Anda di halaman 1dari 53

ANALISIS PRODUK BUBUK FLAVOR

Disusun oleh :

Usman
2304310043

D3 KIMIA TERAPAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2007
LEMBARAN PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ANALISIS PRODUK BUBUK FLAVOR

Karya tulis ini dibuat sebagai syarat kelulusan program studi Kimia Terapan,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia

2007

Oleh :

Usman
2304310043

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Anton T Guananto, Apt Dr.Heri Cahyana

ii

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat, taufik dan hidayahnya, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ini. Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di International Flavors

And Fragrance PT. Essence Indonesia dari tanggal 2 April 2007 sampai 15

Mei 2007. Penulis benar – benar mendapat pengalaman dan keterampilan

yang sangat berharga selama melakukan praktek kerja lapangan, jauh lebih

berharga dari apa yang penulis bayangkan. Dalam melakukan praktek kerja

lapangan ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagia pihak.

Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Yang tercinta, kedua orang tuaku Bapak Maseri dan Ibu Mana, kedua

kakakku Rinah dan Rusdi Bahalwan serta ketiga adikku

Muthoharoh, Laifa Fariha dan Masrifa Az – Zahra yang selalu

memberikan dukungan dan do’a penulis demi keberhasilan, dan

membantu penulis baik moril maupun materil selama proses

penyusunan karya tulis ini.

2. Dra. Susilowati Hadisusilo, M.Sc selaku ketua program studi D3

kimia terapan FMIPA UI

3. Drs. Anton T Guananto, Apt selaku pembimbing I selama melakukan

praktek kerja lapangan di IFF PT. Essence Indonesia.

iii

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


4. Dr. Hery Cahyana, selaku pembimbing II yang telah membantu

penulis dalam menyusun karya tulis ini.

5. Bapak Budi Sudrajat yang telah membantu penulis melakukan

analisis limbah dan loss on drying di IFF PT.Essence Indonesia.

6. Ibu Yulia Triono yang telah membantu penulis dalam melakukan

analisis mikrobiologi di IFF PT. Essence Indonesia.

7. Ibu Perperina yang telah membantu penulis dalam melakukan analisis

finish product di IFF PT. Essence Indonesia

8. Ibu Hevi Meliana yang telah membantu penulis dalam melakukan

analisis raw material di IFF PT. Essence Indonesia.

9. Drs. Suryadi Slamet, M.Sc yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan pendidikan tinggi di Universitas Indonesia.

10. Dra. Lucky Umar Said, M.Sc yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan pendidikan tinggi di Universitas Indonesia

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini tidak luput dari kekurangan,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembacanya.

Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Jakarta, 16 Juli 2007

Penulis

iv

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


ABSTRAK

ANALISIS PRODUK BUBUK FLAVOR

(i x + 46 hal + Lampiran )

Flavor adalah salah satu bahan tambahan makanan yang dapat

memberikan cita rasa yang menyenangkan. Penambahan flavor dengan

konsentrasi tertentu tidak hanya dilakukan pada produk pangan, tetapi juga

dapat dilakukan untuk produk non pangan, misalnya produk–produk farmasi,

pakan ternak dan lain–ain. IFF PT. Essence Indonesia adalah salah satu

perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang flavor dan fragrance. IFF

PT. Essence Indonesia selalu berusaha untuk meningkatkan mutu dan

kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkannya. Salah satu

upaya yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan

pengendalian mutu setiap produk yang masuk. Praktek kerja yang dilakukan

pada kegiatan PKL di IFF PT. Essence Indonesia bertujuan untuk

mengetahui pengendalian mutu dari flavor–flavor bubuk yang diproduksi oleh

IFF PT. Essence Indonesia, yaitu garlic powder, chicken powder, dan cheese

powder. Parameter yang dianalisis yaitu kadar air (LOD), kadar garam (salt

content), dalam cemaran mikrobiologi (TPC, coliform, E.coli, dan Mold &

Yeast). Analisis terhadap garlic powder memberikan hasil LOD =1,4362 %,

kadar garam rata-rata = 13.38 %, TPC =161x102 cfu/ml dan 18x103 cfu/ml,

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


serta tidak ada cemaran coliform, E.coli, maupun mold dan yeast. Analisis

terhadap chicken powder memberikan hasil LOD = 5,2275 %,

kadar garam rata-rata = 13,355 %, TPC = 2x102 cfu/ml dan 1x103 cfu/ml,

serta tidak ada cemaran coliform, E.coli, maupun mold dan yeast. Analisis

terhadap cheese powder memberikan hasil LOD = 5,3696 %, kadar garam

rata-rata = 12.955 %, TPC = 56x102 cfu/ml dan 6x103 cfu/ml, serta tidak ada

cemaran coliform, E.coli, maupun mold dan yeast. Dari hasil analisis

beberapa parameter , semua produk flavor tersebut memenuhi standar mutu

yang ditetapkan oleh perusahaan maupun oleh SNI kecuali produk garlic

powder yang tidak memenuhi standar tersebut. Oleh karena itu, untuk

produk-produk yang memenuhi standar tersebut dapat diteruskan ke proses

selanjutnya. Sedangkan untuk produk yang tidak memenuhi standar tidak

dapat digunakan ke proses selanjutnya.

vi

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

ABSTRAK .................................................................................................iv

DAFTAR ISI.............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan................. 2

1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan.......................................................... 2

BAB II. INSTITUSI TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ........................................... 4

2.2 Struktur Organisasi ............................................................................. 5

2.2 Sarana pendukung.............................................................................. 5

2.3 Ketenagakerjaan................................................................................. 8

2.3 Kesejahteraan Karyawan .................................................................... 8

BAB III. PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1. Jadwal Kegiatan .............................................................................. 10

3.2 Deskripsi Kegiatan ........................................................................... 10

vii

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


3.3 Latar Belakang Teori....................................................................... 11

3.3.1. Deskripsi Flavor. ....................................................................... 11

3.3.2 Divisi Flavor................................................................................ 13

3.3.3 Parameter mutu ......................................................................... 15

3.3.4 Laboratorium pengawasan mutu................................................ 16

3.3.5 Pengendalian mutu (quality control)........................................... 20

3.3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian mutu............... 22

3.4. Metode Percobaan........................................................................... 27

3.4.1. Alat dan Bahan ............................................................................. 27

3.4.2. Prosedur Kerja .............................................................................. 28

BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kadar zat-zat yang mudah menguap/ Loss on Drying (LOD)........... 35

4.2 Kadar garam/salt content. .............................................................. 36

4.3. Analisis pengujian Mikrobiologi ........................................................ 39

BAB. V. PENUTUP

4.1. Kesimpulan...................................................................................... 44

4.2. Daftar pustaka.................................................................................. 46

viii

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Parameter mutu ........................................................................ 15

Tabel 2. Hasil analisis LOD ..................................................................... 36

Tabel 3. Hasil analisis kadar garam ........................................................ 38

Tabel 4. Hasil analisis mikrobiologi ......................................................... 42

Tabel 5. Standar mutu SNI untuk flavor bubuk ....................................... 42

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Struktur organisasi laboratorium pengawasan mutu ............... 17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi IFF. PT. Essence Indonesia

Lampiran 2. Denah Lokasi IFF. PT. Essence Indonesia

Lampiran 3. Order Fulfillment System

ix

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktek kerja lapangan merupakan salah satu kegiatan akademis

yang dicanangkan oleh departemen Kimia FMIPA UI. Mahasiswa yang

melakukan kegiatan praktek kerja lapangan menjadi bagian integral dari

sistem kerja di lembaga tempat praktek kerja lapangan tersebut. Dari

kegiatan praktek kerja lapangan mahasiswa diharapkan mampu

mendapatkan pengalaman kerja praktis yang sesuai dengan bidang

keahlian yang telah dipilih, disamping mencari alternative pemecahan

masalah yang ditemukan pada perusahaan/industri atau lembaga

pemerintah tempat praktek kerja lapangan dilaksanakan.

