadarzi ). September, 1–5.

Ridwan, R. U., Dachlan, D. M., & Salam, A. (2013). Studi Pelaksanaan Program Keluarga
Sadar Gizi (KADARZI) Di Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidrap.

Sadar, K., Kadarzi, G., Menuju, D., Baik, G., & Semua, U. (2005). Keluarga sadar gizi
(kadarzi) dalam menuju gizi baik untuk semua 1. 28(1), 1–8.

Septianingrum, D., & Tauran. (2016). Implementasi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) di
Puskesmas Gantrung Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun. Jurnal Mahasiswa
Unesa,4(6),1–11.https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/publika/article/view/1499
2
Setiyaningrum, S., & Duvita Wahyani, A. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Keluarga Sadar Gizi Dengan Status Gizi Anak Balita. Jurnal Ilmiah Gizi Kesehatan),
1(02), 33–40.

Sulistyaningsih, E., Dewanti, P., & Pralampita, P. W. (2021). Pembentukan Model Keluarga
Sadar Gizi (KADARZI) dan Kader Siaga Stunting sebagai Upaya Pemberdayaan
Masyarakat Desa Sukogidri-Jember dalam Mengatasi Stunting. Jurnal ABDINUS: Jurnal
Pengabdian Nusantara, 5(1), 344–351. https://doi.org/10.29407/ja.v5i2.15364

Wibowo, M., Apriyanti, N., Awuni, N. S., Triana, A., Devisca, M., Khafillah, F., & Utami, B.
F. (2020). Penerapan Siklus Promosi Kesehatan Untuk Meningkatkan Phbs Dan Kadarzi
Di Rw 40, Dusun Jaranan, Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten
Bantul. Jurnal As-Syifa: Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat,
1(2), 125–135.

Fatmah, F. (2010). Pengetahuan dan Praktek Keluarga Sadar Gizi Ibu Balita. Kesmas: Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 4(4), 162-171.

Aulia, D. L. N., & Anjani, A. D. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan
Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Journal for Quality in Women's Health, 2(1),
36-42.

Umaroh, A. K., Hanggara, H. Y., & Choiri, C. (2016). Gambaran Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (Phbs) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo Bulan
Januari-Maret 2015. Jurnal Kesehatan, 9(1), 25-31.

Sudarsa, I. W. Bagaimana Penggunaan Garam Beryodium yang Baik?.

Rodiah, R., Arini, N., & Syafei, A. (2018). Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
terhadap Status Gizi Balita. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7(3), 174-184.

Par'i, Holi M,dkk. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Jurnal Riset Kesehatan. 4(1). 135-140.

Anisa, A., Darozat, A., Aliyudin, A., Maharani, A., Irfan, A., Adi Fahmi, B., ... & Apriyanti
Hamim, E. (2019). Permasalahan Gizi Masyarakat Dan Upaya Perbaikannya.
agroteknologi.

Anda mungkin juga menyukai