Anda di halaman 1dari 7

A.

Prioritas Masalah

Penentuan prioritas masalah untuk mengetahui sejauh mana masalah itu penting dan apakah masalah
tersebut dapat teratasi. Menetapkan prioritas masalah diperlukan sebuah metode pemecahan masalah.
Penentuan prioitas masalah dapat di lakukan dengan cara kuantitatif atau kualitatif berdasarkan data
serta perhitungan kemudahan dan kemampuan untuk dapat diselesaikan, keinginan masyarakat untuk
mengatasi masalah, berdasarkan situasi lingkungan sosial politik dan budaya yang ada di masyarakat
serta waktu dan dana yang diperlukan untuk mengatasi masalah.

Untuk itu, dalam menentukan prioritas masalah, digunakan metode Delbecq. Dalam menentukan
kriteria prosesnya diawali dengan pembentukan kelompok yang akan mendiskusikan, merumuskan, dan
menetapkan kriteria.Sumber data dan informasi yang diperlukan dalam penetapan prioritas
berdasarkan:

1. Pengetahuan dan pengalaman masing-masing anggota kelompok.

2. Saran dan pendapat para narasumber.

3. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan.

4. Analisa situasi.

5. Sumber informasi atau referensi lainnya.

Langkah-Langkah Prioritas Masalah Adalah Sebagai Berikut:

1. Indentifikasi dan Menginventarisasi kriteria

Setiap anggota mengidentifikasi dan menginventarisasi kriteria berdasarkan “serius”-nya permasalahan


menurut pendapat anggota masing-masing.

2.Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan Lingkungan

Kriteria yang telah disusun ini dapat digunakan untuk menetapkan skor dengan metode Delbecq untuk
menetapkan skor dengan metode delbecq atau metode dengan pembobotan dan sebagainya.Setelah
menetapkan pembobotan, tahap selanjutnya adalah menentukan skor permasalah yang dihadapi atas
dasar kriteria yang telah ditentukan. Dengan menentukan skor dari setiap kriteria dapat diketahui nilai
skor total bagi setiap masalah yang ada. Atas dasar nilai skor total inilah diperoleh urutan atau prioritas
masalah kesehatan. Masing-masing kelompok memberi nilai (antara 1-10) terhadap seluruh masalah
kesehatan yang ditemukan.Selanjutnya masing-masing anggota menuliskan hasil nilai skornya pada flip
chart. Dengan menjumlahkan hasil nilai skor seluruh anggota kelompok didapat prioritas
masalah.Tekhnik pemberian bobot (antara 1-10) dapat dilihat pada kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Besar masalah : besarnya masalah kesehatan yang ditemukan akibat terkena dampak dari
masalah tersebut.
b. Kegawatan masalah : kecenderungan tingginya pengaruh dari masalah kesehatan terhadap
derajat kesehatan masyarakat setempat.

c. Ketersediaan dana atau biaya : jumlah atau besar dana yang diperlukan untuk mengatasi
masalah kesehatan terkait dengan besar anggaran yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah
tersebut.

d. Kemudahan : tingkat kemudahan dalam penanganannya.

3.Mengkaji dan Mengevaluasi Kriteria

Seluruh kriteria dari masing-masing anggota dituliskan dipapan atau flip chart. Kemudian dikaji ulang dan
dikelompok-kelompokkan, kriteria yang sama (hampir sama maksudnya) digabung. Tujuan dari langkah
ini adalah untuk klasifikasi masing-masing kriteria. Jumlah kriteria dapat ditambah atau dikurangi kalau
dirasa perlu. Diskusi pada langkah ini diakhiri setelah semua jelas, disepakati dan disetujui kelompok.

4.Rencana Kegiatan / Perencanaan Program

Lebih meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi pasien TBC ataupun lingkungan masyarakat
yang khususnya lingkungan keluarga dengan cara penyuluhan secara terus – menerus serta pengawasan
yang ketat oleh tenaga kesehatan di Puskesmas.