IFF PT. Essence Indonesia adalah suatu perusahaan di Indonesia

yang bergerak di bidang flavor dan fragrance. Dewasa ini, IFF PT.

Essence Indonesia berupaya menciptakan link dan match antara

perusahaannya dengan kompetensi mahasiswa. Salah satu usaha yang

dilakukan untuk menunjang hal tersebut adalah memberikan kesempatan

bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan magang di IFF PT. Essence

Indonesia.

IFF PT. Essence Indonesia selalu berusaha untuk meningkatkan

mutu dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkannya.

1
Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.
2

Analisa mutu dilakukan untuk setiap produk yang akan didistribusikan dari

IFF PT. Essence Indonesia agar kualitas dari produk yang dihasilkan tetap

terjamin.

Salah satu penurunan mutu yang sering terjadi pada produk flavor

yang dihasilkan oleh IFF PT. Essence Indonesia adalah terjadinya

penggumpalan (caking) pada flavor bubuk. Melalui kegiatan

praktek kerja lapangan ini diharapkan dengan kompetensi dan

kemampuan propesional mahasiswa dapat ditemukan suatu alternative

untuk memecahkan masalah tersebut.

1.2. Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Praktek kerja lapangan ini dilakukan di IFF PT. Essence Indonesia,

Jalan Otto Iskandardinata No. 74. Jakarta Timur. Pelaksanaaan praktek

kerja lapangan berlangsung selama satu setengah bulan, terhitung mulai

tanggal 02 April – 15 Mei 2007.

1.3. Tujuan

Kegiatan praktek kerja lapangan penulis di IFF PT. Essence

Indonesia bertujuan untuk menciptakan link dan match antara kompetensi

mahasiswa dan perguruan tinggi dengan lapangan kerja di tempat praktek

kerja lapangan, mempelajari proses analisa mutu flavor yang dilakukan di

laboratorium pengawasan mutu, menambah pengetahuan, pengalaman,

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


3

dan keterampilan serta menerapkan teori yang telah didapat selama

kuliah dan mengaplikasikannya di IFF PT. Essence Indonesia.

BAB II

INSTITUSI TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

IFF PT. Essence Indonesia merupakan perusahaan swasta

internasional yang bergerak dalam bidang flavor dan fragrant. IFF PT.

Essence Indonesia merupakan anak perusahaan dari IFF (International

Flavors And Fragrances) yang berpusat si New York, Amerika Serikat.

Selain di Indonesia, anak perusahaan IFF juga tersebar di berbagai

negara antara lain seperti : Kanada, Amerika (Chicago),

Argentina, Brazil, Chili, Colombia, Mexico, Venezuela, Inggris, Prancis,

Jerman, Honggaria, Belanda, Irlandia, Italia, Norwegia, Portugal, Spanyol,

Swedia, Switzerland, Turki, Mesir, Kenya, Afrika Selatan, Jepang, Korea,

Filipina, Singapura, Thailand dan Australia.

Pada mulanya anak perudahaan IFF di Indonesia didirikan oleh

pemerintah Belanda dengan nama Polak dan Swarch. Kemudian

perusahaan polak dan swarch ini bergabung dengan perusahaan sejenis

di Indonesia dengan nama NV. Essence Indonesia di Jakarta, yang

tercantum dalam berita negara RI tanggal 28 Februari 1956 No. 17. pada

tanggal 30 April 1969 No. SA.5/51/5, ketetapan tersebut diubah dalam

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


4

tambahan berita negara RI tanggl 10 Oktober 1972 No. 81 menjadi IFF

PT. Essence Indonesia.

2.2. Struktur Organisasi

IFF PT. Essence Indonesia dipimpin oleh seorang Managing Director yang

membawahi dua divisi utama, yaitu Flavors Division dan Fragrances

Division serta General Service (Non Division). Divisi utama tersebut

dibantu oleh beberapa departemen pendukung yaitu Manufacturing, R&D

dan QC, sales Marketing dan Administration. Untuk non division didukung

oleh Departemen Purchasing, Maintenance, Warehouse, General Affair,

Finance Accounting dan Personalia.

2.3. Sarana Pendukung

Sumber daya yang dimiliki oleh PT. Essence Indonesia meliputi sumber

daya manusia, peralatan dan laboratorium. Sumber daya inilah yang

mendukung kelancaran proses produksi untuk menghasilkan produk jadi

sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Sumber daya manusia laboratorium pengawasan mutu flavor terdiri

atas :

1. Kepala laboratorium yang bertanggung jawab terhadap seluruh

kegiatan laboratorium

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


5

2. Analis mikrobiologi yang bertanggung jawab dalam memeriksa

kondisi mikrobiologi bahan baku yang akan digunakan serta produk

jadi

3. Analis fisik dan kimia dengan pembagian tugas sebagai berikut :

a. Satu orang menangani bahan baku

b. Dua orang menangani produk jadi berupa flavor cair

c. Dua orang menangani produk jadi berupa flavor bubuk

4. Laboran yang menangani bagian penyimpanan standar

Laboratorium pengawasan mutu flavor memiliki peralatan

instrument yang cukup banyak untuk menunjang kegiatan analisis yang

dilakukan. Alat-alat tersebut yaitu :

1. Density meter (Anton Paar DMA 46) digunakan untuk menentukan

densitas (massa jenis) sample yang berupa cairan.

2. Refraktometer digunakan untuk menentukan indeks bias sample yang

berupa cairan.

3. Flash point (Grabner Instrument) digunakan untuk mengukur titik nyala

secara digital. Alat instrument ini sudah memenuhi standar ISO 9001-

2000.

4. Oven vacuum (Memmert) dan oven infra red digunakan untuk

menentukan kadar air dan kadar zat-zat yang hilang selama proses

pemanasan.

5. Karl Fischer (Metrohm) digunakan untuk menentukan kadar air sampel .

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


6

6. Spektrofotometer model DR/2000 digunakan untuk mengukur

absorbansi sample

7. pH meter (Beckman) digunakan untuk menentukan pH sampel .

8. Neraca analitik (Sartorius Balance) digunakan untuk menimbang

sampel.

9. Automatic gas chromatography HP 5890 digunakan untuk menganalisis

sampel secara otomatis

10. Autotitrator (Metrohm) digunakan untuk titrasi sampel secara otomatis

11. Mikroskop (Nikon) digunakan untuk mengukur besarnya partikel

sampel.

12. Mikroskop (Iowa) digunakan untuk mengamati mikroorganisme pada

sampel.

13. Hot plate elektrothermal dan hot plate Nuova II digunakan untuk

memanaskan sampel.

14. Tanur/furnace (Nobertherm) digunakan untuk menentukan kadar abu

sampel.

15. Incubator (Memmert) digunakan untuk menginkubasi mikroba.

16 Counter Coloni digunakan untuk menghitung jumlah mikroba.

17. COD reactor ex. HACH USA digunakan untuk merefluks sampel

limbah dengan menganalisis kadar CODnya.

Bangunan laboratorium pengawasan mutu flavor terdiri atas ruang

instrument, ruang analisis fisik dan kimia, ruang kantor, ruang analisis

organoleptik, ruang penyimpanan standar, ruang laboratorium mikrobiologi

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


7

yang terdiri atas ruang persiapan dan sterilisasi, ruang inokulasi dan

inkubasi.

2.3. Ketenagakerjaan

IFF PT. Essence Indonesia merupakan perusahaan yang

menerapkan system Mechanical Intensive bukan Labor Intensive yaitu

lebih menekankan ke penggunaan mesin-mesin / alat-alat bukan pada

tenaga kerjanya. Oleh karena itu jumlah pegawai/karyawan yang bekerja

tidak terlalu banyak. Jumlah karyawan secara keseluruhan sebanyak 184

orang, dengan pembagian 87 orang untuk flavors division dan 49 orang

untuk fragrances division serta 48 orang untuk non division.

2.3. Kesejahteraan Karyawan

Fasilitas yang disediakan oleh IFF PT. Essence Indonesia bagi

kesejahteraan karyawannya meliputi :

• Poliklinik dengan seorang dokter untuk memeriksa kesehatan bagi

para karyawan

• Penggantian biaya pemeriksaan dokter dan perawatan rumah sakit

• Kantin untuk makan siang

• Tunjangan uang makan dan transport bagi karyawan yang bekerja

lembur

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


8

• Tunjangan hari raya (THR)

• Tunjangan bagi istri karyawan yang melahirkan dengan penggantian

biaya kelahiran

• Piknik tahunan bagi seluruh karyawan

• Cuti tahunan, cuti hamil dan melahirkan bagi karyawati yang hamil /

melahirkan, cuti sakit dan cuti istimewa (untuk keperluan menikah,

menikahkan anak, menghitankan anak, ada anggota keluarga/saudara

yang meninggal dan untuk pindah rumah)

• Tunjangan pensiun diberikan kepada karyawan yang telah memasuki

masa pensiun (usia 55 tahun)

• Masjid untuk ibadah umat muslim

• Seluruh staf dan karyawan diikutsertakan dalam jaminan social tenaga

kerja (JAMSOSTEK)

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1. Jadwal Kegiatan

Kegiatan praktek kerja lapangan ini dilaksanakan sejak tanggal 02

April hingga 15 Mei setiap hari senin sampai hari jum’at mulai pukul 07.30

– 16.30 WIB yang bertempat di Laboratorium Pengendalian Mutu IFF PT.

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


9

Essence Indonesia yang berlokasi di Jalan Otto Iskandar Dinata N0. 74

Jatinegara Jakarta Timur.

3.2. Deskripsi kegiatan

Kegiatan PKL penulis di IFF PT. Essence Indonesia dimulai dengan

perkenalan para staf divisi flavor, kemudian dilanjutkan dengan

pengenalan alur proses produksi, pengenalan alat-alat yang digunakan di

laboratorium pengawasan mutu, pengamatan, wawancara dan identifikasi

masalah.

Kegiatan produksi di IFF PT. Essence Indonesia terbagi menjadi

dua divisi, yaitu divisi flavor dan divisi fragrant. Divisi flavor menguasai

sekitar 60% dari total produksi di IFF PT. Essence Indonesia. Sedangkan

divisi fragrant menguasai sekitar 40% dari total produksi.

Kegiatan magang yang dilakukan penulis di IFF PT. Essence

Indonesia berada dibawah naungan laboratorium pengawasan mutu

(Quality Control Laboratory).

3.2. Latar Belakang Teori

3.2.1 Deskripsi Flavor

Flavor didefinisikan oleh Dordland et al. (1977), sebagai sensasi

dari makanan, minuman dan seasoning yang dihasilkan dari rangsangan

terhadap indra pada saat makanan masuk kedalam saluran makanan dan

pernapasan, terutama untuk rasa dan bau. Russell dan Pangborn (1976),

menyatakan bahwa flavor merupakan suatu kombinasi dari rasa, bau dan

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


10

perasaan (taste, smell and mouthfeel). Hal(1968), menambahkan bahwa

flavor merupakan salah satu pertimbangan utama dari masyarakat untuk

menerima suatu produk pangan, di samping penampakan (Appearance)

dan teksturnya. Sumber flavor dapat berasal dari alam yaitu tumbuhan

dan hewan

Heat (1986), mendefinisikan flavorings sebagai suatu bahan

yang ditambahkan ke dalam produk untuk menguatkan flavor awal dari

produk tersebut. Flavorings dapat dibuat dari campuran berbagai

komponen flavor baik yang alami maupun yang sintetik. Berdasarkan

bentuk fisiknya, flavorings dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu

bentuk cair (liquid flavorings), bentuk emulsi (emulsion) dan bentuk pasta

atau padat (paste or solid flavorings).

Hall (1986), menambahkan bahwa flavoring ingredient atau yang

biasa disebut flavor adalah suatu substansi yang terdiri atas senyawa

kimia tunggal atau campuran senyawa kimia alami atau sintetik yang

bertujuan untuk memberi efek flavor secara keseluruhan atau sebagian

pada makanan atau produk lain.

Menurut Vishweswaraiah dan Moushigion (1992), usaha untuk

memperbaiki cita rasa biasanya dilakukan dengan menambahkan bahan

penambah cita rasa atau flavor (flavoring agents). Penambahan flavoring

agents memiliki kegunaan antara lain :

1. Memberi cita rasa yang sama terhadap produk sehingga cita rasa

meningkat

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


11

2. Memberi cita rasa tertentu untuk bahan pangan yang tidak memilikinya

3. Menutupi atau memodifikasi cita rasa yang tidak menyenangkan.

Natural flavor meskipun disukai karena dari bahan alam tetapi

mempunyai kelemahan dalam aplikasi, stabilitas, kualitas sangat

bergantung pada keadaan alam dan jumlahnya tidak dapat mencukupi

kebutuhan. Sintetik flavor mempunyai keunggulan dalam hal–hal tersebut

diatas.

Research & Development merupakan tulang punggung dari

kemajuan dunia flavor masa kini. Zat, bahan compound baru selalu dicari

dan dicoba guna melihat kegunaannya sebagai flavor.

3.3.2. Divisi Flavor

IFF PT. Essence Indonesia adalah salah satu perusahaan flavor

terkemuka di Indonesia. Produk – produk yang dihasilkan dari IFF PT.

Essence Indonesia, diaplikasikan baik pada industri pangan maupun

industri non pangan. Industri–industri pangan yang yang

menggunakan flavor produksi IFF PT. Essence Indonesia antara lain

industri minuman ringan, minuman beralkohol, es krim, produk susu,

yoghurt, keju, makanan ringan, margarine, sirup, mie instant, produk

daging, sop dan kaldu. Sedangkan industri non pangan adalah industri

rokok.

Produk-produk flavor yang di produksi IFF PT. Essence Indonesia

dapat di bagi menjadi tiga golongan berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


12

flavor cair (liquid flavorings), flavor bubuk (powder flavorings) dan

flavor emulsi (emulsions). Proses produksi flavor di IFF PT. Essence

Indonesia dilakukan melalui berbagai tahapan, baik tahapan penyediaaan

bahan baku, produksi, analisa mutu, distribusi dan lain–lain.