5.Sasaran

Kepada Tenaga kesehatan Puskesmas untuk meningkatkan intervensi kesadaran kesehatan kepada
pasien untuk tidak berperilaku yang mengakibatkan meningkatkannya penularan penyakit TBC di
lingkungan masyarakat terutama di dalam kelurga yang merupakan lingkungan terkecil.

6.Waktu

Observasi dilakukan oleh PMO dan dibantu dengan keluarga pasien serta membuat catatan penting
permasalahan yang di alami pasien sehingga dapat di cari solusinya dengan cepat dan tepat oleh tenaga
ahli.

B. Intervensi

intervensi adalah suatu upaya mencampuri, mempengaruhi, bahkan mengendalikan pihak lain dengan
tujuan untuk mewujudkan tujuan tertentu terhadap pihak yang diintervensi.

Ada juga yang mendefinisikan intervensi sebagai suatu tindakan ikut campur terhadap urusan politik,
ekonomi, dan budaya, negara lain. Meskipun banyak yang menganggap intervensi sebagai tindakan ikut
campur yang berlebihan, pada dasarnya intervensi seringkali dilakukan karena ada niat membantu.

Istilah “intervensi” cukup sering digunakan pada berbagai bidang, misalnya kesehatan, pemerintahan,
politik, keperawatan, pendidikan, psikologi, dan lainnya. Berikut penjelasan mengenai pengertian
intervensi pada beberapa bidang;
a. Arti intervensi kesehatan adalah suatu tindakan logis yang dilakukan untuk kepentingan pasien.
Misalnya kolaborasi dokter dan perawat guna memmberikan perawatan terbaik bagi pasien.

b. Pengertian intervensi pemerintah adalah tindakan mencampuri konflik antara dua pihak yang
sedang bertikai yang dilakukan oleh penguasa/ pemerintah untuk tujuan yang baik.

c. Arti intervensi keperawatan adalah suatu tindakan campur tangan dari dokter dan atau perawat
untuk membantu kesembuhan pasien

Pengertian Intervensi Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami apa itu intervensi, maka kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut
ini:

1. Parry dan Grant

Menurut Parry dan Grant, arti intervensi adalah tindakan turut campurnya sebuah negara secara diktator
terhadap negara lain yang tujuannya adalah untuk menjaga atau pun mengubah kondisi aktual tertentu.

2. Oppenheiman Lauterpacht

Menurut Lauterpach, pengertian intervensi adalah campur tangan sebuah negara secara diktator
terhadap urusan dalam negeri negara lain dengan tujuan utama untuk memelihara atau pun untuk
mengubah kondisi, situasi, atau pun barang yang ada di negara tersebut.

3. Gordon

Menurut Gordon (1994), arti intervensi adalah campur tangan dokter/ perawat yang dilakukan untuk
membantu kesembuhan pasien seperti sediakala.

4. J.G. Starke

Menurut J.G. Starke, arti intervensi adalah suatu bentuk propaganda atau kegiatan lainya yang dilakukan
oleh suatu negara dengan tujuan untuk mendorong terjadinya revolusi atau perang saudara di negara
lain.

5. Dr. Wirjono Prodojodikoro

Menurut Dr. Wirjono Prodojodikoro, arti intervensi adalah suatu campur tangan negara asing yang
sifatnya menekan dengan alat kekerasan atau dengan ancaman melakukan kekerasan, apabila
keinginannya tidak terpenuhi.

Jenis-Jenis Intervensi
Intervensi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu berdasarkan jangkauannya dan berdasarkan
dampaknya. Sesuai dengan penjelasan arti intervensi di atas, berikut ini adalah beberapa jenisnya:

1. Intervensi Berdasarkan Jangkauannya

a. Intervensi Internal, yaitu tindakan campur tangan yang dilakukan negara asing untuk
memberikan dukungan kepada kelompok tertentu dalam rangka kegiatan pemberontakan
terhadap pemerintah yang sah.

b. Intervensi Eksternal, yaitu tindakan campur tangan negara asing atas perang yang sedang terjadi
antara dua negara lain, dimana tujuannya adalah untuk mendamaikan tanpa membela salah satu
pihak yang terlibat perang.

c. Intervensi Reprisal, yaitu tindakan campur tangan yang dilakukan suatu negara dengan tujuan
untuk membalas kerugian yang diderita negara lain dengan cara menimbulkan kerugian,
misalnya blokade.