Bagian pembelian (purchasing department) adalah departemen

yang menangani masalah pembelian bahan baku ke supplier atau

pemasok. Bahan baku yang akan digunakan untuk proses produksi

maupun bahan jadi hasil proses produksi disimpan di gudang. Sebelum

proses produksi dijalankan, bahan baku yang akan digunakan terlebih

dahulu dianalisa mutunya di laboratorium pengendalian mutu (Qaulity

Control Laboratory).

Proses produksi dijalankan setelah semua bahan baku dianalisa

mutunya. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi adalah

bahan baju yang telah diberi status approved oleh laboratorium

pengawasan mutu. Status approved diberikan untuk produk–produk yang

telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh IFF PT. Essence

Indonesia.

Produk jadi hasil produksi terlebih dahulu juga dianalisa di

laboratorium pengawasan mutu, sebelum dibawa ke distributor atau

konsumen. Produk–produk yang telah di beri status approved, yang

berarti telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan IFF PT. Essence

Indonesia dapat disalurkan ke distributor atau komsumen.

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


13

Departemen R&D adalah departemen yang bertugas membuat

reformulasi baru dari produk flavor yang biasanya di sebut ` project `. Hasil

dari formulasi produk baru tersebut dievaluasi oleh konsumen. Jika

penerimaan konsuman terhadap produk baru tersebut baik, maka

selanjutnya produk baru tersebut dikirim ke laboratorium pengawasan

mutu untuk dibuat dipesifikasi analisa mutunya.

3.3.3. Parameter Mutu

Pemenuhan persyaratan mutu merupakan komitmen perusahaan

yang utama. Mutu dalam suatu industri berhubungan dengan mutu bahan

baku dan produk jadi, walaupun dalam hal ini tidak selalu harus berarti

mutu terbaik. Mutu dalam hal ini biasanya lebih sering diartikan sebagai

konsistensi dan kesesuian terhadap suatu standar yang telah ditetapkan.

Untuk menentukan mutu suatu bahan baku dan produk jadi,

diperlukan parameter-parameter sebagai acuan. Parameter ini disebut

sebagai parameter mutu. Quality control di IFF PT. Essence Indonesia

menentukan beberapa parameter mutu yang dapat diklasifikasikan

menjadi empat kategori utama, yaitu sifat organoleptik, fisik, kimia dan

tingkat pencemaran mikroba/mikrobiologi yang secara rinci dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Mutu


SENSORI FISIK KIMIA MIKROBIOLOGI

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


14

Aroma Penampakan Loss On Drying Total plate count


(TPC)
E. Coli/Coliform
Rasa Total garam Mould & Yeast

Mengingat bahan baku atau produk jadi flavor satu dengan lainnya

mempunyai karakter atau sifat yang berbeda baik karena perbedaan

bentuk fisik maupun komponen utama/penentunya, maka bahan baku

atau produk jadi flavor satu dengan lainnya dapat mempunyai parameter

mutu yang berbeda-beda.

Tidak semua parameter mutu tersebut dianalisis untuk menentukan

mutu suatu bahan baku atau produk jadi, karena adanya beberapa

parameter mutu yang membutuhkan waktu analisis cukup lama. Misalnya

pada parameter mutu dan sifat kimia, hanya LOD/kadar air, kadar garam,

dan cemaran mikrobiologi saja yang dianalisis. Sedangkan pada

parameter mutu dan sifat fisik semua analisis dilakukaan, hal ini

disebabkan karena analisis parameter mutu sifat fisik tidak membutuhkan

waktu yang lama. Parameter tingkat pencemaran mikroba (mikrobiologi)

sangat penting dianalisis untuk menghasilkan suatu produk jadi yang

aman untuk dikonsumsi sesuai dengan peraturan kesehatan dan tuntunan

konsumen.

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


15

3.3.4. Laboratorium Pengawasan Mutu

Laboratorium pengawasan mutu atau quality control laboratory

adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap mutu produk flavor yang

dihasilkan oleh IFF PT. Essence Indonesia. Laboratorium pengawasan

mutu tidak hanya menganalisa mutu dari flavor hasil produksi, tetapi juga

memeriksa raw material (bahan baku) yang akan digunakan untuk

memproduksi flavor. Limbah sisa hasil produksi juga harus dianalisa

terlebih dahulu di laboratorium pengawasan mutu sebelum dibuang.

Struktur organisasi di laboratorium pengawasan mutu (quality

control laboratory) dapat dilihat pada Gambar 1.

Quality Control
Departement

Main Microbiology Savory/seasoning


Laboratory Laboratory (Powder) Laboratory

Gambar 1. Struktur Organisasi Laboratorium Pengawasan


Mutu

Tujuan dari analisa mutu yang dilakukan di laboratorium

pengawasan mutu adalah agar flavor yang dihasilkan sesuai dengan

standar mutu yang telah ditetapkan oleh IFF PT. Essence Indonesia dan

dapat memenuhi karakteristik yang diinginkan oleh pelanggan.

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


16

Analisa mutu yang dilakukan pada laboratorium pengawasan mutu

untuk bahan baku maupun bahan jadi disesuaikan dengan karakteristik

fisikokimia masing–masing produk. Selain itu analisa lain juga dilakukan

sesuai persyaratan atau spesifikasi dari pelanggan misalnya analisa

kadar garam untuk produk bubuk (savory flavor).

Berikut adalah karakteristik mutu produk yang secara rutin dianalisa

di laboratorium pengawasan mutu beserta alat – alat yang digunakan :

• Densitas diukur dengan densitimeter merek Anton Paar

• Indeks refraksi diukur dengan refraktometer merek Mettler

• Aroma, warna dan penampakan dianalisa secara organoleptik dan

dibandingkan dengan standar yang ada.

• Analisa komponen volatile diukur dengan kromatografi gas merek

Hewlett Packard 5890

• Flash point diukur dengan flash point tester merek Grabner

instrument

• Derajat keasaman diukur dengan PH meter merek Beckman

Karakteristik mutu yang dianalisa untuk flavor padat antara lain :

• % Loss On Drying (% LOD) untuk bahan baku diukur dengan


Infrared Moisture Tester
• % LOD untuk bahan jadi di ukur dengan oven vakum

• Warna dan daya mawur (free flowing) dianalisa secara visual serta

dibandingkan dengan standar yang ada

• Aroma diuji dengan organoleptik dengan uji segitiga

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


17

• Analisa mikrobiologi meliputi E.coli & coliform, mold & yeast dan

total plate count (TPC)

Karkteristik mutu yang dianaalisa untuk emulsi antara lain :

• Densitas, diukur dengan densitometer merek Paar DMA 46

• Ukuran partikel, diukur dengan Mastersizer

• Kekeruhan (Turbidity), diukur dengan Spektrofotomter merek Hach

• Warna dan aroma, dianalisa secara visual dan dibandingkan

dengan standar

• Analisa mikrobiologi, meliputi E. Coli & Coliform, Mould & Yeast dan

TPC (Total Plate Count).

Nilai karakteristik mutu suatu produk hasil analisa dibandingkan

dengan standar, kemudian dibuat suatu keputusan yang

dikeluarkan dari laboratorium pengawasan mutu. Keputusan

tersebut dapat berupa :

1. Approved (AA) : status produk mempunyai kualitas yang sesuai

dengan standar, untuk bahan baku dapat diteruskan ke proses

selanjutnya dan untuk bahan jadi dapat didistribusikan ke

konsumen.

2. Rejected (RJ) : status produk mempunyai kualitas yang tidak sesuai

dengan standar, untuk bahan baku tidak dapat digunakan ke

proses selanjutnya dan untuk barang jadi tidak dapat didistribusikan

ke konsumen.

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


18

3. Reprocessed (OOS) : status dari bahan jadi yang tidak sesuai

dengan standar tetapi masih bisa diperbaiki sehingga dilakukan

proses ulang.

Proses pembuangan limbah di IFF PT. Essence Indonesia, juga

tidak lepas dari analisa laboratorium pengawasan mutu. Limbah

yang dihasilkan dari sisa proses produksi diendapkan di bak–bak

penampungan, padatan hasil endapan digunakan sebagai pupuk

tanaman dan filtrate yang berupa cair dianalisa terlebih dahulu

sebelum dibuang. Analisa yang dilakukan terhadap limbah cair

disesuaikan dengan syarat–syarat yang ditetapkan oleh Kantor

Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KP2L). Syarat–syarat yang

ditetapkan antara lain :

• COD ( Chemical Oxygen Demand ) < 100 ppm

• pH = 6-9

• Temperatur = 38 0C

• Total padatan < 1000ppm

Jika syarat–syarat tersebut sudah terpenuhi, maka filtrate yang

berupa cairan tersebut digunakan untuk menyiram tanaman di

sekitar perusahaan.

3.3.5. Pengedalian Mutu (Quality Control)

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


19

Pengnedalian mutu (Quality Control) secara umum dapat diartikan

sebagai suatu system dari inspeksi analisa dan tindakan–tindakan yang

ditetapkan dalam suatu

proses pembuatan produk sedemikian rupa, sehingga dengan memeriksa

sebagian kecil sample yang sedang diproduksi dapat dianalisa tentang

mutu, sehingga dapat menentukan tindakan apa yang perlu diambil demi

mencapai dan mempertahankan tingkatan mutu yang diingnkan dan telah

ditetapkan perusahaan tersebut. Fungsi ini bertugas memastikan setiap

bahan baku yang masuk dari pemasok atau cabang IFF (IFF affiliate)

dengan dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh secara tepat dan akurat.

Jadi pengendalian mutu merupakan suatu tindakan berencana

dengan tujuan supaya segala tindakan–tindakan yang akan datang

mencapai taraf mutu tertentun yang sudah ditetapkan yaitu berdasarkan

kepuasan customer terhadap suatu jenis produk dengan biaya

seekonomis mungkin.

Sehingga dengan adanya system pengendalian mutu hasil produksi

dari suatu perusahaan, akan ikut mencukupi pembentukan standar

dimana mutu barang tersebut diukur dalam perbandingan antara barang

hasil jadi yang sesungguhnya dan terhadap standar yang ditentukan,

kemudian menentukan langkah–langkah untuk menghindari kemungkinan

penyimpangan–penyimpangan dari standar yang ada.

Tujuan pengendalian mutu terutama adalah untuk menjamin mutu

dari hasil jadi suatu produk sesuai dengan persyaratan yang telah

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


20

ditentukan dalam prosedur kerja, campuran bahan, ukuran, bentuknya

serta baik atau tidaknya pengendalian mutu yang digunakan.

Tujuan dari pengendalian mutu suatu produk dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh mutu produksi yang baik

2. Memperoleh produktifitas yang baik

3. Mendapatkan daya pasar yang luas

4. Menekan biaya produksi seefisien mungkin

Jadi pengawasan mutu merupakan suatu problem konsumen yang

dapat melibatkan semua tingkat manajemen produksi.

3.3.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu merupakan salah satu bagian proses produksi

yang saling berhubungan satu dengan yang lain dimana secara

keseluruhan merupakan suatu system. Bila dalam suatu perusahaan tidak

terdapat pengendalian mutu, maka perusahaan itu tidak mempunyai

jaminan untuk dapat memenuhi kebutuhan kosumen. Untuk mencapai

mutu yang baik sesuai dengan rencana yang ditentukan, maka ada

beberapa factor yang mempengaruhinya antara lain:

a. Bahan Baku

Bahan baku atau bahan mentah (Raw Material) yang akan

dipergunakan dalam proses produksi dapat dibedakan antara sifat-sifat

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


21

fisika dan kimianya. Sesuai dengan sifat-sifat bahan baku tersebut, perlu

adanya pengawasan agar mutu bahan baku tersebut sesuai dengan

spesifikasi yang sudah ditentukan untuk mencapai suatu produk dengan

mutu tertentu. Sifat dari bahan baku tersebut dapat dipengaruhi oleh

waktu, keadaan dan factor-faktor lain, misalnya cepat membeku atau

menguaonya suatu bahan akibat keadaan alam dan cuaca sekitarnya.

Untuk menjaga agar sifat-sifat fisika maupun kimia suatu bahan baku tidak

berubah, perlu adanya pengawasan yang baik terhadap barang-barang

tersebut.

b. Mesin – mesin dan Peralatan

Supaya proses produksi berjalan sesuai dengan rencana serta

metode yang telah ditentukan, maka diperlukan pengawasan yang ketat

bagi setiap mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi.

Untuk menjaga kondisi yang baik, perlu diadakan pemeliharaan

berencana agar setiap mesin dapat dicegah dari kerusakan-kerusakan

yang mendadak dan akan mengakibatkan rusaknya proses produksi.

c. Metode Pengolahan

Cara melaksanakan proses pengolahan harus dengan metode

yang efektif dan efisien, sehingga mutu produksi yang dihasilkan dapat

memenuhi standar. Factor manusia sangat memegang peranan penting

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


22

untuk dapat mengarahkan, melaksanakan dan mengedalikan kerja yang

baik menurut metode yang telah digariskan terlebih dahulu.

d. Personil

Personil laboratorium harus mempunyai uraian tugas mengenai

pendidikan, pelatihan, pengetahuan teknis dan pengalaman yang

diperlukan serta mempunyai kualifikasi yang memadai sesuai dengan

tugas yang harus dilakukan.

Bahan baku sebagai bahan penting perlu mendapatkan

pengawasan ketat dalam menjaga kemungkinan efek buruk terhadap

barang jadi, hal ini adalah yang menjadi tugas laboratorium pengendalian

mutu.

e. Pemberian label (Labelling)

Barang/bahan yang sudah memenuhi syarat setelah dianalisa,

diberi label yang berisi nama barang tersebut, batch number, serta tanggal

yang disesuaikan pada saat dilakukan analisa. Barang hasil produksi yang

diberi batch number baru ini akan menjadi standar untuk barang hasil

produksi berikutnya (diberi batch number berikutnya), yang kemudian

barang hasil produksi berikutnya ini dengan batch number berikutnya juga

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


23

yang juga akan menjadi standar untuk barang yang diproduksi berikutnya.

Begitu seterusnya sehingga barang yang diproduksi terkontrol.

f. Pencatatan (Recording)

Hasil analisa terhadap barang , baik itu raw material (bahan baku)

maupun finish product (produk akhir) disimpan dalam bentuk data dalam

bentuk program SAP.

g. Penyimpanan (Storaging )

Barang/bahan yang sudah memenuhi syarat analisa, akan

digunakan sebagai standar bagi produksi berikutnya. Oleh karena itu

penyimpanannya harus dengan baik agar tidak rusak. Penyimpanan

standar dilakukan di gudang penyimpanan standar yang bersuhu rendah

dan penanganannyapun dikhususkan oleh satu orang saja.

h. Pemeriksaan (Inspecting)

Pemeriksaan barang/bahan di lapangan (biasanya digudang

penyimpanan) dilaksanakan untuk melihat keadaan barang/bahan yang

akan di analisa benar-benar layak untuk dikirim ke konsumen atau untuk

melihat apakah sampel barang akan yang dikirim ke laboratorium quality

control sesuai dengan barang di gudang yang akan dikirim.

i. Laporan analisa (Analytical report)

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


24

Laporan analisa yang dikeluarkan oleh laboratorium quality control

adalah laporan hasil analisa terhadap suatu barang/bahan yang menjadi

dasar bagi quality control untuk menyatakan:

1. Disetujui/diterima (Approved)

Hasil analisa barang/bahan yang memenuhi standar dapat dikirim

ke konsumen.