2. Intervensi Berdasarkan Dampaknya

a. Intervensi Positif, yaitu bentuk campur tangan dari negara asing atau lembaga dunia dimana
tujuannya untuk menegakkan keadilan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan salah satu
organisasi internasional yang sering melakukan intervensi positif.

b. Intervensi Negatif, yaitu campur tangan dari negara asing yang tujuannya untuk mendapatkan
atau memanfaatkan berbagai produk yang ada di suatu negara. Bentuk intervensi negatif ini
seringkali dilakukan oleh negara-negara maju terhadap negara-negara yang sedang berkembang.

C. TUJUAN

Ada beberapa pengertian tujuan dalam konteks perencanaan

a. Pernyataan yang memberikan pedoman nyata tentang tindakan yang diinginkan dari suatu
kegiatan perencanaan (Bendavid).

b. Suatu artikulasi dari nilai-nilai yang dirumuskan dalam kaitannya dengan issue dan
persoalan yang diidentifikasikasi terhadap pencapaian hasil kebijakan dan keputusan yang
ditentukan (Dickey).

c. Suatu pencapaian yang diinginkan dari kegiatan perencanaan, yang dinyatakan dalam istilah
yang bersifat kualitatif (Dusseldorp).

d. Keinginan atau kehendak yang bersifat umum, yang pencapaiannya sangat diharapkan,
bersifat jauh dan belum tentu dapat dirumuskan dan diprogram dengan cukup spesifik
untuk dikaitkan secara kuantitatif dalam rencana komprehensif. Tujuan lebih menunjukkan
apa yang ingin dicapai sehingga sasaran kebijakan dan perencanaan lebih lanjut dapat
diarahkan (Branch).

Berdasarkan pengertian di atas, kegiatan perumusan tujuan setidak-tidaknya adalah suatu


pernyataan yang bersifat kualitatif berkenaan dengan pencapaian yang diinginkan dari hasil
kebijakan atau keputusan, yang dapat menjadi pedoman dalam menentukan tindakan yang sesuai.

Meskipun tujuan bersifat abstrak, tujuan berbeda dengan aspirasi yang yang merupakan konsep
abstrak pada tingkat paling tinggi yang dikaitkan dengan apa yang diinginkan dalam jangka waktu
yang sangat panjang.

Tujuan biasanya berupa pernyataan tentang sesuatu yang ingin dicapai secara ideal dalam jangka
panjang dan menengah.

Tujuan mempunyai sifat:

a. Pernyataan yang bersifat umum; common sense.

b. Pencapaiannya tidak terbatas (biasanya jangka panjang).

c. Tingkat keberhasilannya sulit diukur.

d. Diwujudkan sesuai kebijakan atau rencana terhadapnya.

D. SASARAN

Setingkat lebih rinci dari tujuan, sasaran merupakan pernyataan operasional dari keinginan yang
lebih jelas sekaligus menyajikan tahap-tahap spesifik untuk mencapai tujuan tertentu.

Beberapa pengertian tentang sasaran adalah:

a. Sasaran perencanaan adalah pernyataan tentang kehendak yang sudah diidentifikasi,


dianalisis, dan diekspresikan secara spesifik untuk menunjukkan bagaimana hal itu dapat
dicapai dalam waktu dan sumberdaya yang tersedia (Branch).

b. Suatu standar dari mana kemajuan pencapaian tujuan diukur, bersifat kuantitatif dan
mempunyai kerangka waktu berkenaan dengan kinerja target (Bendavid).

c. Suatu pernyataan spesifik yang menyatakan hasil terukur yang dicapai, suatu kelompok
atau orang tertentu selama kurun waktu waktu tertentu pula (Dickey).

d. Suatu keinginan yang diharapkan untuk dicapai merupakan spesifikasi dari tujuan meskipun
tidak selalu harus diungkapkan secara kuantitatif (Disseldorp).
TUJUAN DAN SASARAN :

KAITANNYA DENGAN RUMUSAN KEBUTUHAN

Tujuan dan sasaran dapat dipandang sebagai konsep hirarki dalam kaitannya dengan rumusan
kebutuhan.