2. Ditolak (Rejected)

Hasil analisa barang/bahan tidak memenuhi standar, sehingga

barang/bahan tersebut ditolak untuk digunakan.

3. Proses ulang (Reprocesses)

Hasil analisa menyatakan bahwa barang / bahan harus diproses

ulang.

4. Out of specs/tidak sesuai spesifikasi

Hasil analisa menyatakan bahwa barang/bahan tidak sesuai

dengan standar.

j. Penanganan masalah (Complaint handling)

Penanganan adanya keluhan (complaint) dari konsumen terhadap

barang hasil produksi merupakan tanggung jawab quality control yang

telah memberikan pernyataan bahwa barang tersebut layak untuk dikirim

ke konsumen. Penanganan keluhan ini dilakukan dengan menelusuri jalur-

jalur proses produksi dari awal hingga menjadi barang hasil produksi yang

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


25

dikirim ke konsumen untuk menganalisa kesalahan, apakah itu pada

proses produksinya yang tidak sesuai dengan prosedur, atau pada proses

pengirimannya. Barang yang dikirim ke konsumen dan pengirimannya

memerlukan waktu lama (misalnya menggunakan kapal laut) bisa

mengalami kerusakan, karena hal ini mungkin disebabkan

penyimpanannya pada kapal tidak sesuai dengan prosedur penyimpanan

barang tersebut atau karena terkontaminasi. Hal ini juga yang mungkin

menyebabkan adanya complaint tersebut.

3.4. Metode Percobaan

Praktek kerja lapangan ini bertujuan untuk mengetahui mutu dari

produk flavor yang diproduksi oleh PT. Essence Indonesia. Percobaan ini

hanya dilakukan terhadap produk flavor bubuk. Percobaan ini dilakukan

dengan cara menentukan Loss on Drying, Salt Content dan uji

mikrobiologi dari produk–produk yang dianalisis.

3.4.1. Alat dan Bahan

a. Oven vacuum

b. Sampel bubuk flavor

c. Pinggan (wadah tempat sampel)

d. 1 set Metrohm Autotitrator 716 DMS Titrino

e. b. 1 set neraca Sartorius MC 1 Analytical AC 210 S

f. 1 set Sartorius Data Print

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


26

g. Larutan K2CrO4

h. Larutan Standar 0.1 N AgNO3

i. f. Sampel bubuk flavor

j. Sampel bubuk flavor

k. b. Cawan Petri

l. Petri film

m. Larutan ringer solution

n. Erlenmeyer

o. f. Batang pengaduk

p. g. Inkubator

q. h. Counter coloni

r. Sterilisator

s. Tranferpette

t. k. Autoklaf

u. Media pertumbuhan OXSOID CM 545 Oxytetracyclin Glocose

yeast Extract Agar (OGYE Agar)

v. OXSOID SR73A Suplemen antibiotic Oxytetracycline

3.4.2. Prosedur kerja penentuan Loss on Drying

• Oven vacum yang sudah diset suhu 1050C, dihidupkan.Ditunggu

sampai suhu tercapai dan stabil.

• Sampel sebanyak ± 1- 5 gram ditimbang kedalam cawan

alumunium.

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


27

• Sampel dimasukkan ke dalam oven dan ditutup dengan rapat serta

dinyalakan vacumnya.

• Bila waktu pemanasan telah tercapai (1 jam), motor vacum

dimatikan. tombol On/Off diputar secara perlahan–lahan sampai

terbaca di display “ Open Door “ lalu ditekan tombol “ set “ untuk

melepaskan vacum dalam oven.

• Cawan alumunium dikeluarkan, ditimbang dan dicatat data

penimbangan.

Perhitungan

Hasil dinyatakan sebagai LOD dan dihitung sebagai berikut :

% LOD = ( Berat Awal – Berat Kering ) X 100%

Bobot Sampel

3.4.3. Prosedur kerja penentuan kadar garam/salt content

• Ditimbang ± 0.8–1 miligram sampel bubuk flavor kedalam gelas

piala 100 ml.

• Dilarutkan dengan ± 60 ml air suling

• Dititar dengan larutan AgNO3 0.1 N dengan indikator K2CrO4

menggunakan Metrohm Autotitrator

• Dilakukan pengerjaan duplo

Perhitungan :

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


28

% NaCl = VS x N x Mr NaCl x 100%

mg sampel

Keterangan :

VS : Volume titar sample

Mr NaCl : 58.5

N : Kenormalan AgNO3 0.1 N

3.4.4. Prosedur kerja mikrobiologi

1. Total Plate Count (TPC)

• Persiapan media

a. Ditimbang dengan teliti 23.5 gram media Standard Plate

Count Agar CM 463 ke dalam gelas piala.

b. Dilarutkan dengan 1 liter air suling sambil diaduk dan

dipanaskan sampai larut secara merata.

c. Dalam keadaan cair media dimasukkan kedalam tabung

reaksi 500 ml.

d. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15

menit.

e. Setelah steril tabung reaksi disimpan dalam water bath

yang telah diatur suhunya (50oC)

• Inokulasi

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


29

a. Meja inokulasi dilap dengan air yang mengandung

desinfektan (dettol).

b. Dibuat pengenceran mulai 10-1 sampai 10-3

c. Dipipet 1 ml sampel dari tiap–tiap pengenceran

dan dimasukkan kedalam cawan petri steril

(duplo).

d. Dituangkan media standard ”plate count” agar

kedalam cawan petri.

e. Setelah media membeku cawan petri dimasukkan

kedalam inkubator dengan posisi terbalik pada suhu

32oC selama 2–5 hari.

f. Blanko dikerjakan

g.

• Perhitungan total koloni

Total koloni = koloni terhitung x 1/ faktor pengenceran

(bila ada dua atau lebih pengenceran terhitung koloni 30–

300, rata–ratakan untuk mendapatkan total koloni / gram

contoh

2. Mould and Yeast

• Persiapan media

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


30

a. . Sebanyak 18.5 gram media Oxytetracycline Glocose

Yeast Extract Agar CM 545 ditimbang kedalam gelas

piala.

b. . Dilarutkan kedalam 1 liter air suling diaduk dan

dipanaskan sampai larut sempurna.

c. . Dimasukkan kedalam botol lalu ditutup dengan

kertas alumunium foil steril.

d. . Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 115oC selama

10 menit.

e. . Setelah steril media disimpan dalam water bath

dengan suhu 50oC

f. . Ditambahkan 10 ml air suling steril pada botol injeksi

yang berisi selective suplemant SR73A lalu dikocok.

g. . Diambil 10 ml larutan selective supplement tadi lalu

dimasukkan kedalam botol berisi media 500 ml.

• Inokulasi

a. Meja inokulasi dilap dengan air yang mengandung

desinfektan (dettol)

b. Dibuat pengenceran 10-1 sampai 10-2

c. Dipipet 1 ml sampel dari tiap–tiap pengenceran dan

dimasukkan ke dalam dua buah cawan petri steril

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


31

d. Dituangi media Oxytetracycline Glococe Yeast Extract

Agar kedalam cawan petri.

e. Setelah media membeku cawan Petri dimasukkan ke

dalam incubator dengan posisi terbalik pada susu 22

± 2oC selama 5 hari.

f. Blanko dikerjakan

• Penghitungan koloni

Lakukan pengamatan di bawah alat penghitung koloni.

Mould diindikasikan dengan spot berwarna coklat atau

kehitam–hitaman dengan misela (bulu), sedangkan Yeast

diindikasikan dengan spot berwarna putih menggelembung

3. Coliform / E. Coli

• Inokulasi

a. Disiapkan petri film media dan diletakan pada dasar

yang steril.

b. Diangkat lapisan atas penutup dan diteteskan 1 ml

cairan contoh pada bagian tengah dengan

mengunakan pipet 1 ml.

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


32

c. Ditutup kembali lapisan atas secara perlahan dan

hindari adanya gelembung udara pada permukaan

media.

d. Ditutup petri film dan ditekan secara perlahan dengan

alat Spreader sehingga cairan pada petri film merata.

e. Dibiarkan sampai media mengeras (± 1 menit)

f. Diinkubasi selama 48 jam pada suhu 35±1oC

• Perhitungan koloni

Diamati dengan alat perhitungan koloni. E.Coli diindikasikan

dengan titik berwarna biru dengan bagian pinggir terdapat

gelembung udara, sedangkan Coliform berwarna merah

dengan bagian pinggir juga terdapat gelembung udara.

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kadar zat-zat yang mudah menguap/Loss On Drying (LOD)

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar air yang menguap

dan zat–zat lain yang dapat menguap dari sample karena itu

penetapannya dikerjakan dengan pemanasan sejumlah sample didalam


0
oven vacuum pada suhu 105 C selama 1 jam agar pemanasan

sempurna.
0
Air dan zat–zat lain yang dapat menguap pada suhu 105 C

ditetapkan sebagai kadar loss on drying. Harga loss on drying dihitung

berdasarkan jumlah zat yang hilang dibandingkan dengan jumlan sample

lalu dikalikan dengan 100%.

Analisis kadar air di laboratorium quality control IFF PT. Essence

Indonesia dilakukan dengan menggunakan oven vakum (Memmert),

sehingga tidak disebut sebagai analisis kadar air tetapi dinamakan %

LOD. Sebutan % LOD dilakukan karena diduga pengukuran kadar air

yang menggunakan suhu tinggi selain menguapkan air yang terkandung

dalam bahan produk, juga dapat menguapkan komponen lain dari produk,

misalnya komponen–komponen yang bersifat volatile .

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


34

Tabel 2. Hasil Analisis LOD

Garlic Powder Chicken Powder Cheese Powder


Berat Sampel (g) 6,0645 5,0196 5,5982
Sampel + Cawan (g) 19,3998 17,9272 18,2098
Berat akhir (g) 19,3127 17,6648 17,9092
Berat hilang (g) 0,0871 0,2624 0,3006
LOD (%) 1,4362 5,2275 5,3696

Berat awal - Berat kering


LOD (%) = × 100%
Berat sampel

Contoh perhitungan LOD untuk sampel Garlic Powder :

Berat awal = 19,3998 gram

Berat kering = 19,3127 gram

Berat sampel = 6,0645 gram

19,3998 − 19,3127
LOD (%) = × 100%
6,0645

= 1,4362 %

Berdasarkan standarisasi nasional Indonesia yaitu maksimum 14%,

maka hasil analisis terhadap sampel garlic powder, chicken powder dan

cheese powder yaitu masing-masing 1.4362%, 5.2275% dan 5.3696%

ketiganya memenuhi syarat mutu karena nilainya dibawah 14%.

4.2 Kadar garam / Salt Content

Garam atau total garam (bila ada senyawa klorida lain selain

garam) ditetapkan secara volumetric (argentometri) setelah contoh terlebih

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


35

dahulu dilarutkan. Penetapan garam atau total garam dilakukan terhadap

beberapa produk savori. Umumnya penetapan ini dilakukan atas

permintaan pelanggan.

Garam dapat merupakan salah satu komponen penting dalam

produk flavor terutama produk bentuk bubuk (savori). Untuk mendapatkan

tingkat keasinan yang konsisten, penetapan kadar garam perlu dilakukan.

Bahan – bahan powder pada umumnya diproduksi untuk konsumsi

bahan penyedap yang bersifat barang setengah jadi dan biasanya

mengandung garam. Kandungan garam itu sendiri tergantung dari jenis

produk, oleh karena itu praktikan laboratorium quality control menanyakan

kepada bagian research and development akan hal tersebut, terutama

sekali meminta standar dari sampel yang akan di tetapkan kadar

garamnya sehingga akan ada perbandingannya.

Alat yang digunakan adalah autotitrator yang dilengkapi dengan

sebuah elektroda dan sebuah printer yang akan membaca hasil analisis

secara otomatis.

Analisis kadar garam ini dilakukan dengan menggunakan metode

Mohr. Pembentukan suatu endapan dapat digunakan untuk menyatakan

lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Contoh yang paling dikenal akan

kasus semacam itu adalah adalah apa yang disebut titrasi Mohr dari

klorida dengan ion perak, dimana digunakan ion kromat sebagai indikator.

Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang

kemerahan itu diambil sebagai titik akhir titrasi. Perak kromat lebih dapat

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


36

larut daripada perak klorida. Jika ion perak ditambahkan ke dalam suatu

larutan yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi tinggi dan ion

kromat dengan konsentrasi rendah, maka perak klorida akan mengendap

terlebih dahulu; perak kromat baru akan terbentuk bila konsentrasi ion

perak meningkat cukup tinggi sehingga Ksp perak kromat akan

terlampaui.

Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan pH antara 6–10. dalam

larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap.

Tabel 3. Hasil Analisis Kadar Garam

Garlic Powder Chicken Powder Cheese Powder

1 2 1 2 1 2

Berat Sampel
81,5 80,3 80,4 80,9 82,7 80,6
(mg)

V AgNO3 (ml) 1,8512 1,8167 1,849 1,8011 1,785 1,7986

Normalitas AgNO3 = 0,1009 N

Kadar NaCl (%) 13,41 13,35 13,57 13,14 12,74 13,17

V AgNO 3 × N × 58,5
Kadar NaCl = × 100%
berat sampel (mg)

Contoh perhitungan kadar NaCl untuk sampel Garlic Powder :

Berat sampel = 81,5 mg

Volum AgNO3 = 1,8512 ml

Normalitas AgNO3 = 0,1009 N

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


37

1,8512 ml × 0,1009 N × 58,5g/ek


Kadar NaCl = × 100%
81,5mg

= 13,41 %

Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 12-

20%, maka ketiga sampel hasil analisis tersebut yaitu garlic powder

sebesar 13.38%, chicken powder sebesar 13.32% dan cheese powder

sebesar 12.95% memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh perusahaan

tersebut.

4.3 Analisis Mikrobiologi

Untuk menjaga kualitas suatu produk, maka haurs dilakukan

pengujian terhadap produk tersebut. Pengujian yang dilakukan yaitu

pengujian mikrobiologi. Kebersihan alat–alat produksi, ruangan produksi

dan petugas produksi sangat mempengaruhi kualitas produk yang

dihasilkan. Jika kebersihannya kurang terjaga, maka akan menyebabkan

terjadinya kontaminasi terhadap produk tersebut. Pengujian mikrobiologi

yang dilakukan terdiri atas 3 penetapan, yaitu :

1. TPC (Total Plate Count)

2. Mould and Yeast

3. Coliform / E.Coli

Praktek ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak

mikroorganisme yang terdapat dalam suatu produk. Metode yang

dilakukan adalah metode “ Plate Count “ cara tuang. Metode ini dilakukan

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


38

dengan cara memasukkan sample kedalam cawan Petri kemudian disusul

dengan memasukkan medianya. Perhitungan dilakukan dengan cara

menghitung koloni bakteri yang dihasilkan pada pengenceran 102 dan 103.

Inkubasi dilakukan pada 32 0 C selama 2–5 hari.

Prinsip dari cara kerja plate count adalah jika sel mikroba yang

masih hidup ditumbuhkan pada medium agar maka sel mikroba tersebut

akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung

dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode plate count

merupakan cara paling sensitive untuk menentukan jumlah mikroba

karena :

1. Hanya sel hidup yang dapat dihitung

2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus

3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni

yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan

penampakan pertumbuhan yang spesifik.

Selain keuntungan–keuntungan tersebut, metode plate count juga

memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

1. Hasil perhitungan tidak menunjukan jumlah sel mikroba yang

sesungguhnya karena beberapa sel yang berdekatan membentuk koloni

2. Medium dan kondisi yang berbeda memungkinkan hasil yang berbeda.

3. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat

dan membentuk koloni yang kompak serta jelas, tidak menyebar.

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


39

4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi yang lama sehingga

pertumbuhan koloni dapat dihitung.

Mould dan Yeast merupakan suatu mikroorganisme yang dapat

menurunkan kualitas dari suatu produk. Oleh karena itu perlu dilakukan

penetapan mould dan yeast yang bertujuan untuk mengetahui berapa

banyak jamur dan ragi yang terdapat dalam suatu produk. Supaya hanya

jamur dan ragi saja yang tumbuh pada media, maka pertumbuhan bakteri

harus dicegah dengan penambahan selective supplement yang

mengandung oxytetracycline. Pengerjaan yang dilakukan hanya pada

pengenceran 102 dan inkubasi pada 24 0C selama 2–5 hari.

Penetapan coliform ini dilakukan untuk mengetahui ada atau

tidaknya bakteri E. Coli dalam suatu produk. Adanya bakteri E. Coli dalam

suatu produk akan menyebabkan produk tersebut berbau tidak sedap.

Pertumbuhan E. Coli positif ditandai dengan adanya udara pada cawan

Petri karena bakteri E.coli dapat memfermentasikan laktosa dan

menghasilkan oksigen. Pengerjaan dilakukan dari konsentrasi 101 dan 102.

Inokulasi pada suhu 32–37 0C selama 48 jam.

Analisa mikrobiologi dari flavor bubuk yang diproduksi IFF PT. Essence

Indonesia mempunyai standar tersendiri yaitu :

• E. Coli dan Coliform = negative

• Mould & Yeast ≤ 1000

• Total plate count (TPC) ≤ 10.000

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


40

Standar jumlah mikroba yang ditetapkan IFF PT. Essence

Indonesia

dihasilkan berdasarkan kesepakatan bersama dari industri sebagai

pengguna flavor yang diproduksi oleh IFF PT. Essence Indonesia dengan

IFF PT. Essence Indonesia sendiri.

Tabel 4. Hasil Analisis Mikrobiologi

Mold &
TPC Coliform E.Coli
Sampel Yeast
(CFU/g) (CFU/g) (CFU/g) (CFU/g)
161 x 102
Garlic Powder 0 0 0
18 x 103
2 x 102
Chicken Powder 0 0 0
1 x 103
56 x 102
Cheese Powder 0 0 0
6 x 103
Standar 10000 0 0 0

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

chicken powder dan cheese powder memenuhi syarat yang telah

ditetapkan oleh perusahaan maupun oleh SNI. Sedangkan garlic powder

tidak memenuhi syarat.

Tabel 5. Standar Mutu SNI untuk Flavor Bubuk

No Uraian Satuan Klasifikasi essence


padatan
1. Total padatan ( % ) - Minimal 86
2. Metal alcohol ( % ) - -
3. Kadar air ( % ) - Maksimum 14
4. Bahan pengawet ( asam mg/kg Tidak ada
benzoate, SO2 dan

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


41

salisilat )

5. Zat warna - Yang diizinkan


6. Cemaran logam :
- Timbal ( Pb ) mg/kg Maksimum 0.2
- Tembaga ( Cu ) mg/kg Maksimum 2
- Seng ( Zn ) mg/kg Maksimum 5
7. Arsen ( As ) mg/kg Maksimum 0.2
8. Aroma dan rasa - normal
9. Cemaran jasad renik :
- jumlah bakteri Kol/g Maksimum 300
- bakteri E. coli - Tidak ada
- khamir dan kapang - Tidak ada

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


42

BAB V

KESIMPULAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut :

• Kadar air untuk garlic powder sebesar 1,4362%

• Kadar air untuk chicken powder sebesar 5,2275%

• Kadar air untuk cheese powder sebesar 5,3696%

• Kadar garam untuk garlic powder sebesar 13,38%

• Kadar garam untuk chicken powder sebesar 13.35%

• Kadar garam untuk cheese powder sebesar 12.95%

• Total plate count sebesar 161x102 cfu/ml dan 18x103 cfu/ml untuk garlic

powder

• Tidak ada cemaran coliform, E.coli, maupun mold dan yeast.

• Total plate count sebesar 2x102 cfu/ml dan 1 x103 cfu/ml untuk chicken

powder

• Tidak ada cemaran coliform, E.coli, maupun mold dan yeast.

• Total plate count sebesar 56 x102 cfu/ml untuk cheese powder 6 x103

cfu/ml

• Tidak ada cemaran coliform, E.coli, maupun mold dan yeast

Dari hasil analisis berdasarkan parameter diatas, semua produk

flavor tersebut telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh

perusahaan maupun oleh SNI. Sedangkan garlic powder tidak memenuhi

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


43

persyaratan yang telah ditetapkan sehingga produk tersebut tidak dapat

dilakukan proses produksi.Untuk produk-produk yang memenuhi syarat

akan dilakukan proses produksi oleh IFF. PT. Essence Indonesia.

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.


44

DAFTAR PUSTAKA

Day R.A & Underwood A. L; 1993; Analisa Kimia Kuantitatif; Edisi IV;
Penerbit: Erlangga; Jakarta

Elizabeth Larmond; 1970; Methods of Sensory Evaluation of Food; Food


Research Institute, Central Experimental Farm; Ottawa.

Henry B Heath; August, 1981; Source Book of Flavors; AVI Publishing


Company; London; England.

Subroto Farida; 1997; Mempelajari Perkiraan Umur Simpan Flavor Bubuk


Dengan Metode Akselerasi, Skripsi; Institut Pertanian Bogor

Riwandi Sihombing; 2007; Penuntun Praktikum Kimia Bahan Hayati;


Departemen Kimia; FMIPA UI; Depok.

Riwandi Sihombing; 2007; Penuntun Praktikum Kimia Bahan Industri;


Departemen Kimia; FMIPA UI; Depok.

Analisis produk..., Usman, FMIPA UI, 2007.

Anda mungkin juga menyukai