Rumusan kebutuhan merupakan pernyataan tentang suatu persyaratan yang belum dipenuhi, yang
menunjukkan adanya perbedaan antara apa yang diinginkan dan apa yang ada.

Tujuan pemecahan masalah adalah menghilangkan kesenjangan di antara keduanya. Dalam hal ini
jelas bahwa apa yang diinginkan atau tujuan merupakan rumusan mengenai keadaan akhir dari
penyelesaian masalah, jika tanpa kendala.

Rumusan sasaran dari tujuan untuk memenuhi kebutuhan, setidak-tidaknya adalah:

a. Mengurangi jumlah yang dibutuhkan.

b. Menyediakan lebih banyak dari yang ada.

Dalam konteks sistem, tujuan sebagai keadaan akhir yang harus dicapai dapat dinyatakan sebagai
fungsi yang harus dipenuhi oleh pemecahan masalah.

Dalam suatu sistem yang hirarkis, fungsi tersebut dapat dipastikan dengan mendefinisikan peran
suatu sistem dalam kaitannya dengan sistem yang tingkatannya lebih tinggi. Sedangkan sasaran
dinyatakan sebagai fungsi komponen dari sistem yang lebih rendah.

TEKNIK DALAM PERUMUSAN TUJUAN DAN SASARAN

Banyak teknik yang dapat digunakan untuk merumuskan tujuan dan sasaran, dari yang sederhana
sampai yang rumit.

Tiap teknik memiliki mempunyai kelebihan dan kekurangan, dalam kaitannya dengan akurasi,
waktu dan biaya.

Beberapa di antaranya adalah:

1. INTUITIVE JUDGMENT

Teknik ini mengandalkan intuisi dalam merumuskan tujuan. Dengan mengacu pada beberapa hal
penting yang menjadi masukan, secara intuitif ditetapkan tujuan perencanaan pada wilayah yang
menjadi obyek.

a. Teknik ini memiliki kelebihan, karena sedikit waktu dan biaya yang dibutuhkan, mudah
dapat mengakomodasikan faktor-faktor yang tidak dapat dikuantifikasikan, tidak
memerlukan banyak data, memungkinkan bekerjanya proses politik.
b. Kelemahannya adalah: membutuhkan kepakaran, banyak pertimbangan bersifat umum yang
membatasi manfaat dan keandalannya, sulit diulang karena sifatnya tidak eksplisit.

2. CHECKLIST OF GOALS

Metoda ini dilakukan dengan cara menciptakan sekumpulan atribut yang memungkinkan
dipertimbangkan sebagai calon tujuan. Untuk mengembangkan atribut Dickey dan Broderik telah
mengembangkan teknik yang terdiri dari 4 komponen, yaitu: manusia (dan kelompok), lingkungan
alamiah, lingkungan binaan, dan kegiatan.

3. CHECKLIST PLUS CRITERIA

Teknik ini mengkaitkan tujuan yang telah diidentifikasi dengan kriteria yang dikembangkan, baik
dalam hal nilai yang diskrit maupun interval yang masih layak diterima. Teknik ini sifatnya terukur.

4. Analisis Proses Hirarki

Teknik ini memungkinkan dilibatkannya pakar dalam pengambilan keputusan, sehingga


permasalahan kepakaran dan representasi dapat diatasi. Dengan teknik ini proses dapat diulang
kembali dan hipotesa dapat diuji, karena teknik ini mengikuti prosedur yang teridentifikasi dengan
baik.

Daftar pustaka

https://pakdosen.co.id/prioritas-masalah-adalah/

https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/arti-intervensi-adalah.html

http://zulfenantoni.blogspot.com/2013/11/perumusan-tujuan-dan-sasaran.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai